- Beranda
- Stories from the Heart
KEBERUNTUNGAN ITU KUTEBUS DENGAN DARAH
...
TS
riegazendra
KEBERUNTUNGAN ITU KUTEBUS DENGAN DARAH

Cover by Pandamania80
Salam Kenal
Setelah sekian lama jadi pembaca disini akhirnya saya mutusin untuk berbagi sepenggal kisah hidup saya.
Disini saya masih newbi banget
jadi mohon maaf dan mohon bantuan juga sarannya kalau sekiranya ada kesalahan dalam penulisan atau dalam cerita yang saya buat ini saya melakukan pelanggaran-pelanggaran yang ditetapkan dalam SFTH (semoga ngga di Close atau di Baned..Piss
Momod)Sebut aja saya Riendi saya seorang istri dengan satu anak laki-laki (Macan nieh hehehe
), saya juga seorang Guru di dua sekolah. Orang bilang saya pendiam Cuma jika sudah bertemu dengan orang-orang yang klop saya bisa jadi cerewet, apalagi kalau sedang bareng-bareng dengan sahabat-sahabat saya bisa kambuh koplaknya
Kisah ini berdasarkan kisah nyata saya dengan ada sedikit penambahan pada tiap alur dan percakapan antar tokoh tanpa mengurangi atau menambahkan kejadian real nya. Demi menjaga privasi untuk setiap tokoh dalam kisah ini akan saya samarkan, begitu pula tempat kejadian.
Saya menulis kisah ini murni hanya ingin menjadikan thread ini sebagai diary saya dan sebagai pengingat saya dikala saya kehilangan semangat karena kisah ini adalah sepenggal dari jalan hidup saya yang menjadi titik balik pencapaian saya saat ini, jika kisah ini dapat dijadikan hikmah oleh para reader saya sangat bersukur. Dan sekali lagi mohon maaf jika dalam alur penulisan kurang bagus karena sebenarnya saya tidak punya basic dalam tulis menulis.
Spoiler for INDEX:
Spoiler for POV SUAMI:
Spoiler for SIDE STORY SEBELUM MENIKAH:
Spoiler for TAHAPAN PROSES BAYI TABUNG:
PART 1 Tahun 2013
Aku keluar dari kamar bercat putih dengan mata berkaca-kaca sambil meringis menahan sakit “kenapa?” tanya suamiku yang menungguku diruang tunggu karna dilarang masuk oleh bidan yang tadi menanganiku “bidannya kasar banget aku berasa dirudapaksa” bisikku pelan tepat ditelinga suamiku karena khawatir ada petugas rumah sakit yang mendengar lalu tersinggung. Setelah mengambil obat yang diresepkan dan membayarnya kami segera pulang.
Kami pasangan suami-istri yang menikah dari tahun 2004 dan kami memiliki seorang anak laki-laki yang gagah dan ganteng berusia 5tahun. Ditahun 2010 lalu aku divonis kista oleh dokter dan harus menjalani operasi, padahal saat itu aku dan suami sudah berniat untuk nambah jumlah anggota keluarga. Pasca operasi aku dinyatakan sembuh walaupun tetap aku harus jaga pola makan, aku pun mulai hidup sehat dengan konsumsi obat-obatan herbal. Tapi entah kenapa memasuki bulan Agustus tahun 2013 aku mengalami pendarahan, selalu ada bercak cokelat di celana dalamku inilah yang membuat aku akhirnya mengalami kejadian tidak enak dirumah sakit tadi “pokoknya aku ga mau lanjutin pengobatan di rumah sakit itu, cukup sekali aja tadi aku kesitu ga mau lagi-lagi” gerutuku saat aku dan suami tiba dirumah, memang aku dan suami baru pertama berobat ke rumah sakit tersebut pertimbangan kami jarak rumah sakit yang tidak begitu jauh dengan rumah kami karena masih satu kota “terus maunya gimana? Aku kan udah usulin untuk berobat kerumah sakit tempat kamu operasi dulu” sahut suamiku sambil mengelus lembut rambutku berusaha meredam emosiku, aku hanya terdiam mendengar komentarnya, memang dari awal aku mengalami pendarahan suami sudah menyarankan aku untuk check up ke rumah sakit yang dulu menanganiku saat operasi kista tapi karena rumah sakit itu letaknya cukup jauh berbeda kota dengan rumah kami yang pastinya akan memakan banyak waktu kalau harus bolak balik belum lagi waktu prakteknya terbentur dengan waktu kerjaku makanya aku coba alternatif untuk cari rumah sakit yang dekat.
Beberapa hari setelah kejadian dirumah sakit tersebut aku memutuskan untuk melakukan check up ke rumah sakit yang dulu menangani operasi kista ku “Untuk kasus ibu harapan untuk bisa hamil lagi sangat tipis makanya kami menyarankan untuk ibu melakukan bayi tabung” penjelasan dokter membuatku sangat kaget, jujur saja dari 2010 aku dan suami sudah ingin memiliki anak lagi akan tetapi karena teridentifikasi adanya kista dirahimku dan mengharuskan aku untuk operasi pembersihan kista makanya kami mundurkan niat kami untuk memiliki anak “ada baiknya saat check up kedua nanti ibu usahakan diantar suami, agar nanti suami pun paham kondisi ibu” lanjut dokter itu aku berpaling dan menatap perempuan disebelahku dia tersenyum sambil meremas jemari tanganku mungkin untuk memberi suport padaku “kebetulan hari ini suami saya sedang kerja Dok, makanya saya minta antar kakak saya” jawabku pelan mungkin hampir tidak terdengar. Memang saat itu aku meminta sahabat yang sudah sangat dekat denganku untuk menemaniku check up karena suamiku sedang berhalangan. Dia adalah sahabat yang sudah seperti kakak ku sendiri kami selalu berbagi dalam segala hal bahkan saking dekatnya kami teman-teman kerja selalu menjuluki kami Soulmate Double R atau Soulmate Renata dan Rienda “baiklah usahakan check up kedua nanti suami ibu bisa datang” ucap dokter lagi “iya terima kasih Dok” seruku seraya berdiri dari tempat duduk dan keluar dari ruang pemeriksaan, serasa tak ingin lebih lama lagi berbicara dengan dokter itu, karena kupikir semakin banyak dokter menjelaskan tentang kondisiku semakin membuat aku sesak. Ya sesak perasaan itu yang aku rasakan saat mendengar vonis dokter tadi, bayangkan perempuan mana yang tidak sedih jika divonis tidak bisa memiliki anak, walaupun saat itu dokter mengatakan masih bisa untuk aku memiliki anak walaupun harapan itu tipis “tenang Rie Lillahita’ala aja semua vonis dokter belum tentu benar, pasrah sama Allah” hibur Renata saat kami didalam mobil Trans menuju pulang aku hanya mengangguk lemah masih syok dengan vonis dokter tadi karena aku dan suami memang sangat menginginkan hadirnya seorang anak ditengah-tengah rumah tangga kami
Diubah oleh riegazendra 28-07-2019 17:11
jiyanq dan 20 lainnya memberi reputasi
19
100K
793
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.8KAnggota
Tampilkan semua post
TS
riegazendra
#72
Part 34
Keesokan hari setelah aku bisa menguasai emosiku atas saran dari Bapakku, aku mencoba menghubungi Kepala Sekolah ku lagi untuk meminta bantuan masalah kelengkapan berkas-berkas CPNS ku tapi berpuluh-puluh kali telepon ku tak pernah dijawab oleh Kepala Sekolahku. Pikiranku semakin gelisah aku lebih banyak melamun dan aku mulai merasa stres. Dua hari nafsu makan ku menurun bahkan aku tidak mau makan apapun kecuali jus dan buah-buahan yang disuapi paksa oleh suamiku, aku tidak lagi memikirkan kesehatan dan kehamilanku.
“Kamu harus tenang De, jangan terlalu dipikirin, kasian twins baby yang diperut mu, masalah berkas nanti aku pasti bantuin” hibur suamiku sambil menyuapiku buah tak henti-hentinya dia mencoba menenangkan aku walau semua itu tidak ada arti apa-apa buatku karena tidak mampu mengusir kegelisahan dan rasa stres yang aku rasakan.
Ditengah kegelisahanku aku teringat pada seorang rekan yang sama-sama mengajar di SMA Negeri dan lulus tes CPNS juga bareng aku, dia bernama Firdian menurutku orangnya cukup supel dan aku berfikir ingin berkonsultasi dengannya masalah berkas-berkas yang harus kulengkapi sebagai syarat kelulusan CPNS. Aku mengambil HP dan menghubunginya
Aku “Assalamualaikum, pa Firdian saya Riendi Pa”
pa Firdian “Walaikumsalam kenapa Bu? Eh selamat dulu deh udah lulus CPNS”
Aku “iya Pa sama-sama selamat juga buat Bapa, Pa masalah berkas sebenernya apa aja sih yang harus disiapkan?”
pa Firdian “belum pasti sih Bu, tapi siapkan aja dulu SK mengajar dari awal sampai akhir, ijazah SD sampe S1, sama absensi dari awal sampe sekarang”
Aku “saya absensi aja yang belum ada, itu dibuat kolektif disekolah kan Pa?”
pa Firdian “gini Bu saya kasih tau aja sebenernya saya ga boleh ngomong-ngomong sama Ibu, Cuma karena saya kasian sama Ibu jadi saya kasih tahu, disekolah kan lagi panas masalah kelulusan Ibu sebagai CPNS karena Ibu kan honor muda dan yang lebih senior aja ga ada yang lulus terus ditambah lagi ada kabar katanya ibu lulus karena nyogok jadi makin panas aja”
Aku “kabar masalah saya nyogok itu bohong Pa, demi Allah saya ga ngelakuin hal itu, lagi pula saya punya uang dari mana”
pa Firdian “terlepas itu bener atau bohong, tapi di sekolah itu lagi rame Bu, jadi menurut saya ada baiknya Ibu ngobrol dulu sama Kepala Sekolah biar nanti ga ada masalah, saya juga ga bisa nolong ibu sebelum ada izin dari Kepala Sekolah. Maaf Bu bukannya saya ga mau tapi saya takut disalahkan, Ibu pasti ngerti”
Aku “iya Pa saya ngerti ko, dari kemaren saya telepon Kepala Sekolah terus minta pendapat dan pertolongan beliau, tapi kayanya saya ngerasa Beliau ngehindar”
pa Firdian “coba datang langsung kerumahnya, kan enak kalo ngobrol langsung”
Aku “oh ya udah nanti saya coba, terima kasih pa Firdian”
Usai percakapan ditelepon dengan pa Firdian aku sedikit tenang karena merasa mendapat jalan agar aku bisa melengkapi berkas-berkas CPNS ku.
“Gimana De? Apa kata pa Firdian?” tanya suamiku
“Katanya kita kerumah Kepala Sekolah aja Ka, minta tolong secara langsung” jawabku
“Ya udah sekarang kamu coba telepon dulu ke Kepala Sekolahnya izin bahwa kita mau kerumahnya beliau ada dirumah ga, nanti biar aku aja yang kesana, kamu kan belum boleh kemana-mana” saran suamiku
Aku pun mencoba menelepon Kepala Sekolah lagi, tapi tetap telepon ku tak pernah dijawab oleh Kepala Sekolahku
“Ga dijawab aja Ka” kataku pada suamiku
“Coba di SMS aja siapa tau dibalas” saran suamiku lagi
Aku ikuti saran dari Suamiku dan mengirim SMS pada Kepala Sekolahku
Aku “Assalamualaikum Pa maaf mengganggu saya berniat silaturahmi ke rumah Bapak sore ini apakah Bapa ada waktu?”
Aku mengirim SMS itu sekitar jam 11.00 namun sampai jam 15.00 belum juga ada balasan, sangat mustahil jika SMS itu tidak diterima oleh Kepala Sekolahku karena saat aku menghubunginya lewat telepon HP Beliau aktif. Dugaanku makin jelas bahwa Kepala Sekolah memang menghindari aku.
Situasi ini membuatku semakin stres dan panik, aku tidak bisa diam saja dirumah, aku harus melakukan sesuatu pikirku saat itu, aku pun turun dari tempat tidurku berniat untuk mandi, selesai mandi saat sedang berdandan suamiku menghampiriku
“Mau kemana De?” tanya suamiku dengan mimik keheranan melihat aku sudah rapih
“Ke rumah Kepala Sekolah” jawabku singkat masih sibuk mengenakan kerudung
“Kamu kan ga boleh pergi kemana-mana, inget pesan Dokter De!!” kata suamiku dengan suara lantang mungkin kaget dengan jawabanku tadi
“Kalo aku cuma tiduran aja yang ada aku makin stres kepikiran masalah CPNS terus, aku harus ngelakuin sesuatu, aku harus temui Kepala Sekolah aku jelasin semuanya dan minta tolong melengkapi berkas-berkas aku” kataku tak kalah lantangnya
“Emang Kepala Sekolah udah bales SMS kamu tadi?” tanya suamiku seraya mengambil HP ku yang tergeletak di tempat tidurku dan membuka-buka Inbox SMS diHP itu tanpa menunggu jawaban dariku
“Mana Kepala Sekolah kamu ga ada bales SMS nya” seru suamiku setelah memeriksa HP ku
“Makanya aku harus ke rumahnya biar semuanya jelas, dia itu kayanya emang sengaja ngehindari kita Ka!!” jawabku masih dengan suara lantang seakan meluapkan kekesalan yang sudah menguasai diri
“De aku ga izinin kamu pergi, biar aku aja yang kesana kamu dirumah aja, Dokter bilang kamu belum boleh pergi-pergi, ga baik untuk kandunganmu” cegah suamiku tapi tak ku hiraukan aku tetap melangkah keluar rumah
“De udah De, nurut sama aku biar aku yang selesaiin semua!!” seru suamiku lagi seraya menarik tanganku agar tidak pergi tapi aku berontak dan mencoba melepaskan diri dari pegangan tangannya
“Kalo Cuma Kaka yang kerumahnya masalah ga akan selesai” kataku dengan nada kesal masih berontak mencoba melepaskan pegangan tangan suamiku
“Aku yang selesaiin sampe selesai aku janji” kata suamiku mempererat pegangan tangannya dipergelangan tanganku
“aduhhh” rintihku karena tiba-tiba merasakan sakit yang amat sangat dirahimku
“Ka sakit Ka” ujarku seraya mencoba memegang perut karena tanganku masih dipegangi oleh suamiku
“Apanya yang sakit? ayo balik ke kamar” kata suamiku memapahku kembali ke kamar
Aku merasakan sakit dirahimku yang kian lama kian terasa semakin sakit, tak henti-hentinya aku meringis, melihat kondisiku suamiku langsung menghubungi Rumah Sakit yang menangani Program Bayi Tabung ku.
“De kita harus ke Klinik terdekat kata Dokter kamu harus suntik penguat kandungannya sekarang, ditaruh dimana suntikan dan obatnya De?” tanya suamiku selepas menelepon Rumah Sakit
“Di lemari es Ka” jawabku singkat
“Ya sudah ayo sambil jalan aja” ajak suamiku membimbingku untuk bangun dari tidur
“Aku mau pipis dulu Ka” kataku lalu dipapah oleh suamiku menuju kamar mandi yang berada dikamar.
Saat akan buang air kecil aku melihat ada bercak merah dicelana dalam ku
“Ka ada bercak merah di celana nya” seru ku lirih dengan nada takut dan khawatir
“Udah ga apa-apa kita buru-buru ke Klinik terdekat biar kamu suntik penguat ya” kata suamiku menenangkan.
Dibimbing suami aku masuk dalam mobil
“Bu, Rie stres dari kemaren terus tadi rahimnya sakit dan ada flek di celananya” kata suamiku pada Ibuku saat berpapasan di depan rumah
“Ya Allah, terus sekarang mau kemana?” tanya ibuku
“ke Klinik terdekat dulu Bu, tadi disuruh suntik penguat sama Dokternya, doanya Bu” jelas suamiku sambil menyalami tangan Ibuku dan masuk ke mobil lalu melajukan mobil menuju Klinik yang dekat dengan Rumah.
Tiba diKlinik suamiku langsung menjelaskan pada Bidan kondisiku, sedangkan aku langsung dibaringkan ditempat tidur pasien, Bidan langsung menyuntikkan Obat Penguat Kandungan yang Aku bawa dari Rumah. Memang terakhir melakukan Check Up aku dibekali obat penguat kandungan yang berupa injeksi harusnya aku pakai nanti saat check up ulang. Tapi karena kondisiku mengalami flek maka Dokter menyuruh untuk menggunakan injeksi penguat kandungan itu saat itu juga.
“Nanti dirumah bedrest aja ya, jangan banyak bergerak dan jangan turun dari tempat tidur, dan usahakan jangan stres” pesan sang Bidan
“Iya Bu, terima kasih “ ujar suamiku sambil memapahku keluar dari klinik.
Aku membisu tak ada sepatah katapun yang bisa aku ucapkan, rasa gelisah menguasai diriku, aku pun tak tahu harus berbuat apa. Seperti kebiasaanku bila aku merasa gelisah dan stres aku akan terdiam membisu dan tatapanku kosong.
Keesokan hari setelah aku bisa menguasai emosiku atas saran dari Bapakku, aku mencoba menghubungi Kepala Sekolah ku lagi untuk meminta bantuan masalah kelengkapan berkas-berkas CPNS ku tapi berpuluh-puluh kali telepon ku tak pernah dijawab oleh Kepala Sekolahku. Pikiranku semakin gelisah aku lebih banyak melamun dan aku mulai merasa stres. Dua hari nafsu makan ku menurun bahkan aku tidak mau makan apapun kecuali jus dan buah-buahan yang disuapi paksa oleh suamiku, aku tidak lagi memikirkan kesehatan dan kehamilanku.
“Kamu harus tenang De, jangan terlalu dipikirin, kasian twins baby yang diperut mu, masalah berkas nanti aku pasti bantuin” hibur suamiku sambil menyuapiku buah tak henti-hentinya dia mencoba menenangkan aku walau semua itu tidak ada arti apa-apa buatku karena tidak mampu mengusir kegelisahan dan rasa stres yang aku rasakan.
Ditengah kegelisahanku aku teringat pada seorang rekan yang sama-sama mengajar di SMA Negeri dan lulus tes CPNS juga bareng aku, dia bernama Firdian menurutku orangnya cukup supel dan aku berfikir ingin berkonsultasi dengannya masalah berkas-berkas yang harus kulengkapi sebagai syarat kelulusan CPNS. Aku mengambil HP dan menghubunginya
Aku “Assalamualaikum, pa Firdian saya Riendi Pa”
pa Firdian “Walaikumsalam kenapa Bu? Eh selamat dulu deh udah lulus CPNS”
Aku “iya Pa sama-sama selamat juga buat Bapa, Pa masalah berkas sebenernya apa aja sih yang harus disiapkan?”
pa Firdian “belum pasti sih Bu, tapi siapkan aja dulu SK mengajar dari awal sampai akhir, ijazah SD sampe S1, sama absensi dari awal sampe sekarang”
Aku “saya absensi aja yang belum ada, itu dibuat kolektif disekolah kan Pa?”
pa Firdian “gini Bu saya kasih tau aja sebenernya saya ga boleh ngomong-ngomong sama Ibu, Cuma karena saya kasian sama Ibu jadi saya kasih tahu, disekolah kan lagi panas masalah kelulusan Ibu sebagai CPNS karena Ibu kan honor muda dan yang lebih senior aja ga ada yang lulus terus ditambah lagi ada kabar katanya ibu lulus karena nyogok jadi makin panas aja”
Aku “kabar masalah saya nyogok itu bohong Pa, demi Allah saya ga ngelakuin hal itu, lagi pula saya punya uang dari mana”
pa Firdian “terlepas itu bener atau bohong, tapi di sekolah itu lagi rame Bu, jadi menurut saya ada baiknya Ibu ngobrol dulu sama Kepala Sekolah biar nanti ga ada masalah, saya juga ga bisa nolong ibu sebelum ada izin dari Kepala Sekolah. Maaf Bu bukannya saya ga mau tapi saya takut disalahkan, Ibu pasti ngerti”
Aku “iya Pa saya ngerti ko, dari kemaren saya telepon Kepala Sekolah terus minta pendapat dan pertolongan beliau, tapi kayanya saya ngerasa Beliau ngehindar”
pa Firdian “coba datang langsung kerumahnya, kan enak kalo ngobrol langsung”
Aku “oh ya udah nanti saya coba, terima kasih pa Firdian”Usai percakapan ditelepon dengan pa Firdian aku sedikit tenang karena merasa mendapat jalan agar aku bisa melengkapi berkas-berkas CPNS ku.
“Gimana De? Apa kata pa Firdian?” tanya suamiku
“Katanya kita kerumah Kepala Sekolah aja Ka, minta tolong secara langsung” jawabku
“Ya udah sekarang kamu coba telepon dulu ke Kepala Sekolahnya izin bahwa kita mau kerumahnya beliau ada dirumah ga, nanti biar aku aja yang kesana, kamu kan belum boleh kemana-mana” saran suamiku
Aku pun mencoba menelepon Kepala Sekolah lagi, tapi tetap telepon ku tak pernah dijawab oleh Kepala Sekolahku
“Ga dijawab aja Ka” kataku pada suamiku
“Coba di SMS aja siapa tau dibalas” saran suamiku lagi
Aku ikuti saran dari Suamiku dan mengirim SMS pada Kepala Sekolahku
Aku “Assalamualaikum Pa maaf mengganggu saya berniat silaturahmi ke rumah Bapak sore ini apakah Bapa ada waktu?”Aku mengirim SMS itu sekitar jam 11.00 namun sampai jam 15.00 belum juga ada balasan, sangat mustahil jika SMS itu tidak diterima oleh Kepala Sekolahku karena saat aku menghubunginya lewat telepon HP Beliau aktif. Dugaanku makin jelas bahwa Kepala Sekolah memang menghindari aku.
Situasi ini membuatku semakin stres dan panik, aku tidak bisa diam saja dirumah, aku harus melakukan sesuatu pikirku saat itu, aku pun turun dari tempat tidurku berniat untuk mandi, selesai mandi saat sedang berdandan suamiku menghampiriku
“Mau kemana De?” tanya suamiku dengan mimik keheranan melihat aku sudah rapih
“Ke rumah Kepala Sekolah” jawabku singkat masih sibuk mengenakan kerudung
“Kamu kan ga boleh pergi kemana-mana, inget pesan Dokter De!!” kata suamiku dengan suara lantang mungkin kaget dengan jawabanku tadi
“Kalo aku cuma tiduran aja yang ada aku makin stres kepikiran masalah CPNS terus, aku harus ngelakuin sesuatu, aku harus temui Kepala Sekolah aku jelasin semuanya dan minta tolong melengkapi berkas-berkas aku” kataku tak kalah lantangnya
“Emang Kepala Sekolah udah bales SMS kamu tadi?” tanya suamiku seraya mengambil HP ku yang tergeletak di tempat tidurku dan membuka-buka Inbox SMS diHP itu tanpa menunggu jawaban dariku
“Mana Kepala Sekolah kamu ga ada bales SMS nya” seru suamiku setelah memeriksa HP ku
“Makanya aku harus ke rumahnya biar semuanya jelas, dia itu kayanya emang sengaja ngehindari kita Ka!!” jawabku masih dengan suara lantang seakan meluapkan kekesalan yang sudah menguasai diri
“De aku ga izinin kamu pergi, biar aku aja yang kesana kamu dirumah aja, Dokter bilang kamu belum boleh pergi-pergi, ga baik untuk kandunganmu” cegah suamiku tapi tak ku hiraukan aku tetap melangkah keluar rumah
“De udah De, nurut sama aku biar aku yang selesaiin semua!!” seru suamiku lagi seraya menarik tanganku agar tidak pergi tapi aku berontak dan mencoba melepaskan diri dari pegangan tangannya
“Kalo Cuma Kaka yang kerumahnya masalah ga akan selesai” kataku dengan nada kesal masih berontak mencoba melepaskan pegangan tangan suamiku
“Aku yang selesaiin sampe selesai aku janji” kata suamiku mempererat pegangan tangannya dipergelangan tanganku
“aduhhh” rintihku karena tiba-tiba merasakan sakit yang amat sangat dirahimku
“Ka sakit Ka” ujarku seraya mencoba memegang perut karena tanganku masih dipegangi oleh suamiku
“Apanya yang sakit? ayo balik ke kamar” kata suamiku memapahku kembali ke kamar
Aku merasakan sakit dirahimku yang kian lama kian terasa semakin sakit, tak henti-hentinya aku meringis, melihat kondisiku suamiku langsung menghubungi Rumah Sakit yang menangani Program Bayi Tabung ku.
“De kita harus ke Klinik terdekat kata Dokter kamu harus suntik penguat kandungannya sekarang, ditaruh dimana suntikan dan obatnya De?” tanya suamiku selepas menelepon Rumah Sakit
“Di lemari es Ka” jawabku singkat
“Ya sudah ayo sambil jalan aja” ajak suamiku membimbingku untuk bangun dari tidur
“Aku mau pipis dulu Ka” kataku lalu dipapah oleh suamiku menuju kamar mandi yang berada dikamar.
Saat akan buang air kecil aku melihat ada bercak merah dicelana dalam ku
“Ka ada bercak merah di celana nya” seru ku lirih dengan nada takut dan khawatir
“Udah ga apa-apa kita buru-buru ke Klinik terdekat biar kamu suntik penguat ya” kata suamiku menenangkan.
Dibimbing suami aku masuk dalam mobil
“Bu, Rie stres dari kemaren terus tadi rahimnya sakit dan ada flek di celananya” kata suamiku pada Ibuku saat berpapasan di depan rumah
“Ya Allah, terus sekarang mau kemana?” tanya ibuku
“ke Klinik terdekat dulu Bu, tadi disuruh suntik penguat sama Dokternya, doanya Bu” jelas suamiku sambil menyalami tangan Ibuku dan masuk ke mobil lalu melajukan mobil menuju Klinik yang dekat dengan Rumah.
Tiba diKlinik suamiku langsung menjelaskan pada Bidan kondisiku, sedangkan aku langsung dibaringkan ditempat tidur pasien, Bidan langsung menyuntikkan Obat Penguat Kandungan yang Aku bawa dari Rumah. Memang terakhir melakukan Check Up aku dibekali obat penguat kandungan yang berupa injeksi harusnya aku pakai nanti saat check up ulang. Tapi karena kondisiku mengalami flek maka Dokter menyuruh untuk menggunakan injeksi penguat kandungan itu saat itu juga.
“Nanti dirumah bedrest aja ya, jangan banyak bergerak dan jangan turun dari tempat tidur, dan usahakan jangan stres” pesan sang Bidan
“Iya Bu, terima kasih “ ujar suamiku sambil memapahku keluar dari klinik.
Aku membisu tak ada sepatah katapun yang bisa aku ucapkan, rasa gelisah menguasai diriku, aku pun tak tahu harus berbuat apa. Seperti kebiasaanku bila aku merasa gelisah dan stres aku akan terdiam membisu dan tatapanku kosong.
Diubah oleh riegazendra 28-11-2016 16:37
jiyanq memberi reputasi
1