Kaskus

Story

winwidjajaAvatar border
TS
winwidjaja
Horor - Seramnya "TOILET"
Pernakah Anda merasakan sekujur tubuh Anda merinding saat berada di dalam toilet? Lalu, tiba-tiba datangnya angin, menerpa permukaan kulitmu? Kemudian, Anda merasa ada kehadiran seseorang disana. Tapi, kamu tidak menemukan siapapun disana? Atau, kamu dapat melihat salah satu dari 'mereka.'

Bagaimana jika mereka juga pernah menolongmu di dalam sana, toilet?


"Hei, kamu yang disana."

Dengan tampang bengong kamu bertanya. "Siapa? Aku?"

"Ya! Kamu! Memang ada siapa lagi yang sedang baca ceritaku."

"Oh, iya. Aku toh. Ada apa?"

"Sering gak sih, kamu takut berada di toilet?"

Sebagian orang, biasanya nih akan menjawab, "pernah."

Anggap saja 80% orang berkata, "pernah."

Nah, bagi yang takut berada di dalam toilet. Jangan makin takut, ya. Hehehe...

Ini sekedar berbagi cerita saja. Belum tentu semua orang pernah ngalamin ini kok.

Cerita ini menceritakan tentang Win bersama 'mereka.'

Selamat membaca,
Part 1 - Sewaktu Kecil
Part 2 - Pindah Sekolah
Part 3 - Hilangnya Seseorang
Part 4 - Toilet Rumah
Part 5 - Tidak Sengaja
Diubah oleh winwidjaja 19-12-2016 22:50
anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
4.5K
44
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
winwidjajaAvatar border
TS
winwidjaja
#16
Part 2 - Pindah Sekolah

-Sebelumnya

Aku bersama mama mengelilingi sekolah yang kemungkinan kupilih menjadi tempat aku bersekolah. Sekolah ini tidak seluas sekolahku yang sebelumnya. Pertama kali memasuki sekolah ini, yang paling menarik perhatianku, sebuah pohon besar yang tampak sudah tua usianya.

"Ini dulu sekolah mama. Kamu sekolah disini saja. Gimana?" tanya mama.

"Aku lihat-lihat dulu," jawabku.

Aku kembali menatap pohon besar yang terletak di sebelah kiri.

"Itu pohon sudah lama disini. Dari mama sekolah disini, pohon itu sudah ada," jelas mamaku seperti mengerti apa yang ingin kuketahui sedari tadi.

"Ohh..."

"Ayo, coba lihat kelas-kelas," ajak mama.

Aku mengangguk, kemudian mengikuti mama dari belakang.

Sekolah ini begitu sejuk dan cahaya matahari seakan malu-malu untuk menunjukkan dirinya.

"Kamu lihat-lihat dulu, ya. Mama mau ketemu kepala sekolah."

"Iyaa..."

Setelah kepergian mama, aku melangkahkan kakiku melihat-lihat ruangan kelas. Ruangan terisi penuh dengan murid-murid dan guru yang sedang mengajar.

Suasana luar sini begitu sepi. Dari tempatku berdiri, dapat kulihat halaman belakang sekolah. Aku merasakan angin menerpa permukaan kulitku dari arah yang berlawanan. Aku sedikit bergidik. Tapi, aku tidak terlalu memikirkannya.

Aku penasaran dengan lorong yang menuju halaman belakang. Aku mengikuti naluriku. Aku berjalan kesana.

Setiba disana, kulihat ada tiga ruangan kelas, kemudian di sebelah kiri ada sebuah pintu yang rupanya kantin. Di sebelah kanan tersedia toilet. Rupanya toilet di sekolah ini hanya ada di lantai satu, halaman belakang sekolah. Di sebelah kiri toilet pria dan kanan toilet wanita dan toilet guru.

Toilet disini tampak seram. Padahal, hari masih cerah.

"Gimana, nak? Disini saja, ya?"

Aku menoleh. "Terserah mama saja. Aku ikut saja."

"Baiklah. Mama urus administrasi dulu."

"Aku ikut."

Mama berjalan terlebih dahulu, kemudian disusul aku. Sebelum sepenuhnya aku meninggalkan halaman belakang, aku masih sempat-sempatnya untuk melirik toilet pria. Kok perasaanku tak enak, ya? Batinku dalam hati.

Aku memilih untuk tidak terlalu banyak memikirkan hal-hal negatif.

===================================
-Keesokan harinya...

"Cepetan! Nanti ketinggalan bus!" Jeritan mama menggema di seluruh ruangan.

"Iya, iya, iya... Sabar, ma," jawabku santai.

Ini hari pertama aku masuk sekolah. Aku harus ekstra persiapan penuh, bagian seragam, kaus kaki, sepatu, tas, termos dan rambut serta hatiku.

Tin

Tin

Tinnn....

"Astaga! Sabar kali si abang bus," gerutuku.

"Kamu yang terlalu lamban," cerocos mama.

"Sudah siap. Aku siap," ucapku bersemangat. Aku menatap mama. "Aku pergi dulu, ma."

"Nih, uang jajanmu."

"Terima kasih. Dah, ma."

"Hati-hati. Baik-baik di sekolah, ya."

Aku mengangguk, mengayunkan tanganku keatas, lalu berangkat ke sekolah.

*

Psstttt...

Psstttt...

Semua orang membicarakanku. Anak baru, biasa. "Kenalin, namaku Win, umur XX, pindahan dari Jakarta."

Di akhir ucapanku, lantas murid--yang kini menjadi teman baruku langsung bertepuk tangan dan suasana jadi semakin ramai.

"Duduk di bangku kosong. Sebelah sana." Tunjuk bu Ana--yang baru kuketahui namanya barusan, menunjuk bangku kosong yang di sampingnya ada seorang cewek berambut pendek yang tersenyum lebar menyambut kedatanganku.

"Baik, bu."

Di perjalanan menuju tempatku, rasanya lama sekali. Mungkin karena mereka membuatku jantungku deg-deg'an.

Bagaimana tidak? Beberapa cowok melirikku tanpa malu-malu dan bersiul. Dasar cowok.

Akhirnya aku sudah sampai di tempat tujuan. Cewek berambut pendek langsung mengajakku berkenalan. "Atin."

"Win." Aku membalas jabatan tangannya.

Tiba-tiba seseorang dari belakang menoel bahuku. Aku menoleh, menatapnya dengan tatapan bingung. "Januar." Ia mengulurkan tangannya. Aku menyambutnya sembari tersenyum dan menjawab, "Win."

Dan pelajaran pun di mulai.

*

Jam istirahat...

"Hai! Anak baru." Seorang cewek berambut panjang sepinggang memanggilku.

"Hai," balasku.

"Pindahan dari Jakarta, kenapa bisa nyasar kesini?" tanyanya langsung.

"Haa? Memangnya kenapa?" Bukannya menjawab pertanyaannya, aku malah balik nanya.

"Jawab saja kok susah."

Ini orang nyolot banget. Pikirku dalam hati.

"Sudahlah. Membosankan." Setelah itu dia langsung pergi dari tempatku.

"Lupakan. Dia memang begitu." Seseorang membantuku menjawab apa yang sedang kupikirkan. "Namaku Kevin."

"Aku Jordan." Seseorang juga ikut menyeletuk.

Harus ceria dan ramah. Ucapku berkali-kali dalam hati untuk meyakinkan diriku bahwa disini aku bisa berteman dengan mereka.

Aku tersenyum membalas mereka. "Aku Win."

"Oh! Karena kamu anak baru, aku mau cerita nih," ujar Jordan.

"Sudah lihat sekeliling sekolah ini belum?" tanya Jordan sembari menatapku serius.

"Sudah. Terus? Emang kenapa?"

"Dulunya sebelum jadi sekolah... Tau gak disini itu apa?" tanyanya dengan raut wajah dan suara misterius.

Aku menggeleng. "Belum pernah dengar dan tidak tahu," jawabku seadanya.

"Mau tahu?"

Perasaan, kok... Nyebelin betul nih orang.

Aku mengangguk. Sebenarnya sudah malas menanggapi ocehan si Jordan ini. Tapi, aku mencoba untuk menghargainya.

"Iya," jawabku singkat.

"Sebelum sekolah...," ia menggantung perkatannya.

Tambah plus, plus, nyebelin.

"Rumah sakit."

Aku hanya ber-oh-ria. "Lalu, memangnya kenapa kalau ini rumah sakit dulunya? Dulu, sekolahku juga bekas hutan, kemudian sekolah dan belakang sekolahku dijadikan kuburan."

"Ih! Serem!" Suara Atin menginterupsi.

"Mau tahu lebih lanjut?"

"Kalau tidak jawab, berarti iya." Jordan menyimpulkan sendiri.

"Tau gak, toilet yang di halaman belakang, itu bekas kamar mayat, loh."

Badanku meremang. Oke! Kali ini aku takut.

"Serius lu?" Kini giliran aku yang heboh.

"Serius. Gak ada gunanya aku berbohong. Gak dapat apa-apa juga."

"Pernah ada yang hilang di toilet nomor empat, paling ujung dan paling besar ruangannya."

"Hah?! Kok bisa?" tanyaku penasaran. Ada rasa takut di dalam diriku.

"Mau di ceritain?"

"............"

================================
Bersambung >>

Mau diceritain? Hehehe...

Di tanya Jordan tuh.emoticon-Request
0
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.