- Beranda
- Stories from the Heart
FADED...
...
TS
menghilanglupa
FADED...
thanks a lot for impressively beautiful cover nya
Quote:
FADED
Dengan hati terbuka,
izinkan aku untuk berbagi rasa, yang apabila ku pendam sendiri nyatanya hanya membawa resah, hanya hampa tanpa kata ketika aku coba pendam dalam dada.
Aku tau, pilu hanya akan kelabu jika aku tak bergerak maju, dan aku paham, menahan dalam kelam pada akhirnya hanya membawa keresahan.
maka dengan segala kerendahan hati, aku ingin coba menbagikan. sebuah kisah tak berujung yang sampai saat ini aku pendam, sendiran
izinkan aku untuk berbagi rasa, yang apabila ku pendam sendiri nyatanya hanya membawa resah, hanya hampa tanpa kata ketika aku coba pendam dalam dada.
Aku tau, pilu hanya akan kelabu jika aku tak bergerak maju, dan aku paham, menahan dalam kelam pada akhirnya hanya membawa keresahan.
maka dengan segala kerendahan hati, aku ingin coba menbagikan. sebuah kisah tak berujung yang sampai saat ini aku pendam, sendiran

Quote:
Pertemuan terkadang menghasilkan sesuatu yang sulit untuk dilupakan,
pertemuan juga kadang membuat kita penuh keheranan,
mengapa waktu begitu ahli dalam mengatur detak hati yang seakan hampir mati.
Pertemuan yang indah selalu membuat kita tak merasa lelah. Ada sebuah gairah yang membuat kita semangat dan tak hentinya tersenyum hingga melupakan resah,
adakalanya pertemuan terjadi begitu tiba-tiba, tanpa permisi atau memberi tanda.
Inilah yang terjadi saat ini,
lagi sebuah pertemuan yang sempat membuat hati bertanya sejuta arti.
Apakah gerangan yang membuat jantung begitu berdetak lebih kencang dari bisanya,
hati bergetar lebih cepat dan napas pun adakalanya ikut-ikutan tak stabil dalam menjalankan fungsinya,
sedikit berlebihan memang,
tapi beginilah keadaannya. Efek dari sebuah pertemuan yang aku khawatirkan akan berubah menjadi sebuah harapan,
yang semakin lama semakin aku rasakan kebenarannya.
Tapi sekali lagi,
siapa yang bisa melawan jika hati telah menentukan pilihan untuk berlabuh.
Sekuat apapun raga, jika hati telah memaksa untuk jatuh kedalam rasa yang dinamakan cinta,
maka semua raga dan segenap jiwa akan bertekuk lutut pada hati,
dan itu tandanya, jatuh cinta telah nyata akan hadirnya.
pertemuan juga kadang membuat kita penuh keheranan,
mengapa waktu begitu ahli dalam mengatur detak hati yang seakan hampir mati.
Pertemuan yang indah selalu membuat kita tak merasa lelah. Ada sebuah gairah yang membuat kita semangat dan tak hentinya tersenyum hingga melupakan resah,
adakalanya pertemuan terjadi begitu tiba-tiba, tanpa permisi atau memberi tanda.
Inilah yang terjadi saat ini,
lagi sebuah pertemuan yang sempat membuat hati bertanya sejuta arti.
Apakah gerangan yang membuat jantung begitu berdetak lebih kencang dari bisanya,
hati bergetar lebih cepat dan napas pun adakalanya ikut-ikutan tak stabil dalam menjalankan fungsinya,
sedikit berlebihan memang,
tapi beginilah keadaannya. Efek dari sebuah pertemuan yang aku khawatirkan akan berubah menjadi sebuah harapan,
yang semakin lama semakin aku rasakan kebenarannya.
Tapi sekali lagi,
siapa yang bisa melawan jika hati telah menentukan pilihan untuk berlabuh.
Sekuat apapun raga, jika hati telah memaksa untuk jatuh kedalam rasa yang dinamakan cinta,
maka semua raga dan segenap jiwa akan bertekuk lutut pada hati,
dan itu tandanya, jatuh cinta telah nyata akan hadirnya.
Quote:
FADED
Bab. 3
Shadow
Intermezzo
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Intermezzo
Shadow
Intermezzo
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Intermezzo
Bab 4.
Shadow become light
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Intermezzo
Shadow become light
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Intermezzo
the end
Spoiler for dari agan-agan :
Quote:
Quote:
Original Posted By canisfamiliaris►
OLA
Bagai abu arang sate yang terbang
Percikan debu hanya mampu berlalu
Wahai angin, apa salahku?
Kenapa harus aku?
Kau terbangkan aku
Kau ombang-ambingkan aku
Kau hempaskan aku
Kau bawa pergi jiwaku
Jauh......Jauh hingga aku lupa
Lupa akan tiada gunanya aku
Lupa tempatku
Lupa jati diriku
Jika itu kehendakmu, bawalah aku
Bawa aku bersamamu
Bawa aku kemanapun kau mau
Aku yang hanya pelengkapmu
Aku yang hanya mengotorimu
Tak mampuku tanpamu
Bersamamu aku menjadi sesuatu
Jangan kau pudarkan asaku
Bagai abu arang sate yang terbang
Percikan debu hanya mampu berlalu
Wahai angin, apa salahku?
Kenapa harus aku?
Kau terbangkan aku
Kau ombang-ambingkan aku
Kau hempaskan aku
Kau bawa pergi jiwaku
Jauh......Jauh hingga aku lupa
Lupa akan tiada gunanya aku
Lupa tempatku
Lupa jati diriku
Jika itu kehendakmu, bawalah aku
Bawa aku bersamamu
Bawa aku kemanapun kau mau
Aku yang hanya pelengkapmu
Aku yang hanya mengotorimu
Tak mampuku tanpamu
Bersamamu aku menjadi sesuatu
Jangan kau pudarkan asaku
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 210 suara
[ SPOILER ] HATI DIYAS BAKAL BERLABUH KE SIAPA ?
OLA
80%
RHEA
10%
VELIN
10%
Diubah oleh menghilanglupa 14-01-2017 21:33
jenggalasunyi dan 8 lainnya memberi reputasi
7
483.9K
Kutip
2.9K
Balasan
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
menghilanglupa
#390
Guardian Angel
Part 8
tiba-tiba ola berhenti bercerita, lalu perlahan menuntun gue menuju sebuah foto kelas perpisahan SMA, sungguh sulit dipercaya, seakan gue bener-bener berada disitu ! gue bener-bener seperti sedang merangkul ola di photo itu, dan gue pun hanya bisa menggeleng.
perlahan gue lihat kedua mata ola mulai berkaca, hingga akhirnya dengan perlahan pula dia mulai kembali bercerita
"la, lu kalo udah lulus SMA mau lanjut kemana ?"
sembari melahap bakso, tian bertanya perlahan ke ola
"gue gak mau lanjut kemana-mana, gue mau ikut lo aja"
dengan sembari meniup panasnya bakso pinggir jalan ola menjawab
"serius laaa, lu mau kemana ?"
ola kemudian terdiam, lalu menoleh ke arah tian.
"lu mau lanjut kemana ?
tiba-tiba ola berbalik bertanya ke tian
"emh, gue mau ikut orangtua gue la, gue mau lanjutin ke singapore"
tian menjawab perlahan sembari menyeruput tehbotolkroco
ola kemudian terheran, lalu meletakan bakso di sebelahnya, seakan selera makan telah berganti menjadi rasa penasaran
"singapore ? lu mau ngapain ?"
ola kemudian mendekatkan posisi duduknya ke arah tian
"gue pengen masuk GRS Singapore la, gue pengen ngejar cita-cita gue, dan orang tua gue sangat ngedukung"
selera makan tian pun ikut hilang, perlahan dia meletakkan bakso di samping duduknya, dia tahu, pada akhirnya akan berkata seperti itu, dan dia pun tahu, pada saatnya dia harus pergi meninggalkan gadis kecil yang akan membuatnya rindu.
"gaboleh"
ola kemudian berbicara sambil menatap kedua mata tian dengan begitu tajam
tian hanya tersenyum, lalu perlahan mengelus kepala ola, kemudian dengan lembut mencium keningnya
"gue pengen banget tetep disini la, tapi cita-cita gue mengharuskan gue untuk berlari"
ola hanya terdiam, kemudian menagis perlahan, dalam hangatya dada tian, air matanya semakin tak tertahankan
tian pun hanya membiarkan situasi ini, tanpa berkata ia hanya membelai dengan lembut rambut ola.
mang baso pun hanya terdiam, menyaksikan tingkah ke-dua anak remaja di depannya, mungkin dia ikut terbawa ke dalam kenangan.
"gue janji la, tiap bulan gue bakal ke jakarta, gue janji"
tian kemudian berbicara untuk mencoba menenangkan ola
kemudian ola bangun, sembari mengusap air mata ia berbicara dengan mantap
"gue juga pengen lanjutin ke GRS singapore !"
sontak tian ketawa, sembari menggelengkan kepala dia bertanya ke ola
"hahaha emang lo tau GRS itu apa la ?
ola pun terdiam untuk berpikir sejenak lalu menggeleng
"gue gak tau, tapi gue pengen lanjut ke sana, ke GPS Singapore!"
"GPS ? GRS olaaa"
"iya itu pokoknya, gue pengen kesana !!!"
tian pun semakin tertawa
"bentar la, lu bisa naik sepeda gak ?"
ola pun heran dengan pertanyaan tian, namun dia segera menggeleng
"naaaah ituu, gue rasa lu gak bisa lanjut kesana la"
"bodo, gue tetep pengen kesana"
"gak bakalan bisa laaa"
"tian, lo jangan ngelarang gue, gue tetep pengen kesana"
dengan cemberut ola berkata
mendengar ucapan ola itu pun tian semakin tertawa.
"oke-oke, lu boleh lanjut masuk ke sana, tapi lu bawa motor gue ya, gue nebeng dibelakang, kalo lu bisa, gue bakal ajak lu kesana, kalo perlu gue bakal ngeyakinin papah lu"
tian pun menantang ola sembari menahan tawa
ola pun kemudian memandangi motor tian yang besarnya puluhan kalilipat dari tubuhnya, dengan ngeri ola hanya menggeleng.
"tian lu gila"
sontak tian pun tertawa lepas, tapi ola gak menyerah, dia kemudian dengan penuh keyakinan berdiri dari kursinya
"mana kunci motor lo"
tian pun kaget,
"hah kunci ? lu mau ngapain la ?"
"udah diem, mana kunci motor lu ?"
tian pun dengan keheranan kemudian menyerahkan kunci motornya ke ola
setelah berhasil mendapatkan kunci motor, segera ola mendekat ke arah motor tian, kemudian dengan sekuat tenaga dia naik diatasnya, dengan begitu kesusahan karena rok pendek abunya, dia berusaha ingin mengusai motor itu. tapi sia-sia. tak semili pun motor itu bergerak, tetap dengan kokoh tersandar di bahu jalan, ola pun masih terus berusaha untuk menegakkan motor tian itu, tapi kembali sia-sia, akhirnya ola pun menyerah, tubuh rampingnya kini tertunduk memeluk diatas tangki bensin motor tian. melihat tingkah ola didepannya, tian pun semakin tertawa geli.
"hahahahah udah la, lu gak akan bisa"
kemudian tian mendekat ke arah ola yang terduduk diatas motornya, dengan perlahan dia mendudukan tubuhnya ke atas motor, tepat dibelakang tubuh ola, kemudia dia berbisik perlahan di telinga kanan ola
"gue pasti balik la, gue pasti nyari lo"
ola pun hanya terdiam mematung, kali ini dia menyandarkan tubuhnya didada tian, masih diatas motor, lalu berkata lirih
"GRS itu apa ? kenapa lo ngelarang gue ikut sama lo ?"
"Global Racing School la, habis UN gue bakal ikut tes seleksi awal"
ola pun mengangguk, lalu berkata pelan
"tapi lo janji ya, lo kudu ke jakarta"
"gue janji la, gue pasti ke jakarta"
mendengar ucapan tian itu, ola tersenyum kecil
gue hanya bisa terdiam ngedengerin cerita ola saat itu, dan dengan penasaran gue bertanya ke ola
"jadi tian sekarang ada di singapore la ?
ola kemudian menatap wajah gue, lalu dia terduduk diatas kasurnya dan menyuruh gue duduk disebelahnya.
"tian ada disini yas"
perlahan ola berkata sembari menyentuh dada kiri gue
dengan isak tangis pecah, ola ditemani kedua orangtuanya melepas tian di bandara, dengan penuh haru ola seakan gak rela membiarkan tian harus terbang mengejar cita-citanya
"nak tian, hati-hati. cepat kabari kalau udah sampai"
ayah ola berkata sambil menjabat tangan tian dengan begitu erat
"pasti om"
kali ini ola benar-benar menangis dalam dekapan mamahnya, tak kuat melihat tian menghilang diantara penuhnya calon penumpang
sebulan berlalu sudah, ola seperti menjadi ola yang dulu, begitu takut melewati hari, begitu gugup harus bertemu dengan mentari
ratusan telpon yang tak terangkat dan ribuan pesan singkat yang tak terjawab menemani ketidak tenangan batin ola, iya, ola udah berulangkali coba menghubungi tian namun selalu tanpa jawaban.
seperti ada rahasia besar yang disembunyikan orang tua ola ketika ola terus merengek meminta ke singapore menemui tian, jutaan alasan orangtua ola seperti menghalangi ola untuk bertemu dengan tian.
hingga pada akhirnya hari itu datang.
ola saat itu iseng membuka grup facebook angkatan kelas, dan alangkah tergoncang jiwanya mengetahui sebuah post dari salah satu temannya di beranda grup.
"Turut berduka cita atas berpulangnya Ditian Putra, semoga cita-citanya tetap abadi bersama raganya, dan semua dosanya dihapus dan tenang bersama Tuhan di surganNya"
sabrina ola pun menjerit sejadi-jadinya, kedua orangtua ola pun dengan sangat panik menemui putri satu-satunya ini
ayah ola yang mengetahui apa yang baru saja dibaca ola di grup facebook seketika lemas, melihat putrinya yang mematung dengan napas terisak dia begitu panik dan mencoba mendekap putrinya begitu erat. pun begitu dengan mamahnya, dengan tangis terisak diapun memeluk ola begitu erat.
Ditian putra meninggal dalam kecelakaan test awal di formula driver academy Global Racing School Singapore.
"maksud lo la ?? maksud lo tian meninggal kecelakaan disana ?"
gue dengan deras air mata memegang bahu ola, begitu erat, sangat erat. ola dengan air mata berlinang, mencoba tegar dan tersenyum sayu, kemudian mendekap tubuh gue dengan tak kalah eratnya.
"tian sekarang udah tenang yas, dan saat lihat lo, gue semakin yakin, jantung gue masih ada"
dengan lirih ola berkata sambil terus mendekap tubuh gue
tangis gue pun semakin pecah, seakan seluruh jiwa gue terlepas dari raga, menerawang seluruh misteri semesta, berlari jauh ingin menemui sang pencipta.
"lo jangan pergi yas, lo jangan pergi lagi dari gue, sampai gue gak adapun lo jangan pernah coba jauh dari gue, jangan yas, gue mohon"
perkataan ola seperti samar ditelinga gue, dengan deru air mata, gue sekuat tenaga mencoba untuk menerima fakta yang ada, gue pun melepaskan dekapan ola dan memegang kedua bahunya.
"tian dimana la ? tian dimana ? anterin gue ke tian laaaa !!"
dengan tangis gue memohon ke ola untuk bertemu dengan separuh jiwa gue yang telah hilang dalam tekateki alam, paling tidak gue bisa melihat tempat terakhirnya yang membuatnya kini lebih nyaman dari dunia yang begitu penuh tantangan.
ola mengangguk sambil memegang erat kedua pipi gue, dan sedetik kemudiam melahap dengan buas kedua bibir gue hingga gue terbaring diatas kasur dan ola tepat berada diatas tubuh gue yang begitu lemas.
gue hanya bisa memejamkan mata, dengan ola yang begitu tak terkendali dalam lautan rindu yang menggebu, dalam sakitnya sebuah keputus asaan dan perihnya rasa ditinggalkan.
to be continued
Part 8
Quote:
tiba-tiba ola berhenti bercerita, lalu perlahan menuntun gue menuju sebuah foto kelas perpisahan SMA, sungguh sulit dipercaya, seakan gue bener-bener berada disitu ! gue bener-bener seperti sedang merangkul ola di photo itu, dan gue pun hanya bisa menggeleng.
perlahan gue lihat kedua mata ola mulai berkaca, hingga akhirnya dengan perlahan pula dia mulai kembali bercerita
Quote:
"la, lu kalo udah lulus SMA mau lanjut kemana ?"
sembari melahap bakso, tian bertanya perlahan ke ola
"gue gak mau lanjut kemana-mana, gue mau ikut lo aja"
dengan sembari meniup panasnya bakso pinggir jalan ola menjawab
"serius laaa, lu mau kemana ?"
ola kemudian terdiam, lalu menoleh ke arah tian.
"lu mau lanjut kemana ?
tiba-tiba ola berbalik bertanya ke tian
"emh, gue mau ikut orangtua gue la, gue mau lanjutin ke singapore"
tian menjawab perlahan sembari menyeruput tehbotolkroco
ola kemudian terheran, lalu meletakan bakso di sebelahnya, seakan selera makan telah berganti menjadi rasa penasaran
"singapore ? lu mau ngapain ?"
ola kemudian mendekatkan posisi duduknya ke arah tian
"gue pengen masuk GRS Singapore la, gue pengen ngejar cita-cita gue, dan orang tua gue sangat ngedukung"
selera makan tian pun ikut hilang, perlahan dia meletakkan bakso di samping duduknya, dia tahu, pada akhirnya akan berkata seperti itu, dan dia pun tahu, pada saatnya dia harus pergi meninggalkan gadis kecil yang akan membuatnya rindu.
"gaboleh"
ola kemudian berbicara sambil menatap kedua mata tian dengan begitu tajam
tian hanya tersenyum, lalu perlahan mengelus kepala ola, kemudian dengan lembut mencium keningnya
"gue pengen banget tetep disini la, tapi cita-cita gue mengharuskan gue untuk berlari"
ola hanya terdiam, kemudian menagis perlahan, dalam hangatya dada tian, air matanya semakin tak tertahankan
tian pun hanya membiarkan situasi ini, tanpa berkata ia hanya membelai dengan lembut rambut ola.
mang baso pun hanya terdiam, menyaksikan tingkah ke-dua anak remaja di depannya, mungkin dia ikut terbawa ke dalam kenangan.
"gue janji la, tiap bulan gue bakal ke jakarta, gue janji"
tian kemudian berbicara untuk mencoba menenangkan ola
kemudian ola bangun, sembari mengusap air mata ia berbicara dengan mantap
"gue juga pengen lanjutin ke GRS singapore !"
sontak tian ketawa, sembari menggelengkan kepala dia bertanya ke ola
"hahaha emang lo tau GRS itu apa la ?
ola pun terdiam untuk berpikir sejenak lalu menggeleng
"gue gak tau, tapi gue pengen lanjut ke sana, ke GPS Singapore!"
"GPS ? GRS olaaa"
"iya itu pokoknya, gue pengen kesana !!!"
tian pun semakin tertawa
"bentar la, lu bisa naik sepeda gak ?"
ola pun heran dengan pertanyaan tian, namun dia segera menggeleng
"naaaah ituu, gue rasa lu gak bisa lanjut kesana la"
"bodo, gue tetep pengen kesana"
"gak bakalan bisa laaa"
"tian, lo jangan ngelarang gue, gue tetep pengen kesana"
dengan cemberut ola berkata
mendengar ucapan ola itu pun tian semakin tertawa.
"oke-oke, lu boleh lanjut masuk ke sana, tapi lu bawa motor gue ya, gue nebeng dibelakang, kalo lu bisa, gue bakal ajak lu kesana, kalo perlu gue bakal ngeyakinin papah lu"
tian pun menantang ola sembari menahan tawa
ola pun kemudian memandangi motor tian yang besarnya puluhan kalilipat dari tubuhnya, dengan ngeri ola hanya menggeleng.
"tian lu gila"
sontak tian pun tertawa lepas, tapi ola gak menyerah, dia kemudian dengan penuh keyakinan berdiri dari kursinya
"mana kunci motor lo"
tian pun kaget,
"hah kunci ? lu mau ngapain la ?"
"udah diem, mana kunci motor lu ?"
tian pun dengan keheranan kemudian menyerahkan kunci motornya ke ola
setelah berhasil mendapatkan kunci motor, segera ola mendekat ke arah motor tian, kemudian dengan sekuat tenaga dia naik diatasnya, dengan begitu kesusahan karena rok pendek abunya, dia berusaha ingin mengusai motor itu. tapi sia-sia. tak semili pun motor itu bergerak, tetap dengan kokoh tersandar di bahu jalan, ola pun masih terus berusaha untuk menegakkan motor tian itu, tapi kembali sia-sia, akhirnya ola pun menyerah, tubuh rampingnya kini tertunduk memeluk diatas tangki bensin motor tian. melihat tingkah ola didepannya, tian pun semakin tertawa geli.
"hahahahah udah la, lu gak akan bisa"
kemudian tian mendekat ke arah ola yang terduduk diatas motornya, dengan perlahan dia mendudukan tubuhnya ke atas motor, tepat dibelakang tubuh ola, kemudia dia berbisik perlahan di telinga kanan ola
"gue pasti balik la, gue pasti nyari lo"
ola pun hanya terdiam mematung, kali ini dia menyandarkan tubuhnya didada tian, masih diatas motor, lalu berkata lirih
"GRS itu apa ? kenapa lo ngelarang gue ikut sama lo ?"
"Global Racing School la, habis UN gue bakal ikut tes seleksi awal"
ola pun mengangguk, lalu berkata pelan
"tapi lo janji ya, lo kudu ke jakarta"
"gue janji la, gue pasti ke jakarta"
mendengar ucapan tian itu, ola tersenyum kecil
Quote:
gue hanya bisa terdiam ngedengerin cerita ola saat itu, dan dengan penasaran gue bertanya ke ola
"jadi tian sekarang ada di singapore la ?
ola kemudian menatap wajah gue, lalu dia terduduk diatas kasurnya dan menyuruh gue duduk disebelahnya.
"tian ada disini yas"
perlahan ola berkata sembari menyentuh dada kiri gue
Quote:
dengan isak tangis pecah, ola ditemani kedua orangtuanya melepas tian di bandara, dengan penuh haru ola seakan gak rela membiarkan tian harus terbang mengejar cita-citanya
"nak tian, hati-hati. cepat kabari kalau udah sampai"
ayah ola berkata sambil menjabat tangan tian dengan begitu erat
"pasti om"
kali ini ola benar-benar menangis dalam dekapan mamahnya, tak kuat melihat tian menghilang diantara penuhnya calon penumpang
sebulan berlalu sudah, ola seperti menjadi ola yang dulu, begitu takut melewati hari, begitu gugup harus bertemu dengan mentari
ratusan telpon yang tak terangkat dan ribuan pesan singkat yang tak terjawab menemani ketidak tenangan batin ola, iya, ola udah berulangkali coba menghubungi tian namun selalu tanpa jawaban.
seperti ada rahasia besar yang disembunyikan orang tua ola ketika ola terus merengek meminta ke singapore menemui tian, jutaan alasan orangtua ola seperti menghalangi ola untuk bertemu dengan tian.
hingga pada akhirnya hari itu datang.
ola saat itu iseng membuka grup facebook angkatan kelas, dan alangkah tergoncang jiwanya mengetahui sebuah post dari salah satu temannya di beranda grup.
"Turut berduka cita atas berpulangnya Ditian Putra, semoga cita-citanya tetap abadi bersama raganya, dan semua dosanya dihapus dan tenang bersama Tuhan di surganNya"
sabrina ola pun menjerit sejadi-jadinya, kedua orangtua ola pun dengan sangat panik menemui putri satu-satunya ini
ayah ola yang mengetahui apa yang baru saja dibaca ola di grup facebook seketika lemas, melihat putrinya yang mematung dengan napas terisak dia begitu panik dan mencoba mendekap putrinya begitu erat. pun begitu dengan mamahnya, dengan tangis terisak diapun memeluk ola begitu erat.
Ditian putra meninggal dalam kecelakaan test awal di formula driver academy Global Racing School Singapore.
Quote:
"maksud lo la ?? maksud lo tian meninggal kecelakaan disana ?"
gue dengan deras air mata memegang bahu ola, begitu erat, sangat erat. ola dengan air mata berlinang, mencoba tegar dan tersenyum sayu, kemudian mendekap tubuh gue dengan tak kalah eratnya.
"tian sekarang udah tenang yas, dan saat lihat lo, gue semakin yakin, jantung gue masih ada"
dengan lirih ola berkata sambil terus mendekap tubuh gue
tangis gue pun semakin pecah, seakan seluruh jiwa gue terlepas dari raga, menerawang seluruh misteri semesta, berlari jauh ingin menemui sang pencipta.
"lo jangan pergi yas, lo jangan pergi lagi dari gue, sampai gue gak adapun lo jangan pernah coba jauh dari gue, jangan yas, gue mohon"
perkataan ola seperti samar ditelinga gue, dengan deru air mata, gue sekuat tenaga mencoba untuk menerima fakta yang ada, gue pun melepaskan dekapan ola dan memegang kedua bahunya.
"tian dimana la ? tian dimana ? anterin gue ke tian laaaa !!"
dengan tangis gue memohon ke ola untuk bertemu dengan separuh jiwa gue yang telah hilang dalam tekateki alam, paling tidak gue bisa melihat tempat terakhirnya yang membuatnya kini lebih nyaman dari dunia yang begitu penuh tantangan.
ola mengangguk sambil memegang erat kedua pipi gue, dan sedetik kemudiam melahap dengan buas kedua bibir gue hingga gue terbaring diatas kasur dan ola tepat berada diatas tubuh gue yang begitu lemas.
gue hanya bisa memejamkan mata, dengan ola yang begitu tak terkendali dalam lautan rindu yang menggebu, dalam sakitnya sebuah keputus asaan dan perihnya rasa ditinggalkan.
to be continued
Diubah oleh menghilanglupa 10-12-2016 07:30
jenggalasunyi dan 3 lainnya memberi reputasi
4
Kutip
Balas

