- Beranda
- Stories from the Heart
Ibu [SHORT HORROR SCI-FI]
...
TS
orbitalthoughts
Ibu [SHORT HORROR SCI-FI]
Quote:
![Ibu [SHORT HORROR SCI-FI]](https://s.kaskus.id/images/2016/12/12/9457159_20161212085548.png)
Halo semuanya!
Ini trit pertama ane dikaskus juga story pertama yg gua coba iseng2 bikin. padahal sebelumnya
gapernah ada hobi nulis samsek juga gasuka baca bacaan yang panjang panjang

Tujuan ane posting di SFTH buat minta feedback juga masukan dari agan-sista semuanya
kalo misalnya responnya bagus, ntar ane update begitu ada waktu kosong.
cerpen/novelet/cerita (?) judul ibu ini sebenernya lebih ke psychological horror sci-fi ya menurut gua. yang pasti bukan true story

i would appreciate any feedback and suggestion, jadi bebas buat komen ya gansis semua!
Part 1 sama part 2 itu isinya tentang theme cerita kedepannya, biar gansis lebih familiar sama vibes-vibes cerita ini, Insyaallah diupdate seminggu dua kali

Without further ado, let's enjoy the ride
Spoiler for INDEX:
Spoiler for WARNING:
Beberapa konten dicerpen ini mungkin tidak pantas dibaca oleh anak dibawah umur.
Spoiler for I. PROLOG:
“Neng, pulang ibu kangen”
---
Jalan Braga pada kamis malam itu terlihat sepi, walaupun masih banyak para pemuda dan gadis remaja yang menikmati malam dengan mengobrol bersama temannya di sebuah convenience storepinggiran dan beberapa memilih untuk minum minum di bar. Beberapa kios dan toko tampak sudah bersiap-siap untuk tutup karena jam sudah menunjukkan pukul setengah sebelas malam.
Jalanan yang basah juga hembusan udara yang dingin sehabis hujan menambah kenyamanan Jalan Braga, Entah kenapa, Suasana lampu remang remang dan suara diskotik yang terpedam itu cukup menenangkan bagi Lula. Tiap malam sehabis kerja, jika ada waktu lenggang, Lula lebih memilih menghabiskan waktunya untuk minum di Bar Ocean bersama teman-temannya, atau sendiri jika dia sedang merasa beruntung dan merasa berkesempatan mendapatkan seseorang untuk menghabiskan malam bersama.
Gadis berumur dua puluh lima tahun yang kurus, tidak terlalu kurus, tetapi cukup ideal. Walaupun begitu ia terkadang merasa insecure dengan postur tubuhnya, ia terlalu peduli akan apa yang orang pikirkan terhadapnya. Rambutnya lurus sebahu berwarna abu-abu. Rambutnya merupakan hal yang paling ia suka darinya, setelah payudaranya.
Lula sedang duduk sendirian di kursi bar itu, mengenakan kaos hitam dan celana jeans pensil berwarna biru muda yang terlihat indah dikakinya. dua sloki vodka kosong terlihat didepannya. Lagu cigarettes after sex – dreaming of you mengalun di keramaian Bar Ocean. Lagu ini mengingatkannya tentang masa lalunya di SMA dulu, tentang teman-temannya, cinta pertamanya, sahabatnya. Dia rindu akan masa mudanya, dia pikir sepertinya dulu hidupnya tidak sesulit dan serumit sekarang, dan yang paling ia rindukan adalah Ibunya, Sudah hampir setahun ia tidak bertemu dengan Ibunya karena kesibukannya.
Ia terlihat murung kali ini, seperti ada sesuatu yang dia pikirkan. Memang Lula pada dasarnya bukan orang yang ceria dan penuh energi. Tetapi tidak biasanya ia murung seperti hari ini.
Lula meraih totebag hitamnya dan mengeluarkan sebungkus Camel Black yang telah ia buka, dan menyulut batang rokok itu. Tidak lama kemudian, Datang pemuda berperawakan tinggi mengenakan parka hijau muda dan celana jeans hitam robek dengan sling bag etnis berwana merah marun. Duduk disamping Lula seraya menepuk pundaknya.
“Udah lama, lul?” ucap pemuda itu. Sedikit kesal, Lula menjawab. “Ada kali sejam, darimana sih lo, Zed?” “Urusan kantor. Klien gua rada gasuka grafis yang gua kirim kemaren, minta diganti typefacenya. Sori yaa.” Balas Zedi memelas, sambil menambahkan “Yaudah, gimana kalo sekarang gua bayarin tapi lo jangan ngambek lagi.” “gausah. gua masih ada duit, eh tapi kalo maksa yaa gapapa lah” jawab Lula sambil tersenyum, menandakan moodnya yang sudah pulih, tetapi seperti masih ada yang mengganggu dibenaknya.
---
“Ada apa lul? Kok kayaknya lagi bete?” Tanya Zedi, sambil menenggak sesloki whiskey Jack Daniels yang sudah ditambah es dan soda. “Engga, cuman kangen ibu aja. Udah lama gua ga pulang sih.” Responnya. “Emang udah berapa lama lo ga pulang?” “Adalah setahun, gua sibuk banget zed. Kemaren sempet nelpon gua sih, terus bilang ‘neng, pulang ibu kangen’. Kayanya gua besok mau ambil cuti terus subuh langsung pulang.” Jawab Lula. “Emang kampung lo dimana lul? Mau gua temenin ga? Gua besok ga akan ngantor soalnya.” Ucap Zedi, tangannya sibuk menyletingkan jaketnya. “di Indramayu, kalo ga ganggu sih mau Zed. Males nyetir sendiri juga gua.” “Yaudah sekarang gua nginep ditempat lo aja biar besok langsung berangkat ya, tapi gua ambil baju dulu dirumah.” Jawab Zedi antusias.
“Boleh, pulang sekarang aja yuk, gua gamau terlalu hangover besok.” Jawab Lula, sambil membereskan bawaanya. “Gua bayar dulu.” Balasnya sambil memberikan kartu debitnya ke bartender.
---
Jalan Braga pada kamis malam itu terlihat sepi, walaupun masih banyak para pemuda dan gadis remaja yang menikmati malam dengan mengobrol bersama temannya di sebuah convenience storepinggiran dan beberapa memilih untuk minum minum di bar. Beberapa kios dan toko tampak sudah bersiap-siap untuk tutup karena jam sudah menunjukkan pukul setengah sebelas malam.
Jalanan yang basah juga hembusan udara yang dingin sehabis hujan menambah kenyamanan Jalan Braga, Entah kenapa, Suasana lampu remang remang dan suara diskotik yang terpedam itu cukup menenangkan bagi Lula. Tiap malam sehabis kerja, jika ada waktu lenggang, Lula lebih memilih menghabiskan waktunya untuk minum di Bar Ocean bersama teman-temannya, atau sendiri jika dia sedang merasa beruntung dan merasa berkesempatan mendapatkan seseorang untuk menghabiskan malam bersama.
Gadis berumur dua puluh lima tahun yang kurus, tidak terlalu kurus, tetapi cukup ideal. Walaupun begitu ia terkadang merasa insecure dengan postur tubuhnya, ia terlalu peduli akan apa yang orang pikirkan terhadapnya. Rambutnya lurus sebahu berwarna abu-abu. Rambutnya merupakan hal yang paling ia suka darinya, setelah payudaranya.
Lula sedang duduk sendirian di kursi bar itu, mengenakan kaos hitam dan celana jeans pensil berwarna biru muda yang terlihat indah dikakinya. dua sloki vodka kosong terlihat didepannya. Lagu cigarettes after sex – dreaming of you mengalun di keramaian Bar Ocean. Lagu ini mengingatkannya tentang masa lalunya di SMA dulu, tentang teman-temannya, cinta pertamanya, sahabatnya. Dia rindu akan masa mudanya, dia pikir sepertinya dulu hidupnya tidak sesulit dan serumit sekarang, dan yang paling ia rindukan adalah Ibunya, Sudah hampir setahun ia tidak bertemu dengan Ibunya karena kesibukannya.
Ia terlihat murung kali ini, seperti ada sesuatu yang dia pikirkan. Memang Lula pada dasarnya bukan orang yang ceria dan penuh energi. Tetapi tidak biasanya ia murung seperti hari ini.
Lula meraih totebag hitamnya dan mengeluarkan sebungkus Camel Black yang telah ia buka, dan menyulut batang rokok itu. Tidak lama kemudian, Datang pemuda berperawakan tinggi mengenakan parka hijau muda dan celana jeans hitam robek dengan sling bag etnis berwana merah marun. Duduk disamping Lula seraya menepuk pundaknya.
“Udah lama, lul?” ucap pemuda itu. Sedikit kesal, Lula menjawab. “Ada kali sejam, darimana sih lo, Zed?” “Urusan kantor. Klien gua rada gasuka grafis yang gua kirim kemaren, minta diganti typefacenya. Sori yaa.” Balas Zedi memelas, sambil menambahkan “Yaudah, gimana kalo sekarang gua bayarin tapi lo jangan ngambek lagi.” “gausah. gua masih ada duit, eh tapi kalo maksa yaa gapapa lah” jawab Lula sambil tersenyum, menandakan moodnya yang sudah pulih, tetapi seperti masih ada yang mengganggu dibenaknya.
---
“Ada apa lul? Kok kayaknya lagi bete?” Tanya Zedi, sambil menenggak sesloki whiskey Jack Daniels yang sudah ditambah es dan soda. “Engga, cuman kangen ibu aja. Udah lama gua ga pulang sih.” Responnya. “Emang udah berapa lama lo ga pulang?” “Adalah setahun, gua sibuk banget zed. Kemaren sempet nelpon gua sih, terus bilang ‘neng, pulang ibu kangen’. Kayanya gua besok mau ambil cuti terus subuh langsung pulang.” Jawab Lula. “Emang kampung lo dimana lul? Mau gua temenin ga? Gua besok ga akan ngantor soalnya.” Ucap Zedi, tangannya sibuk menyletingkan jaketnya. “di Indramayu, kalo ga ganggu sih mau Zed. Males nyetir sendiri juga gua.” “Yaudah sekarang gua nginep ditempat lo aja biar besok langsung berangkat ya, tapi gua ambil baju dulu dirumah.” Jawab Zedi antusias.
“Boleh, pulang sekarang aja yuk, gua gamau terlalu hangover besok.” Jawab Lula, sambil membereskan bawaanya. “Gua bayar dulu.” Balasnya sambil memberikan kartu debitnya ke bartender.
Spoiler for II. VISIONS:
“Akhirnya kamu pulang.”
--
Aku terbangun di tempat yang familiar bagiku, tempat dimana aku menghabiskan waktu kecilku sampai lulus SMA. Rumah belanda tua dengan interior berisikan furnitur vintage yang masih bagus walaupun sudah berumur. “Ini pasti mimpi.” Ucapku dalam hati.
Aku sekarang berada di ruang makan rumahku, suasananya masih sama seperti saat aku masih tinggal disini, karpet merah tua, lampu gantung dengan bohlam berwarna kekuningan, Jam besar milik kakek yang berdenting tiap jam 12 malam. Sebuah tv kuno yang berada diatas bupet jati tua, semuanya masih sama. Yang beda hanya suasana tempat ini, rasanya aneh. Mencekam dan terasa penuh kesedihan. Akupun tidak melihat ibuku disana.
“Ibu, Aku pulang.” Sahutku, tapi tidak ada yang menjawab. Aku naik keatas untuk mencari ibuku, suara derit tangga tua ikut berbunyi mengikuti langkahku. Cahaya bulan dan kilat petir menyorot jendela diujung lorong atas. Akupun berjalan kepintu kamar ibuku yang berada diujung lorong, tepat setelah pintu kekamarku dan kamar adikku, Intan.
Bersamaan saat aku memegang engsel pintu kamar ibuku, Aku mendengar ibuku memanggil dengan suara yang tidak asing dan lirih “Neng?” ucapnya, akupun langsung membuka pintu kamar Ibuku.
“Akhirnya kamu pulang.” Ucapnya, dia duduk disamping kasurnya tanpa ekspresi, dengan air mata yang menetesi pipinya, kantung matanya tampak jelas dibawah kelopak matanya. Tv dikamarnya hanya menunjukan layar statis dan memberi cahaya keputihan dikamarnya.
“Ibu..” Ucapku, aku tidak bisa menahan kesedihan dan mataku mulai berat oleh air. Pada saat dimana aku hendak menghampirinya, untuk memeluknya. Sebuah cairan lengket kental berwarna hitam mulai keluar dari dinding kamar ibuku, dan perlahan merayapi lantai dan dinding. Sehingga semuanya menjadi gelap juga lembab. Dan kemudian bergerak merayapi kaki ibuku, menuju tubuhnya, menjalar kekepala juga wajahnya. Lalu ibuku pun terbalut dengan cairan itu sepenuhnya. Aku tidak bisa bergerak, tubuhku kaku, kulihat cairan itu mulai menjalar kepadaku. Ibuku membuka mulutnya, yang sekarang terlihat seperti lubang berwarna merah diwajah sosok hitam yang tidak kukenali lagi, ia berteriak.
“JANGAN PULANG!!”
Aku terhentak jatuh kebelakang.
Akupun merasakan perasaan yang amat intens. Takut, Sedih semua campur aduk menjadi satu. Cairan lengket itu mulai menjalar keseluruh badanku, dan berakhir diwajahku. Perlahan lahan mulai menutupi pandanganku sehingga pandanganku mulai kabur.
“Maafkan aku ibu.”
--
Aku terbangun di tempat yang familiar bagiku, tempat dimana aku menghabiskan waktu kecilku sampai lulus SMA. Rumah belanda tua dengan interior berisikan furnitur vintage yang masih bagus walaupun sudah berumur. “Ini pasti mimpi.” Ucapku dalam hati.
Aku sekarang berada di ruang makan rumahku, suasananya masih sama seperti saat aku masih tinggal disini, karpet merah tua, lampu gantung dengan bohlam berwarna kekuningan, Jam besar milik kakek yang berdenting tiap jam 12 malam. Sebuah tv kuno yang berada diatas bupet jati tua, semuanya masih sama. Yang beda hanya suasana tempat ini, rasanya aneh. Mencekam dan terasa penuh kesedihan. Akupun tidak melihat ibuku disana.
“Ibu, Aku pulang.” Sahutku, tapi tidak ada yang menjawab. Aku naik keatas untuk mencari ibuku, suara derit tangga tua ikut berbunyi mengikuti langkahku. Cahaya bulan dan kilat petir menyorot jendela diujung lorong atas. Akupun berjalan kepintu kamar ibuku yang berada diujung lorong, tepat setelah pintu kekamarku dan kamar adikku, Intan.
Bersamaan saat aku memegang engsel pintu kamar ibuku, Aku mendengar ibuku memanggil dengan suara yang tidak asing dan lirih “Neng?” ucapnya, akupun langsung membuka pintu kamar Ibuku.
“Akhirnya kamu pulang.” Ucapnya, dia duduk disamping kasurnya tanpa ekspresi, dengan air mata yang menetesi pipinya, kantung matanya tampak jelas dibawah kelopak matanya. Tv dikamarnya hanya menunjukan layar statis dan memberi cahaya keputihan dikamarnya.
“Ibu..” Ucapku, aku tidak bisa menahan kesedihan dan mataku mulai berat oleh air. Pada saat dimana aku hendak menghampirinya, untuk memeluknya. Sebuah cairan lengket kental berwarna hitam mulai keluar dari dinding kamar ibuku, dan perlahan merayapi lantai dan dinding. Sehingga semuanya menjadi gelap juga lembab. Dan kemudian bergerak merayapi kaki ibuku, menuju tubuhnya, menjalar kekepala juga wajahnya. Lalu ibuku pun terbalut dengan cairan itu sepenuhnya. Aku tidak bisa bergerak, tubuhku kaku, kulihat cairan itu mulai menjalar kepadaku. Ibuku membuka mulutnya, yang sekarang terlihat seperti lubang berwarna merah diwajah sosok hitam yang tidak kukenali lagi, ia berteriak.
“JANGAN PULANG!!”
Aku terhentak jatuh kebelakang.
Akupun merasakan perasaan yang amat intens. Takut, Sedih semua campur aduk menjadi satu. Cairan lengket itu mulai menjalar keseluruh badanku, dan berakhir diwajahku. Perlahan lahan mulai menutupi pandanganku sehingga pandanganku mulai kabur.
“Maafkan aku ibu.”
Diubah oleh orbitalthoughts 25-12-2016 13:48
anasabila memberi reputasi
1
2.5K
Kutip
20
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
orbitalthoughts
#5
Spoiler for III. DEPARTURE PART 1:
Lula terbangun dikamarnya, punggung dan seluruh tubuhnya basah dengan keringat. Ia masih sedikit terguncang oleh mimpinya tadi malam.
“Apakah mimpi itu sebuah pertanda?”
Pikirnya dalam hati. Ia pun meraih ponselnya dan mencoba menelepon ibunya.
“Halo? Neng?” Ibunya menjawab.
“Ibu…” Balas lula dengan suara yang rada lemas.
“Ada apa neng, tumben tumbenan nelpon ibu pagi pagi jam segini?” jawab ibunya dengan nada heran.
“Engga bu, Lula kangen.”
Lula pun menambahkan “Nanti Lula mau pulang kerumah bu, dari sini berangkat jam 8.”
“Oh iya? Emang hari ini libur neng?” Dari nada ibunya, ia seperti tidak bisa menutupi kegembiraanya.
“Lula ambil cuti bu, lagian udah lama juga Lula engga pulang, kan?” Respon Lula.
“Ohh gitu, Pasti udah kangen banget sama ibu yaa. Yaudah ntar ibu masak. Intan juga udah kangen sama kamu tuh.” Jawab ibunya sambil bercanda.
“Mana ada dia kangen sama Lula bu, malah seneng ga ada yang gangguin” Jawab Lula sambil tertawa kecil.
“Tapi dia nanyain kamu mulu sih, ‘Bu, kenapa teteh ga pulang pulang’ katanya.” Respon Ibunya sambil meniru gaya adiknya berbicara.
“Yaudah bu, Lula mau siap-siap dulu yaa. Dadah ibu.” Jawab Lula.
“Iyaa, ditunggu ya.”
Lula berjalan ke ruang tengah apartmentnya, Zedi masih tertidur pulas di sofa berwarna krem miliknya. Lula pun kemudian bersiap-siap untuk mandi. Ia sudah tidak sabar untuk bertemu ibunya.
--
Zedi adalah teman terdekat Lula yang dipertemukan saat mereka menempuh studi di salah satu Universitas ternama di Jatinangor. Zedi juga teman pertamanya di Bandung setelah pindah dari Pulau Sukawening, Indramayu.
--
Zedi dan Lula sudah berada dalam perjalanan memakai Toyota Agya berwarna silver milik Zedi. Waktu menunjukkan pukul setengah dua belas siang. Zedi berada dibalik kemudi sementara Lula duduk disampingnya, Sambil kembali menyulut batang rokok Camel Black favoritnya.
“Lul, jangan ngeroko mulu napa.” Tegur Zedi akan kebiasaan buruk sahabatnya. “Emang kenapa sih? Sumpah gua pengen berenti tapi susah.” Jawabnya mengelak.
--
Pemandangan pegunungan dan lembah-lembah membuat Lula sedikit tersesat dalam pikirannya, Lagu Melody’s echo chamber – I follow you berputar di sound system mobil itu.
Lula teringat akan masa kecilnya yang ia habiskan di halaman belakang rumahnya bersama Ibunya dan Adiknya. Ia masih ingat disaat ibunya sering menemaninya bermain ayunan yang ayahnya buat menggunakan tambang dan ban mobil bekas di Pohon Beringin belakang rumahnya.
Umur Lula dan adiknya berbeda cukup jauh, yaitu sembilan tahun.
“Ibu, ayah kemana sih? Tanya Intan kecil sambil mengayun dengan dinamis.
“Ayahmu udah pergi kesurga waktu ibu mengandung kamu, Intan. Ibu masih ingat waktu ibu hamil sama kamu, Ayahmu susah-susahan bikin ayunan ini, katanya biar nanti kamu sama Neng Lula ada mainan.” Jawab ibunya sambil tersenyum kecil.
“Kenapa ayah harus pergi ya bu?.” Tanya Lula kecil dengan polos.
“Semua orang jika udah waktunya memang harus pergi Neng. Nanti juga ada waktunya ibu pergi. Pas ibu pergi, jangan sedih ya. Inget semua nasehat ibu, jangan sampai kalian jadi anak nakal, nanti ibu jadi sedih.” Ucap Ibunya, sambil mendorong Intan kecil diayunan dengan perlahan.
“Gamau, Pokonya Lula mau ikut ibu, kemanapun ibu pergi.” Jawab Lula kecil dengan nada tinggi.
--
“Lul, Masih jauh gak?” Tanya Zedi sambil sibuk dengan GPSnya.
“Setengah jam lagi kok, Di GPS paling cepet lewat mana?” Jawab Lula.
“Udah paling cepet lewat jalan ini sih, tapi kok kayak ga nyampe nyampe ya.” Keluh Zedi.
“Itu didepan ada Jembatan ke pulau, Kayanya baru dibuat. Coba lewat situ.”
“Siap Bosku.” Jawab Zedi
“Sejak kapan ada jembatan ini disini ya, Perasaan dulu gak kaya gini.” Tanya Lula.
“Emang dulu biasanya lewat mana lul?” Responnya.
“Engga tau sih, tapi kaya yang beda aja jalannya.” Jawab Lula kebingungan.
“Lo masih hangover ya Lul?” Tanya Zedi Bercanda.
“Enggalah, Hangover darimananya gua aja ga minum banyak kemaren.” Jawab Lula sedikit kesal.
“Iyaa bercanda.” Ucap Zedi sambil mengemudi menuju jembatan besar itu.”
Jembatan itu tampak kokoh menghubungkan Pulau Sukawening dengan kabupaten Indramayu, Lembah yang dipenuhi pepohonan hijau lebat dengan anak sungai yang airnya berwarna bening dibawahnya menambah keindahan jembatan itu. Mereka berdua terus berkendara menelusuri jalan yang cukup besar itu lebih dalam.
--
“Didepan belok kanan Di, yang jalannya naik kebukit.” Kata Lula.
“Oke.” Jawab Zedi.
Zedi memutar setirnya dan mengendara menuju keatas bukit. Rumah Lula tepat berada diatas bukit itu. Dibawahnya terdapat pemukiman yang diisi oleh penduduk setempat. Desa itu tampak sepi seperti biasanya. Karena sebagian besar penduduknya lebih memilih merantau keluar kota.
--
Mobil mereka masuk melewati gerbang besar yang terbuat dari besi, Warnanya sudah berkarat dimakan oleh waktu. Zedi kemudian parkir dihalaman depan rumahnya. Ibu dan adiknya sudah menunggu diteras depan rumah. Lula langsung turun dari mobil untuk bertemu keluarganya setelah sekian lama tidak bertemu.
“Ibuu!!” Sahut Lula sambil berlari kecil menuju teras, dan memeluk Ibunya.
“Neng? Gusti nu agung..”, ibunya pun memeluk Lula dengan erat.
“Intan!! Masih nakal ga?” Basa-basi Lula sambil memeluk adiknya.
“Teteh kemana aja sih? Kok baru pulang sekarang? Tanya Intan sambil tidak bisa menutupi ekspresi kecewa diwajahnya.
“Maklum tan, tetehmu sekarang lagi banyak kerjaan. Kamu kesini sama siapa Neng?” Tanya ibunya, sambil tersenyum.
“Sama Zedi bu, Temen Lula yang dulu sekuliah.” Jawabnya.
“Ooh sama Zedi, yaudah masuk dulu didalem aja yuk. Ibu udah masakin ayam goreng.” Sambut ibunya, Mereka bertigapun langsung bergegas kedalam rumah. Zedi pun tidak lama kemudian menyusul.
“Apakah mimpi itu sebuah pertanda?”
Pikirnya dalam hati. Ia pun meraih ponselnya dan mencoba menelepon ibunya.
“Halo? Neng?” Ibunya menjawab.
“Ibu…” Balas lula dengan suara yang rada lemas.
“Ada apa neng, tumben tumbenan nelpon ibu pagi pagi jam segini?” jawab ibunya dengan nada heran.
“Engga bu, Lula kangen.”
Lula pun menambahkan “Nanti Lula mau pulang kerumah bu, dari sini berangkat jam 8.”
“Oh iya? Emang hari ini libur neng?” Dari nada ibunya, ia seperti tidak bisa menutupi kegembiraanya.
“Lula ambil cuti bu, lagian udah lama juga Lula engga pulang, kan?” Respon Lula.
“Ohh gitu, Pasti udah kangen banget sama ibu yaa. Yaudah ntar ibu masak. Intan juga udah kangen sama kamu tuh.” Jawab ibunya sambil bercanda.
“Mana ada dia kangen sama Lula bu, malah seneng ga ada yang gangguin” Jawab Lula sambil tertawa kecil.
“Tapi dia nanyain kamu mulu sih, ‘Bu, kenapa teteh ga pulang pulang’ katanya.” Respon Ibunya sambil meniru gaya adiknya berbicara.
“Yaudah bu, Lula mau siap-siap dulu yaa. Dadah ibu.” Jawab Lula.
“Iyaa, ditunggu ya.”
Lula berjalan ke ruang tengah apartmentnya, Zedi masih tertidur pulas di sofa berwarna krem miliknya. Lula pun kemudian bersiap-siap untuk mandi. Ia sudah tidak sabar untuk bertemu ibunya.
--
Zedi adalah teman terdekat Lula yang dipertemukan saat mereka menempuh studi di salah satu Universitas ternama di Jatinangor. Zedi juga teman pertamanya di Bandung setelah pindah dari Pulau Sukawening, Indramayu.
--
Zedi dan Lula sudah berada dalam perjalanan memakai Toyota Agya berwarna silver milik Zedi. Waktu menunjukkan pukul setengah dua belas siang. Zedi berada dibalik kemudi sementara Lula duduk disampingnya, Sambil kembali menyulut batang rokok Camel Black favoritnya.
“Lul, jangan ngeroko mulu napa.” Tegur Zedi akan kebiasaan buruk sahabatnya. “Emang kenapa sih? Sumpah gua pengen berenti tapi susah.” Jawabnya mengelak.
--
Pemandangan pegunungan dan lembah-lembah membuat Lula sedikit tersesat dalam pikirannya, Lagu Melody’s echo chamber – I follow you berputar di sound system mobil itu.
Lula teringat akan masa kecilnya yang ia habiskan di halaman belakang rumahnya bersama Ibunya dan Adiknya. Ia masih ingat disaat ibunya sering menemaninya bermain ayunan yang ayahnya buat menggunakan tambang dan ban mobil bekas di Pohon Beringin belakang rumahnya.
Umur Lula dan adiknya berbeda cukup jauh, yaitu sembilan tahun.
“Ibu, ayah kemana sih? Tanya Intan kecil sambil mengayun dengan dinamis.
“Ayahmu udah pergi kesurga waktu ibu mengandung kamu, Intan. Ibu masih ingat waktu ibu hamil sama kamu, Ayahmu susah-susahan bikin ayunan ini, katanya biar nanti kamu sama Neng Lula ada mainan.” Jawab ibunya sambil tersenyum kecil.
“Kenapa ayah harus pergi ya bu?.” Tanya Lula kecil dengan polos.
“Semua orang jika udah waktunya memang harus pergi Neng. Nanti juga ada waktunya ibu pergi. Pas ibu pergi, jangan sedih ya. Inget semua nasehat ibu, jangan sampai kalian jadi anak nakal, nanti ibu jadi sedih.” Ucap Ibunya, sambil mendorong Intan kecil diayunan dengan perlahan.
“Gamau, Pokonya Lula mau ikut ibu, kemanapun ibu pergi.” Jawab Lula kecil dengan nada tinggi.
--
“Lul, Masih jauh gak?” Tanya Zedi sambil sibuk dengan GPSnya.
“Setengah jam lagi kok, Di GPS paling cepet lewat mana?” Jawab Lula.
“Udah paling cepet lewat jalan ini sih, tapi kok kayak ga nyampe nyampe ya.” Keluh Zedi.
“Itu didepan ada Jembatan ke pulau, Kayanya baru dibuat. Coba lewat situ.”
“Siap Bosku.” Jawab Zedi
“Sejak kapan ada jembatan ini disini ya, Perasaan dulu gak kaya gini.” Tanya Lula.
“Emang dulu biasanya lewat mana lul?” Responnya.
“Engga tau sih, tapi kaya yang beda aja jalannya.” Jawab Lula kebingungan.
“Lo masih hangover ya Lul?” Tanya Zedi Bercanda.
“Enggalah, Hangover darimananya gua aja ga minum banyak kemaren.” Jawab Lula sedikit kesal.
“Iyaa bercanda.” Ucap Zedi sambil mengemudi menuju jembatan besar itu.”
Jembatan itu tampak kokoh menghubungkan Pulau Sukawening dengan kabupaten Indramayu, Lembah yang dipenuhi pepohonan hijau lebat dengan anak sungai yang airnya berwarna bening dibawahnya menambah keindahan jembatan itu. Mereka berdua terus berkendara menelusuri jalan yang cukup besar itu lebih dalam.
--
“Didepan belok kanan Di, yang jalannya naik kebukit.” Kata Lula.
“Oke.” Jawab Zedi.
Zedi memutar setirnya dan mengendara menuju keatas bukit. Rumah Lula tepat berada diatas bukit itu. Dibawahnya terdapat pemukiman yang diisi oleh penduduk setempat. Desa itu tampak sepi seperti biasanya. Karena sebagian besar penduduknya lebih memilih merantau keluar kota.
--
Mobil mereka masuk melewati gerbang besar yang terbuat dari besi, Warnanya sudah berkarat dimakan oleh waktu. Zedi kemudian parkir dihalaman depan rumahnya. Ibu dan adiknya sudah menunggu diteras depan rumah. Lula langsung turun dari mobil untuk bertemu keluarganya setelah sekian lama tidak bertemu.
“Ibuu!!” Sahut Lula sambil berlari kecil menuju teras, dan memeluk Ibunya.
“Neng? Gusti nu agung..”, ibunya pun memeluk Lula dengan erat.
“Intan!! Masih nakal ga?” Basa-basi Lula sambil memeluk adiknya.
“Teteh kemana aja sih? Kok baru pulang sekarang? Tanya Intan sambil tidak bisa menutupi ekspresi kecewa diwajahnya.
“Maklum tan, tetehmu sekarang lagi banyak kerjaan. Kamu kesini sama siapa Neng?” Tanya ibunya, sambil tersenyum.
“Sama Zedi bu, Temen Lula yang dulu sekuliah.” Jawabnya.
“Ooh sama Zedi, yaudah masuk dulu didalem aja yuk. Ibu udah masakin ayam goreng.” Sambut ibunya, Mereka bertigapun langsung bergegas kedalam rumah. Zedi pun tidak lama kemudian menyusul.
ane bikin part ini buru buru, sorry for the flaws

Diubah oleh orbitalthoughts 12-12-2016 17:27
0
Kutip
Balas