- Beranda
- Stories from the Heart
Di ujung jalan
...
TS
3005fm
Di ujung jalan
Prolog cerita dihapus untuk tempat index cerita.
Untuk memudahkan pembacaan cerita dan karena ada beberapa yang request, maka saya bikin list partnya. Setiap part yang udah di update akan langsung dimasukan ke index.
Semoga makin semangat baca ceritanya
Di ujung jalan :
Bab 1 - Wawancara Majalah Food & Travel
Bab 2 - Pameran Seni
Bab 3 - Pertemuan Kedua
Bab 4 - Karyawan Baru
Bab 5 - Mengenal Nata
Bab 6 - Ini Apa ?
Bab 7 - Sakit
Bab 8 - Happiness
Bab 9 - Undefined Feeling
Bab 10 - Penjelasan dan Luka Lama
Bab 11 - Rasa Penasaran
Bab 12 - Something Wrong
Bab 13 - Liar
Bab 14 - Penyakit Bulan
Bab 15 - Egois
Bab 16 - Nekat
Bab 17 - Hurt (again)
Bab 18 - Salah Paham
Bab 19 - Akhir yang Baik
Bab 20 - Finally
Di ujung jalan (Bimo POV) :
Bab 1 - Pertemuan Awal
Bab 2 - Diam-diam
Bab 3 - Kebodohan
Bab 4 - Solo
Bab 5 - Pengakuan
Bab 6 - Shows Her
Bab 7 - Move On
Bab 8 - New Girl
Bab 9 - Nadia
Bab 10 - Jealous
Bab 11 - Jadian
Bab 12 - Kembali
Bab 13 - 1st Anniversary
Bab 14 - Accident
Bab 15 - Lost Her
Diubah oleh 3005fm 15-01-2017 12:24
anasabila memberi reputasi
1
14.3K
117
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
31.6KThread•42.5KAnggota
Tampilkan semua post
TS
3005fm
#102
Di ujung jalan (Bimo POV)
Bab 14
Accident
Gue belum pernah ngerasa sebahagia ini, gue nggak bisa berheti menatap Nadia yang makin cantik dengan dress warna merah maroon-nya. Dulu gue mikir, gue nggak bakal bisa move ondari Bulan. Tapi gue salah, Nadia bisa bikin perasaan gue nano-nano gini, Gue berjalan menuju parkiran mobil sambil tetep memegang tangannya.
"Makasih ya, Bim. Aku kira kamu bakal lupa tentang hari ini..."
"Enggaklah. Aku bener-bener nyiapin semuanya dari jauh-jauh hari."
"Ohh, jadi kamu sengaja bilang soalnya perhitungan ya ?" Tanya Nadia sambil pura-pura cemberut.
"Enggak kok, aku cuma bilang ini just to let you know that i love you...."
"Too, Bim."
Gue mencium Nadia lagi, ciuman singkat kayak tadi. Gue nggak mau bikin dia nyesel ciuman sama gue, pas gue mau menarik diri... Nadia menahan gue, dia mencium gue lagi. Bibir mungilnya mulai melumat bibir gue, Shit ! gue nggak mau jadi kebablasan.
Gue menarik diri sebelum gue jadi kebawa suasana, "Sorry, Nad. Aku takut khilaf. Aku nggak mau ngerusak kamu."
Nadia agak terharu mendengar ucapan gue. "Makasih Bim, kalo cowok-cowok yang lain mungkin udah nggak mikir sejauh itu."
"Iya gak papa. Pulang yuk, nanti kemaleman."
Nadia mengangguk, gue pun menjalankan mobil untuk mengantar Nadia pulang.
Jalanan udah agak sepi, gue memutuskan buat menyetir agak cepet supaya Nadia nggak kemaleman sampe rumahnya. Gue menyetir sambil sesekali melihat ke arah Nadia. Gue menghentikan mobil saat melihat di depan gue ada lampu merah.
"Bim ?" Nadia memanggil gue sambil mengeratkan pegangan tangannya di tangan kiri gue.
"Kenapa Nad ?" tanya gue sambil menoleh ke arahnya.
"Nggak papa. Aku cuma mau bilang, i am so happy today and i love you."
Gue tersenyum sambil mengelus pelan rambutnya. "Too, Nad."
"Dasar mager, yang lengkap dong...."
Gue tertawa. Padahal dulu dia yang selalu jawab 'too' doang. "I love you too, Nad."
Gue kembali fokus ke jalan. Dari arah seberang gue melihat sebuah truk yang melintas di perempatan lampu merah. Gue memperhatikan truk itu, awalnya truk itu jalan biasa, tapi lama kelamaan makin kenceng. Gue berinisiatif memundurkan mobil gue, Sebelum gue sempat memundurkan mobil, sebuah mobil tiba-tiba menabrak mobil gue.....
***
Bau infus menyerang hidung gue. Gue bangun dan sadar kalo gue ada di rumah sakit. Orang yang pertama kali gue lihat adalah nyokap gue, wajahnya cemas sambil meremas pelan tangan gue begitu melihat gue sadar. Ada Kak Vina, Mas Danu, dan keponakan perempuan gue yang baru 1 tahun.
"Syukur Bim, kamu udah sadar. Mama ditelpon rumah sakit tadi malem, kamu nggak ngerasa sakit kan ?"
Gue menggeleng. "Enggak Ma. Aku baik-baik aja.... " Gue mengingat kalo kemaren gue masih sama Nadia kemaren, gue panik.... "Ma, kemaren aku sama Nadia. Nadia gimana ?"
Muka nyokap gue mendadak mendung. Gue nggak tau maksudnya apa, gue mencoba bangun dari tempat tidur sambil memegangi kepala gue yang mulai sakit.
"Bim, istirahat dulu. Nanti aja Nadia nya...."
"Enggak Ma. Mana Nadia ? Dia baik-baik aja kan ?" Gue menggucang-guncang bahu nyokap gue sambil berusaha mencari jawaban tentang keadaan Nadia.
"Bim.... ikhlasin Nadia ya...."
Note : Sorry, adegan kecelakaannnya kurang bagus, belom pernah nulis adegan kayak gitu soalnya. Moga-moga nggak bosen baca ceritanya. Keep on reading, guys.
0