- Beranda
- Stories from the Heart
Pelangi Diatas Laut
...
TS
.raffertha
Pelangi Diatas Laut
Quote:
Aku duduk didepan jendela kamarku.
Melihat langit yang biru dan awan putih yang menghiasi.
Hari ini cukup cerah.
Membuatku ingin sekali pergi keluar hanya untuk berkunjung ke tempat-tempat yang menyenangkan.
Namaku Andrea Raffertha.
Aku biasa dipanggil Rea.
Aku lahir dikeluarga yang berkecukupan, walaupun teman-temanku selalu mengatakan bahwa aku adalah anak orang kaya.
Ya memang ayahku seorang pegawai negeri sipil yang golongannya sudah tinggi dengan jabatan menjanjikan.
Apa lagi ibuku.
Ibuku seorang Sekretaris Direksi Utama disebuah perusahaan milik negara.
Aku duduk dibangku Sekolah Menegah Atas kelas 10.
Dan dari sinilah kisahku dimulai.
Quote:
Spoiler for Sambutan:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Polling
0 suara
Siapakah sosok yang abadi dalam hati Andrea Raffertha ?
Diubah oleh .raffertha 14-08-2017 05:52
Arsana277 dan 5 lainnya memberi reputasi
6
838K
4.5K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
.raffertha
#1291
Part 47
Rea : "Save-an the sims lo masih ada di PC gw, loh.. Kalo lo mau mainin lagi, pintu rumah gw terbuka lebar kok buat lo..""
Lista : "Andrea.."
Rea : "Gw tau ini berat buat lo, Lista.."
Lista : "Rea... Gw ga kuat lagi.. Gw ga mau kayak gini..", sambil memelukku.
Rea : "Udah udah.. Jangan nangis lagi..", sambil mengelus kepalanya.
Lista : "Gw ga mau jauh dari lo.. Gw ga mau..", tangisannya semakin keras.
Rea : "Gw juga ga mau kok.."
Lista : "...."
Rea : "Kalo lo masih nangis, save-an nya gw delete nih.."
Lista : "Jangan.."
Rea : "Ya udah.. Cup cup.. Mau main ga ?"
Lista : "Main apa ?"
Rea : "The sims lo.."
Lista : "Mau.."
Rea : "Ya udah sekarang lo jangan nangis lagi.. Kita kerumah gw.."
Lista : "Vania gimana ?"
Rea : "Vania biar urusan gw.. Gw juga mau ngomong masalah ini ke dia.. Ga adil buat lo dan buat gw.. Masa iya gw ga boleh deket sama lo sedangkan dia bebas mau deket sama cowok mana aja.."
Lista : "....", tangisannya mulai berhenti.
Rea : "Nah gitu dong.. Jangan cengeng ah.."
Lista : "Iya ini gw udah ga nangis lagi.."
Rea : "Hahahahahaha.. Muka lo lucu ya kalo abis nangis.. Kayak orang abis digebukin.. Mau ngaca ngga ? Hahahahahaha.."
Lista : "Ah, Rea.. Malah ngetawain gw.."
Rea : "Maka nya senyum dong.. Lo tuh cantik kalo senyum.."
Lista : "Aaahhh.. Apa sih.."
Rea : "Muka nya merah kayak tomat.. Dipuji dikit langsung malu.. Hahahahahaha.. Yuk berangkat.."
Aku dan Calista pergi kerumahku.
Sesampainya disana, kami berdua langsung masuk kekamarku.
Calista langsung duduk didepan PCku lalu main game kegemarannya.
Rea : "Buset ini anak.. Main bajak aja.."
Lista : "Hahahahahaha.. Kan lo yang ngajakin.."
Dia tertawa.
Ya, dia sudah bisa tertawa.
Perasaanku yang bercampur aduk kini kembali tenang.
Rea : "Ya udah lo puas-puasin dah mainnya.. Gw tiduran dulu.. Kalo ada apa-apa, bangunin gw ya.."
Lista : "Iya.."
1 jam, tidak ada suara.
Sepertinya dia asyik memainkan game itu.
Aku mulai tertidur dengan pulas.
Hingga akhirnya, aku terbangun karena ada suara benda yang jatuh dikamarku.
Aku bangun dari tidurku.
Astaga !
Aku lihat Calista sudah terbaring dilantai kamarku.
Aku lihat dilayar PCku.
Ternyata dia sedang membuka LC, mengambil foto Vania dan mencorat-coret foto itu memakai aplikasi paint.
Aku benar-benar panik.
Calista pingsan.
Aku ambil HPku, lalu aku telepon Mama.
Aku angkat Calista ketempat tidurku.
Aku baringkan dia.
Aduh, mama lama sekali.
Tak lama kemudian, datanglah Mama dan langsung naik kekamarku.
Mama : "Aduh, kenapa bisa pingsan ?"
Rea : "Ga tau.. Aku lagi tidur-tiduran.. Tiba-tiba udah pingsan aja.."
Mama : "Angkat ke mobil yuk.. Kita bawa ke rumah sakit.."
Aku dan Mama mengangkat Calista masuk kedalam mobil.
Mama : "Kamu aja yang bawa ya.. Biar mama dibelakang jaga dia.."
Rea : "Ya, Ma.. RS yang mana nih.."
Mama : "Yang paling deket aja.."
Aku langsung tancap gas.
Aku memang bisa mengendarai mobil karena dulu aku diajarkan oleh Papa.
Aku juga sering disuruh membawa mobil Mama kalau Papa sedang malas mengantar Mama.
Sesampainya di rumah sakit, kami membawa Calista ke ruang UGD.
Aku dan Mama menunggu didepan, karena tim medis sedang memeriksa Calista.
Tak lama kemudian, salah satu tim medis keluar.
Mama : "Gimana anak saya, dok ?"
"Anak mama ?", gumamku dalam hati.
Dokter : "Anak ibu cuma kelelahan.. Perutnya kosong dari pagi sepertinya.. Makannya gimana ?"
Mama : "Aduh, dok.. Anak saya memang suka susah untuk makan."
Dokter : "Ya udah, anak ibu sekarang sudah bisa ditemui.. Sebentar lagi juga sadar.."
Mama : "Baik, dok.. Terima kasih.."
Dokter itu lalu masuk keruangan tim medis yang sedang berjaga saat itu.
Aku dan Mama menghampiri Calista yang belum siuman.
Rea : "Mama ga salah ?"
Mama : "Apa ?"
Rea : "Calista dibilang anak Mama ?"
Mama : "Ya siapa tau kan nanti beneran jadi anak Mama.. Hehehehehe.."
Jadi anak Mama ?
Maksudnya apa ?
Aku sungguh tidak mengerti.
Oh, atau jangan-jangan.
Calista akan menjadi anaknya mama juga kalau aku menikah dengannya.
Ah, apa yang sedang aku pikirkan ?
Pikiranku mulai kemana-mana.
Calista mulai membuka matanya.
Lista : "Aduh.."
Rea : "Hhmm.. Bangun dia, Ma.."
Lista : "Eh.. Ibu.. Aku dimana ya ?"
Mama : "Kamu inget ga tadi lagi apa ?"
Lista : "Aku kayak terbang gitu.."
Rea : "Lo pingsan.. Kata dokter, lo belom makan dari pagi.."
Lista : "...."
Rea : "Kok lo bohong sama gw sih.."
Lista : "Gw ga mau nyusahin lo.."
Rea : "Gimana nih, Ma ?"
Mama : "Lista, mau makan apa ? Nanti mama beliin.."
Lista : "Ga usah, Ma.. Eh.. Bu.."
Mama : "Tuh.. Lista aja manggil Mama, Re.. Hehehehehe.."
Rea : "Au amat.."
Setelah sadar, Mama membayar semua biayanya.
Calista sudah diizinkan pulang dan sudah diberi makanan untuk asupan energinya.
Aku dan Mama mengantarnya sampai kerumahnya.
Kami disambut oleh Mama nya Calista.
Mama Lista : "Loh, Lista darimana ?"
Lista : "Dari... Itu, Ma.."
Mama : "Udah udah.. Jangan kebanyakan ngomong.. Jadi begini bu.. Calista tadi ditemuin sama Rea dalam keadaan pingsan.."
Mama Lista : "Ya ampun, Lista.."
Mama : "Rea langsung telepon saya dan saya langsung bawa dia ke rumah sakit.."
Mama Lista : "Aduh.. Maaf, bu jadi ngerepotin.."
Mama : "Ngga kok, Bu.. Sama sekali.."
Mama Lista : "Bilang apa.. Kamu ini.."
Lista : "Makasih banyak ya, Bu.. Maaf ngerepotin Andrea sama ibu.."
Mama : "Sama-sama Lista.. Lain kali kamu harus makan ya.. Biar ga sakit.."
Rea : "Aku pamit ya, Lista.. Ibu.."
Mama Lista : "Iya, nak.. Terima kasih ya.."
Aku dan Mama naik ke mobil.
Kami langsung menuju kerumah.
Kali ini, aku dan Mama yang kelaparan.
Hahahahahaha.
Kami makan bersama dimeja makan.
Rea : "Ma, kenapa tadi Mama bilang kalo Lista itu anak Mama ?"
Mama : "Kamu ga tau aja kalo urusan dirumah sakit tuh ribet.. Kalo mama bilang kita nemu dia lagi pingsan, pasti mereka minta kita menghubungi kerabat dekat atau keluarganya.. Keburu lewat nyawanya.."
Rea : "Ih, Mama.. Ada-ada aja.. Kirain Lista juga mau dijadiin anak mama juga.."
Mama : "Wah mama juga seneng punya anak kayak Calista.."
Rea : "...."
Mama : "Eh, Re.. Mama nya Calista kan pernah bilang, kalian kalo udah lulus, tunangan dulu ?"
Rea : "Iya, Ma.. Tapi itu mah cuma bercanda doang.."
Mama : "Oh, kirain serius.."
Rea : "Emang kalo serius, kenapa Ma ?"
Mama : "Papa sama Mama mau kamu dan Calista tunangan setelah lulus SMA nanti.."
Rea : "Hah ?! Yang bener aja, Ma ?!"
Mama : "Kamu ga denger tadi Calista manggil Mama ?"
Rea : "Halah Mama.. Ngebet banget mau punya anak perempuan.."
Mama : "Hahahahahaha.. Iya dong.."
Rea : "Bikin aja lagi sama Papa.."
Mama : "Mana bisa.. Mama udah cukup tua.."
Rea : "Udah ah.. Aku keatas aja.. Makin pusing kepalaku dengerin mama ngomongin tunangan.."
Aku naik kekamarku.
Aku ambil HPku, ternyata ada SMS dari Vania.
Aku sudahi berbalas pesan singkat dengan Vania.
PCku belum mati.
Dilayar PCku masih ada foto Vania yang dicoret-coret habis oleh Calista.
Aku hanya bisa tersenyum melihat ulahnya.
Calista Candrarini.
Sebenarnya perempuan seperti apa sih kamu ini ?
Lista : "Andrea.."
Rea : "Gw tau ini berat buat lo, Lista.."
Lista : "Rea... Gw ga kuat lagi.. Gw ga mau kayak gini..", sambil memelukku.
Rea : "Udah udah.. Jangan nangis lagi..", sambil mengelus kepalanya.
Lista : "Gw ga mau jauh dari lo.. Gw ga mau..", tangisannya semakin keras.
Rea : "Gw juga ga mau kok.."
Lista : "...."
Rea : "Kalo lo masih nangis, save-an nya gw delete nih.."
Lista : "Jangan.."
Rea : "Ya udah.. Cup cup.. Mau main ga ?"
Lista : "Main apa ?"
Rea : "The sims lo.."
Lista : "Mau.."
Rea : "Ya udah sekarang lo jangan nangis lagi.. Kita kerumah gw.."
Lista : "Vania gimana ?"
Rea : "Vania biar urusan gw.. Gw juga mau ngomong masalah ini ke dia.. Ga adil buat lo dan buat gw.. Masa iya gw ga boleh deket sama lo sedangkan dia bebas mau deket sama cowok mana aja.."
Lista : "....", tangisannya mulai berhenti.
Rea : "Nah gitu dong.. Jangan cengeng ah.."
Lista : "Iya ini gw udah ga nangis lagi.."
Rea : "Hahahahahaha.. Muka lo lucu ya kalo abis nangis.. Kayak orang abis digebukin.. Mau ngaca ngga ? Hahahahahaha.."
Lista : "Ah, Rea.. Malah ngetawain gw.."
Rea : "Maka nya senyum dong.. Lo tuh cantik kalo senyum.."
Lista : "Aaahhh.. Apa sih.."
Rea : "Muka nya merah kayak tomat.. Dipuji dikit langsung malu.. Hahahahahaha.. Yuk berangkat.."
Aku dan Calista pergi kerumahku.
Sesampainya disana, kami berdua langsung masuk kekamarku.
Calista langsung duduk didepan PCku lalu main game kegemarannya.
Rea : "Buset ini anak.. Main bajak aja.."
Lista : "Hahahahahaha.. Kan lo yang ngajakin.."
Dia tertawa.
Ya, dia sudah bisa tertawa.
Perasaanku yang bercampur aduk kini kembali tenang.
Rea : "Ya udah lo puas-puasin dah mainnya.. Gw tiduran dulu.. Kalo ada apa-apa, bangunin gw ya.."
Lista : "Iya.."
1 jam, tidak ada suara.
Sepertinya dia asyik memainkan game itu.
Aku mulai tertidur dengan pulas.
Hingga akhirnya, aku terbangun karena ada suara benda yang jatuh dikamarku.
Aku bangun dari tidurku.
Astaga !
Aku lihat Calista sudah terbaring dilantai kamarku.
Aku lihat dilayar PCku.
Ternyata dia sedang membuka LC, mengambil foto Vania dan mencorat-coret foto itu memakai aplikasi paint.
Aku benar-benar panik.
Calista pingsan.
Aku ambil HPku, lalu aku telepon Mama.
Quote:
Aku angkat Calista ketempat tidurku.
Aku baringkan dia.
Aduh, mama lama sekali.
Tak lama kemudian, datanglah Mama dan langsung naik kekamarku.
Mama : "Aduh, kenapa bisa pingsan ?"
Rea : "Ga tau.. Aku lagi tidur-tiduran.. Tiba-tiba udah pingsan aja.."
Mama : "Angkat ke mobil yuk.. Kita bawa ke rumah sakit.."
Aku dan Mama mengangkat Calista masuk kedalam mobil.
Mama : "Kamu aja yang bawa ya.. Biar mama dibelakang jaga dia.."
Rea : "Ya, Ma.. RS yang mana nih.."
Mama : "Yang paling deket aja.."
Aku langsung tancap gas.
Aku memang bisa mengendarai mobil karena dulu aku diajarkan oleh Papa.
Aku juga sering disuruh membawa mobil Mama kalau Papa sedang malas mengantar Mama.
Sesampainya di rumah sakit, kami membawa Calista ke ruang UGD.
Aku dan Mama menunggu didepan, karena tim medis sedang memeriksa Calista.
Tak lama kemudian, salah satu tim medis keluar.
Mama : "Gimana anak saya, dok ?"
"Anak mama ?", gumamku dalam hati.
Dokter : "Anak ibu cuma kelelahan.. Perutnya kosong dari pagi sepertinya.. Makannya gimana ?"
Mama : "Aduh, dok.. Anak saya memang suka susah untuk makan."
Dokter : "Ya udah, anak ibu sekarang sudah bisa ditemui.. Sebentar lagi juga sadar.."
Mama : "Baik, dok.. Terima kasih.."
Dokter itu lalu masuk keruangan tim medis yang sedang berjaga saat itu.
Aku dan Mama menghampiri Calista yang belum siuman.
Rea : "Mama ga salah ?"
Mama : "Apa ?"
Rea : "Calista dibilang anak Mama ?"
Mama : "Ya siapa tau kan nanti beneran jadi anak Mama.. Hehehehehe.."
Jadi anak Mama ?
Maksudnya apa ?
Aku sungguh tidak mengerti.
Oh, atau jangan-jangan.
Calista akan menjadi anaknya mama juga kalau aku menikah dengannya.
Ah, apa yang sedang aku pikirkan ?
Pikiranku mulai kemana-mana.
Calista mulai membuka matanya.
Lista : "Aduh.."
Rea : "Hhmm.. Bangun dia, Ma.."
Lista : "Eh.. Ibu.. Aku dimana ya ?"
Mama : "Kamu inget ga tadi lagi apa ?"
Lista : "Aku kayak terbang gitu.."
Rea : "Lo pingsan.. Kata dokter, lo belom makan dari pagi.."
Lista : "...."
Rea : "Kok lo bohong sama gw sih.."
Lista : "Gw ga mau nyusahin lo.."
Rea : "Gimana nih, Ma ?"
Mama : "Lista, mau makan apa ? Nanti mama beliin.."
Lista : "Ga usah, Ma.. Eh.. Bu.."
Mama : "Tuh.. Lista aja manggil Mama, Re.. Hehehehehe.."
Rea : "Au amat.."
Setelah sadar, Mama membayar semua biayanya.
Calista sudah diizinkan pulang dan sudah diberi makanan untuk asupan energinya.
Aku dan Mama mengantarnya sampai kerumahnya.
Kami disambut oleh Mama nya Calista.
Mama Lista : "Loh, Lista darimana ?"
Lista : "Dari... Itu, Ma.."
Mama : "Udah udah.. Jangan kebanyakan ngomong.. Jadi begini bu.. Calista tadi ditemuin sama Rea dalam keadaan pingsan.."
Mama Lista : "Ya ampun, Lista.."
Mama : "Rea langsung telepon saya dan saya langsung bawa dia ke rumah sakit.."
Mama Lista : "Aduh.. Maaf, bu jadi ngerepotin.."
Mama : "Ngga kok, Bu.. Sama sekali.."
Mama Lista : "Bilang apa.. Kamu ini.."
Lista : "Makasih banyak ya, Bu.. Maaf ngerepotin Andrea sama ibu.."
Mama : "Sama-sama Lista.. Lain kali kamu harus makan ya.. Biar ga sakit.."
Rea : "Aku pamit ya, Lista.. Ibu.."
Mama Lista : "Iya, nak.. Terima kasih ya.."
Aku dan Mama naik ke mobil.
Kami langsung menuju kerumah.
Kali ini, aku dan Mama yang kelaparan.
Hahahahahaha.
Kami makan bersama dimeja makan.
Rea : "Ma, kenapa tadi Mama bilang kalo Lista itu anak Mama ?"
Mama : "Kamu ga tau aja kalo urusan dirumah sakit tuh ribet.. Kalo mama bilang kita nemu dia lagi pingsan, pasti mereka minta kita menghubungi kerabat dekat atau keluarganya.. Keburu lewat nyawanya.."
Rea : "Ih, Mama.. Ada-ada aja.. Kirain Lista juga mau dijadiin anak mama juga.."
Mama : "Wah mama juga seneng punya anak kayak Calista.."
Rea : "...."
Mama : "Eh, Re.. Mama nya Calista kan pernah bilang, kalian kalo udah lulus, tunangan dulu ?"
Rea : "Iya, Ma.. Tapi itu mah cuma bercanda doang.."
Mama : "Oh, kirain serius.."
Rea : "Emang kalo serius, kenapa Ma ?"
Mama : "Papa sama Mama mau kamu dan Calista tunangan setelah lulus SMA nanti.."
Rea : "Hah ?! Yang bener aja, Ma ?!"
Mama : "Kamu ga denger tadi Calista manggil Mama ?"
Rea : "Halah Mama.. Ngebet banget mau punya anak perempuan.."
Mama : "Hahahahahaha.. Iya dong.."
Rea : "Bikin aja lagi sama Papa.."
Mama : "Mana bisa.. Mama udah cukup tua.."
Rea : "Udah ah.. Aku keatas aja.. Makin pusing kepalaku dengerin mama ngomongin tunangan.."
Aku naik kekamarku.
Aku ambil HPku, ternyata ada SMS dari Vania.
Quote:
Aku sudahi berbalas pesan singkat dengan Vania.
PCku belum mati.
Dilayar PCku masih ada foto Vania yang dicoret-coret habis oleh Calista.
Aku hanya bisa tersenyum melihat ulahnya.
Calista Candrarini.
Sebenarnya perempuan seperti apa sih kamu ini ?
JabLai cOY dan Arsana277 memberi reputasi
3
