Gelap.. Kelam... hanya itu yang kulihat
Warna itu selalu membayangi diriku
Sejuta amarah kusembunyikan
Meskipun dengan jeritan luka yang teramat dalam
Ku harus tegar
Quote:
Nama ku Lenny, seorang gadis keturunan campuran yang dulu pernah hidup bahagia ketika papa ku masih ada, namun semua nya berubah ketika usaha orang tua ku mulai bangkrut dan ditipu oleh beberapa karyawan bahkan saudara papa sendiri, tetapi kami tetap berusaha untuk tegar, orang tua ku adalah para pekerja keras dan demi kebahagian keluarga mereka akan melakukan semampunya untuk diriku, aku tak perlu materi yang berlimpah ataupun mainan yang mewah, hanya dengan melihat senyuman kedua orang tua ku sudah cukup bagiku,
Tetapi Tuhan berkehendak lain dengan takdir kami, papa yang merupakan tulang punggung keluarga terkena musibah, aku yang saat itu belum genap 10 tahun harus kehilangan sosok pelindung dan pembimbing ku, bukan hanya itu, bisnis ibu dan beberapa tabungan papa habis untuk membiayai hutang serta rumah sakit. satu persatu mulai habis, mulai dari toko, kendaraan, hingga rumah kami pun terjual ke pihak bank,
aku tak mengetahui apapun saat itu, yang aku tahu hanyalah bagaimana caraku membantu ibu, beliau cukup terpukul dengan kepergian ayah, tetapi ibu adalah orang yang paling kuat dan tegar di seluruh dunia, seorang wanita paruh baya dan seorang gadis kecil harus hidup tanpa sosok laki-laki, namun ibu tetap tersenyum menjalani hari-hari nya, hingga suatu hari ia dilamar oleh seorang lelaki yang merupakan rekan kerja papa dahulu,
aku tahu saat itu ibu hanya mencintai papa seorang, tidak ada orang yang mengisi tempat papa dihatinya, tetapi ia memlih menerima lamaran lelaki itu karena diriku, ibu mengesampingkan ego nya agar aku dapat hidup lebih layak, ibu mengorbankan hati nya agar aku dapat merasakan keluarga yang utuh, ibu merelakan segalanya walau hati nya sakit, begitu yang ada dipikiran ibu ku
Kehidupan ku berjalan normal selama beberapa tahun, lelaki itu pun menaruh kasih sayang kepada ibu dan aku, aku bahagia (saat it)kami hidup berkecukupan, ibu dapat tersenyum kembali, kami layaknya keluarga biasa, yang dimana ketika liburan jalan-jalan ke tempat pariwisata, aku mulai menaruh hormat kepada lelaki itu, ah mungkin ia adalah figur pengganti ayah yang tepat
ibu sering sibuk mengurusi usaha nya yang mulai bangkit, pergi pagi pulang malam, aku maklum dengan keadaanya karena memang masih ada beberapa hutang yang harus kami lunasi, tetapi kadar kasih sayang dari ibu tak berkurang sedikit pun kepada ku, setiap pagi beliau masih tetap menyiapkan sarapan dan bekal untuk ku, mengingatkan ku akan PR disekolah atau sekedar menanyakan kehidupan sosial ku bersama teman-teman.
Roda pasti berputar bukan? dan bagiku roda ini berputar terlalu cepat. bagaikan roda sepeda anak-anak. aku yang baru merasakan kebahagiaan sebentar saja harus mengalami hal yang sangat pahit, membuatku benci akan sosok lelaki itu, yang menorehkan goresan panjang dari otak hingga ke hati ku. yang membuat ibu dan keluarga ku malu,
Mungkin tak perlu ke ceritakan kejadian itu, aku bahkan tak sanggup untuk mengingatnya...
Lalu bagaimana aku harus menjalani hari-hari mulai dari sekarang? Usia ku baru 13 tahun, aku bahkan tak berbicara apapun kepada siapapun selama lebih dari satu bulan, bayang-bayang setan itu selalu merasuki ku. terkadang aku berteriak sendiri di kamar ku, memohon ampun, entah kepada siapa, menangis meronta-ronta, bahkan untuk masuk sekolah pun aku tak berani..
ibu mulai saat itu lebih banyak dirumah menemani ku, aku terkadang mendengar tangis nya kala ku tidur, itu bukan halusinasi ku sendiri.
ibu benar2 menangis di samping ranjang ku ketika kutidur. seseorang yang ku kenal kuat dan merupakan pegangan hidup ku ternyata memang hanyalah manusia yang masih mempunyai hati yang lemah. ibu sering mengutuk dirinya sendiri, dan menyalahkan dirinya karena telah menikahi setan itu,
aku tak kuat melihat ibu menangis setiap hari, sudah cukup masalah yang aku timbulkan. aku harus kuat. aku harus mandiri dan mampu diatas kaki ku sendiri. karena aku tak mau kehilangan lagi orang yang paling kucintai di dunia. aku pun mulai masuk sekolah kembali.
masalah pun belum pergi dariku, cibiran-cibiran serta pembicaraan yang tak enak mulai kudengar, dari aku yang seorang simpanan om2 hingga rela berhubungan dengan bapak ku sendiri, bahkan mereka bilang kalo aku dapat digilir secara bergantian, kalo mau tinggal bilang.
aku hanya diam tak menanggapi omongan2 yang memuakkan itu,
Aku mulai tak percaya dengan kata "TEMAN" bagiku itu itu hanyalah sebuah kiasan dan konotasi positif dari arti "hubungan timbal balik yang harus kau lakukan". semua orang mengharapkan sesuatu dari orang lain. ketika kau tak dibutuhkan apapun lalu kau disingkirkan, yang aku butuhkan hanyalah ibu. yang mampu memberikan kasih sayang nya dengan tulus.
hingga satu hari seorang anak laki-laki yang dikenal sebagai 'jagoan kelas' (padahal makan saja masih minta dengan orang tua) menghampiriku ketika dikelas. ia menggoda dan merayu ku, lalu keluarlah kata-kata yang menyakitkan hati ku. ia mengajak ku tidur, dengan terang-terangan, bukan hanya itu, ia pun mmembawa embel2 bahwa aku sudah tidak perawan dan bahkan memaksa ku. membelai2 paha ku dengan kasar dan merapatkan mulut yang mengeluarkan nafas yang sungguh bau itu ke wajah ku
kontan aku berteriak, memaki-maki laki-laki yang bau badannya pun sungguh busuk, aku muak...
Kesabaran manusia pasti ada batasnya kan?
mungkin bagiku kesbaran itu sudah hampir tumpah bagaikan air panas yang di tuang kedalam gelas kecil. aku tak tahan dengan semua perlakuan ini, mata ku memerah, aku menggenggam pulpen ku dengan erat, tanpa pikir panjang aku melakukan apa yang seharus nya tak kulakukan
antek-antek nya yang lain hanya diam dan sedikit menjauh bahkan ada yang berlari keluar kelas, aku belum puas, emosi ku masih banyak yang harus kulepaskan, spontan ku tendang wajah nya yang sedang terguling dilantai,
aku menangis.... berteriak...."SALAH KU APA?"
guru-guru berdatangan, mengangkat sang jagoan kelas yang terkulai lemas di lantai, sedang kan aku terduduk dikursi sambil menagis dan mengacak2 rambut ku, seorang guru mendekati ku dan mendekap ku erat, beliau mengelus2 kepala ku serta membawa ku ke ruang BP,
seorang 'teman' kelas ku masuk dan mencertiakan semua nya, benar2 semua kejadian yang aku alami dari keamrin2 di depan kepala sekolah dan guru yang menenangkan diriku,
kulihat guru itu pun ikut menitikkan air mata. entah kenapa aku menjadi sedikit tenang ketika kulihat guru itu ikut menangis.
setelah tenang aku pun diantar pulang, dan disuruh beristirahat dirumah selama beberapa hari..
Semenjak kejadian itu, tak ada masalah lagi yang menimpa diriku, aku pun mulai berpikir, aku harus kuat, aku harus melindungi diriku, dan aku harus melawan siapaun yang mencoba mengganggu ku. siapaun itu.
dikelas aku lebih banyak diam, dan memperhatikan semua orang, aku tak pernah berbicara dengan orang lain kecuali jika benar2 perlu.
hingga aku tamat dari SMP.
setamat nya dari SMP, ibu memutuskan untuk memasukkan ku kesekolah yang bisa ku bilang sangat jauh, itupun atas saran dari teman dekat ibu yang kuketahui merupakan seorang kepala sekolah swasta terkenal di kota ini, tetapi maslaah nya adalah, biaya dari mana?
ibu hanya seorang penjual makanan dan pakaian serabutan. untuk masuk kesekolah itu pasti memerlukan biaya yang tidak sedikit.
tetapi Tuhan masih menaruh perhatian kepada ku, aku diberi kesempatan untuk mengikuti sebuah beasiswa dan karena kepala sekolah itu tau prestasi ku selama di SMP yang bahkan aku sendiri pun tak menyadari nya. wajar saja aku lebih kepikiran tentang masalah2 yang kuhadapi daripada prestasi sekolah ku.
Puji Tuhan, syarat dan nilai ku mencukupi untuk masuk kesekolah itu. dan aku bertekat akan memulai hidup baru disana. ketika aku mulai hoyah, aku akan selalu memikirkan ibu yang selalu setia mendukung ku,
mulai dari MOS, hingga awal masuk sekolah aku masih tenang, hanya beberapa anak nakal dan hiper aktif yang kuperhatikan selama dikelas ini, namun semua nya tak ada yang spesial, aku pun dapat bernafas lega, ternyata siswa dari SMP ku tak ada yang masuk kesini,
syukurlah setidaknya biarkan aku bersekolah dengan tenang.
Tetapi itu hanya berlangsung selama satu semester, ketika diakhir semester aku pun mencoba2 bergaul dengan teman2 sekelas ku.
bayangkan saja.. untuk makan di kantin aku harus menabung dari uang yang kudapat dengan membantu ibu dan upah berjualan selama beberapa hari.
tetapi aku harus bisa menyesuaikan diri dengan yang lain, aku harus terlihat biasa saja, ya salah satu nya dengan makan dikantin, walaupun dari uang yang kutabung beberapa hari.
Kemalangan pun kembali menghampiri ku lagi, ketika aku menikmati makanan pertama yang kubeli dari kantin, tiba2 seseorang menumpahkan minuman kedalam piring ku. aku terkejut, rasanya aku ingin menangis saat itu juga, aku pun merasa marah,
aku sudah berjanji aku harus kuat dan tegas kepada siapapun, kulirik orang yang baru saja lewat disebelah ku.
dengan sedikit emosi kulemparkan sendok ini kearah nya, berharap mengenai kepala orang yang kurang ajar itu.
Tetapi... itu jalan Tuhan untuk mengubah hidup ku...
Jalan Tuhan dengan bagaimana aku mengenal nya....
[/QUOTE]
