- Beranda
- Stories from the Heart
Pelangi Diatas Laut
...
TS
.raffertha
Pelangi Diatas Laut
Quote:
Aku duduk didepan jendela kamarku.
Melihat langit yang biru dan awan putih yang menghiasi.
Hari ini cukup cerah.
Membuatku ingin sekali pergi keluar hanya untuk berkunjung ke tempat-tempat yang menyenangkan.
Namaku Andrea Raffertha.
Aku biasa dipanggil Rea.
Aku lahir dikeluarga yang berkecukupan, walaupun teman-temanku selalu mengatakan bahwa aku adalah anak orang kaya.
Ya memang ayahku seorang pegawai negeri sipil yang golongannya sudah tinggi dengan jabatan menjanjikan.
Apa lagi ibuku.
Ibuku seorang Sekretaris Direksi Utama disebuah perusahaan milik negara.
Aku duduk dibangku Sekolah Menegah Atas kelas 10.
Dan dari sinilah kisahku dimulai.
Quote:
Spoiler for Sambutan:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Polling
0 suara
Siapakah sosok yang abadi dalam hati Andrea Raffertha ?
Diubah oleh .raffertha 14-08-2017 05:52
Arsana277 dan 5 lainnya memberi reputasi
6
838K
4.5K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
.raffertha
#1258
Part 45
Pagi itu aku terbangun.
Hidungku masih sedikit nyeri.
Tetapi tak mengapa.
Aku harus kembali sekolah hari ini.
Setelah bersiap, aku langsung pergi ke sekolah.
Tak lupa untuk sarapan dulu sebelum berangkat.
Sampai disana aku langsung masuk kelas dan tidur-tiduran.
Disusul dengan Vania.
Rea : "Tumben, Van.. Dateng nya pagi.."
Vania : "Iya dong.. Kan sekarang aku udah ada yang bangunin.. Udah ada yang jemput dan nganterin.."
Aku tak bisa berkata apa-apa.
Seakan-akan kata-kata itu menusuk tepat dihatiku.
Vania : "Yang bangunin aku, alarm HPku.. Padahal aku berharap dia bangunin aku kayak biasa.."
Rea : "...."
Vania : "Yang anter jemput aku sekarang abang angkot.. Sedih hatiku.."
Rea : "Cowok yang kemarin emang kemana ?"
Vania : "Aku udah jauhin dia.. Dia ga bisa hibur aku.."
Setelah itu, datanglah Calista.
Dia duduk tepat dibelakang Vania.
Suasana hening seketika.
Murid-murid juga berdatangan satu persatu.
Adrian : "Woi.. Kemaren gw tungguin juga.."
Rea : "Alah.. Lupa gw.."
Adrian : "Ya udah.. Nanti ya.."
Rea : "Kalo ga lupa.."
Adrian : "Ditanyain Velina lo.. Dia kangen sama kakaknya.."
Rea : "Iya ntar gw mampir.. Ya ilah.."
Bel masuk berbunyi.
Kami semua mulai belajar.
Hingga bel istirahat pertama berbunyi.
Semua murid keluar dari kelas.
Hanya ada aku, Vania dan Calista.
Aku benci keadaan ini.
Mereka masih saling benci.
Tak ada tegur sapa sama sekali.
Rea : "Van.. Lista.. Mau berantem sampe kapan ?"
Lista : "...."
Vania : "...."
Rea : "Haduh.. Terserah deh.."
Aku kembali melanjutkan aktifitasku di istirahat pertama ini.
Tidur dimeja sudah menjadi kebiasaanku.
Sampai akhirnya aku dibangunkan oleh bel masuk dan guru sudah masuk ke kelasku.
Tak ada yang spesial setelah itu.
Hanya belajar, makan, sholat, belajar lagi, sampai bel pulang berbunyi.
Aku tarik tangan Vania.
Vania : "Mau kemana, Re ?"
Rea : "Ikut aja.. Kemarin kan ga jadi.."
Vania : "Asyiikk.."
Kami berjalan keluar gerbang sekolah bergandengan tangan.
Alasanku kenapa aku langsung tarik Vania ?
Karena aku tidak mau ada perkelahian lagi.
Aku dan Vania jalan menuju restoran cepat saji dekat rumah kami.
Disana kami membeli es krim.
Aku yang bayar tentunya, karena aku sudah janji dengan Vania.
Rea : "Van.."
Vania : "Iya.."
Rea : "Bener kamu sayang aku ?"
Vania : "Kok kamu nanya gitu ?"
Rea : "Ga tau nih.. Hati aku ga enak rasanya.."
Vania : "Re.. Aku tuh sayang banget sama kamu..", sambil menggenggam tanganku.
Rea : "Terus kenapa pas aku sakit kamu malah jalan saya cowok itu ?"
Vania : "Aku cemburu.."
Rea : "Cemburu ?"
Vania : "Iya.. Kamu jalan sama Calista.."
Rea : "Kan aku ikut lomba.."
Vania : "Tetep aja aku jadi ga tenang, Re.. Calista itu gampang banget ngegoda cowok.. Buktinya, cowoknya dia banyak, kan ?"
Aku memilih untuk diam saja.
Padahal, aku tahu apa yang terjadi dengan Calista.
Tapi, aku tidak mau memperpanjang masalah.
Rea : "Kalo emang kamu mau deket sama cowok lain, aku ikhlas kok, Van.."
Vania : "Aku juga, Re.. Kalau memang kamu ga nyaman sama sifatku yang kayak gini, kamu boleh deket sama cewek lain.. Asal jangan Calista.."
Rea : "Hehehehe.. Iya iya.. Udah habis es nya ?"
Vania : "Udah.. Hehehehehe.."
Rea : "Yuk pulang.."
Vania : "Kok pulang ? Aku masih kangen sama kamu.."
Rea : "Hahahaha.. Terus kemana ?"
Vania : "Ga apa-apa anterin aku pulang, tapi kamu pulang nya nanti-nanti aja.."
Rea : "Haduh.. Iya iya.. Yuk.."
Vania : "Hehehehehe.. Yuk.."
Aku dan Vania keluar dari tempat ini.
Kami naik angkutan umum menuju rumah Vania.
Hanya butuh waktu 20 menit.
Akhirnya kami sampai dirumah Vania.
Aku dipersilahkan masuk, lalu kami masuk kekamar Vania.
Rea : "Aduh capek.. Van, aku numpang tiduran..", sambil merebahkan badanku.
Vania : "Ya udah tiduran aja..", Vania juga ikut tidur disampingku.
Vania : "Re.."
Rea : "Ya..", sambil membalikkan badanku untuk menatap Vania.
Vania : "Jawab yang jujur ya.."
Rea : "Kamu mau tanya apa, Van ?"
Vania : "Kamu suka sama Calista ?"
Rea : "...."
Vania : "Jujur aja, Re.. Aku ga akan marah kalo emang kamu suka sama dia.."
Rea : "Perasaanku ke dia.. Aku aja ga yakin ini apa namanya. Aku sih biasa aja ke dia, tapi aku ga suka liat dia nangis.. Itu aja.."
Vania : "Re.."
Rea : "Ya.."
Vania : "Aku boleh deket sama cowok lain, kan ?"
Rea : "Boleh.. Aku ga pernah larang kamu asal kamu jangan main belakang sama aku.."
Vania : "Maafin aku, Re.. Aku cuma takut kamu marah.."
Rea : "Ga apa-apa, Kok.. Tapi, aku juga boleh kan deket sama cewek lain ?"
Vania : "Boleh, kok.. Hehehehehehe.."
Rea : "Tapi, aku sayang kamu, Vania.."
Vania : "Aku juga sayang kamu, Rea.."
Vania.
Wajahnya cantik natural.
Tanpa make up saja, aku sudah terkesima melihatnya.
Senyumnya manis sekali.
Sesekali kami berciuman diatas ranjang ini.
Tetapi lama kelamaan ciuman kami semakin memanas.
Kami saling melumat bibir satu sama lain.
Vania : "Sayang kamu, Re.."
Rea : "Aku juga sayang kamu, Van.."
Kami kembali berciuman.
Tangan Vania mulai meraba tubuhku.
Lalu, secara reflek juga tanganku meraba tubuhnya.
Kancing kemeja seragam Vania satu persatu mulai kubuka.
Hingga akhirnya terlepaslah kemeja Vania yang saat ini dia pakai.
Dan berlanjut hingga permainan ini selesai.
Vania menaruh kemejanya di tempat baju kotor dan mengganti dengan pakaiannya yang ada dilemari.
Vania : "Kamu ga main sama Adrian ?"
Rea : "Astaga ! Aku lupa.."
Vania : "Hahahahahaha.. Dasar kamu ini.."
Rea : "Aku boleh ke warnet ?"
Vania : "Boleh.. Jangan lupa kalau udah sampai rumah, kabarin aku.."
Rea : "Siap, nyonya.. Hehehehehehe.. Aku pergi ya.."
Aku pergi dari rumah Vania.
15 menit kemudian, aku sampai diwarnet tercinta dengan angkutan umum.
Adrian : "Buset.. Lama lo.."
Rea : "Yah.. Penuh ya.."
Adrian : "Lo lama.. Kemana aja ?"
Rea : "Abis jalan sama Vania.."
Adrian : "Eh lo dicariin Velina didalem.."
Rea : "Ya udah.. Gw kedalem dulu ya."
Aku masuk kedalam.
Ada Velina sedang bermain game kegemarannya.
Aku jahili dia dengan mematikan monitornya mendadak.
Velina : "KAK REAA.. !!!!", dia berteriak.
Rea : "Hahahahahaha.. Serius banget.."
Velina : "Aku lagi menang !!"
Rea : "Biarin.. Biar kalah.."
Velina : "Tuh kan.. Punyaku mati.. tadi lagi giliranku.."
Rea : "Hahahahahaha.. Coba lagi nanti.."
Velina : "Kak Rea jahat ih becanda nya..", matanya berkaca-kaca.
Rea : "Yah.. Dek.. Becanda doang.."
Velina : "Tapi ga gitu, Kak..", dia mengeluarkan air mata.
Rea : "Ah adekku cengeng.. Gitu aja nangis.."
Velina menyudahi permainannya.
Lalu menuju ruang belakang.
Roy : "Mampus lu.. Anak orang dinangisin.."
Rea : "Lah.. Ga maksud gw.."
Roy : "Sono samperin.. Tanggung jawab lo.."
Rea : "Bawel lu, kayak emak gw.."
Aku menghampiri Velina yang ada diruangan belakang.
Dia duduk dipojok sambil menunduk menyembunyikan tangisnya.
Rea : "Dek.. Maaf.."
Velina : "Kakaaakk...!!", dia langsung memelukku.
Rea : "Udah udah.. Jangan nangis.. Nanti aku bantuin mainnya..", sambil mengelus kepalanya.
Velina : "....", dia hanya menggelengkan kepalanya.
Velina : "Aku kangen kakak.."
Rea : "Kangen ?"
Velina : "Kakak ga kangen apa sama adeknya.. Beberapa hari ini kakak ga main.."
Rea : "Hehehehehe.. Aku kan sibuk lomba, Dek.."
Velina : "Kata Kak Adrian, kemarin kakak berantem ?"
Rea : "Yang berantem Vania sama Calista.. Bukan aku.."
Velina : "Kakak main disamping aku aja ya.."
Rea : "Iya iya.."
Velina : "Janji bantuin aku main.. Tadi kakak udah jail sama aku.."
Rea : "Iyaaa.. Adek jelek..", sambil mencubit pipinya.
Aku dan Velina masuk kedalam.
Kami main bersampingan sekarang.
Sesuai janjiku, aku membantunya bermain.
Velina : "Hahahahahaha.. Kita jadi menang terus, Kak.."
Rea : "Iya dong.. Itu pentingnya kalo main tim.. Harus sampingan biar koordinasi nya enak.."
Velina : "Besok, main sama aku lagi ya.."
Rea : "Iya.. Udah gelap nih.. Kamu ga dimarahin ?"
Velina : "Ngga kok, Kak.. Aku udah izin.."
Rea : "Ya udah yuk pulang.. Kamu pulang sama siapa ?"
Velina : "Sama Mas Reza kayaknya.."
Rea : "Ya udah aku balik ya.."
Velina : "Dah, kakak.."
Rea : "Daahh..", sambil melambaikan tanganku.
Sesampainya dirumah, aku segera mandi karena telah melampiaskan apa yang harus dilampiaskan dirumah Vania.
Setelah itu aku rebahkan tubuhku ditempat tidurku.
Tak lupa aku kabari Vania.
Ah, lega nya perasaanku.
Keadaan sekarang menjadi lebih baik.
Aku berharap besok dan seterusnya akan menjadi lebih baik.
Hidungku masih sedikit nyeri.
Tetapi tak mengapa.
Aku harus kembali sekolah hari ini.
Setelah bersiap, aku langsung pergi ke sekolah.
Tak lupa untuk sarapan dulu sebelum berangkat.
Sampai disana aku langsung masuk kelas dan tidur-tiduran.
Disusul dengan Vania.
Rea : "Tumben, Van.. Dateng nya pagi.."
Vania : "Iya dong.. Kan sekarang aku udah ada yang bangunin.. Udah ada yang jemput dan nganterin.."
Aku tak bisa berkata apa-apa.
Seakan-akan kata-kata itu menusuk tepat dihatiku.
Vania : "Yang bangunin aku, alarm HPku.. Padahal aku berharap dia bangunin aku kayak biasa.."
Rea : "...."
Vania : "Yang anter jemput aku sekarang abang angkot.. Sedih hatiku.."
Rea : "Cowok yang kemarin emang kemana ?"
Vania : "Aku udah jauhin dia.. Dia ga bisa hibur aku.."
Setelah itu, datanglah Calista.
Dia duduk tepat dibelakang Vania.
Suasana hening seketika.
Murid-murid juga berdatangan satu persatu.
Adrian : "Woi.. Kemaren gw tungguin juga.."
Rea : "Alah.. Lupa gw.."
Adrian : "Ya udah.. Nanti ya.."
Rea : "Kalo ga lupa.."
Adrian : "Ditanyain Velina lo.. Dia kangen sama kakaknya.."
Rea : "Iya ntar gw mampir.. Ya ilah.."
Bel masuk berbunyi.
Kami semua mulai belajar.
Hingga bel istirahat pertama berbunyi.
Semua murid keluar dari kelas.
Hanya ada aku, Vania dan Calista.
Aku benci keadaan ini.
Mereka masih saling benci.
Tak ada tegur sapa sama sekali.
Rea : "Van.. Lista.. Mau berantem sampe kapan ?"
Lista : "...."
Vania : "...."
Rea : "Haduh.. Terserah deh.."
Aku kembali melanjutkan aktifitasku di istirahat pertama ini.
Tidur dimeja sudah menjadi kebiasaanku.
Sampai akhirnya aku dibangunkan oleh bel masuk dan guru sudah masuk ke kelasku.
Tak ada yang spesial setelah itu.
Hanya belajar, makan, sholat, belajar lagi, sampai bel pulang berbunyi.
Aku tarik tangan Vania.
Vania : "Mau kemana, Re ?"
Rea : "Ikut aja.. Kemarin kan ga jadi.."
Vania : "Asyiikk.."
Kami berjalan keluar gerbang sekolah bergandengan tangan.
Alasanku kenapa aku langsung tarik Vania ?
Karena aku tidak mau ada perkelahian lagi.
Aku dan Vania jalan menuju restoran cepat saji dekat rumah kami.
Disana kami membeli es krim.
Aku yang bayar tentunya, karena aku sudah janji dengan Vania.
Rea : "Van.."
Vania : "Iya.."
Rea : "Bener kamu sayang aku ?"
Vania : "Kok kamu nanya gitu ?"
Rea : "Ga tau nih.. Hati aku ga enak rasanya.."
Vania : "Re.. Aku tuh sayang banget sama kamu..", sambil menggenggam tanganku.
Rea : "Terus kenapa pas aku sakit kamu malah jalan saya cowok itu ?"
Vania : "Aku cemburu.."
Rea : "Cemburu ?"
Vania : "Iya.. Kamu jalan sama Calista.."
Rea : "Kan aku ikut lomba.."
Vania : "Tetep aja aku jadi ga tenang, Re.. Calista itu gampang banget ngegoda cowok.. Buktinya, cowoknya dia banyak, kan ?"
Aku memilih untuk diam saja.
Padahal, aku tahu apa yang terjadi dengan Calista.
Tapi, aku tidak mau memperpanjang masalah.
Rea : "Kalo emang kamu mau deket sama cowok lain, aku ikhlas kok, Van.."
Vania : "Aku juga, Re.. Kalau memang kamu ga nyaman sama sifatku yang kayak gini, kamu boleh deket sama cewek lain.. Asal jangan Calista.."
Rea : "Hehehehe.. Iya iya.. Udah habis es nya ?"
Vania : "Udah.. Hehehehehe.."
Rea : "Yuk pulang.."
Vania : "Kok pulang ? Aku masih kangen sama kamu.."
Rea : "Hahahaha.. Terus kemana ?"
Vania : "Ga apa-apa anterin aku pulang, tapi kamu pulang nya nanti-nanti aja.."
Rea : "Haduh.. Iya iya.. Yuk.."
Vania : "Hehehehehe.. Yuk.."
Aku dan Vania keluar dari tempat ini.
Kami naik angkutan umum menuju rumah Vania.
Hanya butuh waktu 20 menit.
Akhirnya kami sampai dirumah Vania.
Aku dipersilahkan masuk, lalu kami masuk kekamar Vania.
Rea : "Aduh capek.. Van, aku numpang tiduran..", sambil merebahkan badanku.
Vania : "Ya udah tiduran aja..", Vania juga ikut tidur disampingku.
Vania : "Re.."
Rea : "Ya..", sambil membalikkan badanku untuk menatap Vania.
Vania : "Jawab yang jujur ya.."
Rea : "Kamu mau tanya apa, Van ?"
Vania : "Kamu suka sama Calista ?"
Rea : "...."
Vania : "Jujur aja, Re.. Aku ga akan marah kalo emang kamu suka sama dia.."
Rea : "Perasaanku ke dia.. Aku aja ga yakin ini apa namanya. Aku sih biasa aja ke dia, tapi aku ga suka liat dia nangis.. Itu aja.."
Vania : "Re.."
Rea : "Ya.."
Vania : "Aku boleh deket sama cowok lain, kan ?"
Rea : "Boleh.. Aku ga pernah larang kamu asal kamu jangan main belakang sama aku.."
Vania : "Maafin aku, Re.. Aku cuma takut kamu marah.."
Rea : "Ga apa-apa, Kok.. Tapi, aku juga boleh kan deket sama cewek lain ?"
Vania : "Boleh, kok.. Hehehehehehe.."
Rea : "Tapi, aku sayang kamu, Vania.."
Vania : "Aku juga sayang kamu, Rea.."
Vania.
Wajahnya cantik natural.
Tanpa make up saja, aku sudah terkesima melihatnya.
Senyumnya manis sekali.
Sesekali kami berciuman diatas ranjang ini.
Tetapi lama kelamaan ciuman kami semakin memanas.
Kami saling melumat bibir satu sama lain.
Vania : "Sayang kamu, Re.."
Rea : "Aku juga sayang kamu, Van.."
Kami kembali berciuman.
Tangan Vania mulai meraba tubuhku.
Lalu, secara reflek juga tanganku meraba tubuhnya.
Kancing kemeja seragam Vania satu persatu mulai kubuka.
Hingga akhirnya terlepaslah kemeja Vania yang saat ini dia pakai.
Dan berlanjut hingga permainan ini selesai.
Vania menaruh kemejanya di tempat baju kotor dan mengganti dengan pakaiannya yang ada dilemari.
Vania : "Kamu ga main sama Adrian ?"
Rea : "Astaga ! Aku lupa.."
Vania : "Hahahahahaha.. Dasar kamu ini.."
Rea : "Aku boleh ke warnet ?"
Vania : "Boleh.. Jangan lupa kalau udah sampai rumah, kabarin aku.."
Rea : "Siap, nyonya.. Hehehehehehe.. Aku pergi ya.."
Aku pergi dari rumah Vania.
15 menit kemudian, aku sampai diwarnet tercinta dengan angkutan umum.
Adrian : "Buset.. Lama lo.."
Rea : "Yah.. Penuh ya.."
Adrian : "Lo lama.. Kemana aja ?"
Rea : "Abis jalan sama Vania.."
Adrian : "Eh lo dicariin Velina didalem.."
Rea : "Ya udah.. Gw kedalem dulu ya."
Aku masuk kedalam.
Ada Velina sedang bermain game kegemarannya.
Aku jahili dia dengan mematikan monitornya mendadak.
Velina : "KAK REAA.. !!!!", dia berteriak.
Rea : "Hahahahahaha.. Serius banget.."
Velina : "Aku lagi menang !!"
Rea : "Biarin.. Biar kalah.."
Velina : "Tuh kan.. Punyaku mati.. tadi lagi giliranku.."
Rea : "Hahahahahaha.. Coba lagi nanti.."
Velina : "Kak Rea jahat ih becanda nya..", matanya berkaca-kaca.
Rea : "Yah.. Dek.. Becanda doang.."
Velina : "Tapi ga gitu, Kak..", dia mengeluarkan air mata.
Rea : "Ah adekku cengeng.. Gitu aja nangis.."
Velina menyudahi permainannya.
Lalu menuju ruang belakang.
Roy : "Mampus lu.. Anak orang dinangisin.."
Rea : "Lah.. Ga maksud gw.."
Roy : "Sono samperin.. Tanggung jawab lo.."
Rea : "Bawel lu, kayak emak gw.."
Aku menghampiri Velina yang ada diruangan belakang.
Dia duduk dipojok sambil menunduk menyembunyikan tangisnya.
Rea : "Dek.. Maaf.."
Velina : "Kakaaakk...!!", dia langsung memelukku.
Rea : "Udah udah.. Jangan nangis.. Nanti aku bantuin mainnya..", sambil mengelus kepalanya.
Velina : "....", dia hanya menggelengkan kepalanya.
Velina : "Aku kangen kakak.."
Rea : "Kangen ?"
Velina : "Kakak ga kangen apa sama adeknya.. Beberapa hari ini kakak ga main.."
Rea : "Hehehehehe.. Aku kan sibuk lomba, Dek.."
Velina : "Kata Kak Adrian, kemarin kakak berantem ?"
Rea : "Yang berantem Vania sama Calista.. Bukan aku.."
Velina : "Kakak main disamping aku aja ya.."
Rea : "Iya iya.."
Velina : "Janji bantuin aku main.. Tadi kakak udah jail sama aku.."
Rea : "Iyaaa.. Adek jelek..", sambil mencubit pipinya.
Aku dan Velina masuk kedalam.
Kami main bersampingan sekarang.
Sesuai janjiku, aku membantunya bermain.
Velina : "Hahahahahaha.. Kita jadi menang terus, Kak.."
Rea : "Iya dong.. Itu pentingnya kalo main tim.. Harus sampingan biar koordinasi nya enak.."
Velina : "Besok, main sama aku lagi ya.."
Rea : "Iya.. Udah gelap nih.. Kamu ga dimarahin ?"
Velina : "Ngga kok, Kak.. Aku udah izin.."
Rea : "Ya udah yuk pulang.. Kamu pulang sama siapa ?"
Velina : "Sama Mas Reza kayaknya.."
Rea : "Ya udah aku balik ya.."
Velina : "Dah, kakak.."
Rea : "Daahh..", sambil melambaikan tanganku.
Sesampainya dirumah, aku segera mandi karena telah melampiaskan apa yang harus dilampiaskan dirumah Vania.
Setelah itu aku rebahkan tubuhku ditempat tidurku.
Tak lupa aku kabari Vania.
Quote:
Ah, lega nya perasaanku.
Keadaan sekarang menjadi lebih baik.
Aku berharap besok dan seterusnya akan menjadi lebih baik.
Arsana277 memberi reputasi
2
