- Beranda
- Stories from the Heart
Pelangi Diatas Laut
...
TS
.raffertha
Pelangi Diatas Laut
Quote:
Aku duduk didepan jendela kamarku.
Melihat langit yang biru dan awan putih yang menghiasi.
Hari ini cukup cerah.
Membuatku ingin sekali pergi keluar hanya untuk berkunjung ke tempat-tempat yang menyenangkan.
Namaku Andrea Raffertha.
Aku biasa dipanggil Rea.
Aku lahir dikeluarga yang berkecukupan, walaupun teman-temanku selalu mengatakan bahwa aku adalah anak orang kaya.
Ya memang ayahku seorang pegawai negeri sipil yang golongannya sudah tinggi dengan jabatan menjanjikan.
Apa lagi ibuku.
Ibuku seorang Sekretaris Direksi Utama disebuah perusahaan milik negara.
Aku duduk dibangku Sekolah Menegah Atas kelas 10.
Dan dari sinilah kisahku dimulai.
Quote:
Spoiler for Sambutan:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Polling
0 suara
Siapakah sosok yang abadi dalam hati Andrea Raffertha ?
Diubah oleh .raffertha 14-08-2017 05:52
Arsana277 dan 5 lainnya memberi reputasi
6
838K
4.5K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.8KAnggota
Tampilkan semua post
TS
.raffertha
#906
Part 32
Hari-hari liburku hanya diisni oleh bermain seharian diwarnet bersama Adrian.
Setiap hari kami berdua bermain bersama.
Hingga akhirnya hari terakhir liburan tiba.
Mama : "Re, udah jam 5 nih.. Ga sholat shubuh ?"
Rea : "Hhmm.. Iya, Ma.."
Aku dibangunkan oleh mamaku.
Dengan segera aku ambil air wudhu dan menunaikan ibadah pagi ini.
Setelah itu, aku turun kebawah untuk menyantap sarapan bersama.
Papa : "Gimana sama Vania ?"
Rea : "Ya gitu-gitu aja sih, Pa.."
Papa : "Pas kelas XI, lo mau masuk mana ?"
Rea : "Ga ada yang minat, Pa.. Aku ga bisa IPA atau IPS.."
Mama : "Apa kamu mau pindah sekolah aja ?"
Rea : "Pindah kemana, Ma ?"
Mama : "Pindah kesekolah yang ada kelas bahasa nya.."
Rea : "...."
Mama : "Mama tau, kamu itu pintar dalam mata pelajaran bahasa manapun.."
Rea : "...."
Mama : "Gimana, Re ?"
Papa : "Kalau mau, nanti mama sama papa cariin.."
Rea : "Kalau aku pindah, Vania gimana ?"
Mama : "Masih aja mikirin Vania.."
Rea : "Aku pikir-pikir dulu deh, Ma.."
Setelah sarapan, aku naik dan masuk kekamarku.
Aku pikirkan lagi tawaran dari orang tuaku untuk pindah sekolah.
Jujur saja, aku berminat untuk pindah dan masuk kekelas bahasa karena aku menguasainya.
Tetapi, bagaimana dengan Vania ?
Vania yang membuatku berat untuk meninggalkan sekolahku yang sekarang.
Aku masuk kekamar mandi untuk membersihkan tubuhku.
Setelah itu, aku pamit keluar.
Papa : "Mau kemana ?"
Rea : "Eh Papa.. Mau main, Pa.."
Papa : "Ya udah.. Main yang bener ya.."
Rea : "Ya, Pa.. Assalamu 'alaikum.."
Papa : "Wa 'alaikum salam.."
Aku segera jalan menuju shelter bus yang ada dijalan besar dekat rumahku.
Tujuanku saat itu adalah pinggir laut.
Aku mau menenangkan pikiranku untuk memikirkan tawaran dari orang tuaku.
Sesampainya ditempat itu, aku langsung duduk dan berdiam diri.
Tak lama kemudian, ada sebuah telepon masuk.
Ada nama Vania dilayar HPku.
Aku masih terus memikirkan bagaimana Vania.
Hanya Vania yang ada dipikiranku.
Vania..
Kalau aku pindah, Vania bagaimana..
Apa yang Vania lakukan..
Tak lama kemudian, Adrian menelponku.
Adrian mengirimkan nomornya Calista.
Aku save nomornya dan aku telepon dia.
Kali ini tidak salah.
Aku menelpon Calista.
Aku memandangi lautan yang saat itu.
Ditemani angin yang berhembus dan ombak yang bergelombang.
Lalu, datanglah seorang perempuan yang sedang kupikirkan.
Vania : "Andrea.."
Rea : "Hai, Van.."
Vania lalu duduk disampingku.
Dia menyandarkan kepalanya dibahuku.
Vania : "Re.."
Rea : "Ya.."
Vania : "Ada apa ?"
Rea : "Aku.."
Vania : "...."
Rea : "Aku diminta pindah sekolah sama orang tuaku.."
Vania lansung mengangkat kepalanya dari bahuku.
Dia memalingkan pandangannya kearah lautan.
Vania : "Kapan ?"
Rea : "Tahun ajaran baru.."
Vania : "Kenapa ?"
Rea : "Orang tauku tau kalau aku ga ada kemapuan di IPA atau IPS, jadi mereka minta aku untuk pindah sekolah yang ada kelas bahasanya."
Vania : "Orang tua kamu benar kok, Re.."
Rea : "...."
Vania : "Kalau itu emang baik untuk masa depan kamu, pindah aja ga apa-apa.."
Rea : "Kamu gimana ?"
Vania : "...."
Rea : "Aku ga bisa apa-apa kalau ga ada kamu disampingku, Van.."
Vania mulai meneteskan air matanya.
Akhir-akhir ini, aku sering menyakiti hatinya.
Bahkan bisa membuat dia menangis.
Apakah hubunganku dengan Vania sudah diujung tanduk ?
Aku peluk dia.
Dia juga membalas pelukanku.
Vania : "Kamu jahat, Re.."
Rea : "Maaf, Van.."
Vania : "Tapi, kalau emang kamu mau pindah, aku ga bisa larang kamu.."
Rea : "Masih ada 6 bulan lagi.."
Vania : "6 bulan itu singkat, Re.."
Rea : "Aku masih mikirin itu.. Pindah atau ngga nya, aku belum tau.."
Vania : "Aku ga bisa jauh dari kamu.. Aku ga bisa.."
Rea : "Van.."
Vania : "Maaf, Re.. Jujur, aku ga mau kamu pindah.."
Rea : "...."
Vania : "Sampai ketemu besok..", dia berdiri lalu pergi meninggalkanku.
Aku masih ditempat ini.
Tidak beranjak kemana-mana.
Sesekali aku berdiri, duduk, tidur-tiduran, duduk dan berdiri kembali.
Yang ada dipikiranku hanya satu.
Vania Okalina.
Sampai sore hari pun tiba.
Calista menelponku.
Sudah satu jam aku menunggu Calista.
Aku masih tidur-tiduran disini.
Aku dikagetkan dengan sesosok perempuan yang berdiri disampingku.
Dia begitu manis dan tak membuatku bosan untuk memandanginya.
Calista Candrarini.
Rea : "Eh, Lista.."
Lista : "Hhmm.. Jadi tempat ini yang sering disebut-sebut sama Vania.."
Rea : "Hehehehehe.."
Lista duduk disampingku.
Dia juga ikut memandangi lautan luas didepan sana.
Lista : "Tempat ini bagus ya.. Dapet aja lagi view nya disini.."
Rea : "Vania yang nunjukkin tempatnya pertama kali.."
Lista : "Terus, apa masalah lo, Re ?"
Rea : "Gw diminta untuk pindah sekolah, Lis.."
Lista : "Kenapa harus pindah ?"
Rea : "Karena orang tua gw mau gw masuk kelas bahasa.. Jadi mereka mau gw pindah ke sekolah yang ada kelas bahasanya.."
Lista : "Vania gimana ?"
Rea : "Itu yang ada dipikiran gw sekarang.."
Aku dan Calista sama-sama terdiam saat itu.
Suasana menjadi hening sejenak.
Mataharipun mulai terbenam.
Lista : "Langitnya bagus ya kalau lagi begini.."
Rea : "Matahari udah mulai tenggelam, Lis.."
Lista : "Kalau lo pindah, kasihan Vania.."
Rea : "...."
Lista : "Tapi, kalau lo ga pindah, pasti lo kesiksa sama pelajaran yang ga lo suka.."
Rea : "Itu yang bikin gw bingung, Lis.."
Tiba-tiba, Calista memegang tanganku.
Dia menatapku dalam.
Aku langsung memalingkan pandanganku kewajahnya yang saat itu manis sekali, dihiasi dengan rambutnya yang lurus memanjang hingga bahunya.
Kami saling bertatapan.
Lista : "Gw harap, lo jangan tinggalin Vania.. Dia sayang banget sama lo, Re.."
Rea : "Lo bener, Lis.. Pelajaran yang ga gw suka, bisa kok pelan-pelan gw pelajarin.."
Lista : "....", dia menggelengkan kepalanya.
Lista : "Jangan maksain diri lo, Re.. Masih ada 6 bulan lagi.. Lebih baik, lo pikirin dulu.."
Rea : "...."
Lista : "Lo itu cowok yang baik.. Lo itu cowok yang diminati banyak perempuan, Re.. Sikap lo, sifat lo.. Beruntungnya Vania ada dihati lo.. Kalo lo ninggalin dia, dia bakalan sakit banget.. Gw percaya sama lo, Re.. Lo bisa ambil keputusan yang tepat.. Jangan terburu-buru.. Ambil keputusan yang baik buat lo dan baik juga buat Vania.."
Rea : "Iya Lis.. Makasih ya.. Lo paling pengertian sama gw.."
Lista : "Sama-sama, Re.."
Rea : "Pulang yuk.. Rumah lo dimana ?"
Lista : "Di Pulo Mas.."
Rea : "Gw anterin ya.. Kita kerumah gw dulu.."
Lista : "Emang ga ngerepotin ?"
Rea : "Lo udah jauh-jauh kesini, dan gw juga harus kembaliin lo dalam keadaan sehat.."
Lista : "Ya udah.. Yuk.."
Aku dan Calista pergi dari tempat ini.
Tempat ini akan jadi tempat bersejarah untukku.
Vania..
Aku akan mencari keputusan yang tepat untuk 6 bulan kedepan.
Bersabarlah..
Setiap hari kami berdua bermain bersama.
Hingga akhirnya hari terakhir liburan tiba.
Mama : "Re, udah jam 5 nih.. Ga sholat shubuh ?"
Rea : "Hhmm.. Iya, Ma.."
Aku dibangunkan oleh mamaku.
Dengan segera aku ambil air wudhu dan menunaikan ibadah pagi ini.
Setelah itu, aku turun kebawah untuk menyantap sarapan bersama.
Papa : "Gimana sama Vania ?"
Rea : "Ya gitu-gitu aja sih, Pa.."
Papa : "Pas kelas XI, lo mau masuk mana ?"
Rea : "Ga ada yang minat, Pa.. Aku ga bisa IPA atau IPS.."
Mama : "Apa kamu mau pindah sekolah aja ?"
Rea : "Pindah kemana, Ma ?"
Mama : "Pindah kesekolah yang ada kelas bahasa nya.."
Rea : "...."
Mama : "Mama tau, kamu itu pintar dalam mata pelajaran bahasa manapun.."
Rea : "...."
Mama : "Gimana, Re ?"
Papa : "Kalau mau, nanti mama sama papa cariin.."
Rea : "Kalau aku pindah, Vania gimana ?"
Mama : "Masih aja mikirin Vania.."
Rea : "Aku pikir-pikir dulu deh, Ma.."
Setelah sarapan, aku naik dan masuk kekamarku.
Aku pikirkan lagi tawaran dari orang tuaku untuk pindah sekolah.
Jujur saja, aku berminat untuk pindah dan masuk kekelas bahasa karena aku menguasainya.
Tetapi, bagaimana dengan Vania ?
Vania yang membuatku berat untuk meninggalkan sekolahku yang sekarang.
Aku masuk kekamar mandi untuk membersihkan tubuhku.
Setelah itu, aku pamit keluar.
Papa : "Mau kemana ?"
Rea : "Eh Papa.. Mau main, Pa.."
Papa : "Ya udah.. Main yang bener ya.."
Rea : "Ya, Pa.. Assalamu 'alaikum.."
Papa : "Wa 'alaikum salam.."
Aku segera jalan menuju shelter bus yang ada dijalan besar dekat rumahku.
Tujuanku saat itu adalah pinggir laut.
Aku mau menenangkan pikiranku untuk memikirkan tawaran dari orang tuaku.
Sesampainya ditempat itu, aku langsung duduk dan berdiam diri.
Tak lama kemudian, ada sebuah telepon masuk.
Ada nama Vania dilayar HPku.
Quote:
Aku masih terus memikirkan bagaimana Vania.
Hanya Vania yang ada dipikiranku.
Vania..
Kalau aku pindah, Vania bagaimana..
Apa yang Vania lakukan..
Tak lama kemudian, Adrian menelponku.
Quote:
Adrian mengirimkan nomornya Calista.
Aku save nomornya dan aku telepon dia.
Quote:
Kali ini tidak salah.
Aku menelpon Calista.
Quote:
Aku memandangi lautan yang saat itu.
Ditemani angin yang berhembus dan ombak yang bergelombang.
Lalu, datanglah seorang perempuan yang sedang kupikirkan.
Vania : "Andrea.."
Rea : "Hai, Van.."
Vania lalu duduk disampingku.
Dia menyandarkan kepalanya dibahuku.
Vania : "Re.."
Rea : "Ya.."
Vania : "Ada apa ?"
Rea : "Aku.."
Vania : "...."
Rea : "Aku diminta pindah sekolah sama orang tuaku.."
Vania lansung mengangkat kepalanya dari bahuku.
Dia memalingkan pandangannya kearah lautan.
Vania : "Kapan ?"
Rea : "Tahun ajaran baru.."
Vania : "Kenapa ?"
Rea : "Orang tauku tau kalau aku ga ada kemapuan di IPA atau IPS, jadi mereka minta aku untuk pindah sekolah yang ada kelas bahasanya."
Vania : "Orang tua kamu benar kok, Re.."
Rea : "...."
Vania : "Kalau itu emang baik untuk masa depan kamu, pindah aja ga apa-apa.."
Rea : "Kamu gimana ?"
Vania : "...."
Rea : "Aku ga bisa apa-apa kalau ga ada kamu disampingku, Van.."
Vania mulai meneteskan air matanya.
Akhir-akhir ini, aku sering menyakiti hatinya.
Bahkan bisa membuat dia menangis.
Apakah hubunganku dengan Vania sudah diujung tanduk ?
Aku peluk dia.
Dia juga membalas pelukanku.
Vania : "Kamu jahat, Re.."
Rea : "Maaf, Van.."
Vania : "Tapi, kalau emang kamu mau pindah, aku ga bisa larang kamu.."
Rea : "Masih ada 6 bulan lagi.."
Vania : "6 bulan itu singkat, Re.."
Rea : "Aku masih mikirin itu.. Pindah atau ngga nya, aku belum tau.."
Vania : "Aku ga bisa jauh dari kamu.. Aku ga bisa.."
Rea : "Van.."
Vania : "Maaf, Re.. Jujur, aku ga mau kamu pindah.."
Rea : "...."
Vania : "Sampai ketemu besok..", dia berdiri lalu pergi meninggalkanku.
Aku masih ditempat ini.
Tidak beranjak kemana-mana.
Sesekali aku berdiri, duduk, tidur-tiduran, duduk dan berdiri kembali.
Yang ada dipikiranku hanya satu.
Vania Okalina.
Sampai sore hari pun tiba.
Calista menelponku.
Quote:
Sudah satu jam aku menunggu Calista.
Aku masih tidur-tiduran disini.
Aku dikagetkan dengan sesosok perempuan yang berdiri disampingku.
Dia begitu manis dan tak membuatku bosan untuk memandanginya.
Calista Candrarini.
Rea : "Eh, Lista.."
Lista : "Hhmm.. Jadi tempat ini yang sering disebut-sebut sama Vania.."
Rea : "Hehehehehe.."
Lista duduk disampingku.
Dia juga ikut memandangi lautan luas didepan sana.
Lista : "Tempat ini bagus ya.. Dapet aja lagi view nya disini.."
Rea : "Vania yang nunjukkin tempatnya pertama kali.."
Lista : "Terus, apa masalah lo, Re ?"
Rea : "Gw diminta untuk pindah sekolah, Lis.."
Lista : "Kenapa harus pindah ?"
Rea : "Karena orang tua gw mau gw masuk kelas bahasa.. Jadi mereka mau gw pindah ke sekolah yang ada kelas bahasanya.."
Lista : "Vania gimana ?"
Rea : "Itu yang ada dipikiran gw sekarang.."
Aku dan Calista sama-sama terdiam saat itu.
Suasana menjadi hening sejenak.
Mataharipun mulai terbenam.
Lista : "Langitnya bagus ya kalau lagi begini.."
Rea : "Matahari udah mulai tenggelam, Lis.."
Lista : "Kalau lo pindah, kasihan Vania.."
Rea : "...."
Lista : "Tapi, kalau lo ga pindah, pasti lo kesiksa sama pelajaran yang ga lo suka.."
Rea : "Itu yang bikin gw bingung, Lis.."
Tiba-tiba, Calista memegang tanganku.
Dia menatapku dalam.
Aku langsung memalingkan pandanganku kewajahnya yang saat itu manis sekali, dihiasi dengan rambutnya yang lurus memanjang hingga bahunya.
Kami saling bertatapan.
Lista : "Gw harap, lo jangan tinggalin Vania.. Dia sayang banget sama lo, Re.."
Rea : "Lo bener, Lis.. Pelajaran yang ga gw suka, bisa kok pelan-pelan gw pelajarin.."
Lista : "....", dia menggelengkan kepalanya.
Lista : "Jangan maksain diri lo, Re.. Masih ada 6 bulan lagi.. Lebih baik, lo pikirin dulu.."
Rea : "...."
Lista : "Lo itu cowok yang baik.. Lo itu cowok yang diminati banyak perempuan, Re.. Sikap lo, sifat lo.. Beruntungnya Vania ada dihati lo.. Kalo lo ninggalin dia, dia bakalan sakit banget.. Gw percaya sama lo, Re.. Lo bisa ambil keputusan yang tepat.. Jangan terburu-buru.. Ambil keputusan yang baik buat lo dan baik juga buat Vania.."
Rea : "Iya Lis.. Makasih ya.. Lo paling pengertian sama gw.."
Lista : "Sama-sama, Re.."
Rea : "Pulang yuk.. Rumah lo dimana ?"
Lista : "Di Pulo Mas.."
Rea : "Gw anterin ya.. Kita kerumah gw dulu.."
Lista : "Emang ga ngerepotin ?"
Rea : "Lo udah jauh-jauh kesini, dan gw juga harus kembaliin lo dalam keadaan sehat.."
Lista : "Ya udah.. Yuk.."
Aku dan Calista pergi dari tempat ini.
Tempat ini akan jadi tempat bersejarah untukku.
Vania..
Aku akan mencari keputusan yang tepat untuk 6 bulan kedepan.
Bersabarlah..
JabLai cOY memberi reputasi
2
