Aramos berpikir. Tiba-tiba sebuah ide gila melintas di benaknya.
“Tapi, bisakah aku mengajukan permintaan?”
“Tentu. Kau berhak mengajukan apapun pada kami. Dan selama kami bisa memenuhinya, kami akan memenuhi dan melaksanakannya”
Dipandangi Tuan Lodhero yang tampaknya berminat sekali menyimak perintah pertamanya membuat Aramos serba salah. Dia tidak ingin terlihat memanfaatkan suku Fuskeamal, sama seperti kakek dan moyangnya yang hanya melakukannya di saat terdesak. Tapi keadaan sekarang dan keberadaan ketiga sahabatnya, mereka, suku Fuskeamal adalah yang paling bisa mereka percayai saat ini.
“Bisakah anda dan teman-teman anda membuat kami menghilang. Menyembunyikan kami? Maksudku…..maksudku sementara saja. Setidaknya sampai besok pagi saat kami kembali ke Eightlyst State Ship”
…..............
Saya cut ya........Mohon maaf untuk yang baru mulai membaca dan belum selesai membaca. Untuk selengkapnya silahkan beli bukunya ya 🤗🤗 dm ig:@littlesun81
Thankss
................
“Anda tahu aku membawa panah dan racun vajer?” bisik Aramos tidak percaya.
Tuan Lodhero terkekeh “Racun vajer…… tentu saja aku tahu. Kalau panahnya hanya asal tebak sih…… Kau dan temanmu yang jangkung itu membawa racun vajer dan kami dapat menciumnya dari jarak tiga meter. Dia memiliki bau khas. Dan kami tak mungkin salah walaupun racun itu disimpan dalam wadah tertutup apapun. Kami sudah menggunakan racun itu berpuluh-puluh tahun, ingat?”
Aramos mengangguk dan bingung ketika Tuan Lodhero mengarahkan pandangan dengan mimik bertanya ke sesuatu di samping kanannya. Dan sedetik kemudian dengan jantung berdebar kencang dia melihat Tuan Paulumb Cinsar mulai berwujud.
“Mereka bertiga terbangun. Mungkin karena suara bangku”
Seakan membuktikan kata-katanya, suara Bill dan Andrea yang panik memanggil namanya terdengar.
“Aku di dapur!” sahutnya dan dalam sekejap ketiga sahabatnya sudah muncul di pintu dapur dengan wajah kusut bingung dan takut.
“Apa yang kau lakukan di sini? Kau lapar lagi?” Andrea kini sudah terlihat lebih terkendali. Tapi mimiknya berubah ke sedikit kesal.
“Kami kira kau…..kau…….”
Aramos tersenyum sayang. Bill tampak masih shok dan terlihat benar-benar khawatir. Sedangkan Julio dalam diamnya juga terlihat sedikit lega. Aramos merasa bersalah melihat mereka terbangun. Tapi bagaimanapun ada kabar baik……. atau mungkin buruk, bahwa mereka sudah menemukan suku fuskeamal.
“Maaf……maaf. Aku tadi berbicara dengan Tuan Lodhero”
“Siapa?” Ketiga sahabatnya tampak benar-benar bingung sekarang dan memandangnya seakan dia mengalami gangguan.
“Tuan Lodhero. Ini, yang……..” Akhirnya Aramos tahu apa yang membuat Bill, Julio dan Andrea bereaksi seperti itu. Ruangan itu sudah kosong. Hanya ada dia dan ketiga sahabatnya beserta seluruh perabotan dapur.
“Haruskah kami menampakkan diri? Seberapa percayakah kau pada mereka?” suara bisik yang sangat halus di telinganya yang tak mungkin didengar oleh Bill, Julio dan Andrea hampir membuatnya berteriak.
Aramos menjeling untuk melihat arah suara, tapi seperti diduganya dia hanya dapat melihat udara kosong. Dia mengangguk. Pertanyaan Tuan Lodhero sangat sederhana, dan dia membutuhkan hanya sedetik untuk meyakinkan diri menyatakan jawabannya.
“Ya, aku percaya mereka” katanya mantap
Julio mengangkat keningnya tak mengerti, sementara Bill dan Andrea saling pandang dengan bingung.
Julio maju perlahan sambil mengulurkan tangannya ke dahi Aramos. “Kamu sakit ya? Jangan-jangan shok”
Aramos tidak memedulikan pertanyaan dan tangan Julio di dahinya ketika berkata lagi “Tuan Lodhero, Tuan Cinsar tunjukkan diri kalian. Mereka teman-temanku. Aku percaya mereka”
Andrea dan Bill sudah mendekat dan menatapnya seakan dia kerasukan sesuatu, tapi pada saat bersamaan Tuan Lodhero dan Tuan Cinsar mulai berwujud di balik meja dapur, samping kiri Aramos.
Aramos langsung mengulurkan kedua tangannya untuk menyumpal mulut Bill dan Andrea yang terbuka lebar. Suara teriakan mereka teredam pada saat yang tepat, sedangkan Julio yang mundur selangkah terlihat memasang kuda-kuda dan mengangkat kedua tangannya.
Aramos menahan tangannya beberapa saat hingga Bill dan Andrea terlihat lebih tenang kemudian menurunkannya. Julio tidak mengubah posisinya walaupun wajahnya yang sempat pucat sudah mulai terlihat normal. Aramos mau tak mau tersenyum kecil.
“Teman-teman, perkenalkan. Ini Tuan Lodhero dan Tuan Cinsar. Ada juga tuan Strongasa, tapi lagi berjaga di Pos Jaga Timur. Aku juga belum sempat bertemu dengannya”
“Suku Fuskeamal?” Tanya Julio berbisik. Dia kini sudah terlihat lebih santai tapi merempet mendekati sisi kanan Aramos.
Andrea dan Bill masih pucat ketika mengikuti gerakan Julio. Tampaknya di alam bawah sadar mereka, mereka masing-masing saling menginginkan perlidungan dari yang lain.
…..............
Saya cut ya........Mohon maaf untuk yang baru mulai membaca dan belum selesai membaca. Untuk selengkapnya silahkan beli bukunya ya 🤗🤗 dm ig:@littlesun81
Thankss
................