Kaskus

Story

gridseekerAvatar border
TS
gridseeker
[TAMAT] Saat Senja Tiba
Quote:
cover by: bgs93


Quote:
poetry by: junker007

Quote:

Quote:

Quote:

Quote:

Quote:
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 333 suara
Siapa tokoh yang menurut agan paling layak dibenci / nyebelin ?
Wulan
20%
Shela
9%
Vino (TS)
71%
Diubah oleh gridseeker 04-07-2017 19:00
junti27Avatar border
ugalugalihAvatar border
afrizal7209787Avatar border
afrizal7209787 dan 31 lainnya memberi reputasi
32
1.4M
5.4K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.9KAnggota
Tampilkan semua post
gridseekerAvatar border
TS
gridseeker
#194
Part 16
"Lan, kamu jangan gini dong, nggak enak ntar dilihat ibu kamu. " kata ane.
"Aku nggak peduli Vin. " jawab Wulan sambil terus memegangi lengan ane.
"Ingatlah perasaan Yovie gimana kalau dia tahu kamu begini. " kata ane.

Lagi-lagi Wulan cuma diem mendengar ane nyebut-nyebut Yovie. Dan malah makin erat memeluk lengan ane. Memang seperti dugaan ane, ada yang nggak beres dengan hubungan mereka berdua, dan sudah dipendam Wulan sejak lama. Bisa jadi seperti bom waktu yang siap meledak kapan aja. Ane lalu memegang bahu Wulan dan berusaha pelan-pelan melepaskan pelukannya. Ane lihat ternyata mata Wulan mulai berkaca-kaca.

"Hubungan kami udah nggak ada harapan Vin. " kata Wulan sambil menyeka air matanya yang mulai menetes.
"Aku udah nggak tahan lagi. " lanjut Wulan sambil terisak.

Ane cuma menatap Wulan dan nggak tahu harus bilang apa. Jujur ane nggak tahu apa yang terjadi dengan hubungan mereka berdua yang selama ini kelihatan baik-baik saja. Apa Yovie ada cewek lain ? Atau... Entahlah ane juga nggak mau berandai-andai karena ane nggak yakin kalau Yovie bisa sampai seperti itu. Lagipula ane juga nggak mungkin ikut campur, karena ane juga tahu diri emang ane siapanya Wulan. Ane mengambil secarik tissu lalu memberikannya ke Wulan.

"Udahlah Lan, jangan sedih. Ada aku disini kan. " kata ane sambil menatap Wulan.
"Boleh aku bersandar di bahu kamu Vin ? " pinta Wulan dengan terbata-bata.

Tanpa menjawab ane langsung memeluk Wulan dan benar saja tangisan Wulan pun langsung pecah. Seolah semua kesedihan yang dia tahan selama ini dia tumpahkan semua.

"Nggak papa Lan, menangislah kalau itu bisa membuat kamu lebih baik. " kata ane sambil mengusap rambut Wulan.
"Aku nggak ngerti Vin. Salahku di mana ? Kenapa aku harus mengalami semua ini ? " kata Wulan dalam tangisannya.

Cukup lama Wulan menangis di pelukan ane. Akhirnya dia mulai tenang meskipun masih sesenggukan. Mungkin ini saat yang tepat untuk bertanya apa yang terjadi.

"Nah sekarang kamu cerita sama aku apa yang sebenarnya terjadi. " kata ane sambil menatap Wulan.
"Yovie Vin... dia... dia… "

Belum sempat Wulan menyelesaikan kalimatnya tiba-tiba terdengar suara motor dari luar dan ane langsung mengenali kalau itu adalah suara motor Yovie. Ane intip lewat jendela di kamar Wulan dan memang benar itu.

"Lho kamu janjian sama Yovie ? " tanya ane.
"Nggak. " jawab Wulan sambil menyeka air mata.
"Kalau gitu mungkin dia kuatir sama kamu yang seharian nggak ada kabar. " kata ane.
"Kamu masih sayang kan sama dia. " tanya ane lagi.
"Aku nggak tahu Vin. " jawab Wulan sesenggukan.
"Lebih baik kamu temui dia sekarang. Aku yakin dia juga masih sayang sama kamu. " bujuk ane.
"Ayolah Lan. " bujuk ane lagi setelah ane lihat Wulan keliatan ragu-ragu.

Wulan mengangguk pelan lalu menuju ke kamar mandi untuk cuci muka. Nggak enak juga kan kalau kelihatan dia habis menangis. Ane lalu dengar ibunya memanggil kalau dia dicari Yovie. Wulan udah keluar dari kamar mandi dan sedang mengelap mukanya pakai handuk. Kemudian kami berdua menuruni tangga dan menemui Yovie yang sedang duduk di ruang tamu.

“Lho Vin, kamu di sini ? “ tanya Yovie kelihatan terkejut melihat kami berdua turun dari tangga.
“Iya. “ jawab ane sambil tertawa.
“Soalnya Wulan seharian nggak masuk kuliah, jadi aku putuskan nyamperin dia kesini. “ lanjut ane.
“Nah, Lan karena udah ada Yovie jadi aku pamit dulu yah. “ kata ane pada Wulan. Ane lihat jam dinding di ruang tamu udah jam setengah tiga lebih.
“Oke hati-hati ya Vin. Makasih udah kesini. “ kata Wulan.
“Kamu ada kuliah lagi Vin kok kelihatan buru-buru ? “ tanya Yovie.
“Nggak kok, biasa ada janjian sama temen. “ jawab ane seadanya.
“Ya udah kalau gitu. Thanks udah jagain Wulan. “ kata Yovie sambil berdiri lalu memegang pundak Wulan.
“Ah nggak papa namanya juga temen. “ jawab sambil keluar menuju teras.

Di teras, Wulan berdiri di samping Yovie dan terlihat murung, jelas sekali kalau dia nggak mengharapkan kehadiran Yovie. Ane sebenarnya kasihan dengan Wulan, tapi ya mau bagaimana lagi, status ane cuma orang luar bagi mereka berdua.

“Lihat kalian berdua, cocok banget. “ kata ane sambil di depan mereka.
“Yang cewek cantik dan yang cowok ganteng, sangat serasi. “ lanjut ane sambil mengacungkan dua jempol.
“Bisa aja kamu Vin. “ jawab Yovie sambil ketawa senang sedangkan Wulan cuma tersenyum kecut.
“Aku pergi dulu ya. “ kata ane sambil memakai helm dan menyalakan motor.

Ane memacu motor ane sekencang-kencangnya menuju kampus Shela, soalnya jamnya udah mepet sekali. Apalagi jam 4 Shela ada kelas karate. Sepanjang perjalanan ane kembali kepikiran sama Wulan. Ternyata hubungannya sama Yovie udah parah banget sampai Wulan menangis seperti itu. Semoga aja kedatangan Yovie bisa menyelesaikan masalah diantara mereka berdua, harap ane dalam hati.

Akhirnya ane sampai juga di halaman kampusnya Shela sekitar jam 3 lebih. Meskipun nggak begitu luas, tapi halaman kampus tersebut terlihat asri dengan beberapa pohon yang tertata rapi lengkap dengan bangku santai dibawahnya. Tapi mana Shela ? Sambil diatas motor ane celingukan mencari Shela. Ternyata dia duduk di bangku di bawah salah satu pohon sambil ngemil Chitato dan sesekali menyeruput Pop Ice pake sedotan. Ane kemudian turun dari motor dan langsung samperin dia.

“Sendirian, neng “ sapa ane bercanda.
“Bodo. “ jawab Shela sambil asyik mengunyah Chitato.
“Laper nih. Bagi dong Chitato-nya. “ pinta ane sambil duduk di sebelah Shela.
“Nih habisin. “ jawab Shela sambil menyodorkan bungkus Chitatonya.
“Apaan kok tinggal sebiji. “ protes ane setelah melihat ke dalam bungkus Chitato itu.
“Mending aku kasih. “ jawab Shela cuek sambil nyedot habis Pop Ice-nya.
“Udah yok, ntar aku telat lagi. “ kata Shela sambil berdiri.
“Lho kamu nggak bawa seragam ? “ tanya ane sambil mengunyah Chitato yang tinggal sebiji.
“Oh ya kalo gitu mampir kos aku dulu ya. “ kata Shela lagi.
“Siap tuan putri. “ jawab ane sambil gerak hormat.

Shela cuma tersenyum simpul melihat gaya ane. Kemudian kami berdua pun menuju sasana karate, tapi sebelumnya nggak lupa mampir kos2an Shela.
Diubah oleh gridseeker 28-11-2016 14:19
nuryadiari
JabLai cOY
Opiknh
Opiknh dan 12 lainnya memberi reputasi
13
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.