Kaskus

Story

.rafferthaAvatar border
TS
.raffertha
Pelangi Diatas Laut
Quote:


Aku duduk didepan jendela kamarku.
Melihat langit yang biru dan awan putih yang menghiasi.
Hari ini cukup cerah.
Membuatku ingin sekali pergi keluar hanya untuk berkunjung ke tempat-tempat yang menyenangkan.

Namaku Andrea Raffertha.
Aku biasa dipanggil Rea.
Aku lahir dikeluarga yang berkecukupan, walaupun teman-temanku selalu mengatakan bahwa aku adalah anak orang kaya.
Ya memang ayahku seorang pegawai negeri sipil yang golongannya sudah tinggi dengan jabatan menjanjikan.
Apa lagi ibuku.
Ibuku seorang Sekretaris Direksi Utama disebuah perusahaan milik negara.

Aku duduk dibangku Sekolah Menegah Atas kelas 10.
Dan dari sinilah kisahku dimulai.


Quote:


Spoiler for Sambutan:


Quote:

Quote:

Quote:

Quote:
Polling
0 suara
Siapakah sosok yang abadi dalam hati Andrea Raffertha ?
Diubah oleh .raffertha 14-08-2017 05:52
samsung66Avatar border
fikrifbsAvatar border
Arsana277Avatar border
Arsana277 dan 5 lainnya memberi reputasi
6
838K
4.5K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.8KAnggota
Tampilkan semua post
.rafferthaAvatar border
TS
.raffertha
#1086
Part 39
Lista : "Re.. Lo ga apa-apa ?"
Rea : "Gw ga apa-apa kok, Lis.."
Lista : "Udah jangan dipikirin.. Lo sembuh dulu ya.."
Rea : "Gw ga habis pikir aja dia kayak gitu.."
Lista : "Sebenernya gw tau ini udah lama.. Tapi, gw ga enak ngomong nya ke lo.."
Rea : "Kenapa lo ga bilang dari awal ?"
Lista : "Ga ga mau hubungan lo sama Vania rusak gara-gara gw, Re.."
Rea : "Gw ga tau ah.. Pusing gw.."
Lista : "Udah lo istirahat aja dulu.. Mau makan lagi ?"
Rea : "Ga usah, Lis.. Gw beneran ga nafsu makan.."
Lista : "Sabar ya, Re.. Gw juga ga bisa salahin Vania.."
Rea : "Gw ga pernah larang dia untuk deket sama cowok lain, tapi gw ga terima kalo dia diem-diem gini.."
Lista : "Udah jangan ngomong terus ! Sekarang lo istirahat.. Biar besok bisa sekolah.."
Rea : "Iya iya.."
Lista : "Iya iya aja.. Tuh mata meremin.."
Rea : "Galak amat lo.."
Lista : "Biarin.. Biar lo sembuh.."

Mataku mulai mengantuk.
Mungkin karena efek obat yang aku minum.
Aku pejamkan mataku sesaat dan aku mulai tertidur.
Tak terasa sudah berapa lama aku tidur, adzan maghrib membangunkanku dari tidurku.
Aku lihat Calista masih ada disampingku.

Rea : "Lo masih disini, Lis ?"
Lista : "Lo udah bangun aja.. Hehehehehe.."
Rea : "Udah maghrib, lo ga balik ?"
Lista : "Ngga.. Sebentar lagi deh.. Tadi orang tua lo kesini.. Mereka keluar lagi mau cari buah buat lo.. Nah, gw diminta jaga lo disini sampe mereka pulang.."
Rea : "Makasih ya, Lis.. Lo baik banget.."
Lista : "Sama-sama, Re..", dia tersenyum kepadaku.

Beberapa menit kemudian, orang tuaku datang membawakan makanan dan obat-obatan.

Mama : "Re, gimana keadaanmu ?"
Rea : "Udah mendingan, Ma.. Tapi masih pusing sedikit."
Lista : "Re, gw balik ya.. Udah ada mama lo.."
Rea : "Iya.. Makasih udah jaga gw, Lis.."
Lista : "Sama-sama.. Tante aku pulang dulu ya..", sambil mencium tangan mamaku.
Mama : "Iya.. Hati-hati ya, Lista.."

Calista keluar dari kamarku.
Dia segera pulang karena hari sudah mulai gelap.

Mama : "Mama pikir dia Vania.."
Rea : "Bukan, Ma.."
Mama : "Kamu pacaran sama dia ?"
Rea : "Ngga.."
Mama : "Kok dia baik banget ya.. Cantik lagi.."
Rea : "...."
Mama : "Kenapa ga pacaran sama dia aja ?"
Rea : "Dia cuma temenku, Ma.."
Mama : "Pacaran juga awalnya dari temen doang.. Udah ya.. Mama mau kebawah.. Kamu banyak-banyak istirahat.."
Rea : "Iya.."

Aku ambil HPku dan mengeceknya.
Tidak ada SMS atau telepon dari Vania.
Mungkin dia sudah nyaman dengan lelaki barunya.
Lebih baik, aku fokus untuk lomba yang sebentar lagi akan diadakan.
30 menit kemudian, ada SMS masuk ke HPku.

Quote:


Aku tarik selimutku dan memejamkan mata.
Aku mencoba untuk tidur malam itu.
Tetapi, aku tetap tak bisa tidur.
Kepalaku masih terasa berat tetapi rasa sakitnya sudah berkurang.
Aku bangkit dari tempat tidurku dan duduk dijendela kamarku.
Malam itu, bulan bersinar dengan begitu indahnya.
Dihiasi dengan bintang-bintang yang bercahaya disekitarnya.
Aku ambil HPku, lalu aku menelpon Calista.
Entah kenapa aku ingin memberi tahu Calista tentang langit malam ini.


Quote:


Setelah menelpon Calista, entah kenapa mata ini terasa berat.
Aku segera tutup jendela kamarku, lalu merebahkan badanku diatas ranjang.
Dan akhirnya aku terlelap.

Pagi itu, aku dibangunkan oleh mamaku.

Mama : "Andrea.. Bangun.. Udah sembuh kan ?"
Rea : "Hhmm.. Iya, Ma.. Udah ga apa-apa aku.. Tapi masih agak lemes.."
Mama : "Kalo masih lemes, mendingan jangan sekolah dulu.."
Rea : "Ga bisa, Ma.. Aku harus sekolah.. Aku ada janji sama Calista.."
Mama : "Calista yang kemarin ?"
Rea : "Iya.."
Mama : "Calista apa Vania ?"
Rea : "Calista, Ma.. Aku mau latihan bareng.."
Mama : "Ya udah kalo gitu.. Tapi, Re.. Mama lebih seneng kamu sama Calista dibanding Vania.."
Rea : "Kenapa gitu, Ma ?"
Mama : "Kenapa ya ? Karena kemarin yang jagain kamu Calista.. Sampe rela nungguin kamu pas lagi tidur.. Vania kemana coba ?"
Rea : "...."
Mama : "Udah sana siap-siap kesekolah.. Pakai motor Papa aja biar ga capek jalan kedepan nunggu angkot.."
Rea : "Ga mau ah.. Gede banget itu motor.."
Mama : "Ya udah nanti mama beliin yang pas buat kamu.."
Rea : "Ga usah, Ma.. Mendingan aku beli pake duit hasil kerja aku.."
Mama : "Hahahahaha.. Kamu ini ga berubah ya.."

Mama meninggalkan aku dikamar.
Ya beginilah aku.
Aku lebih suka berusaha sendiri jika ingin membeli sesuatu.
Walaupun teman-temanku sering bilang aku anak orang kaya lah, tinggal minta lah..
Tetapi, aku tidak seperti itu.
Yang kaya itu orang tuaku, bukan aku.
Dan aku kurang suka menikmati kekayaan orang tuaku sendiri.

Setelah selesai bersiap, aku segera berangkat menuju sekolah.
Dengan motor papaku karena dipaksa Mama.
Seperti biasa, aku kepagian.
Terpaksa aku tidur dimejaku terlebih dahulu.

Satu persatu murid berdatangan.
Tak lama kemudian, datanglah Vania dan disusul oleh Calista.
Vania masih duduk disampingku.
Tak ada tegur sapa antara aku dan Vania.
Suasana hening dimejaku.

Aku ingin sekali menegurnya, tetapi hati ini berkata jangan.
Aku lanjutkan tidurku hingga bel masuk berbunyi.

Pelajaran dimulai.
Tetapi, tidak ada yang masuk sama sekali diotakku.
Aku tidak bisa berkonsentrasi.
Apa karena ada Vania ?
Ya, aku paling tidak senang berdekatan dengan orang yang sudah menyakiti hatiku.
Tetapi, aku tidak bisa bohongi diriku sendiri bahwa aku masih mencintainya.

Hingga akhirnya bel istirahat pertama berbunyi.
Semua murid keluar dari kelas.
Ada yang kekantin, ada yang bermain diluar kelas, bahkan ada yang pacaran ditangga.
Aku dan Vania masih tetap dikelas tanpa satu katapun keluar dari bibirku dan bibirnya.
Hingga akhirnya, dia memulai pembicaraan.

Vania : "Ga enak ya diem-dieman satu meja.."
Rea : "Ga enak ya satu bangku sama orang yang nyakitin hati.."
Vania : "BUKANNYA KAMU DULUAN YANG NYAKITIN HATI AKU, RE !!", sambil menggebrak meja.
Rea : "....", aku hanya bisa diam.
Vania : "PERTAMA, KAMU JADIAN SAMA NIA !! KAMU TAU NGGA HATIKU HANCUR, RE !! HANCUR !!"
Rea : "...."
Vania : "KEDUA, KAMU DEKAT SAMA PEREMPUAN LAIN !! VELINA !! KAMU TAU NGGA APA YANG AKU RASAIN !!"
Rea : "...."
Vania : "Sekarang.. Aku deket sama cowok kenalanku.. Kamu diemin aku.. Apa waktu kamu nyakitin aku, aku diemin kamu, Re ?"
Rea : "...."
Vania : "JAWAB, ANDREA !!"
Rea : "...."
Vania : "Sumpah.. Aku benci kamu, Re.. AKU BENCI SAMA KAMU !!"

Vania berlari keluar dari kelas ini sambil menangis.
Aku tidak bisa menahannya.
Aku juga tidak bisa membantah perkataannya.
Dia benar.
Aku sudah membuatnya sakit hati lebih dari ini.
Saat itu, aku merasa menjadi manusia paling bodoh didunia ini.
Aku tidak menyadari itu.
Aku hanya memikirkan diriku sendiri.

Bel masuk telah bunyi.
Vania belum juga masuk kekelas.
Aku menjadi semakin khawatir dengannya.
Pelajaran sudah dimulai.
Tetapi, Vania masih ada diluar kelas.
Hingga akhirnya bel istirahat siang telah berbunyi.
Aku segera menuju ke masjid untuk sholat, lalu makan siang.
Walaupun aku tak nafsu makan, tetapi aku paksakan diriku untuk makan walaupun sedikit.
Setelah itu, aku kembali ke kelas.
Vania masih belum menunjukkan batang hidungnya.
Lalu, Calista duduk disampingku.

Lista : "Vania belom balik juga ?"
Rea : "Belom, Ta.."
Lista : "Setelah kejadian tadi, lo masih mau salahin dia, Re ?"
Rea : "Ngga.. Gw yang salah dari awal.. Dia bener.."
Lista : "Cukup Vania yang sakit hati, Re.. Seandainya lo dapet cewek lagi, gw harap jangan lo sakitin hatinya.."
Rea : "Iya, Ta.."

Bel masuk berbunyi.
Vania mulai masuk kedalam kelas dan duduk disampingku.
Matanya bengkak dan memerah.
Aku hanya bisa tertunduk melihatnya.
Aku sudah keterlaluan.
Tetapi, aku tak bisa berkata apa-apa padanya.
Aku takut melakukan kesalahan lagi.

Bel pulang sekolah berbunyi.
Semua murid kembali kerumah masing-masing.
Hanya ada aku dan Calista yang masih disini.

Lista : "Re, jadi latihan ?"
Rea : "Oh iya.. Yuk.."

Aku dan Calista berjalan dan memasuki ruangan aula.
Aku tidak bisa fokus dengan latihan hari ini.
Pikiranku masih dikacaukan dengan Vania.

Lista : "Mau gw duluan atau lo duluan ?"
Rea : "Lo aja, ga apa-apa.."
Lista : "Kok lo lemes gitu.."
Rea : "Vania.."
Lista : "Re, kita tampil beberapa hari lagi.. Fokus lomba dulu ya.."
Rea : "Ga bisa, Ta.. Pikiran gw kusut.. Gw ga bisa fokus.. Gw ga bisa konsen.. Gw kepikiran Vania.. Gw..."

Tiba-tiba, Calista memelukku.
Jantungku tiba-tiba berdebar hebat.
Kakiku terasa kaku.
Entah berapa lama dia memelukku.
Nafasku menjadi tak beraturan.

Lista : "Re.. Gw mohon.. Untuk kali ini aja.. Sampai lomba selesai.. Gw mohon dengan sangat.. Jangan ada Vania dipikiran lo.. Gw mohon.. Jangan ada Vania.. Please, Re.."


Spoiler for Jangan hadirkan dia dibenakmu:
JabLai cOY
JabLai cOY memberi reputasi
2
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.