Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

ichol88Avatar border
TS
ichol88
Ketika Aku belum menikah......
Halo, nama ku Arfa, nama samaran yak. Soalnya ane juga mau jaga privasi.

Aku anak pertama dari 2 bersaudara, adikku perempuan, selisih 1,5 tahun. Bapak ibuku cerai sejak aku belum masuk TK. Aku dan adikku tinggal di Yogyakarta, diasuh oleh kakek-nenek dari ibuku. Waktu itu bapakku lgsg nikah lg dan menetap di Palembang, sementara ibuku menjadi TKW/I di Malaysia. Kakekku berprofesi sbg makelar motor, sapi, dsb dan jg sbg petani jg. Nha, nenekku kerjanya jd Kepala Sekolah, yg aktivitasnya super duper sibuk sekali. Pulang sekolah lgsg ada acara PKK di Kelurahan, malemnya keroncongan, karawitan, nembang, dll. Nenekku cukup berprestasi, di almari nya aja ada 50an lebih piala. Dahsyat.....

ini true story ya guys. cuma namanya pd aku samarin. ohiya, harap maklum kalau tulisan saya kurang greget, ataupun gak seru. di real life pun aku gak pinter ngomong... apalagi di tulisan, hehe. harapan aku sih, dari cerita pengalamanku ini, temen2 bisa ngambil hikmahnya. sukur2 bisa ngasih solusi yg kasusnya hampir mirip dg kasus dalam ceritaku, hehe.

Aku cerita dari jaman SD sekalian ya, singkat aja. Dan berlanjut...

Monggo disimak... emoticon-Smilie

Spoiler for klik satu per satu ya gan sis /:)/:




Spoiler for Catatan Kecil:
Diubah oleh ichol88 25-08-2017 04:18
anasabila
anasabila memberi reputasi
1
48.9K
269
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.6KAnggota
Tampilkan semua post
ichol88Avatar border
TS
ichol88
#127
PART 48


Kesempatan bertemu Leni udah gak sebebas dulu. Walau begitu, aku tetap enjoy menjalaninya. Lagipula orangtua Leni sudah merestui hubungan kami.

Gak kerasa, hari kelulusan hampir tiba. Hari yg dinanti2 anak kelas 3 SMA. Hari yg menentukan nasib mereka kelak. Termasuk nasibku.

Sehari sebelum pengumuman UN. Aku mau main kerumah Leni tapi dilarang oleh Ibuku. Waktu itu, anak2 yg tidak lulus UN sehari sebelum pengumuman akan di datangi oleh perwakilan dari sekolah. Itulah yg membuat Ibuku cemas, apakah aku bisa lulus apa enggak.

Waktu sudah hampir sore, namun sepertinya tidak ada tanda2 perwakilan dari sekolah mengunjungi orangtuaku kerumah walaupun sekedar silaturahmi. Yah, aku kecewa. Eh enggak dink! Hehehe.

Hingga akhirnya Kancil datang kerumah.

Kancil: Fa, lg apa? Ayo ke Lapangan.
Arfa: ada apa Cil?
Kancil: udah ayoookk. Jangan pacaran terus. Kita mau tanding lawan “barat” Lapangan.
Arfa: wah... mantab nih, ayoookkk!!! (semangat bgt)


Biasanya aku berpamitan ke ibuku kalau aku mau main sepakbola. Tapi hari itu aku pergi diam2. Daripada kena cekal. Xixixixi. Lumayan... ngisi waktu ngilangin jenuh.

Pertandingan sudah di mulai. Entah aku bermain pada posisi apa waktu itu, gak ada yg ngatur strategi. Yg jelas aku berada di posisi depan, sebut saja “False Ten”. Kubu lawan ada bek dg perawakan besar dan gelap. (kalau aku mau bilang hitam takut dikira rasis, padahal aku sendiri jg gelap. hahaha).

Pertandingan berjalan cukup berimbang, terjadi beberapa goal. Dan aku turut menyumbangkan 2 goal. Bek lawan emosi, dan mulai memprovokasi.


Bek Lawan: anjir, beraninya satu sentuhan doank.
Arfa: yg penting visi bermain bos.
Bek Lawan: gak punya skill, kalau berani gocek bolanya.
Arfa: udah kamu diem aja, ntar jg kebobolan.
Bek Lawan: cupu. (dengkul bek lawan nendang pahaku).


NJRITTTTT!!!! Gua EMOSIZATION, alias emosi!!!

Gak lama kemudian aku dapet umpan terobosan, aku sentuh sedikit bolanya. Melewati Bek Lawan yg gelap. Dengan sedikit menghindari tubuh Bek Lawan aku lolos dari pengawalannya. BERHASIL, pikirku sambil mencoba mengejar bola yg sudah masuk di kotak penalti lawan.

PRAKKKKK!!!!!!!!!!!

Tubuhku melayang, mata tiba2 gelap. Entah apa yg terjadi. Pikiranku ngeblank beberapa saat. Hingga aku mendapati tangan kiriku mengejang2 sendiri.


Arfa: WUAAAAAAAAAAAGGGHHHGGHHHHHHH!!!!!!!!!!!!!!!!!


Aku tersadar, baru saja aku di tekel lawan dari belakang. Kakiku ditebas hingga aku terpelanting dan tubuhku mendarat tepat di atas tangan kiriku hingga tangan kiriku patah!


Arfa: HhhgguaaaaaAAAA!!!!! Tangakuuu........!!!!!! emoticon-Frown


Bek Lawan tertawa! Dia merasa puas mengerjaiku. BAJ*INGAN!!!!

Beberapa rekanku pun masih pada kebingungan, sebenernya aku kenapa.


Arfa: tolongg... tanganku patah! Tanganku patah! emoticon-Frown


Semua mulai panik, dari rekan pemain, lawan, wasit, dan penonton.


Arfa: TANGANKU CACAAAATTT...... emoticon-Frown


Pelan2 beberapa orang mendekatiku, mengecek keadaanku. Setelah tau dg keadaan tanganku, beberapa langsung lari terbirit2. Penonton, lawan, bahkan rekan setim. Mereka semua takut. Termasuk Bek Lawan yg kurang ajar mulai terdiam membisu.

Pelan2 aku angkat tangan kiriku tapi lenganku gak kuat mengangkatnya. Hingga tangan kananku membantu mengangkat. Tangan kiriku masih mengejang2 sendiri tanpa bisa aku kontrol.

Tiba2 salah satu penonton masuk ke lapangan menggunakan motor RX King, dia menawarkan bantuan untuk mengantarkanku kerumah sakit. Aku dibobong oleh Bek Lawan tadi naik ke motor. Bek Lawan menangis sambil memelukku di atas motor RX King yg dikendarai sosok seorang dewasa dg perawakan yg besar kekar dan bau keringat. (ANJRITTTT!!! Gua di peluk cowok yg sambil nangis!!! NAJIS NAJISSS!!!).

Sebelum berangkat, aku berpesan dg Kancil.


Arfa: Cil, tolong kasih kabar ke simbahku. Ibuku jangan ya.
Kancil: tapi Fa?


Gak sempat aku jawab lagi pertanyaan Kancil, motor yg mengantarkanku sudah jalan. Selama di perjalanan aku gak kuat menahan rasa sakit patahnya tulang tanganku yg sampai menonjol keluar kulit. Rasanya ingin pingsan saja, tapi aku gak pingsan2. Sampai di RS PKU aku di IGD.

Gak berselang lama, Nenek, Ibuku, Bapak 2, dan adikku sudah di rumah sakit mengurus segala kebutuhan administrasi. Keluargaku memutuskan untuk segara dilakukan operasi terhadap tanganku.
Dari sebelum maghrib aku berada di IGD. Menunggu tindakan dokter. Jam 9 malam aku dibawa ke ruang operasi. Di ruang operasi sudah berdiri beberapa dokter. Aku gak tau mereka bertindak sebagai apa saja. Mungkin ada yg pemyayat kulit, pengebor tulang, penjahit, maupun penyuntik. Entah.


Dokter 1: gimana kondisinya Nak?
Arfa: ya sakit dok, saking sakitnya aku gak bisa nangis, gak bisa pingsan.
Dokter1: kalau gak bisa pingsan bagus itu daya tahan tubuh kamu.
Arfa: tapi sakit dok, ngilu rasanya.
Dokter1: ini mau operasi, kaosnya disobek boleh?
Arfa: wah jangan kalau kaos dalamku dok, jerseynya silahkan.
Dokter1: kenapa dg kaos dalamnya?
Arfa: itu hadiah ulang tahun dari ibuku, dia jauh2 jalan kaki sampe pasar untuk beli kaosnya.
Dokter1: yasudah... (tersenyum).

Entah apa yg aku pikirin, disaat segenting itu, aku gak rela kalau sampai hadiah dari ibuku rusak.

Dokter2: tadi ceritanya gimana kok bisa patah kaya gini?
Arfa: tadi lagi tanding bola dok.
Dokter2: wah bagus ini, main bola taruhan nyawa.
Arfa: yah, bagus darimana dok... Bek Lawannya ugal2an.
Dokter2: oh, kena takel kamu?
Arfa: iya dok, kalau ketemu Bek Lawan itu, mukanya mau aku ton............. (CLINK!).
Tiba2 aku gak sadar diri, tau2 aku udah di ruang rontgen yg sangat dingin.


Jam 11 malam aku sudah berada di kamar rawat inap. Disana ada beberapa keluargaku yg berkumpul. Salah satunya om ku, yg sangat berharap aku masuk Polisi. Beliau lah yg memberikanku inspirasi untuk menjadi Polisi.

Omku mendekat ke kasur tidurku. Dia mendoakan aku. Dengan wajah yg sangat lemas, dia mencoba memotivasiku, kalau tanganku bisa pulih. Tapi dengan raut wajah yg seperti itu aku tau kalau cita2ku untuk jadi Polisi sudah tamat.


Arfa: maaf ya om...
Om: tetep semangat belajarnya, bahagiakan nenek kamu yg udah membiayai kamu.
Arfa: iya om, makasih.


Ibuku menangis, nenekku cemas, Bapak 2 terlihat sedih, adikku tenag2 saja. Sementara kakekku, dia di Parkiran gak tega melihat aku sakit. Kakekku emang gitu, gak tegaan. Apalagi terhadap darah keturunan cowok satu2nya.

Aku tanya pelan2 ke Ibuku agar nenekku gak tahu. Aku tanya apakah Ibuku membawakan HPku, kalau membawa tolong kabari Leni kalau aku sedang sakit. Rupanya Leni udah SMS aku berkali2, di SMS terakhirnya Leni marah2 kenapa SMSku gak di balas2, dan SMS itu terbaca oleh Ibuku. Ibuku maklum dg kelakuan Leni yg mungkin lg khawatir.

Di suasana sedih dan cukup hening, tiba2 adikku dengan nada dan intonasi yg cukup innocent berkata: “wah, besok lulusan malah sakit. Gak bisa phylox2an nih.”

SOMPREEEEEETTTTTTT!!!! KAMPREEEETTTTT!!!! Nih bocah nambah2 beban pikiran aja, padahal aku mau tidur tenang. Asemmm.... emoticon-Frown emoticon-No Hope
emoticon-Nohope
0
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.