- Beranda
- Stories from the Heart
CEREBRO : KUMPULAN CERITA CINTA PAKAI OTAK
...
TS
reloaded0101
CEREBRO : KUMPULAN CERITA CINTA PAKAI OTAK
Judul thread ini ane ganti, sekarang tidak semua cerpennya mengisahkan cinta. Tetapi temanya lebih umum, ada detektif,sci-fi,horor,thriller,drama dan lain-lain yang tidak selalu melibatkan percintaan antar karakternya.
INDEX BARU:
CERITA 2020
AZAB ILMU PELET
MUDIK 2020
Terima kasih untuk Agan Gauq yang sudah membuatkan index cerita ini.
Index by Gauq:
INDEX
INDEX lanjutan
Cerita baru 2019:
KISAH-KISAH MANTAN DETEKTIF CILIK di postingan terakhir halaman terakhir
INDEX PART 3
INDEX PART 4-new
Langsung saja cerpen pertama
Apa yang akan kau lakukan ketika dia yang kaucinta meminta syarat berupa rumah dengan 1000 jendela sebelum menerima cintamu?
Leo merogoh saku belakang celana hitam barunya. Sebuah sisir kecil diambilnya dari kantong itu. Sambil melihat spion, ia merapikan kembali rambut yang sempat dipermainkan angin selama dalam perjalanan, maklum saja kaca pintu depan mobilnya rusak dan hanya bisa ditutup setengahnya saja. Setelah dirasa sudah rapi, Leo dan rambutnya keluar dari roda empatnya kemudian berjalan dengan jantung berdegup kencang menuju rumah nomor 2011 dan menekan belnya. Sang pembantu rumah keluar dan menyapanya
“Oh Mas Leo ”
“Riska-nyaada Bi?”
“Oh ada, sebentar saya panggilkan.”
Beberapa menit kemudian seorang wanita muda cantik berusia 20 tahunan awal keluar, mendapati Leo yang sedang menghirup teh celup panas buatan Bibi.
“Mau pergi ke pestanya siapa? Perasaan teman kita nggak ada yang ulang tahun atau nikah hari ini.”
Tanya Riska.
“Memang tidak ada.”
“Kalau nggak ke kondangan, mengapa pakai baju serapi ini? Sok formal banget. ”
“ Harus formal, kan mau melamar.”
“Ngelamar kerja?”
Leo menggeleng. Jantungnya berdegup makin kencang.
“Bukan.”
“Lalu melamar apa?”
“Kamu.”
Kata Leo sambil bersimpuh dan mengeluarkan sebuah kotak merah berisi cincin emas dengan sebuah berlian berukuran mini di tengahnya. Sementara itu Riska mundur beberapa langkah ke belakang.
“Aku? kita kan nggak pernah pacaran?”
“Tetapi kita sudah saling mengenal belasan tahun Ris. Aku tahu apa yang kamu suka, aku tahu apa yang kamu tidak suka, aku tahu bagaimana kamu selalu menghentakkan kaki kirimu ke tanah ketika mendengar kabar gembira,
aku tahu bagaimana kau selalu mencengkeram erat kertas tisu di tanganmu waktu kau sedang gugup, dan aku tahu aku mencintaimu. ”
“Tapi kamu kan nggak tahu apakah aku juga cinta kamu?
“Karena aku tidak tahu, bagaimana kalau kamu beritahukan padaku sekarang.”
“Mmm, gimana ya? Untuk urusan cinta, apalagi orientasinya nikah. Tentu aku maunya sama pria yang sungguh-sungguh.”
“Cintaku kepadamu sungguhan Ris, bukan bohongan atau tren musiman.”
“Sejak kapan lidah punya tulang?”
“Kau tidak percaya pada kata-kataku?”
“Aku butuh bukti Yo, bukan janji.”
“Baik, bukti seperti apa yang kauminta Ris?”
“Tidak ada yang mustahil untuk orang yang sungguh-sungguh. Demi cinta Shah Jehan mampu menciptakan Taj Mahal untuk istrinya.”
“Lalu apa yang kau inginkan agar mau menjadi istriku Ris?”
“Buatkan aku rumah dengan 1000 jendela.”
“Baik”
“Jika kau mampu menyelesaikannya dalam waktu 24 jam aku akan menerimamu tetapi jika tidak ya kita temenan saja ya Yo.”
“Buat rumah 1000 jendela dalam waktu 24 jam. Sudah itu saja?”
“Memangnya kamu bisa?”
“Akan kucoba semampuku.”
“Baik aku tunggu hasilnya besok. Good luck.”
Leo pun pergi dari halaman rumah itu dan menuju mobilnya sambil mengambil nafas panjang. Ia memacu kendaraannya dan pergi ke beberapa toko kelontong dan toko bangunan. Banyak hal yang dibelinya. Setelah selesai berbelanja, benda-benda itu dibungkus dalam beberapa kantong kresek dan kardus yang dijejalkan ke bagasi mobil.
Pulang ke rumah Ia langsung menuju ke halaman belakang yang luas dan masih berupa lahan kosong yang hanya dihuni oleh rimbun ilalang dan satu dua pohon nangka.
Leo mengambil nafas panjang lalu menghelanya dan mulai bekerja. Ia menurunkan semua barang yang ia beli. Tak lama kemudian suara gaduh dari palu bertemu paku terdengar berulang-ulang hingga malam tiba.
Malam harinya halilintar menyambar, disusul hujan yang turun sederas-derasnya. Air membanjiri halaman belakang yang masih tetap kosong dan hanya dihuni oleh rimbun ilalang dan satu dua pohon nangka.
“Ris bisa mampir kerumah sekarang? ada sesuatu yang mau kuperlihatkan padamu.”
Kata Leo keesokan harinya lewat ponsel yang dijawab dengan gugup oleh Riska.
“I...iya.”
Dalam hati gadis itu berpikir, bagaimana ini? Apa Leo bisa menyelesaikan permintaan yang mustahil itu? Memang sih dia itu baik, cerdas dan tidak sombong tapi Riska tidak mencintainya. Ia memberikan syarat itu dengan tujuan agar Leo gagal dan mereka berdua bisa kembali happily everafter...meskipun hanya di friend zone saja.
Riska sampai di depan rumah Leo dan heran mendapati mobil ayahnya terparkir di halaman. Ketika masuk ke dalam ia mendapati ayahnya sednag bercakap-cakap di beranda bersama Leo.
“Kok Papi bisa ada di sini?”
“Aneh kamu ini Ris, Masak Papi nggak boleh sowan ke rumah calon suamimu?”
“Calon suami? Calon suami apa?”
“Kan kamu sendiri yang mengajukan syarat, kalau Nak Leo bisa membuat rumah yang memiliki 1000 jendela dalam waktu 24 jam, kau akan menikahinya?”
“Memangnya bisa?”
“Nak Leo tunjukkan!”
Leo masuk ke dalam dan mengambil sebuah benda yang ditutup taplak meja.
“Apaan nih?”
Tanya Riska dengan tanda tanya menggantung di atas kepalanya.
“Yang kau minta.”
Kata Leo sambil membuka taplak meja itu dan memperlihatkan sebuah rumah berukuran sedikit lebih besar dari telapak tangan yang terbuat dari ribuan tusuk gigi.
“Papi sudah hitung sendiri jendelanya ada 1000 pas.”
“Tapi ini kan kecil sekali.”
“Di syaratmu tidak disebutkan ukurannya harus besar.”
“Tapi ini...definisi rumah kan tempat tinggal, siapa yang bisa tinggal di rumah sekecil ini. Paling-paling juga semut.”
“Di syarat yang kamu ajukan tidak ada keterangan kalau harus rumah manusia. Rumah semut kan juga termasuk dalam kategori rumah.”
Riska serasa disambar geledek. Ia menyesal mengapa tidak jelas dan detail ketika meminta syarat itu kemarin.
“Papi say something dong, belain Riska?”
“Menurut Papi rumah buatan Nak leo ini sudah memenuhi syarat.”
“Jadi Papi setuju punya menantu seperti dia ini?”
“Tentu saja setuju, kalian sudah kenal dari kecil, Papi juga kenal Nak Leo dari kecil. dia juga cerdas dan pernah magang di kantor kita jadi tahu kultur organisasi kita kayak gimana. Nanti kan bisa bantuin kamu waktu gantiin Papi megang perusahaan.”
“Tidaaaaak!!!!”
Riska pun pingsan karena shock. Otak kanannya seolah mengejek, melakukan bullying bawah sadar terhadapnya sambil terus-menerus berkata.
“Makanya Ris, kalau minta sesuatu itu yang jelas.”
INDEX BARU:
CERITA 2020
AZAB ILMU PELET
MUDIK 2020
Terima kasih untuk Agan Gauq yang sudah membuatkan index cerita ini.
Index by Gauq:
INDEX
INDEX lanjutan
Cerita baru 2019:
KISAH-KISAH MANTAN DETEKTIF CILIK di postingan terakhir halaman terakhir
Spoiler for :
Quote:
INDEX
RUMAH SERIBU JENDELA DI POST INI
SETIA
DEAD OR ALIVE
MAKAN TUH CINTA
KALAU JODOH TAK LARI KEMANA
OUTLIER
MAKAN BATU
TA'ARUF
SETIA
DEAD OR ALIVE
MAKAN TUH CINTA
KALAU JODOH TAK LARI KEMANA
OUTLIER
MAKAN BATU
TA'ARUF
INDEX PART 3
INDEX PART 4-new
Langsung saja cerpen pertama
Apa yang akan kau lakukan ketika dia yang kaucinta meminta syarat berupa rumah dengan 1000 jendela sebelum menerima cintamu?
Spoiler for :
RUMAH SERIBU JENDELA
Leo merogoh saku belakang celana hitam barunya. Sebuah sisir kecil diambilnya dari kantong itu. Sambil melihat spion, ia merapikan kembali rambut yang sempat dipermainkan angin selama dalam perjalanan, maklum saja kaca pintu depan mobilnya rusak dan hanya bisa ditutup setengahnya saja. Setelah dirasa sudah rapi, Leo dan rambutnya keluar dari roda empatnya kemudian berjalan dengan jantung berdegup kencang menuju rumah nomor 2011 dan menekan belnya. Sang pembantu rumah keluar dan menyapanya
“Oh Mas Leo ”
“Riska-nyaada Bi?”
“Oh ada, sebentar saya panggilkan.”
Beberapa menit kemudian seorang wanita muda cantik berusia 20 tahunan awal keluar, mendapati Leo yang sedang menghirup teh celup panas buatan Bibi.
“Mau pergi ke pestanya siapa? Perasaan teman kita nggak ada yang ulang tahun atau nikah hari ini.”
Tanya Riska.
“Memang tidak ada.”
“Kalau nggak ke kondangan, mengapa pakai baju serapi ini? Sok formal banget. ”
“ Harus formal, kan mau melamar.”
“Ngelamar kerja?”
Leo menggeleng. Jantungnya berdegup makin kencang.
“Bukan.”
“Lalu melamar apa?”
“Kamu.”
Kata Leo sambil bersimpuh dan mengeluarkan sebuah kotak merah berisi cincin emas dengan sebuah berlian berukuran mini di tengahnya. Sementara itu Riska mundur beberapa langkah ke belakang.
“Aku? kita kan nggak pernah pacaran?”
“Tetapi kita sudah saling mengenal belasan tahun Ris. Aku tahu apa yang kamu suka, aku tahu apa yang kamu tidak suka, aku tahu bagaimana kamu selalu menghentakkan kaki kirimu ke tanah ketika mendengar kabar gembira,
aku tahu bagaimana kau selalu mencengkeram erat kertas tisu di tanganmu waktu kau sedang gugup, dan aku tahu aku mencintaimu. ”
“Tapi kamu kan nggak tahu apakah aku juga cinta kamu?
“Karena aku tidak tahu, bagaimana kalau kamu beritahukan padaku sekarang.”
“Mmm, gimana ya? Untuk urusan cinta, apalagi orientasinya nikah. Tentu aku maunya sama pria yang sungguh-sungguh.”
“Cintaku kepadamu sungguhan Ris, bukan bohongan atau tren musiman.”
“Sejak kapan lidah punya tulang?”
“Kau tidak percaya pada kata-kataku?”
“Aku butuh bukti Yo, bukan janji.”
“Baik, bukti seperti apa yang kauminta Ris?”
“Tidak ada yang mustahil untuk orang yang sungguh-sungguh. Demi cinta Shah Jehan mampu menciptakan Taj Mahal untuk istrinya.”
“Lalu apa yang kau inginkan agar mau menjadi istriku Ris?”
“Buatkan aku rumah dengan 1000 jendela.”
“Baik”
“Jika kau mampu menyelesaikannya dalam waktu 24 jam aku akan menerimamu tetapi jika tidak ya kita temenan saja ya Yo.”
“Buat rumah 1000 jendela dalam waktu 24 jam. Sudah itu saja?”
“Memangnya kamu bisa?”
“Akan kucoba semampuku.”
“Baik aku tunggu hasilnya besok. Good luck.”
Leo pun pergi dari halaman rumah itu dan menuju mobilnya sambil mengambil nafas panjang. Ia memacu kendaraannya dan pergi ke beberapa toko kelontong dan toko bangunan. Banyak hal yang dibelinya. Setelah selesai berbelanja, benda-benda itu dibungkus dalam beberapa kantong kresek dan kardus yang dijejalkan ke bagasi mobil.
Pulang ke rumah Ia langsung menuju ke halaman belakang yang luas dan masih berupa lahan kosong yang hanya dihuni oleh rimbun ilalang dan satu dua pohon nangka.
Leo mengambil nafas panjang lalu menghelanya dan mulai bekerja. Ia menurunkan semua barang yang ia beli. Tak lama kemudian suara gaduh dari palu bertemu paku terdengar berulang-ulang hingga malam tiba.
Malam harinya halilintar menyambar, disusul hujan yang turun sederas-derasnya. Air membanjiri halaman belakang yang masih tetap kosong dan hanya dihuni oleh rimbun ilalang dan satu dua pohon nangka.
“Ris bisa mampir kerumah sekarang? ada sesuatu yang mau kuperlihatkan padamu.”
Kata Leo keesokan harinya lewat ponsel yang dijawab dengan gugup oleh Riska.
“I...iya.”
Dalam hati gadis itu berpikir, bagaimana ini? Apa Leo bisa menyelesaikan permintaan yang mustahil itu? Memang sih dia itu baik, cerdas dan tidak sombong tapi Riska tidak mencintainya. Ia memberikan syarat itu dengan tujuan agar Leo gagal dan mereka berdua bisa kembali happily everafter...meskipun hanya di friend zone saja.
Riska sampai di depan rumah Leo dan heran mendapati mobil ayahnya terparkir di halaman. Ketika masuk ke dalam ia mendapati ayahnya sednag bercakap-cakap di beranda bersama Leo.
“Kok Papi bisa ada di sini?”
“Aneh kamu ini Ris, Masak Papi nggak boleh sowan ke rumah calon suamimu?”
“Calon suami? Calon suami apa?”
“Kan kamu sendiri yang mengajukan syarat, kalau Nak Leo bisa membuat rumah yang memiliki 1000 jendela dalam waktu 24 jam, kau akan menikahinya?”
“Memangnya bisa?”
“Nak Leo tunjukkan!”
Leo masuk ke dalam dan mengambil sebuah benda yang ditutup taplak meja.
“Apaan nih?”
Tanya Riska dengan tanda tanya menggantung di atas kepalanya.
“Yang kau minta.”
Kata Leo sambil membuka taplak meja itu dan memperlihatkan sebuah rumah berukuran sedikit lebih besar dari telapak tangan yang terbuat dari ribuan tusuk gigi.
“Papi sudah hitung sendiri jendelanya ada 1000 pas.”
“Tapi ini kan kecil sekali.”
“Di syaratmu tidak disebutkan ukurannya harus besar.”
“Tapi ini...definisi rumah kan tempat tinggal, siapa yang bisa tinggal di rumah sekecil ini. Paling-paling juga semut.”
“Di syarat yang kamu ajukan tidak ada keterangan kalau harus rumah manusia. Rumah semut kan juga termasuk dalam kategori rumah.”
Riska serasa disambar geledek. Ia menyesal mengapa tidak jelas dan detail ketika meminta syarat itu kemarin.
“Papi say something dong, belain Riska?”
“Menurut Papi rumah buatan Nak leo ini sudah memenuhi syarat.”
“Jadi Papi setuju punya menantu seperti dia ini?”
“Tentu saja setuju, kalian sudah kenal dari kecil, Papi juga kenal Nak Leo dari kecil. dia juga cerdas dan pernah magang di kantor kita jadi tahu kultur organisasi kita kayak gimana. Nanti kan bisa bantuin kamu waktu gantiin Papi megang perusahaan.”
“Tidaaaaak!!!!”
Riska pun pingsan karena shock. Otak kanannya seolah mengejek, melakukan bullying bawah sadar terhadapnya sambil terus-menerus berkata.
“Makanya Ris, kalau minta sesuatu itu yang jelas.”
end
Diubah oleh reloaded0101 15-05-2020 14:17
indrag057 dan 37 lainnya memberi reputasi
34
190.6K
Kutip
1.1K
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
reloaded0101
#844
THE GAME OF KNIGHTS
Spoiler for :
Makanan di medan perang rasanya jauh beda dengan hidangan hari ini. Setelah terbiasa keluar masuk hutan, bersembunyi di gurun untuk melakukan penyergapan dan bertempur dari benteng ke benteng akhirnya hari ini tiba juga. Hari dimana Cox naik pangkat menjadi strategist.
“Kau kenal Pak Tua Ximone?” Tanya Kavan sambil mengambil garpu dengan tangan kiri. Kavan ini teman Cox yang juga akan dilantik di ibukota-hanya saja ia dinobatkankan sebagai instruktur pedang istana negara. Keduanya duduk berdampingan di meja bundar yang sama di restauran kapal udara yang mereka naiki.
“Instruktur spear arts kita dulu?” Tanya Cox tidak yakin.
“Sekarang kena ambeien” Jawab Kavan sambil menggigit roti.
“Kok bisa?”
“Kamu juga bakal kena wasir. Strategist duduknya lebih banyak dari berdirinya.”
“Oh ya?” Tanya Cox lagi.
Kavan ingin menjawab lagi tapi disela oleh anak muda tampan di sebelahnya.
“Tidak. Tiga bulan saya membantu para strategist di war room istana dan sampai sekarang tidak pernah ambeien.”
“Hei memotong pembicaraan orang tak dikenal itu tidak sopan. Lagipula kau berbohong. Hanya strategic knight yang diijinkan masuk ke war room istana.”
Sebelum Kavan memaki lebih lanjut, cepat Cox menghaturkan salam dengan sarung tangan terkepal menyilang di dada lalu berkata
“Pangeran Sho, saya mohon maaf atas ketidaktahuan teman saya. Tidak semua orang tahu bahwa kemenangan kita dalam perang di padang Rhuem Fut tahun lalu dikarenakan Yang Mulia Sendiri yang diam-diam membantu para strategist.”
“Pangeran saya minta maaf.” Kata Kavan.
“Tidak ada yang perlu dimaafkan karena Tuan tidak bersalah apa-apa.” Kata Pangeran Sho Nic sambil menyilangkan tangannya yang juga terbungkus sarung untuk mengambil sendok dan garpu di samping mangkok.
“Waduh kita ketahuan.” Kata orang setengah baya berjenggot yang diapit oleh Pangeran dan seorang lain yang jauh lebih tua tapi tidak berjenggot.
“Hormat kepada Yang Mulia Kaisar. Hormat kepada Penasihat Bouku.” Kata Cox sambil memberi hormat kepada orang-orang tua itu.
“Kita awalnya mau blusukan, melihat kondisi masyarakat secara langsung dengan cara menyamar naik kapal balon udara. Eh tak tahunya Nic kelepasan bicara.”
“Ananda hanya mau meluruskan kesalahpamahan knight ini, Ayahanda.”
“Kuharap hanya kita di meja ini saja yang tahu kalau rombongan kaisar naik kapal.” Kata Bouku sambil mengelus dagunya yang tidak berjenggot sama sekali.”
“Sayang sekali orang tua. Harapanmu tinggal impian.”
Kata suara dari belakang kaisar.Serentak bangku-bangku di meja makan bundar belakang kaisar roboh. Orang-orangnya meloncat menyerang dengan tangan kosong.Pria sangar pertama langsung menghujamkan dengkul ke kepala Cox. Tanpa bergerak sama sekali dari tempat duduknya knight ini melancarkan spell petrify. Lawannya langusng berubah menjadi batu dalam posisi mendengkul di udara. Tak lama kemudian ia jatuh dan pecah bersama ubin di lantai.
Penyerang kedua ditangani Kavan dengan serangan magic, tepatnya fire. Ia sempat mengeluarkan serangan berbasis es untuk mengcounter tapi dalam sekejab es di telapak tangannya leleh dan iapun terbakar sebelum menguap ke udara. Penyerang ketiga ditangani Sho Nic dengan sebuah tangkisan lalu ia balas mencengkeram leher musuh hingga patah. Penyerang keempat beku menjadi es terkena spell dari penasihat Bouku. Orang tinggi besar di belakang kaisar langsung melayangkan pisau steak ke punggung maharaja itu. Pisau itu patah ketika bergesekan dengan baju kain tipis yang dikenakannya.
“I...ilmu protect macam apa ini?”
“protect biasa. Hanya saja ilmu throwingmu levelnya terlalu rendah. Sekarang kuberi dua pilihan, menyerah atau kita lanjutkan bertarungnya?”
“Persetan!” Ia melayang kan serangan wind-protect hanya mampu digunakan untuk menangkis serangan fisik tapi tidak serangan magic.
Kaisar masih tidak bergerak, serangan lawannya kandas begitu saja.
“Selain protect aku juga punya shell.”
Kaisar melakukan serangan earthquake-lawan dari unsur angin yang dikuasai lawan. Ubin dibawah kaki orang itu terangkat ke atas. Penyerang kaisar membentur langit-langit sebelum jatuh kembali ke lantai dalam kondisi tak bernyawa.
Mengapa mereka menggunakan serangan magic? Karena dalam transportasi kapal dilarang membawa senjata, termasuk pedang. Bertarung tangan kosong memang bisa tapi akan makan waktu, jadi meskipun magic menghabiskan spiritual power, kalau bisa mengakhiri perkelahian dalam satu serangan saja apa salahnya digunakan.
“Siapa mereka?” Tanya Kaisar.
“Skill menyerang sambil melompat setahu hamba hanya dimiliki para warrior dari Rhuem Fhut. Mereka sisa-sisa prajurit kepala suku yang menolak tunduk kepada negeri kita.” Kata Cox.
“Benar sekali anak muda. Tato di salah satu tangan mereka memakai aksara bulan. Huruf khas negeri-negeri dataran barat.”
Petugas Keamanan masuk dan mengurung meja yang diduduki Cox dan empat orang lainnya. Tapi setelah Bouku menjelaskan dan menunjukkan lencana kerajaan mereka langsung bersimpuh dan memberi hormat kepada Kaisar-dalam tradisi, hanya knight yang boleh berdiri tanpa bersimpuh ketika memberi hormat kepada Kepala Negara.
Malam harinya penjagaan diperketat. Para pengawal bertombak,berperisai dan berpedang berkelompok dalam formasi-formasi kecil di setiap penjuru kapal. Terutama di kamar tidur kaisar yang dipindah ke kamar VIP.
Tengah malam, ketika sedang terlelap Cox mendengar suara gaduh disusul teriakan minta tolong.
“Dari bangsal VIP.” Kata Kavan yang terbangun lebih dulu.
“...” Tanpa bicara Cox langsung membuka pintu dengan wind lalu melompat menuju asal suara. Ternyata suara itu datang dari mulut penasihat Bouku di luar kamar Kaisar. Dikanan kiri penasihat itu Cox melihat para prajurit sedang tertidur pulas saling tumpang tindih di atas lantai.
“Spell beracun mengandung status effect?” Tanya Cox
“Awake!” Pangeran Sho yang datang sesudahnya mencoba menyadarkan salah satu pengawal tetapi tidak berhasil.
“Bukan spell, ini akibat ramuan obat tidur. Harus diobati dengan obat pula.” Kata Kavan yang datang setelah Pangeran Sho.
“Pangeran....Yang Mulia...Yang Mulia!” Kata Penasihat gemetar.
“Ada apa penasihat?” Wajah Sho terlihat gusar.
“Mangkat.” Penasihat yang sudah mendidik kaisar sejak kecil hingga menganggapnya sebagai anak sendiri ini tak kuasa menyembunyikan kesedihannya.
Sho memburu masuk ke dalam kamar. Disana ia menemukan ayahnya bersandar di dinding dengan mata terbelalak kaget. Darah beku terlihat di mulutnya dan di bagian dadanya yang telanjang terlihat luka-luka memar.
“Siapa? Katakan penasihat Siapa yang membunuh Ayahanda!” Dengan jari-jarinya yang kuat ia mengguncang tubuh penasihat. Kuku-kuku jarinya sampai membuat kain di pundak pakaian orang tua itu berlubang.
“Persoalan ini harus diselidiki lebih dulu Pangeran.”
“Kalau diperkenankan kami akan membantu, benar kan Cox?” Kata Kavan
“Ruangan berantakan, Yang Mulia Kaisar bertarung melawan Sang Pelaku. Tidak ada bekas goresan menandakan keduanya tidak berkelahi menggunakan senjata tajam. Luka memar ini....”
Cox mendekat ke arah jenazah Kaisar.
“Membentuk bekas seperti buku-buku jari yang terkepal.”
“Tapi itu tidak mungkin, Kaisar punya spell protect yang kuat.” Protes Kavan.
“Sekuat apapun serangan tangan kosong, tulang penyerangnya pasti remuk kalau menghantam langsung tubuh Yang Mulia yang sudah dilapisi dengan protect dan shell terkuat. Tetapi sekuat apapun perisai kalau dihantam terus-menerus dengan serangan senjata yang sama kuatnya pasti lama-lama hancur juga.” Kata Cox melanjutkan analisisnya.
“Penasihat. Apakah ada senjata yang sekuat itu?” Tanya Kavan
“Gada Baja biru di armory istana, selain itu tidak ada.” Jawab penasihat.
“Tapi melihat bentuk buku-buku jari yang mirip tinju terkepal ini pelakunya tentu tidak memakai gada.”
“Lalu pakai apa Tuan Muda.”
“Gauntlet, sarung tangan dari logam atau batu yang daya hantamnya sangat kuat.”
Penasihat langsung memberi perintah.
“Geledah seluruh kapal, periksa penumpang. Kalau ada yang mencurigakan laporkan kemari.”
“Siap Penasihat!” Kata nahkoda yang baru datang dari ruang kemudi.
“Luka-luka ini aneh sekali, pada bagian kiri tubuh kaisar lebih banyak bekasnya daripada di bagian kanan.”
“Itu artinya tangan dominan yang biasa digunakan pelaku adalah yang kanan. Tidak kidal.”
“Pada bagian kanan hanya ada satu luka tetapi melesak sampai ke dalam dan menghancurkan jantung Yang Mulia.”
“Jantungnya ada di kanan?” Kavan heran.
“Kau pikir mengapa Yang Mulia tetap hidup setelah terkena panah di dada kiri dalam Pertempuran Xe rong?” Jawab Cox
“Oh peperangan dua puluh tahun lalu itu? Waktu itu ilmu pelindungnya tidak sekuat sekarang tetapi di buku sejarah memang disebutkan bahwa Yang Mulia terluka di dada,” Jawab Kavan.
“Hanya literatur di perpustakaan akademi knight tingkat advance yang menjelaskan letak luka Yang Mulia. Kukira kau sudah pernah membacanya?”
“Kalau soal buku baca tiga halaman aku pasti tertidur, tapi kalau disuruh berkelahi tiga hari tiga malam pun aku masih terjaga.”
“Itu karena pengaruh adrenalin, tidak bisa dijadikan pembelaan kalau kau pada dasarnya...”
“Pada dasarnya apa?”
“Aku mau bilang malas tapi tak berani.” Sambung Cox lagi.
“Dasar kau..tapi hei, jika pelaku tahu hal ini mungkinkah bahwa dia adalah seorang....” Kata Kavan
“Knight.” Kavan,Cox,Bouku dan Sho Nic bicara bersamaan.
“Pelakunya ada di antara kita yang naik kapal ini. Kita telusuri motif setiap orang. Apa keuntungan yang didapat kalau Yang Mulia mangkat.” Kata penasihat sambil mengelus dagunya yang tidak berjenggot.
“Mulai dari aku, bisa saja ada orang menawarkan uang agar aku membunuh kaisar. Kalau kau Van?”
“Sama denganmu.”
“Kalau aku sendiri, karena Yang Mulia Permaisuri tidak pernah melahirkan anak laki-laki dan Sho Nic statusnya adalah anak tiri permaisuri dari pernikahan sebelumnya maka setelah Yang Mulia Mangkat aku yang akan jadi kaisar.”
“Kalau aku...tidak punya alasan untuk membunuh Ayahanda.” Kata Nic
“Ya, ketika Kaisar wafat. Posisi Pangeran Nic di istana akan terancam karena sudah jadi rahasia umum kalau putri kandung Yang Mulia tidak menyukainya. Selama ini Kaisar selalu membela Nic jika disudutkan oleh Yang Mulia Putri dan Para Panglima yang setia kepadanya.”
“Jadi Penasihat akan jadi Kaisar?”
“Kecuali Yang Mulia punya putra kandung di luar sana atau surat wasiatnya berkata lain.”
“Dimana surat wasiat itu?”
“Kujaga dengan nyawaku dan hanya aku serta menteri kehakiman yang diijinkan memegangnya sebelum diumumkan kepada ahli Waris Yang Mulia.”
Seperminuman teh kemudian nahkoda masuk kapal dan melaporkan
“Semua penumpang sudah diperiksa dan semua ruangan sudah digeledah, gauntlet semacam itu tidak ditemukan.”
“Tapi bagaimana kalau pelakunya membuang keluar dek kapal?” Tanya Kavan
“Dalam tingkat ketinggian ini sangat berbahaya kalau membuka pintu dan jendela. Pasti orang dan barang-barang di ruangan yang jendelanya terbuka tersedot keluar. Semua jendela dan pintu juga terkunci otomatis dari tombol di kantorku, tidak ada yang rusak atau dibuka paksa.”
“Nahkoda, kau belum periksa kami.” Kata Cox
“Permisi Tuan-tuan.”
Mereka diperiksa tetapi tidak ditemukan ada yang mencurigakan di tubuh para knight,pangeran dan penasihat.
“Silahkan Tuan-tuan kembali ke kamar masing-masing.” Kata Nahkoda.
“Selain kami apa di kapal ini ada knight lain?”
“Hanya Tuan Cox,Tuan Kavan dan Yang Mulia Penasihat serta Pangeran Sho Nic. Penumpang lain hanya warga sipil.”
Semua meninggalkan kamar Kaisar, tetapi ketika Cox hendak menghampiri pintu kakinya menginjak sesuatu.
“Pecahan batu?”
Kini ia tahu siapa pelakunya.
Satu jam lagi fajar menyingsing. Semua orang ada di kamarnya sendiri kecuali Cox. Ia justru berada di kamar orang lain. Ia berdiri di depan pemilik kamar yang duduk santai sambil membaca buku.
“Pelaku ini, mencoba menyerang dengan tangan kanannya berkali-kali tetapi serangannya tidak menimbulkan bekas yang dalam tetapi ketika ia menyerang dengan tangan kiri, hanya satu pukulan ia bisa melesakkan kulit,daging dan tulang Kaisar hingga jantungnya hancur.”
“Apa artinya itu.”
“Artinya dia berusaha menyembunyikan fakta bahwa dia kidal. Ia berusaha menyerang dengan tangan kanan tetapi tak berhasil karena serangannya tidak terlalu kuat. Karena posisinya terjepit dan spiritual power untuk mengcast spell yang diperlukan hampir habis, ia kembali ke tabiat semula, menyerang dengan tangan dominan yaitu tangan kirinya. Setahuku di kapal ini knight yang kidal hanya kau seorang.”
“Karena aku kidal jadi pasti aku pelakunya?”
“Kaisar memang dibunuh dengan gauntlet batu, tetapi bukan gauntlet buatan blacksmith.”
“Lalu dibuat siapa?”
“Dibuat sendiri secara instan dengan spell petrify yang kuat. Kau mengubah sepasang tanganmu menjadi batu, seperti yang kulakukan terhadap para warrior dari Rhuem Fut di ruang makan.”
“Apa buktinya.”
“Di lantai ada potongan-potongan batu kecil, sebagai akibat dari benturan dengan spell protect Yang Mulia. Ini salah satunya. Oh ya, spell petrify hanya bertahan dalam batas waktu tertentu. Menurut prediksiku sekarang juga batu ini kembali ke wujud aslinya sebagai.....kau lihat saja sendiri.
“Kulit?”
“Mana sarung tanganmu Pangeran Sho Nic? Oh sudah hancur dan jatuh ke lantai menjadi serpihan batu waktu kau berkelahi dengan ayah tirimu tentu saja. Dispell untuk membatalkan magic itu hanya berpengaruh kepada anggota badan dan pakaian yang melekat di tubuhmu saja bukan pada serpihan batu yang terpisah dari badanmu.”
“Cuma itu saja fitnahanmu?”
“Ada satu lagi, akan lebih mudah dan cepat untuk mengalahkan para penyerang tadi dengan spell tetapi di meja makan hanya kau yang memakai serangan fisik.
“Apa hubungannya?”
“Mengubah tangan menjadi gauntlet batu ekstra keras butuh banyak spiritual power (SP). Kalau saat itu kau pakai magic seperti kami, pasti akan kehabisan kekuatan spiritual dan kalah waktu bertarung dengan ayahmu. Selain itu setelah bertarung dengan kaisar pasti kau sekarang kehabisan tenaga dan tak mampu mengeluarkan magic lagi. Jadi untuk menghilangkan kecurigaan...”
“Kau menantangku berkelahi.”
“Benar, kalau ternyata kau masih bisa melancarkan spell berarti kau bukan pelakunya. Kalau kau hanya mampu melancarkan serangan fisik berarti kau memang pelakunya.”
Sho berdiri lalu mengepalkan tangan setelah itu ia membuka lagi jari-jarinya.
“Kau benar SP-ku habis.”
“Mengapa? Bukankah kau akan tersudut di istana ketika Kaisar meninggal?”
“Aku tidak ingin jadi pangeran kerajaan ini. Aku hanya ingin menghabisi orang tua itu dengan tanganku sendiri.”
“Mengapa?”
“Pertempuran Xe Rong, penyebab sebenarnya adalah karena Kaisar jatuh cinta pada ibuku-permaisuri sekarang. Ia meneyrang negeri kami,membunuh ayahku lalu memperistri ibu. Ibu yang tidak punya pilihan karena tidak bisa melihatku dibunuh seperti ayah akhirnya menerima pinangan itu. Setelah iu lahirlah adik-adikku yang semuanya perempuan. Mungkin ini balasannya, tukang selingkuh itu tak bisa punya putra mahkota. Setelah ia mati dinastinya tamat.”
“Jadi kau mengakui perbuatanmu?”
“Ya.”
“Kau bersedia menyerahkan diri?”
“Tidak.”
“Memang kita harus bertarung. Kau hanya pakai serangan fisik, akupun juga sama.”
“Ternyata kau orang yang adil Tuan Cox. Ayo mulai.”
Tanpa basa-basi Cox langsung melancarkan pukulan-pukulan mematikan dengan sepenuh tenaga secara bertubi-tubi. Pangeran juga sama. Keduanya saling tukar tinju, tendangan,serangan siku dan sesekali bantingan. Sho menyerangkan jarinya ke mata Cox tapi ini hanya tipuan, ketika Cox menangkis di tengah jalan ia ubah serangannya menjadi tinju ke arah perut. Cox terpaksa melompat mundur ke belakang. Sho menyusul, memburu lawannya tanpa ampun.
“Ternyata kau gesit juga Tuan Cox.”
“Gerak tipumu bagus juga.”
Semua serangan Sho bisa dihindarinya. Sho semakin bernafsu, dengan kedua tangan ia mengeluarkan serangan tapak sekuat tenaga. Cox bisa membaca arah serangan, langsung bergeser ke samping mencengkeram pundak lawan dan menggunakan tenaga lawannya sendiri ditambah dorongan di punggung untuk membuat Sang Pangeran terlempar menembus pintu kamar lantai dua hingga jebol dan jatuh ke bawah. Suara ini membuat semua orang terbangun dan berdatangan ke arena pertarungan.
Ternyata Sho tidak jatuh, ia bergelantungan di atas tempat lilin yang cukup besar. Cox menyusul. Pertarungan dilanjutkan di atas tempat lilin. Lebih susah karena harus mempertahankan keseimbangan agar tidak jatuh dan terlempar.
“Cox, mangapa kau berkelahi dengan Pangeran?” Tanya Kavan dari bawah
“Karena dia membunuh Kaisar.” Katanya sambil berkelit lalu melancarkan tendangan tetapi itu hanya gerak tipu saja, di tengah jalan ia tarik kakinya lalu dengan sekuat tenaga melancarkan pukulan ke dada kiri lawan yang terbuka akibat tangannya turun ke bawah siap menangkis tendangan.
“Aaaaaa....”
Sho Nic jatuh ke lantai kayu hingga lantainya hancur. Ia mencoba bangkit tetapi jatuh lagi. Cox melompat turun.
“Kau tidak mati meskipun pukulanku mengenai jantungmu?”
Tanya Cox.
“Seperti ayah kandungnya, jantung Yang Mulia Sho Nic ada di sebelah kanan.”
Kata Penasihat yang baru datang dengan surat wasiat terbuka di tangannya.
“A...apa maksud...mu ayah kandungku?”
“Ini memang aib istana tetapi kenyataan ini berpengaruh penting kepada kelanjutan dinasti. Kaisar selingkuh dengan ibumu lalu lahirlah kau, raja Xe Rong mengira dia adalah ayahmu padahal sebenarnya bukan. Itu pula alasan mengapa Kaisar menyerang negeri Xe. Agar bisa bersatu dengan anak dan wanita yang dicintainya. DI surat wasiat ini disebutkan sudah dilakukan tes darah. Darahmu cocok dengan darah almarhum Kaisar tetapi tidak cocok dengan sampel darah dari almarhum Raja Xe.”
“Itu artinya...?”
Penasihat berkata lagi.
“Semuanya beri hormat kepada Yang Mulia Kaisar. Semoga Baginda Panjang umur.”
Semua orang kecuali Cox memberikan hormat kepada kaisar yang baru. Pelaku pembunuhan yang terbaring tak berdaya di lantai satu dek kapal terbang. Fajarpun menyingsing dan malam yang gelap berganti dengan pagi yang cerah.
“Kau kenal Pak Tua Ximone?” Tanya Kavan sambil mengambil garpu dengan tangan kiri. Kavan ini teman Cox yang juga akan dilantik di ibukota-hanya saja ia dinobatkankan sebagai instruktur pedang istana negara. Keduanya duduk berdampingan di meja bundar yang sama di restauran kapal udara yang mereka naiki.
“Instruktur spear arts kita dulu?” Tanya Cox tidak yakin.
“Sekarang kena ambeien” Jawab Kavan sambil menggigit roti.
“Kok bisa?”
“Kamu juga bakal kena wasir. Strategist duduknya lebih banyak dari berdirinya.”
“Oh ya?” Tanya Cox lagi.
Kavan ingin menjawab lagi tapi disela oleh anak muda tampan di sebelahnya.
“Tidak. Tiga bulan saya membantu para strategist di war room istana dan sampai sekarang tidak pernah ambeien.”
“Hei memotong pembicaraan orang tak dikenal itu tidak sopan. Lagipula kau berbohong. Hanya strategic knight yang diijinkan masuk ke war room istana.”
Sebelum Kavan memaki lebih lanjut, cepat Cox menghaturkan salam dengan sarung tangan terkepal menyilang di dada lalu berkata
“Pangeran Sho, saya mohon maaf atas ketidaktahuan teman saya. Tidak semua orang tahu bahwa kemenangan kita dalam perang di padang Rhuem Fut tahun lalu dikarenakan Yang Mulia Sendiri yang diam-diam membantu para strategist.”
“Pangeran saya minta maaf.” Kata Kavan.
“Tidak ada yang perlu dimaafkan karena Tuan tidak bersalah apa-apa.” Kata Pangeran Sho Nic sambil menyilangkan tangannya yang juga terbungkus sarung untuk mengambil sendok dan garpu di samping mangkok.
“Waduh kita ketahuan.” Kata orang setengah baya berjenggot yang diapit oleh Pangeran dan seorang lain yang jauh lebih tua tapi tidak berjenggot.
“Hormat kepada Yang Mulia Kaisar. Hormat kepada Penasihat Bouku.” Kata Cox sambil memberi hormat kepada orang-orang tua itu.
“Kita awalnya mau blusukan, melihat kondisi masyarakat secara langsung dengan cara menyamar naik kapal balon udara. Eh tak tahunya Nic kelepasan bicara.”
“Ananda hanya mau meluruskan kesalahpamahan knight ini, Ayahanda.”
“Kuharap hanya kita di meja ini saja yang tahu kalau rombongan kaisar naik kapal.” Kata Bouku sambil mengelus dagunya yang tidak berjenggot sama sekali.”
“Sayang sekali orang tua. Harapanmu tinggal impian.”
Kata suara dari belakang kaisar.Serentak bangku-bangku di meja makan bundar belakang kaisar roboh. Orang-orangnya meloncat menyerang dengan tangan kosong.Pria sangar pertama langsung menghujamkan dengkul ke kepala Cox. Tanpa bergerak sama sekali dari tempat duduknya knight ini melancarkan spell petrify. Lawannya langusng berubah menjadi batu dalam posisi mendengkul di udara. Tak lama kemudian ia jatuh dan pecah bersama ubin di lantai.
Penyerang kedua ditangani Kavan dengan serangan magic, tepatnya fire. Ia sempat mengeluarkan serangan berbasis es untuk mengcounter tapi dalam sekejab es di telapak tangannya leleh dan iapun terbakar sebelum menguap ke udara. Penyerang ketiga ditangani Sho Nic dengan sebuah tangkisan lalu ia balas mencengkeram leher musuh hingga patah. Penyerang keempat beku menjadi es terkena spell dari penasihat Bouku. Orang tinggi besar di belakang kaisar langsung melayangkan pisau steak ke punggung maharaja itu. Pisau itu patah ketika bergesekan dengan baju kain tipis yang dikenakannya.
“I...ilmu protect macam apa ini?”
“protect biasa. Hanya saja ilmu throwingmu levelnya terlalu rendah. Sekarang kuberi dua pilihan, menyerah atau kita lanjutkan bertarungnya?”
“Persetan!” Ia melayang kan serangan wind-protect hanya mampu digunakan untuk menangkis serangan fisik tapi tidak serangan magic.
Kaisar masih tidak bergerak, serangan lawannya kandas begitu saja.
“Selain protect aku juga punya shell.”
Kaisar melakukan serangan earthquake-lawan dari unsur angin yang dikuasai lawan. Ubin dibawah kaki orang itu terangkat ke atas. Penyerang kaisar membentur langit-langit sebelum jatuh kembali ke lantai dalam kondisi tak bernyawa.
Mengapa mereka menggunakan serangan magic? Karena dalam transportasi kapal dilarang membawa senjata, termasuk pedang. Bertarung tangan kosong memang bisa tapi akan makan waktu, jadi meskipun magic menghabiskan spiritual power, kalau bisa mengakhiri perkelahian dalam satu serangan saja apa salahnya digunakan.
“Siapa mereka?” Tanya Kaisar.
“Skill menyerang sambil melompat setahu hamba hanya dimiliki para warrior dari Rhuem Fhut. Mereka sisa-sisa prajurit kepala suku yang menolak tunduk kepada negeri kita.” Kata Cox.
“Benar sekali anak muda. Tato di salah satu tangan mereka memakai aksara bulan. Huruf khas negeri-negeri dataran barat.”
Petugas Keamanan masuk dan mengurung meja yang diduduki Cox dan empat orang lainnya. Tapi setelah Bouku menjelaskan dan menunjukkan lencana kerajaan mereka langsung bersimpuh dan memberi hormat kepada Kaisar-dalam tradisi, hanya knight yang boleh berdiri tanpa bersimpuh ketika memberi hormat kepada Kepala Negara.
Malam harinya penjagaan diperketat. Para pengawal bertombak,berperisai dan berpedang berkelompok dalam formasi-formasi kecil di setiap penjuru kapal. Terutama di kamar tidur kaisar yang dipindah ke kamar VIP.
Tengah malam, ketika sedang terlelap Cox mendengar suara gaduh disusul teriakan minta tolong.
“Dari bangsal VIP.” Kata Kavan yang terbangun lebih dulu.
“...” Tanpa bicara Cox langsung membuka pintu dengan wind lalu melompat menuju asal suara. Ternyata suara itu datang dari mulut penasihat Bouku di luar kamar Kaisar. Dikanan kiri penasihat itu Cox melihat para prajurit sedang tertidur pulas saling tumpang tindih di atas lantai.
“Spell beracun mengandung status effect?” Tanya Cox
“Awake!” Pangeran Sho yang datang sesudahnya mencoba menyadarkan salah satu pengawal tetapi tidak berhasil.
“Bukan spell, ini akibat ramuan obat tidur. Harus diobati dengan obat pula.” Kata Kavan yang datang setelah Pangeran Sho.
“Pangeran....Yang Mulia...Yang Mulia!” Kata Penasihat gemetar.
“Ada apa penasihat?” Wajah Sho terlihat gusar.
“Mangkat.” Penasihat yang sudah mendidik kaisar sejak kecil hingga menganggapnya sebagai anak sendiri ini tak kuasa menyembunyikan kesedihannya.
Sho memburu masuk ke dalam kamar. Disana ia menemukan ayahnya bersandar di dinding dengan mata terbelalak kaget. Darah beku terlihat di mulutnya dan di bagian dadanya yang telanjang terlihat luka-luka memar.
“Siapa? Katakan penasihat Siapa yang membunuh Ayahanda!” Dengan jari-jarinya yang kuat ia mengguncang tubuh penasihat. Kuku-kuku jarinya sampai membuat kain di pundak pakaian orang tua itu berlubang.
“Persoalan ini harus diselidiki lebih dulu Pangeran.”
“Kalau diperkenankan kami akan membantu, benar kan Cox?” Kata Kavan
“Ruangan berantakan, Yang Mulia Kaisar bertarung melawan Sang Pelaku. Tidak ada bekas goresan menandakan keduanya tidak berkelahi menggunakan senjata tajam. Luka memar ini....”
Cox mendekat ke arah jenazah Kaisar.
“Membentuk bekas seperti buku-buku jari yang terkepal.”
“Tapi itu tidak mungkin, Kaisar punya spell protect yang kuat.” Protes Kavan.
“Sekuat apapun serangan tangan kosong, tulang penyerangnya pasti remuk kalau menghantam langsung tubuh Yang Mulia yang sudah dilapisi dengan protect dan shell terkuat. Tetapi sekuat apapun perisai kalau dihantam terus-menerus dengan serangan senjata yang sama kuatnya pasti lama-lama hancur juga.” Kata Cox melanjutkan analisisnya.
“Penasihat. Apakah ada senjata yang sekuat itu?” Tanya Kavan
“Gada Baja biru di armory istana, selain itu tidak ada.” Jawab penasihat.
“Tapi melihat bentuk buku-buku jari yang mirip tinju terkepal ini pelakunya tentu tidak memakai gada.”
“Lalu pakai apa Tuan Muda.”
“Gauntlet, sarung tangan dari logam atau batu yang daya hantamnya sangat kuat.”
Penasihat langsung memberi perintah.
“Geledah seluruh kapal, periksa penumpang. Kalau ada yang mencurigakan laporkan kemari.”
“Siap Penasihat!” Kata nahkoda yang baru datang dari ruang kemudi.
“Luka-luka ini aneh sekali, pada bagian kiri tubuh kaisar lebih banyak bekasnya daripada di bagian kanan.”
“Itu artinya tangan dominan yang biasa digunakan pelaku adalah yang kanan. Tidak kidal.”
“Pada bagian kanan hanya ada satu luka tetapi melesak sampai ke dalam dan menghancurkan jantung Yang Mulia.”
“Jantungnya ada di kanan?” Kavan heran.
“Kau pikir mengapa Yang Mulia tetap hidup setelah terkena panah di dada kiri dalam Pertempuran Xe rong?” Jawab Cox
“Oh peperangan dua puluh tahun lalu itu? Waktu itu ilmu pelindungnya tidak sekuat sekarang tetapi di buku sejarah memang disebutkan bahwa Yang Mulia terluka di dada,” Jawab Kavan.
“Hanya literatur di perpustakaan akademi knight tingkat advance yang menjelaskan letak luka Yang Mulia. Kukira kau sudah pernah membacanya?”
“Kalau soal buku baca tiga halaman aku pasti tertidur, tapi kalau disuruh berkelahi tiga hari tiga malam pun aku masih terjaga.”
“Itu karena pengaruh adrenalin, tidak bisa dijadikan pembelaan kalau kau pada dasarnya...”
“Pada dasarnya apa?”
“Aku mau bilang malas tapi tak berani.” Sambung Cox lagi.
“Dasar kau..tapi hei, jika pelaku tahu hal ini mungkinkah bahwa dia adalah seorang....” Kata Kavan
“Knight.” Kavan,Cox,Bouku dan Sho Nic bicara bersamaan.
“Pelakunya ada di antara kita yang naik kapal ini. Kita telusuri motif setiap orang. Apa keuntungan yang didapat kalau Yang Mulia mangkat.” Kata penasihat sambil mengelus dagunya yang tidak berjenggot.
“Mulai dari aku, bisa saja ada orang menawarkan uang agar aku membunuh kaisar. Kalau kau Van?”
“Sama denganmu.”
“Kalau aku sendiri, karena Yang Mulia Permaisuri tidak pernah melahirkan anak laki-laki dan Sho Nic statusnya adalah anak tiri permaisuri dari pernikahan sebelumnya maka setelah Yang Mulia Mangkat aku yang akan jadi kaisar.”
“Kalau aku...tidak punya alasan untuk membunuh Ayahanda.” Kata Nic
“Ya, ketika Kaisar wafat. Posisi Pangeran Nic di istana akan terancam karena sudah jadi rahasia umum kalau putri kandung Yang Mulia tidak menyukainya. Selama ini Kaisar selalu membela Nic jika disudutkan oleh Yang Mulia Putri dan Para Panglima yang setia kepadanya.”
“Jadi Penasihat akan jadi Kaisar?”
“Kecuali Yang Mulia punya putra kandung di luar sana atau surat wasiatnya berkata lain.”
“Dimana surat wasiat itu?”
“Kujaga dengan nyawaku dan hanya aku serta menteri kehakiman yang diijinkan memegangnya sebelum diumumkan kepada ahli Waris Yang Mulia.”
Seperminuman teh kemudian nahkoda masuk kapal dan melaporkan
“Semua penumpang sudah diperiksa dan semua ruangan sudah digeledah, gauntlet semacam itu tidak ditemukan.”
“Tapi bagaimana kalau pelakunya membuang keluar dek kapal?” Tanya Kavan
“Dalam tingkat ketinggian ini sangat berbahaya kalau membuka pintu dan jendela. Pasti orang dan barang-barang di ruangan yang jendelanya terbuka tersedot keluar. Semua jendela dan pintu juga terkunci otomatis dari tombol di kantorku, tidak ada yang rusak atau dibuka paksa.”
“Nahkoda, kau belum periksa kami.” Kata Cox
“Permisi Tuan-tuan.”
Mereka diperiksa tetapi tidak ditemukan ada yang mencurigakan di tubuh para knight,pangeran dan penasihat.
“Silahkan Tuan-tuan kembali ke kamar masing-masing.” Kata Nahkoda.
“Selain kami apa di kapal ini ada knight lain?”
“Hanya Tuan Cox,Tuan Kavan dan Yang Mulia Penasihat serta Pangeran Sho Nic. Penumpang lain hanya warga sipil.”
Semua meninggalkan kamar Kaisar, tetapi ketika Cox hendak menghampiri pintu kakinya menginjak sesuatu.
“Pecahan batu?”
Kini ia tahu siapa pelakunya.
Satu jam lagi fajar menyingsing. Semua orang ada di kamarnya sendiri kecuali Cox. Ia justru berada di kamar orang lain. Ia berdiri di depan pemilik kamar yang duduk santai sambil membaca buku.
“Pelaku ini, mencoba menyerang dengan tangan kanannya berkali-kali tetapi serangannya tidak menimbulkan bekas yang dalam tetapi ketika ia menyerang dengan tangan kiri, hanya satu pukulan ia bisa melesakkan kulit,daging dan tulang Kaisar hingga jantungnya hancur.”
“Apa artinya itu.”
“Artinya dia berusaha menyembunyikan fakta bahwa dia kidal. Ia berusaha menyerang dengan tangan kanan tetapi tak berhasil karena serangannya tidak terlalu kuat. Karena posisinya terjepit dan spiritual power untuk mengcast spell yang diperlukan hampir habis, ia kembali ke tabiat semula, menyerang dengan tangan dominan yaitu tangan kirinya. Setahuku di kapal ini knight yang kidal hanya kau seorang.”
Quote:
sambil menyilangkan tangannya yang juga terbungkus sarung untuk mengambil sendok dan garpu di samping mangkok.
“Karena aku kidal jadi pasti aku pelakunya?”
“Kaisar memang dibunuh dengan gauntlet batu, tetapi bukan gauntlet buatan blacksmith.”
“Lalu dibuat siapa?”
“Dibuat sendiri secara instan dengan spell petrify yang kuat. Kau mengubah sepasang tanganmu menjadi batu, seperti yang kulakukan terhadap para warrior dari Rhuem Fut di ruang makan.”
“Apa buktinya.”
“Di lantai ada potongan-potongan batu kecil, sebagai akibat dari benturan dengan spell protect Yang Mulia. Ini salah satunya. Oh ya, spell petrify hanya bertahan dalam batas waktu tertentu. Menurut prediksiku sekarang juga batu ini kembali ke wujud aslinya sebagai.....kau lihat saja sendiri.
“Kulit?”
Quote:
Dengan jari-jarinya yang kuat ia mengguncang tubuh penasihat. Kuku-kuku jarinya sampai merobek kain di pundak pakaian orang tua itu.
“Mana sarung tanganmu Pangeran Sho Nic? Oh sudah hancur dan jatuh ke lantai menjadi serpihan batu waktu kau berkelahi dengan ayah tirimu tentu saja. Dispell untuk membatalkan magic itu hanya berpengaruh kepada anggota badan dan pakaian yang melekat di tubuhmu saja bukan pada serpihan batu yang terpisah dari badanmu.”
“Cuma itu saja fitnahanmu?”
“Ada satu lagi, akan lebih mudah dan cepat untuk mengalahkan para penyerang tadi dengan spell tetapi di meja makan hanya kau yang memakai serangan fisik.
Quote:
Penyerang ketiga ditangani Sho Nic dengan sebuah tangkisan lalu ia balas mencengkeram leher musuh hingga patah.
“Apa hubungannya?”
“Mengubah tangan menjadi gauntlet batu ekstra keras butuh banyak spiritual power (SP). Kalau saat itu kau pakai magic seperti kami, pasti akan kehabisan kekuatan spiritual dan kalah waktu bertarung dengan ayahmu. Selain itu setelah bertarung dengan kaisar pasti kau sekarang kehabisan tenaga dan tak mampu mengeluarkan magic lagi. Jadi untuk menghilangkan kecurigaan...”
“Kau menantangku berkelahi.”
“Benar, kalau ternyata kau masih bisa melancarkan spell berarti kau bukan pelakunya. Kalau kau hanya mampu melancarkan serangan fisik berarti kau memang pelakunya.”
Sho berdiri lalu mengepalkan tangan setelah itu ia membuka lagi jari-jarinya.
“Kau benar SP-ku habis.”
“Mengapa? Bukankah kau akan tersudut di istana ketika Kaisar meninggal?”
“Aku tidak ingin jadi pangeran kerajaan ini. Aku hanya ingin menghabisi orang tua itu dengan tanganku sendiri.”
“Mengapa?”
“Pertempuran Xe Rong, penyebab sebenarnya adalah karena Kaisar jatuh cinta pada ibuku-permaisuri sekarang. Ia meneyrang negeri kami,membunuh ayahku lalu memperistri ibu. Ibu yang tidak punya pilihan karena tidak bisa melihatku dibunuh seperti ayah akhirnya menerima pinangan itu. Setelah iu lahirlah adik-adikku yang semuanya perempuan. Mungkin ini balasannya, tukang selingkuh itu tak bisa punya putra mahkota. Setelah ia mati dinastinya tamat.”
“Jadi kau mengakui perbuatanmu?”
“Ya.”
“Kau bersedia menyerahkan diri?”
“Tidak.”
“Memang kita harus bertarung. Kau hanya pakai serangan fisik, akupun juga sama.”
“Ternyata kau orang yang adil Tuan Cox. Ayo mulai.”
Tanpa basa-basi Cox langsung melancarkan pukulan-pukulan mematikan dengan sepenuh tenaga secara bertubi-tubi. Pangeran juga sama. Keduanya saling tukar tinju, tendangan,serangan siku dan sesekali bantingan. Sho menyerangkan jarinya ke mata Cox tapi ini hanya tipuan, ketika Cox menangkis di tengah jalan ia ubah serangannya menjadi tinju ke arah perut. Cox terpaksa melompat mundur ke belakang. Sho menyusul, memburu lawannya tanpa ampun.
“Ternyata kau gesit juga Tuan Cox.”
“Gerak tipumu bagus juga.”
Semua serangan Sho bisa dihindarinya. Sho semakin bernafsu, dengan kedua tangan ia mengeluarkan serangan tapak sekuat tenaga. Cox bisa membaca arah serangan, langsung bergeser ke samping mencengkeram pundak lawan dan menggunakan tenaga lawannya sendiri ditambah dorongan di punggung untuk membuat Sang Pangeran terlempar menembus pintu kamar lantai dua hingga jebol dan jatuh ke bawah. Suara ini membuat semua orang terbangun dan berdatangan ke arena pertarungan.
Ternyata Sho tidak jatuh, ia bergelantungan di atas tempat lilin yang cukup besar. Cox menyusul. Pertarungan dilanjutkan di atas tempat lilin. Lebih susah karena harus mempertahankan keseimbangan agar tidak jatuh dan terlempar.
“Cox, mangapa kau berkelahi dengan Pangeran?” Tanya Kavan dari bawah
“Karena dia membunuh Kaisar.” Katanya sambil berkelit lalu melancarkan tendangan tetapi itu hanya gerak tipu saja, di tengah jalan ia tarik kakinya lalu dengan sekuat tenaga melancarkan pukulan ke dada kiri lawan yang terbuka akibat tangannya turun ke bawah siap menangkis tendangan.
“Aaaaaa....”
Sho Nic jatuh ke lantai kayu hingga lantainya hancur. Ia mencoba bangkit tetapi jatuh lagi. Cox melompat turun.
“Kau tidak mati meskipun pukulanku mengenai jantungmu?”
Tanya Cox.
“Seperti ayah kandungnya, jantung Yang Mulia Sho Nic ada di sebelah kanan.”
Kata Penasihat yang baru datang dengan surat wasiat terbuka di tangannya.
“A...apa maksud...mu ayah kandungku?”
“Ini memang aib istana tetapi kenyataan ini berpengaruh penting kepada kelanjutan dinasti. Kaisar selingkuh dengan ibumu lalu lahirlah kau, raja Xe Rong mengira dia adalah ayahmu padahal sebenarnya bukan. Itu pula alasan mengapa Kaisar menyerang negeri Xe. Agar bisa bersatu dengan anak dan wanita yang dicintainya. DI surat wasiat ini disebutkan sudah dilakukan tes darah. Darahmu cocok dengan darah almarhum Kaisar tetapi tidak cocok dengan sampel darah dari almarhum Raja Xe.”
“Itu artinya...?”
Penasihat berkata lagi.
“Semuanya beri hormat kepada Yang Mulia Kaisar. Semoga Baginda Panjang umur.”
Semua orang kecuali Cox memberikan hormat kepada kaisar yang baru. Pelaku pembunuhan yang terbaring tak berdaya di lantai satu dek kapal terbang. Fajarpun menyingsing dan malam yang gelap berganti dengan pagi yang cerah.
THE END
Diubah oleh reloaded0101 01-12-2016 00:49
0
Kutip
Balas