- Beranda
- Stories from the Heart
Pelangi Diatas Laut
...
TS
.raffertha
Pelangi Diatas Laut
Quote:
Aku duduk didepan jendela kamarku.
Melihat langit yang biru dan awan putih yang menghiasi.
Hari ini cukup cerah.
Membuatku ingin sekali pergi keluar hanya untuk berkunjung ke tempat-tempat yang menyenangkan.
Namaku Andrea Raffertha.
Aku biasa dipanggil Rea.
Aku lahir dikeluarga yang berkecukupan, walaupun teman-temanku selalu mengatakan bahwa aku adalah anak orang kaya.
Ya memang ayahku seorang pegawai negeri sipil yang golongannya sudah tinggi dengan jabatan menjanjikan.
Apa lagi ibuku.
Ibuku seorang Sekretaris Direksi Utama disebuah perusahaan milik negara.
Aku duduk dibangku Sekolah Menegah Atas kelas 10.
Dan dari sinilah kisahku dimulai.
Quote:
Spoiler for Sambutan:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Polling
0 suara
Siapakah sosok yang abadi dalam hati Andrea Raffertha ?
Diubah oleh .raffertha 14-08-2017 05:52
Arsana277 dan 5 lainnya memberi reputasi
6
838K
4.5K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.8KAnggota
Tampilkan semua post
TS
.raffertha
#1635
Part 57
Ini adalah hari penetuan kenaikan kelasku.
Tepat hari itu, aku bersama Mama menuju ke sekolah untuk pengambilan raporku.
Biasanya, aku tidak pernah ikut.
Tetapi, kali ini aku ingin sekali ikut kesana karena aku ingin mengetahui dimana kelasku nanti.
Aku ikhlas dan aku pasrah, jika kelasku nantinya dijurusan IPS atau IPA.
Karena aku lemah dengan kedua jurusan itu.
Ada rasa menyesal dalam diriku.
Mengapa aku tidak terima saja tawaran pindah sekolah dari orang tuaku ?
Jika akhirnya, Vania dengan yang lain.
Tetapi, rasa menyesal itu terobat dengan kehadiran Calista dalam hidupku.
Begitu perhatiannya dia terhadapku.
Senyumnya yang manis.
Ah, sepertinya memang aku harus berada disekolah ini hingga kelulusanku.
Mama : "Andrea.. Udah siap belom ?"
Rea : "Udah, Ma.. Sebentar.."
Setelah selesai bersiap, aku turun kebawah menemui mamaku.
Papaku sedang sibuk dengan motornya yang akan dijual ketemannya.
Mama : "Yuk, berangkat.."
Rea : "Yuk.."
Papa : "Re, ini motor gw jual ga apa-apa ya ?"
Rea : "Jual aja.. Aku juga kurang suka.. Gede banget.."
Papa : "Ya udah sono.. Hati-hati dijalan.."
Mama : "Mama berangkat ya, Pa.. Assalamu 'alaikum.."
Papa : "Wa 'alaikum salam.."
Aku dan Mama segera berjalan menuju tempat dimana mobil mama diparkirkan.
Mama : "Kamu aja yang bawa, Re.."
Rea : "Aduh, Ma.. Temen-temenku bisa kaget aku bawa mobil ini.."
Mama : "Sekali-kali, ga apa-apa lah.."
Rea : "Hhmm.. Ya udah deh.."
Aku jalankan mobil putih terang milik mamaku.
Mama : "Kamu mau masuk IPA atau IPS ?"
Rea : "Yang mana aja deh, Ma.. Aku bisanya bahasa.."
Mama : "Kalau kuliah mau ambil bahasa ?"
Rea : "Ya sepertinya, tapi aku lebih minat di IT sih.. Karena aku suka nge game sama ngoprek PC.."
Mama : "Hhmm.. Ya udah nanti belajar aja yang bener.. Mama kan cuma bisa support aja.."
15 menit perjalanan kali ini.
Aku dan Mama sampai disekolah.
Banyak mata yang melihat kearah mobil Mama.
Ya wajar saja, mobil mama memang bagus dan terawat.
Walaupun yang sebenarnya merawat itu Papaku.
Hehehehehe.
Mama : "Kamu mau masuk ?"
Rea : "Mama aja deh.. Aku mau ketemu temen-temenku dibawah.."
Mama : "Ya udah.. Kalo udah, nanti keatas ya.."
Rea : "Iya, Ma.."
Aku berjalan menuju kebawah untuk menemui teman-temanku yang sedang berkumpul ditepi lapangan.
Disana ada Adrian, Calista, Vania, dan yang lain.
Tetapi, aku lebih akrab kepada mereka bertiga.
Adrian : "Wih.. Andrea.."
Rea : "Oi, Dri.."
Adrian : "Itu.. Mobil lo ?"
Rea : "Punya mama gw.."
Adrian : "Lo.. Bisa bawa nya ?"
Rea : "Bisa.."
Adrian : "Anjrit.. Gokil lo, Re.."
Vania : "Re, masuk mana jadinya ? IPA apa IPS ?"
Adrian : "Belum tau, Van.. Kamu dimana ?"
Vania : "Aku IPS.. Sedih deh.."
Adrian : "Kan sekelas sama gw, Van.. Masa sedih.. Hahahahahaha.."
Vania : "Karena ada lo, gw jadi sedih.."
Rea : "Lista.."
Lista : "...."
Rea : "Kok diem aja ?"
Adrian : "Tau nih.. Lista ga asik ah.."
Rea : "Ada masalah, Ta ?"
Lista : "....", dia menggelengkan kepalanya.
Rea : "Sini, ikut aku..", sambil menarik tangannya menjauh dari teman-temanku.
Aku bawa dia ketempat dimana aku dan kawan-kawanku suka berkumpul.
Disana, suasananya enak.
Sepi dan angin yang berhembus membuat tempat itu semakin nyaman.
Rea : "Ada masalah apa, Lista ?"
Lista : "Re.."
Rea : "Ya ?"
Lista : "Aku boleh minta sesuatu ?"
Rea : "Apa ?"
Lista : "Bisa ga mulai sekarang kamu jauhin aku ?"
Rea : "Loh, kenapa ?"
Lista : "Aku takut sama dia.."
Rea : "Cowok itu ?"
Lista : "....", dia menganggukkan kepalanya.
Rea : "Kenapa dia ? Nyakitin kamu lagi ?"
Lista : "....", dia menggelengkan kepalanya.
Rea : "Terus ?"
Lista : "Aku yang takut kamu diapa-apain sama dia.."
Rea : "Ya ampun Lista.."
Lista : "Aku udah liat kok didaftar punya Bu Kania tadi.. Kita sekelas nanti di kelas XI.."
Rea : "Satu kelas ?"
Lista : "Aku dan kamu ada dikelas yang sama.. Itu semakin bikin kita deket, Re.."
Rea : "...."
Lista : "Aku mau pindah sekolah aja, Re.."
Rea : "Lista.. Ngga.. Aku ga mau.. Aku ga peduli sama cowok itu, Lista.. Mau dia bikin aku babak belur juga aku ga peduli.."
Lista : "Kamu ga inget waktu kamu luka-luka ? Aku sedih liat kamu.."
Rea : "...."
Lista : "Aku ga mau kamu kayak gitu lagi.."
Rea : "Lista.. Aku sayang kamu.. Aku ga peduli apa kata orang.. Apa yang akan orang lain lakuin."
Lista : "Aku juga sayang kamu, Re.."
Rea : "Udah udah.. Jangan dipikirin.. Kamu ga boleh pindah.. Kamu ga boleh jauhin aku.."
Lista : "Tapi.."
Rea : "Tapi apa ? Aku ga takut sama mereka.."
Lista : "...."
Rea : "Udah berkali-kali aku bilang ke kamu, Ta.. Aku ga peduli aku mau dihancurin kayak apa, yang penting aku ga liat kamu sedih.. Aku mau kamu tetep seneng.."
Lista : "...."
Rea : "Udah udah.. Kita jalanin aja hubungan kita yang ga jelas ini.. Nanti lama-lama juga cowok itu bosen.."
Lista : "Iya, Re.. Makasih ya udah mau bikin aku seneng.."
Rea : "Sama-sama, Lista.. Yuk, balik ketemen-temen.."
Aku ajak Calista untuk berkumpul lagi dengan temanku.
Tetapi mama sudah mengajakku pulang.
Rea : "Vania, Lista, Adrian.. Balik ya.."
Adrian : "Yoi.."
Vania : "Hati-hati ya, Andrea dan tante.."
Mama : "Iya.. Vania kalo mau main kerumah, main aja.."
Vania : "Iya nanti kalo aku sempet.."
Lista : "Ibu, hati-hati dijalan ya.."
Mama : "Iya, Lista.. Salam buat mamamu ya.."
Lista : "Iya nanti saya sampein.."
Mama : "Makasih loh yang kemarin.. Kamu udah rawat Rea sekalian masakin buat saya.."
Rea : "Ma.. Ayo.."
Aku lihat ada raut wajah yang kaget dari Vania ketika dia mendengar bahwa Calista memasak untuk keluargaku.
Aku dan Mama segera meninggalkan sekolah dan pulang kerumah.
Mama : "Kamu masuk IPA loh.."
Rea : "Aku udah tau, Ma.."
Rea : "Ma, tadi Vania kaget tau mama bilang Calista masak dirumah.."
Mama : "Kaget kenapa ?"
Rea : "Aduh, Ma.. Vania kan gitu-gitu pernah suka sama aku.. Ya pasti kaget lah dengernya.. Udah kayak menantu sendiri si Calista.."
Mama : "Hahahahahahaha.. Biar aja.."
Rea : "Biar aja gimana.. Aku yang masalahnya nambah lagi nanti.."
Mama : "Ga apa-apa.. Biar kamu cepet dewasa.."
Sesampainya dirumah, aku melihat Papa dan temannya sedang melihat motornya.
Aku hanya sekedar bersalaman lalu pergi menuju kamarku.
Aku cek HPku.
Ada SMS masuk.
Aku segera berganti baju dan bergegas menuju tempat itu.
Mama : "Kamu mau kemana lagi ?"
Rea : "Ketemu Vania.. Bener kan apa yang aku bilang.."
Mama : "Ya udah.. Hati-hati dijalan ya.."
Rea : "Iya, Ma.. Aku berangkat.."
Aku berangkat dari rumahku.
Aku berjalan dengan cepat menuju jalan besar dekat rumahku untuk naik angkutan umum menuju tempat itu.
40 menit kemudian, aku sampai disana.
Ternyata sudah ada Vania.
Rea : "Udah lama nunggu nya, Van ?"
Vania : "Ngga.. Aku juga belum lama sampe.."
Rea : "Aku duduk disamping kamu ya.."
Aku duduk disamping Vania.
Sambil menatap lautan didepan sana.
Vania : "Jujur aja sama aku, Re.."
Rea : "Itu aku udah jujur, Van.."
Vania : "Bohong !! Aku benci sama tukang bohong !!"
Rea : "Apa guna nya kalo aku jujur juga kamu udah sama Wira !!"
Vania : "...."
Rea : "Aku mulai deket sama dia waktu Bu Kania minta aku sama dia wakilin sekolah untuk lomba.."
Vania : "...."
Rea : "Ya memang saat itu aku masih sayang sama kamu, Van.."
Vania : "Ya aku tau.. Waktu itu emang hubungan kita lagi tegang-tegangnya, Re.."
Rea : "...."
Vania : "Tapi, perasaan kekamu tetep ga berubah.. Aku masih sayang sama kamu.. Kadang aku kanget berat sama kamu.."
Rea : "Kenapa ga bilang sama aku ?"
Vania : "Apa gunanya aku bilang kalo kamu lagi deket sama perempuan lain ?"
Rea : "Kamu juga sibuk dengan cowok-cowok lain, Van.."
Suasana menjadi hening.
Tak ada satu kata apapun yang keluar dari mulutku dan mulutnya.
Sampai akhirnya angin berhembus dan membuyarkan lamunanku.
Rea : "Semenjak itu, dia deket sama aku.. Kita latihan bareng.. Dia perhatian sama aku.. Waktu aku sakit, dia jengukin aku.."
Vania : "...."
Rea : "Padahal, aku berharap kamu yang ada disampingku waktu itu.."
Vania : "Re.."
Rea : "...."
Vania : "Sampai sekarangpun, perasaanku ke kamu ga hilang loh.."
Rea : "Maksudnya ?"
Vania : "Aku masih sayang sama kamu.."
Rea : "Gimana sama Wira ?"
Vania : "Rasa sayangku ke Wira beda sama rasa sayangku ke kamu.."
Rea : "...."
Vania : "Wira punya ruang tersendiri dihatiku.. Tapi, seluruh hatiku masih diisi sama kamu, Re.."
Rea : "Kalo masalah perasaan.. Rasa aku ke kamu udah ga kayak dulu, Van.. Hatiku udah hancur.."
Vania : "...."
Rea : "Lalu, Calista datang.. Dia yang memperbaiki hatiku yang hancur sama kamu.."
Rea : "Terus, setelah hati ini udah baik, kamu mau coba masuk lagi ke hati aku, Van ? Maaf, aku ga bisa, Van.."
Vania : "....", matanya mulai berkaca-kaca dan air matanya mulai turun membasahi pipinya.
Rea : "Kita udah punya pasangan masing-masing.. Kamu punya Wira.. Aku punya Calista.."
Vania : "Tapi, aku ga percaya aja Calista udah sejauh itu.."
Rea : "Ya emang dia juga mulai deket sama keluargaku, Van.."
Vania : "Ya udahlah.. Mau diapain lagi.."
Rea : "Kamu ga dicariin sama Wira ?"
Vania : "Ini aku mau ketemu dia.. Dah, Rea..", dia berdiri lalu pergi meninggalkanku.
Terlihat raut wajah yang tak senang dari Vania.
Setelah menghancurkan hatiku, dia ingin kembali mengisinya.
Padahal, jelas sudah bahwa Calista yang memperbaiki hati ini.
Tetap saja, Vania menjadi warna pelangi yang pertama yang mengisi hatiku.
Aku tidak akan melupakanya.
Dia yang mengajariku tentang cinta sejati.
Dia yang mengajariku akan kesabaran dalam menghadapi perempuan.
Sesosok perempuan yang aku cintai pertama kali dan menjadi warna pelangi yang pertama.
Dialah Vania Okalina.
Tepat hari itu, aku bersama Mama menuju ke sekolah untuk pengambilan raporku.
Biasanya, aku tidak pernah ikut.
Tetapi, kali ini aku ingin sekali ikut kesana karena aku ingin mengetahui dimana kelasku nanti.
Aku ikhlas dan aku pasrah, jika kelasku nantinya dijurusan IPS atau IPA.
Karena aku lemah dengan kedua jurusan itu.
Ada rasa menyesal dalam diriku.
Mengapa aku tidak terima saja tawaran pindah sekolah dari orang tuaku ?
Jika akhirnya, Vania dengan yang lain.
Tetapi, rasa menyesal itu terobat dengan kehadiran Calista dalam hidupku.
Begitu perhatiannya dia terhadapku.
Senyumnya yang manis.
Ah, sepertinya memang aku harus berada disekolah ini hingga kelulusanku.
Mama : "Andrea.. Udah siap belom ?"
Rea : "Udah, Ma.. Sebentar.."
Setelah selesai bersiap, aku turun kebawah menemui mamaku.
Papaku sedang sibuk dengan motornya yang akan dijual ketemannya.
Mama : "Yuk, berangkat.."
Rea : "Yuk.."
Papa : "Re, ini motor gw jual ga apa-apa ya ?"
Rea : "Jual aja.. Aku juga kurang suka.. Gede banget.."
Papa : "Ya udah sono.. Hati-hati dijalan.."
Mama : "Mama berangkat ya, Pa.. Assalamu 'alaikum.."
Papa : "Wa 'alaikum salam.."
Aku dan Mama segera berjalan menuju tempat dimana mobil mama diparkirkan.
Mama : "Kamu aja yang bawa, Re.."
Rea : "Aduh, Ma.. Temen-temenku bisa kaget aku bawa mobil ini.."
Mama : "Sekali-kali, ga apa-apa lah.."
Rea : "Hhmm.. Ya udah deh.."
Aku jalankan mobil putih terang milik mamaku.
Mama : "Kamu mau masuk IPA atau IPS ?"
Rea : "Yang mana aja deh, Ma.. Aku bisanya bahasa.."
Mama : "Kalau kuliah mau ambil bahasa ?"
Rea : "Ya sepertinya, tapi aku lebih minat di IT sih.. Karena aku suka nge game sama ngoprek PC.."
Mama : "Hhmm.. Ya udah nanti belajar aja yang bener.. Mama kan cuma bisa support aja.."
15 menit perjalanan kali ini.
Aku dan Mama sampai disekolah.
Banyak mata yang melihat kearah mobil Mama.
Ya wajar saja, mobil mama memang bagus dan terawat.
Walaupun yang sebenarnya merawat itu Papaku.
Hehehehehe.
Mama : "Kamu mau masuk ?"
Rea : "Mama aja deh.. Aku mau ketemu temen-temenku dibawah.."
Mama : "Ya udah.. Kalo udah, nanti keatas ya.."
Rea : "Iya, Ma.."
Aku berjalan menuju kebawah untuk menemui teman-temanku yang sedang berkumpul ditepi lapangan.
Disana ada Adrian, Calista, Vania, dan yang lain.
Tetapi, aku lebih akrab kepada mereka bertiga.
Adrian : "Wih.. Andrea.."
Rea : "Oi, Dri.."
Adrian : "Itu.. Mobil lo ?"
Rea : "Punya mama gw.."
Adrian : "Lo.. Bisa bawa nya ?"
Rea : "Bisa.."
Adrian : "Anjrit.. Gokil lo, Re.."
Vania : "Re, masuk mana jadinya ? IPA apa IPS ?"
Adrian : "Belum tau, Van.. Kamu dimana ?"
Vania : "Aku IPS.. Sedih deh.."
Adrian : "Kan sekelas sama gw, Van.. Masa sedih.. Hahahahahaha.."
Vania : "Karena ada lo, gw jadi sedih.."
Rea : "Lista.."
Lista : "...."
Rea : "Kok diem aja ?"
Adrian : "Tau nih.. Lista ga asik ah.."
Rea : "Ada masalah, Ta ?"
Lista : "....", dia menggelengkan kepalanya.
Rea : "Sini, ikut aku..", sambil menarik tangannya menjauh dari teman-temanku.
Aku bawa dia ketempat dimana aku dan kawan-kawanku suka berkumpul.
Disana, suasananya enak.
Sepi dan angin yang berhembus membuat tempat itu semakin nyaman.
Rea : "Ada masalah apa, Lista ?"
Lista : "Re.."
Rea : "Ya ?"
Lista : "Aku boleh minta sesuatu ?"
Rea : "Apa ?"
Lista : "Bisa ga mulai sekarang kamu jauhin aku ?"
Rea : "Loh, kenapa ?"
Lista : "Aku takut sama dia.."
Rea : "Cowok itu ?"
Lista : "....", dia menganggukkan kepalanya.
Rea : "Kenapa dia ? Nyakitin kamu lagi ?"
Lista : "....", dia menggelengkan kepalanya.
Rea : "Terus ?"
Lista : "Aku yang takut kamu diapa-apain sama dia.."
Rea : "Ya ampun Lista.."
Lista : "Aku udah liat kok didaftar punya Bu Kania tadi.. Kita sekelas nanti di kelas XI.."
Rea : "Satu kelas ?"
Lista : "Aku dan kamu ada dikelas yang sama.. Itu semakin bikin kita deket, Re.."
Rea : "...."
Lista : "Aku mau pindah sekolah aja, Re.."
Rea : "Lista.. Ngga.. Aku ga mau.. Aku ga peduli sama cowok itu, Lista.. Mau dia bikin aku babak belur juga aku ga peduli.."
Lista : "Kamu ga inget waktu kamu luka-luka ? Aku sedih liat kamu.."
Rea : "...."
Lista : "Aku ga mau kamu kayak gitu lagi.."
Rea : "Lista.. Aku sayang kamu.. Aku ga peduli apa kata orang.. Apa yang akan orang lain lakuin."
Lista : "Aku juga sayang kamu, Re.."
Rea : "Udah udah.. Jangan dipikirin.. Kamu ga boleh pindah.. Kamu ga boleh jauhin aku.."
Lista : "Tapi.."
Rea : "Tapi apa ? Aku ga takut sama mereka.."
Lista : "...."
Rea : "Udah berkali-kali aku bilang ke kamu, Ta.. Aku ga peduli aku mau dihancurin kayak apa, yang penting aku ga liat kamu sedih.. Aku mau kamu tetep seneng.."
Lista : "...."
Rea : "Udah udah.. Kita jalanin aja hubungan kita yang ga jelas ini.. Nanti lama-lama juga cowok itu bosen.."
Lista : "Iya, Re.. Makasih ya udah mau bikin aku seneng.."
Rea : "Sama-sama, Lista.. Yuk, balik ketemen-temen.."
Aku ajak Calista untuk berkumpul lagi dengan temanku.
Tetapi mama sudah mengajakku pulang.
Rea : "Vania, Lista, Adrian.. Balik ya.."
Adrian : "Yoi.."
Vania : "Hati-hati ya, Andrea dan tante.."
Mama : "Iya.. Vania kalo mau main kerumah, main aja.."
Vania : "Iya nanti kalo aku sempet.."
Lista : "Ibu, hati-hati dijalan ya.."
Mama : "Iya, Lista.. Salam buat mamamu ya.."
Lista : "Iya nanti saya sampein.."
Mama : "Makasih loh yang kemarin.. Kamu udah rawat Rea sekalian masakin buat saya.."
Rea : "Ma.. Ayo.."
Aku lihat ada raut wajah yang kaget dari Vania ketika dia mendengar bahwa Calista memasak untuk keluargaku.
Aku dan Mama segera meninggalkan sekolah dan pulang kerumah.
Mama : "Kamu masuk IPA loh.."
Rea : "Aku udah tau, Ma.."
Rea : "Ma, tadi Vania kaget tau mama bilang Calista masak dirumah.."
Mama : "Kaget kenapa ?"
Rea : "Aduh, Ma.. Vania kan gitu-gitu pernah suka sama aku.. Ya pasti kaget lah dengernya.. Udah kayak menantu sendiri si Calista.."
Mama : "Hahahahahahaha.. Biar aja.."
Rea : "Biar aja gimana.. Aku yang masalahnya nambah lagi nanti.."
Mama : "Ga apa-apa.. Biar kamu cepet dewasa.."
Sesampainya dirumah, aku melihat Papa dan temannya sedang melihat motornya.
Aku hanya sekedar bersalaman lalu pergi menuju kamarku.
Aku cek HPku.
Ada SMS masuk.
Quote:
Aku segera berganti baju dan bergegas menuju tempat itu.
Mama : "Kamu mau kemana lagi ?"
Rea : "Ketemu Vania.. Bener kan apa yang aku bilang.."
Mama : "Ya udah.. Hati-hati dijalan ya.."
Rea : "Iya, Ma.. Aku berangkat.."
Aku berangkat dari rumahku.
Aku berjalan dengan cepat menuju jalan besar dekat rumahku untuk naik angkutan umum menuju tempat itu.
40 menit kemudian, aku sampai disana.
Ternyata sudah ada Vania.
Rea : "Udah lama nunggu nya, Van ?"
Vania : "Ngga.. Aku juga belum lama sampe.."
Rea : "Aku duduk disamping kamu ya.."
Aku duduk disamping Vania.
Sambil menatap lautan didepan sana.
Vania : "Jujur aja sama aku, Re.."
Rea : "Itu aku udah jujur, Van.."
Vania : "Bohong !! Aku benci sama tukang bohong !!"
Rea : "Apa guna nya kalo aku jujur juga kamu udah sama Wira !!"
Vania : "...."
Rea : "Aku mulai deket sama dia waktu Bu Kania minta aku sama dia wakilin sekolah untuk lomba.."
Vania : "...."
Rea : "Ya memang saat itu aku masih sayang sama kamu, Van.."
Vania : "Ya aku tau.. Waktu itu emang hubungan kita lagi tegang-tegangnya, Re.."
Rea : "...."
Vania : "Tapi, perasaan kekamu tetep ga berubah.. Aku masih sayang sama kamu.. Kadang aku kanget berat sama kamu.."
Rea : "Kenapa ga bilang sama aku ?"
Vania : "Apa gunanya aku bilang kalo kamu lagi deket sama perempuan lain ?"
Rea : "Kamu juga sibuk dengan cowok-cowok lain, Van.."
Suasana menjadi hening.
Tak ada satu kata apapun yang keluar dari mulutku dan mulutnya.
Sampai akhirnya angin berhembus dan membuyarkan lamunanku.
Rea : "Semenjak itu, dia deket sama aku.. Kita latihan bareng.. Dia perhatian sama aku.. Waktu aku sakit, dia jengukin aku.."
Vania : "...."
Rea : "Padahal, aku berharap kamu yang ada disampingku waktu itu.."
Vania : "Re.."
Rea : "...."
Vania : "Sampai sekarangpun, perasaanku ke kamu ga hilang loh.."
Rea : "Maksudnya ?"
Vania : "Aku masih sayang sama kamu.."
Rea : "Gimana sama Wira ?"
Vania : "Rasa sayangku ke Wira beda sama rasa sayangku ke kamu.."
Rea : "...."
Vania : "Wira punya ruang tersendiri dihatiku.. Tapi, seluruh hatiku masih diisi sama kamu, Re.."
Rea : "Kalo masalah perasaan.. Rasa aku ke kamu udah ga kayak dulu, Van.. Hatiku udah hancur.."
Vania : "...."
Rea : "Lalu, Calista datang.. Dia yang memperbaiki hatiku yang hancur sama kamu.."
Rea : "Terus, setelah hati ini udah baik, kamu mau coba masuk lagi ke hati aku, Van ? Maaf, aku ga bisa, Van.."
Vania : "....", matanya mulai berkaca-kaca dan air matanya mulai turun membasahi pipinya.
Rea : "Kita udah punya pasangan masing-masing.. Kamu punya Wira.. Aku punya Calista.."
Vania : "Tapi, aku ga percaya aja Calista udah sejauh itu.."
Rea : "Ya emang dia juga mulai deket sama keluargaku, Van.."
Vania : "Ya udahlah.. Mau diapain lagi.."
Rea : "Kamu ga dicariin sama Wira ?"
Vania : "Ini aku mau ketemu dia.. Dah, Rea..", dia berdiri lalu pergi meninggalkanku.
Terlihat raut wajah yang tak senang dari Vania.
Setelah menghancurkan hatiku, dia ingin kembali mengisinya.
Padahal, jelas sudah bahwa Calista yang memperbaiki hati ini.
Tetap saja, Vania menjadi warna pelangi yang pertama yang mengisi hatiku.
Aku tidak akan melupakanya.
Dia yang mengajariku tentang cinta sejati.
Dia yang mengajariku akan kesabaran dalam menghadapi perempuan.
Sesosok perempuan yang aku cintai pertama kali dan menjadi warna pelangi yang pertama.
Dialah Vania Okalina.
JabLai cOY dan Arsana277 memberi reputasi
2
