- Beranda
- Stories from the Heart
Pelangi Diatas Laut
...
TS
.raffertha
Pelangi Diatas Laut
Quote:
Aku duduk didepan jendela kamarku.
Melihat langit yang biru dan awan putih yang menghiasi.
Hari ini cukup cerah.
Membuatku ingin sekali pergi keluar hanya untuk berkunjung ke tempat-tempat yang menyenangkan.
Namaku Andrea Raffertha.
Aku biasa dipanggil Rea.
Aku lahir dikeluarga yang berkecukupan, walaupun teman-temanku selalu mengatakan bahwa aku adalah anak orang kaya.
Ya memang ayahku seorang pegawai negeri sipil yang golongannya sudah tinggi dengan jabatan menjanjikan.
Apa lagi ibuku.
Ibuku seorang Sekretaris Direksi Utama disebuah perusahaan milik negara.
Aku duduk dibangku Sekolah Menegah Atas kelas 10.
Dan dari sinilah kisahku dimulai.
Quote:
Spoiler for Sambutan:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Polling
0 suara
Siapakah sosok yang abadi dalam hati Andrea Raffertha ?
Diubah oleh .raffertha 14-08-2017 05:52
Arsana277 dan 5 lainnya memberi reputasi
6
838K
4.5K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.8KAnggota
Tampilkan semua post
TS
.raffertha
#852
Part 30
Mama : "Re.. Bangun.. Ya ampun.. Mau tidur sampe kapan ?"
Rea : "Ah mama.. Kan lagi libur.."
Mama : "Ya tapi jangan tidur terus dong.."
Rea : "Ngantuk, Ma.."
Mama : "Ada yang nyariin kamu nih.."
Rea : "Hhmm.. Siapa sih pagi-pagi gini ?"
Mama : "Maka nya bangun.. Udah ah.. Mama mau ke kantor.."
Pagi itu aku dibangunkan oleh mamaku.
Walaupun hari itu adalah hari kerja, tapi aku sedang libur sekolah karena baru saja menyelesaikan ujian semester.
Dan aku dikagetkan dengan kedatangan sesosok perempuan.
Dia duduk disampingku, diatas tempat tidurku.
Dengan suara yang lembut, dia mengusap kepalaku.
Vania : "Andrea Raffertha.. Bangun.. Jangan kebo gini dong.."
Rea : "Hhmm.. Ada apa Van ? Pagi-pagi kesini ?"
Vania : "Kangen kamu.."
Rea : "Kangen nya nanti siang aja ya.."
Vania : "REAA !! BANGUUNN !!", dia berteriak ditelingaku.
Rea : "Aduuhh !! Iya iya ini aku bangun.."
Vania : "Hahahahahaha.. Gitu dong.. Aku bosen dirumah makanya aku kesini.."
Rea : "Terus kalo aku udah bangun, ngapain lagi ?"
Vania : "Mandi sana.."
Rea : "Males ah.."
Vania : "Aku udah rela bangun pagi mau ketemu kamu, kamu malah begini.."
Rea : "Hhmm.."
Vania : "REAA !!!"
Hari itu, aku dibangunkan oleh suara nenek lampir.
Ya, itu Vania.
Kalau sudah marah, suaranya seperti nenek lampir.
Galaknya melebihi macan yang sedang lapar.
Rea : "Iya ini aku bangun.."
Vania : "Hahahahaha.. Gitu dong.. Cepet sana mandi.."
Aku segera bangun dari tempat tidurku.
Aku masuk kekamar mandi untuk membersihkan tubuhku.
Setelah itu, aku masuk kekamarku untuk berpakaian.
Dikamarku, Vania justru sedang tidur diatas tempat tidurku.
Rea : "Van.. Kamu ngapain tiduran disitu ?"
Vania : "Gantian.. Biar kamu ga tidur lagi.. Jadi aku bajak tempat tidurnya.."
Rea : "Aku mau pake baju nih.. Keluar dulu sana.."
Vania : "Ya pake baju aja.."
Rea : "Nanti kamu liatin aku lagi.."
Vania : "Curang.. Kamu aja udah pernah liat aku ga pake baju.. Masa aku ga boleh.."
Rea : "Dasar mak lampir.."
Vania : "Biarin.. Weeeekk.."
Setelah berpakaian, aku menghampiri Vania yang masih tiduran diatas tempat tidurku.
Rea : "Geseran.."
Vania : "Iihh.. Mau ngapain hayo.."
Rea : "Mau tiduran disamping kamu.."
Vania : "Hihihihihi.. Ya udah sini.."
Rea : "Masih pagi gini emang mau ngapain, Van ?"
Vania : "Jalan-jalan yuk.."
Rea : "Kemana ?"
Vania : "Liat pelangi.."
Rea : "Pelangi ?"
Vania : "Iya.. Diatas laut.."
Rea : "Laut ?"
Vania : "Kamu jangan pura-pura bego deh !!"
Rea : "Hahahahahaha.. Kamu lucu kalo lagi marah.."
Vania : "Jadi kamu seneng kalo aku marah ?"
Rea : "Iya.. Kalo kamu marah, tingkah kamu lucu.. Terus ngambek.. Hahahahahahaha.."
Vania : "Ya udah ayo jalan.."
Rea : "Pagi gini mah kita yang ada berantem sama orang-orang yang mau berangkat kerja, Van.."
Vania : "Iya juga ya.. Ya udah nanti aja siangan dikit.."
Kami berdua hanya tidur-tiduran diatas tempat tidurku.
Hingga akhirnya waktu menjelang siang tiba.
Kami berangkat menuju tempat dimana aku dan Vania biasa kunjungi.
40 menit perjalanan, akhirnya kami tiba.
Rea : "Sepi banget ya.."
Vania : "Iya lah.. Hari kerja.."
Rea : "Kenapa ya aku jadi tenang kalo kesini ? Liat laut.."
Vania : "Sama.. Aku juga.. Apa lagi kalo kesini berdua sama orang yang kita sayang.."
Vania : "Kamu pernah cerita kan kalo Calista ngomong sama kamu tentang aku.."
Rea : "Iya.."
Vania : "Dia bilang apa ?"
Rea : "Dia banyak cerita.. Katanya kamu itu sering curhat sama dia tentang hubungan kita.."
Vania : "...."
Rea : "Van, jujur aku kepikiran sama kata-katanya.."
Vania : "Pasti dia cerita semuanya ya.."
Rea : "Ya.. Dia bilang, kalo aku ga bisa kasih kepastian, lebih baik aku tinggalin kamu.."
Vania : "...."
Rea : "Aku sih maunya kita ga saling menjauh, Van.. Walaupun hubungan kita ga jelas dan udah melewati batas.."
Vania : "Aku juga ga mau, Re.. Aku sayang kamu.."
Rea : "Aku juga sayang kamu, Van.. Kamu perempuan pertama yang berhasil bikin perasaanku campur aduk antara senang, kesel, bingung.."
Vania : "Lebih baik kita begini aja, Re.. Sampe keadaan dan waktu yang misahin kita.."
Rea : "Ya gitu deh.. Mau gimana lagi.. Kita emang ga bisa selamanya bersama kan.."
Vania : "Kalo kita berjodoh, pasti suatu saat kita ketemu lagi.."
Rea : "Kamu ada rencana buat cari pacar baru, Van ?"
Vania : "Ada sih, tapi ga sekarang-sekarang ini.. Kamu gimana ?"
Rea : "Ngga dulu deh.. Nia masih bikin ulah.."
Vania : "Masalah sama Velina udah selesai ?"
Rea : "Belom tau aku.."
Tiba-tiba HPku bergetar.
Adrian menelponku.
Vania : "Velina lagi..", dia menunjukkan muka yang tidak senang.
Rea : "Aduh, Van.. Ada Nia di warnet.."
Vania : "Ya udah sih biarin aja.. Kita lagi berduaan disini.."
Rea : "Aku ke warnet dulu boleh ga ? Nanti aku kerumah kamu deh.."
Vania : "Mau ngapain ?"
Rea : "Kasihan Velina.."
Vania : "Velina terus !! Aku kapan !!"
Rea : "Ya nanti, Van.."
Vania : "Nanti ? Aku udah nyamperin kamu pagi-pagi.. Aku kangen mau ketemu kamu.. Kamu malah mau ketemu cewek lain.."
Rea : "Ya tapi ini.."
Vania : "BRENGSEK KAMU, RE !!", dia berdiri lalu pergi meninggalkanku.
Aku kejar dia.
Aku menahanya dan memegang tangannya.
Rea : "Van.. Tunggu dulu.."
Vania : "Apa lagi !! Kamu lebih mentingin Velina daripada aku !!"
Rea : "Bukan gitu, Van.."
Vania : "Aku mau pulang.."
Rea : "Ya udah aku anterin.."
Vania : "Ngga !! Aku bisa pulang sendiri.."
Rea : "Kamu kan perginya sama aku.."
Vania : "Bodo amat !! Urusin sana cewek baru kamu itu !!"
Vania sudah pergi dari tempat ini.
Hanya aku seorang diri disini.
Kenapa semua jadi kacau begini ?
Aku benci keadaan ini.
Karena kehadiran Nia, semua jadi kacau.
Velina sedang ketakutan.
Vania sedang dibakar api cemburu.
Aku SMS Adrian saja untuk mengabarkan.
Aku segera bangkit dari dudukku dan berjalan menuju shelter yang ada diwilayah ini.
Setelah menunggu agak lama, akhirnya bus nya datang dan aku segera naik.
30 menit kemudian, aku sampai diwarnet.
Disana masih ada Nia.
Rea : "Ngapain lo disini ?"
Nia : "Mau ketemu kamu.."
Rea : "Gw ga mau ketemu lo.."
Nia : "Terus ngapain kamu kesini ? Mau ketemu Velina ?"
Rea : "Kenapa emang nya ?"
Nia : "Liat aja kalo dia berani datang kesini, aku habisin dia.."
Rea : "Mau lo apa sih ?"
Nia : "Aku mau kita balikan.."
Rea : "Gw ga mau balikan sama lo.."
Nia : "Ya udah.. Aku tunggu Velina disini sampe kamu bilang kita balikan."
Rea : "Sakit jiwa ya lo.."
Nia : "Kan kamu yang bikin aku sakit.."
Rea : "Gara-gara lo, Vania ngambek sekarang.. Lo emang bisanya ngerusak tau ga ?"
Nia : "Hahahahahahaha.. Bagus deh.. Jadi ga capek-capek lagi aku jauhin Vania dari kamu.."
Rea : "Mending lo pergi deh dari sini.."
Nia : "Ga mau.."
Aku hiraukan dia.
Aku langsung masuk kedalam menuju ruangan belakang.
Disana ada Velina yang sedang menangis, Adrian yang sedang membujuknya, dan Roy.
Adrian : "Lama lu, pe'a.."
Rea : "Vania ngambek juga.. Gimana ga pusing gw.."
Adrian : "Nia masih ada ?"
Rea : "Masih.."
Adrian : "Roy.. Usir kek.."
Roy : "Kaga tega gw.. Liat badannya aja udah tegang nih si Junior.."
Aku menghampiri Velina yang menangis.
Dia langsung memelukku.
Velina : "Kak.. Aku takut.."
Rea : "Udah udah.. Ada aku disini.. Kamu ga bakalan kenapa-napa.."
Velina : "Tolongin aku, Kak.. Aku ga mau ada dia.."
Rea : "Iya iya.. Ini juga lagi dipikirin caranya.."
Adrian : "Lo tutup aja ini net, Roy.."
Roy : "Tutup gimana ?"
Adrian : "Masih sepi ini warnet, lo matiin lampu depan sama dalem.. Terus lo tutup terus kunci pintu dari luar.. Kita lari dari belakang.."
Rea : "Nah iya gitu aja.."
Roy : "Lah itu cewek gw kurung gitu ?"
Rea : "Iya.. Sampe gw sama Velina cabut, baru lo buka lagi.."
Adrian : "Iya.. Lo ga liat ini Velina udah kayak kambing mau dipotong ?"
Roy : "Ya udah tunggu ya.."
Roy segera masuk kedalam dan mematikan lampu.
Lalu, dia mengunci pintu belakang dan pintu depan.
Nia sudah terkurung didalam.
Aku dan Velina segera pergi dari tempat ini.
Aku ajak Velina kerumahku.
Tak lupa untuk mengabarkan kalau situasi sudah aman.
Aku bawa Velina menuju kamarku.
Rea : "Dek.. Udah aman ya sekarang.. Kamu disini dulu sampai Nia pergi.."
Velina : "Iya kak.. Ini kamar kakak ?"
Rea : "Iya.."
Velina : "Kok rapih amat, Kak ? Kayak kamar perempuan.."
Rea : "Kalo berantakan ga enak, dek.."
Tiba-tiba dia memelukku.
Velina : "Kakak mau kemana ?"
Rea : "Kebawah.."
Velina : "Jangan.. Disini aja.. Aku takut.."
Rea : "Iya iya.. Aku disini..", sambil mengusap kepalanya.
Velina.
Anak ini cantik sekali.
Dia ada didepanku sekarang.
Jantungku berdetak sangat kencang.
Aduh, kenapa jadi begini ?
Serasa aku ingin melakukan hal yang seperti aku lakukan dengan Vania.
Tidak boleh.
Dia sudah aku anggap sebagai adikku.
Mana boleh aku melakukan hal seperti itu.
Seakan-akan setan dan malaikat sedang berbisik ditelingaku.
Velina.
Wajahmu cantik sekali hari ini.
Tubuhmu sangat menggodaku.
Ah tidak boleh.
Tidak boleh.
Kenapa aku jadi berpikir yang tidak-tidak ?
Jangan sampai hal yang tak diinginkan terjadi.
Velina : "Kakak kenapa ?"
Rea : "Ngga kenapa-napa kok.."
Velina : "Kakak tegang ya ?"
Rea : "Ah.. Hahahahahaha.. Ngga kok.."
Velina : "Hhmm.. Kakak mau ?"
Rea : "Ah mama.. Kan lagi libur.."
Mama : "Ya tapi jangan tidur terus dong.."
Rea : "Ngantuk, Ma.."
Mama : "Ada yang nyariin kamu nih.."
Rea : "Hhmm.. Siapa sih pagi-pagi gini ?"
Mama : "Maka nya bangun.. Udah ah.. Mama mau ke kantor.."
Pagi itu aku dibangunkan oleh mamaku.
Walaupun hari itu adalah hari kerja, tapi aku sedang libur sekolah karena baru saja menyelesaikan ujian semester.
Dan aku dikagetkan dengan kedatangan sesosok perempuan.
Dia duduk disampingku, diatas tempat tidurku.
Dengan suara yang lembut, dia mengusap kepalaku.
Vania : "Andrea Raffertha.. Bangun.. Jangan kebo gini dong.."
Rea : "Hhmm.. Ada apa Van ? Pagi-pagi kesini ?"
Vania : "Kangen kamu.."
Rea : "Kangen nya nanti siang aja ya.."
Vania : "REAA !! BANGUUNN !!", dia berteriak ditelingaku.
Rea : "Aduuhh !! Iya iya ini aku bangun.."
Vania : "Hahahahahaha.. Gitu dong.. Aku bosen dirumah makanya aku kesini.."
Rea : "Terus kalo aku udah bangun, ngapain lagi ?"
Vania : "Mandi sana.."
Rea : "Males ah.."
Vania : "Aku udah rela bangun pagi mau ketemu kamu, kamu malah begini.."
Rea : "Hhmm.."
Vania : "REAA !!!"
Hari itu, aku dibangunkan oleh suara nenek lampir.
Ya, itu Vania.
Kalau sudah marah, suaranya seperti nenek lampir.
Galaknya melebihi macan yang sedang lapar.
Rea : "Iya ini aku bangun.."
Vania : "Hahahahaha.. Gitu dong.. Cepet sana mandi.."
Aku segera bangun dari tempat tidurku.
Aku masuk kekamar mandi untuk membersihkan tubuhku.
Setelah itu, aku masuk kekamarku untuk berpakaian.
Dikamarku, Vania justru sedang tidur diatas tempat tidurku.
Rea : "Van.. Kamu ngapain tiduran disitu ?"
Vania : "Gantian.. Biar kamu ga tidur lagi.. Jadi aku bajak tempat tidurnya.."
Rea : "Aku mau pake baju nih.. Keluar dulu sana.."
Vania : "Ya pake baju aja.."
Rea : "Nanti kamu liatin aku lagi.."
Vania : "Curang.. Kamu aja udah pernah liat aku ga pake baju.. Masa aku ga boleh.."
Rea : "Dasar mak lampir.."
Vania : "Biarin.. Weeeekk.."
Setelah berpakaian, aku menghampiri Vania yang masih tiduran diatas tempat tidurku.
Rea : "Geseran.."
Vania : "Iihh.. Mau ngapain hayo.."
Rea : "Mau tiduran disamping kamu.."
Vania : "Hihihihihi.. Ya udah sini.."
Rea : "Masih pagi gini emang mau ngapain, Van ?"
Vania : "Jalan-jalan yuk.."
Rea : "Kemana ?"
Vania : "Liat pelangi.."
Rea : "Pelangi ?"
Vania : "Iya.. Diatas laut.."
Rea : "Laut ?"
Vania : "Kamu jangan pura-pura bego deh !!"
Rea : "Hahahahahaha.. Kamu lucu kalo lagi marah.."
Vania : "Jadi kamu seneng kalo aku marah ?"
Rea : "Iya.. Kalo kamu marah, tingkah kamu lucu.. Terus ngambek.. Hahahahahahaha.."
Vania : "Ya udah ayo jalan.."
Rea : "Pagi gini mah kita yang ada berantem sama orang-orang yang mau berangkat kerja, Van.."
Vania : "Iya juga ya.. Ya udah nanti aja siangan dikit.."
Kami berdua hanya tidur-tiduran diatas tempat tidurku.
Hingga akhirnya waktu menjelang siang tiba.
Kami berangkat menuju tempat dimana aku dan Vania biasa kunjungi.
40 menit perjalanan, akhirnya kami tiba.
Rea : "Sepi banget ya.."
Vania : "Iya lah.. Hari kerja.."
Rea : "Kenapa ya aku jadi tenang kalo kesini ? Liat laut.."
Vania : "Sama.. Aku juga.. Apa lagi kalo kesini berdua sama orang yang kita sayang.."
Vania : "Kamu pernah cerita kan kalo Calista ngomong sama kamu tentang aku.."
Rea : "Iya.."
Vania : "Dia bilang apa ?"
Rea : "Dia banyak cerita.. Katanya kamu itu sering curhat sama dia tentang hubungan kita.."
Vania : "...."
Rea : "Van, jujur aku kepikiran sama kata-katanya.."
Vania : "Pasti dia cerita semuanya ya.."
Rea : "Ya.. Dia bilang, kalo aku ga bisa kasih kepastian, lebih baik aku tinggalin kamu.."
Vania : "...."
Rea : "Aku sih maunya kita ga saling menjauh, Van.. Walaupun hubungan kita ga jelas dan udah melewati batas.."
Vania : "Aku juga ga mau, Re.. Aku sayang kamu.."
Rea : "Aku juga sayang kamu, Van.. Kamu perempuan pertama yang berhasil bikin perasaanku campur aduk antara senang, kesel, bingung.."
Vania : "Lebih baik kita begini aja, Re.. Sampe keadaan dan waktu yang misahin kita.."
Rea : "Ya gitu deh.. Mau gimana lagi.. Kita emang ga bisa selamanya bersama kan.."
Vania : "Kalo kita berjodoh, pasti suatu saat kita ketemu lagi.."
Rea : "Kamu ada rencana buat cari pacar baru, Van ?"
Vania : "Ada sih, tapi ga sekarang-sekarang ini.. Kamu gimana ?"
Rea : "Ngga dulu deh.. Nia masih bikin ulah.."
Vania : "Masalah sama Velina udah selesai ?"
Rea : "Belom tau aku.."
Tiba-tiba HPku bergetar.
Adrian menelponku.
Quote:
Vania : "Velina lagi..", dia menunjukkan muka yang tidak senang.
Rea : "Aduh, Van.. Ada Nia di warnet.."
Vania : "Ya udah sih biarin aja.. Kita lagi berduaan disini.."
Rea : "Aku ke warnet dulu boleh ga ? Nanti aku kerumah kamu deh.."
Vania : "Mau ngapain ?"
Rea : "Kasihan Velina.."
Vania : "Velina terus !! Aku kapan !!"
Rea : "Ya nanti, Van.."
Vania : "Nanti ? Aku udah nyamperin kamu pagi-pagi.. Aku kangen mau ketemu kamu.. Kamu malah mau ketemu cewek lain.."
Rea : "Ya tapi ini.."
Vania : "BRENGSEK KAMU, RE !!", dia berdiri lalu pergi meninggalkanku.
Aku kejar dia.
Aku menahanya dan memegang tangannya.
Rea : "Van.. Tunggu dulu.."
Vania : "Apa lagi !! Kamu lebih mentingin Velina daripada aku !!"
Rea : "Bukan gitu, Van.."
Vania : "Aku mau pulang.."
Rea : "Ya udah aku anterin.."
Vania : "Ngga !! Aku bisa pulang sendiri.."
Rea : "Kamu kan perginya sama aku.."
Vania : "Bodo amat !! Urusin sana cewek baru kamu itu !!"
Vania sudah pergi dari tempat ini.
Hanya aku seorang diri disini.
Kenapa semua jadi kacau begini ?
Aku benci keadaan ini.
Karena kehadiran Nia, semua jadi kacau.
Velina sedang ketakutan.
Vania sedang dibakar api cemburu.
Aku SMS Adrian saja untuk mengabarkan.
Quote:
Aku segera bangkit dari dudukku dan berjalan menuju shelter yang ada diwilayah ini.
Setelah menunggu agak lama, akhirnya bus nya datang dan aku segera naik.
30 menit kemudian, aku sampai diwarnet.
Disana masih ada Nia.
Rea : "Ngapain lo disini ?"
Nia : "Mau ketemu kamu.."
Rea : "Gw ga mau ketemu lo.."
Nia : "Terus ngapain kamu kesini ? Mau ketemu Velina ?"
Rea : "Kenapa emang nya ?"
Nia : "Liat aja kalo dia berani datang kesini, aku habisin dia.."
Rea : "Mau lo apa sih ?"
Nia : "Aku mau kita balikan.."
Rea : "Gw ga mau balikan sama lo.."
Nia : "Ya udah.. Aku tunggu Velina disini sampe kamu bilang kita balikan."
Rea : "Sakit jiwa ya lo.."
Nia : "Kan kamu yang bikin aku sakit.."
Rea : "Gara-gara lo, Vania ngambek sekarang.. Lo emang bisanya ngerusak tau ga ?"
Nia : "Hahahahahahaha.. Bagus deh.. Jadi ga capek-capek lagi aku jauhin Vania dari kamu.."
Rea : "Mending lo pergi deh dari sini.."
Nia : "Ga mau.."
Aku hiraukan dia.
Aku langsung masuk kedalam menuju ruangan belakang.
Disana ada Velina yang sedang menangis, Adrian yang sedang membujuknya, dan Roy.
Adrian : "Lama lu, pe'a.."
Rea : "Vania ngambek juga.. Gimana ga pusing gw.."
Adrian : "Nia masih ada ?"
Rea : "Masih.."
Adrian : "Roy.. Usir kek.."
Roy : "Kaga tega gw.. Liat badannya aja udah tegang nih si Junior.."
Aku menghampiri Velina yang menangis.
Dia langsung memelukku.
Velina : "Kak.. Aku takut.."
Rea : "Udah udah.. Ada aku disini.. Kamu ga bakalan kenapa-napa.."
Velina : "Tolongin aku, Kak.. Aku ga mau ada dia.."
Rea : "Iya iya.. Ini juga lagi dipikirin caranya.."
Adrian : "Lo tutup aja ini net, Roy.."
Roy : "Tutup gimana ?"
Adrian : "Masih sepi ini warnet, lo matiin lampu depan sama dalem.. Terus lo tutup terus kunci pintu dari luar.. Kita lari dari belakang.."
Rea : "Nah iya gitu aja.."
Roy : "Lah itu cewek gw kurung gitu ?"
Rea : "Iya.. Sampe gw sama Velina cabut, baru lo buka lagi.."
Adrian : "Iya.. Lo ga liat ini Velina udah kayak kambing mau dipotong ?"
Roy : "Ya udah tunggu ya.."
Roy segera masuk kedalam dan mematikan lampu.
Lalu, dia mengunci pintu belakang dan pintu depan.
Nia sudah terkurung didalam.
Aku dan Velina segera pergi dari tempat ini.
Aku ajak Velina kerumahku.
Tak lupa untuk mengabarkan kalau situasi sudah aman.
Aku bawa Velina menuju kamarku.
Rea : "Dek.. Udah aman ya sekarang.. Kamu disini dulu sampai Nia pergi.."
Velina : "Iya kak.. Ini kamar kakak ?"
Rea : "Iya.."
Velina : "Kok rapih amat, Kak ? Kayak kamar perempuan.."
Rea : "Kalo berantakan ga enak, dek.."
Tiba-tiba dia memelukku.
Velina : "Kakak mau kemana ?"
Rea : "Kebawah.."
Velina : "Jangan.. Disini aja.. Aku takut.."
Rea : "Iya iya.. Aku disini..", sambil mengusap kepalanya.
Velina.
Anak ini cantik sekali.
Dia ada didepanku sekarang.
Jantungku berdetak sangat kencang.
Aduh, kenapa jadi begini ?
Serasa aku ingin melakukan hal yang seperti aku lakukan dengan Vania.
Tidak boleh.
Dia sudah aku anggap sebagai adikku.
Mana boleh aku melakukan hal seperti itu.
Seakan-akan setan dan malaikat sedang berbisik ditelingaku.
Velina.
Wajahmu cantik sekali hari ini.
Tubuhmu sangat menggodaku.
Ah tidak boleh.
Tidak boleh.
Kenapa aku jadi berpikir yang tidak-tidak ?
Jangan sampai hal yang tak diinginkan terjadi.
Velina : "Kakak kenapa ?"
Rea : "Ngga kenapa-napa kok.."
Velina : "Kakak tegang ya ?"
Rea : "Ah.. Hahahahahaha.. Ngga kok.."
Velina : "Hhmm.. Kakak mau ?"
Diubah oleh .raffertha 26-11-2016 09:28
JabLai cOY memberi reputasi
2
