- Beranda
- Stories from the Heart
Pelangi Diatas Laut
...
TS
.raffertha
Pelangi Diatas Laut
Quote:
Aku duduk didepan jendela kamarku.
Melihat langit yang biru dan awan putih yang menghiasi.
Hari ini cukup cerah.
Membuatku ingin sekali pergi keluar hanya untuk berkunjung ke tempat-tempat yang menyenangkan.
Namaku Andrea Raffertha.
Aku biasa dipanggil Rea.
Aku lahir dikeluarga yang berkecukupan, walaupun teman-temanku selalu mengatakan bahwa aku adalah anak orang kaya.
Ya memang ayahku seorang pegawai negeri sipil yang golongannya sudah tinggi dengan jabatan menjanjikan.
Apa lagi ibuku.
Ibuku seorang Sekretaris Direksi Utama disebuah perusahaan milik negara.
Aku duduk dibangku Sekolah Menegah Atas kelas 10.
Dan dari sinilah kisahku dimulai.
Quote:
Spoiler for Sambutan:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Polling
0 suara
Siapakah sosok yang abadi dalam hati Andrea Raffertha ?
Diubah oleh .raffertha 14-08-2017 05:52
Arsana277 dan 5 lainnya memberi reputasi
6
838K
4.5K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.8KAnggota
Tampilkan semua post
TS
.raffertha
#631
Part 24
Tibalah dimana aku harus mengerjakan soal-soal yang menyebalkan ini.
Kenapa menyebalkan ?
Karena perasaanku yang hancur ini, belum sembuh sepenuhnya.
Pikiranku masih terbayang-bayang dengan Vania.
Selama ujian, aku dengan Vania dipisah oleh 2 kelas.
Dan ada 2 jam masuk disini.
Pagi dan Siang.
Kebetulan, aku dan sebagian kelas XII masuk jam pagi.
Waktu istirahat tiba, aku segera meluncur ke markas gengku.
Belakang laboratorium bahasa.
Disana sudah ada Kevin, Farrel, dan Valen.
Farrel : "Oi, Re.."
Kevin : "Kusut amat lo.."
Rea : "Zabir mana ?"
Valen : "Lagi beli makanan.."
Farrel : "Itu Zabir.."
Zabir datang dengan membawa cemilan dan minuman kaleng.
Zabir : "Lo kenapa, Re ?"
Rea : "Vania ninggalin gw sekarang.."
Zabir : "Lah.. Kenapa emangnya ?"
Rea : "Gara-gara gw sering main sama Velina, dia cemburu.. Terus dia kemarin kan nanya ke gw.. Mau pacaran aja atau ngga.."
Farrel : "Terus lo jawab apa ?"
Rea : "Gw jawab ngga mau.. Gw males kalo nanti Vania jadi sama gw, Nia bakalan berulah lagi.. Terus juga alesan dia yang gw ga mau terima.."
Zabir : "Coba, lo ceritain dah.. Alasan apa emang ?"
Rea : "Dia mau gw tuh ga deket-deket cewek lain.. Dia ga rela deh kalo ada cewek deketin gw.. Termasuk si Velina ini.. Lo tau sendiri gw sama Velina tuh biasa aja.. Ga pake perasaan juga hubungan gw.. Terus gw harus temenan sama cowok doang gitu ? Gw juga kan pengen punya temen cewek.."
Kevin : "Bener lo.. Kita jadi cowok, jangan mau diatur-atur gitu.."
Zabir : "Tapi, Vania ada benernya juga.."
Rea : "Bener gimana ?"
Zabir : "Gw tanya dah sama lo.. Lo pernah larang dia deket sama cowok lain ?"
Rea : "Ngga.."
Zabir : "Terus, Vania deket- deket cowok lain ga ?"
Rea : "Ngga juga.."
Zabir : "Nah itu dia.. Dia ga lo larang aja, masih setia sama lo.. Lo malah main bareng sama Velina.. Jelas dia marah.."
Rea : "...."
Zabir : "Lo inget pesen nyokap lo.. Jaga dia.. Jangan malah lo sakitin.."
Rea : "Gw harus gimana ?"
Zabir : "Kejar dia.. Walaupun ga jadi pacar, hubungan baik sama dia harus tetep lo jaga.."
Kevin : "Lo harus minta maaf sama dia, Re.."
Farrel : "Cumi ! Lo tadi belain Rea.. Sekarang belain Vania.."
Kevin : "Hehehehehehe.."
Valen : "Pas lo berangkat, lo bareng Vania ?"
Rea : "Ngga.."
Valen : "Tiap pagi, masih suka bangunin ?"
Rea : "Gw sih telpon dia, tapi sama di di reject.."
Valen : "Kenapa lo masih bangunin dia ?"
Rea : "Karena gw udah janji mau bangunin dia tiap pagi.."
Zabir : "Besok, jangan bangunin dia, Re.."
Rea : "Kenapa ?"
Zabir : "Liat, bisa apa dia tanpa kehadiran lo.."
Farrel : "Bener tuh.."
Rea : "Oke dah.. Thanks ya buat kalian.. Gw jadi rada lega sekarang.. Gw balik kelas deh.. Kasian si Adrian.."
Zabir : "Sip, besok ajak Adrian nongkrong aja disini.."
Aku kembali kekelasku.
Aku melewati kelas, dimana ada Vania disitu.
Aku hanya bisa menatapnya dari luar jendela.
Adrian : "Oi.. Balik dari sini, ke net ga ?"
Rea : "Harus.. Gw mumet.. Seenggaknya, main RAN bisa bikin gw lupa sejenak sama masalah gw.."
Adrian : "Kenapa lagi lo ?"
Rea : "Vania.."
Adrian : "Kenapa ?"
Rea : "Dia ga mau lanjutin hubungan sama gw.."
Adrian : "Ah ? Yang bener lo ?"
Rea : "Iya.. Gara-gara dia tau kalo gw deket sama Velina.."
Adrian : "Lah.. Velina kan deket juga sama gw.. Aneh.."
Rea : "Bingung gw juga jelasinnya.."
Adrian : "Sabar, Re.. Kita main sampe puas nanti.."
Rea : "Atur aja.."
Bel masuk tiba.
Waktunya aku mengerjakan soal ujian pelajaran selanjutnya.
Seperti biasa, aku masih tidak bisa berkonsnterasi mengerjakan soal ini.
Sampai akhirnya bel pulang pun tiba.
Adrian : "Yok.."
Rea : "Duluan aja, Dri.. Gw ga mau papasan sama Vania.."
Adrian : "Buset.. Segitunya lo.. Ya udah.. Duluan gw.. Gw booking nanti PC buat lo.."
Rea : "Sip.. Thanks, Dri.."
Sunyi suasana dikelas ini.
Aku hanya ditemani butiran debu yang berserakan dilantai dan bangku yang terbuat dari kayu.
Angin berhembus melewati jendela kelas, membuat pikiranku akan Vania makin mengental.
Aku rebahkan kepalaku diatas meja dengan tangan yang terlipat.
Aku mencium aroma parfum yang khas dari seorang perempuan yang aku kenal.
Tiba-tiba dia duduk disampingku, dan mengusap kepalaku.
Vania..
Sedang apa kamu disini ?
Sengaja aku disini untuk menghindar darimu.
Aku angkat kepalaku dan aku tatap wajahnya.
Dia hanya senyum kepadaku, lalu berdiri dan pergi.
Tanpa mengucapkan satu patah katapun.
Sudah setengah jam dia berlalu.
Akupun beranjak dari kelas ini.
Aku berjalan perlahan ditemani kerikil-kerikil kecil aspal jalanan.
Aku tak percaya.
Ada sesosok perempuan dengan wajah cantiknya sedang duduk dibangku halte bus dekat sekolahku.
Dengan kepala tertunduk sambil memainkan kakinya.
Aku pikir, dia sudah kembali kerumahnya.
Aku hampiri dia.
Dia berdiri dan menatapki.
Lalu, dia tersenyum dan berjalan menuju angkutan umum.
Kami naik berdua.
Tak ada satupun yang berani memulai percakapan.
Lebih baik aku pulang sendiri daripada harus berdua dengan perempuan yang saat ini tak bisa kulupakan dan masih aku sayang tanpa percakapan sepatah katapun.
Sampai akhirnya, dia turun dan berjalan kerumahnya.
10 menit kemudian, sampailah aku diwarnet dekat rumahku.
Rea : "Roy, 10 jam.."
Roy : "Buset.."
Rea : "Gw bayar.. Takut amat sih.."
Aku duduk di PC yang sudah dibooking oleh Adrian.
Adrian : "Ready ?"
Rea : "Yuk.."
Mulailah permainanku dengan Adrian.
Aku dan Adrian menaikkan level bersama-sama.
Satu jam kemudian, datanglah Velina.
Dia langsung memelukku dari belakang.
Velina : "Kak Rea.."
Rea : "Aduh.. Ganggu aja sih, dek.."
Velina : "Galak ih.. Kak Adrian..", sambil memeluk Adrian.
Adrian : "Vel, duh.. Mati nih aku ntar.."
Velina : "Pada serius banget sih.."
Adrian : "Iya.. Rea lagi kusut.."
Rea : "Berisik lu.."
Velina : "Kenapa, Kak ?"
Rea : "Nanti aku ceritain kalo aku udah selesai main.."
Velina : "Hhmm.. Oke deh.."
Velina login di PC yang ada didalam.
Karena aku dan Adrian ada diluar, tempat ini penuh dengan lelaki dan asap rokok tentunya.
Siang itu, adzan dzuhur sudah berkumandang.
Aku dan Adrian memutuskan untuk istirahat sejenak untuk shalat dan makan siang.
Rea : "Yuk.."
Adrian : "Ayo, shalat dulu baru makan.. Eh Velina ajakin.."
Aku masuk kedalam untuk mengajak Velina.
Rea : "Ayo Vel.. Mau ikut ga ?"
Velina : "Kemana ?"
Rea : "Shalat, terus makan.."
Roy : "Ikut gw.."
Rea : "Sompret.. Siapa yang ngajakin lo ?"
Roy : "Gw juga mau dapet pahala, kampret.."
Aku, Adrian, Velina, dan Roy berjalan menuju masjid didekat warnet.
Setelah shalat, kami mencari makan untuk makan siang.
Velina : "Kak Rea.. Cerita sama aku soal tadi.."
Rea : "Yang mana ?"
Velina : "Itu loh soal kakak lagi kusut.."
Rea : "Oh.. Vania ninggalin aku, dek.."
Velina : "Kenapa ?"
Rea : "Karena aku deket sama cewek lain.."
Velina : "Lagian kakak sendiri deket-deket cewek lain.. Hahahahahahaha.. Jelas Kak Vania marah.. Emang ceweknya siapa, Kak ?"
Rea : "Kamu, Dek.."
Velina : "...."
Suasana menjadi hening seketika.
Adrian : "Kenapa diem, Vel ?"
Velina : "....", dia hanya menggelengkan kepalanya.
Adrian : "Habisin makannya.."
Velina : "Tiba-tiba aku ga nafsu, Kak.."
Lalu, Roy bicara padaku dengan berbisik-bisik.
Roy : "Lo kalo cerita soal kaya beginian, jangan langsung lo bilang dia penyebabnya.."
Rea : "Kenapa emangnya ?"
Roy : "Cewek itu sensitif dan main perasaan.. Apa lagi Velina masih bocah SMP.."
Rea : "Yah.. Gw kudu gimana ?"
Roy : "Ga tau dah gw kalo gitu.. Lo harus hibur dia.."
Adrian : "Lo ngomongin apaan, Roy ?"
Roy : "Ngomongin lo, lo jelek kaya monyet.."
Adrian : "Sue lo emang.."
Setelah selesai makan, kami semua kembali kewarnet untuk melanjutkan permainan kami.
Adrian sudah memulai permainan.
Tetapi, aku memilih untuk menemui Velina terlebih dahulu.
Rea : "Dek.."
Velina : "Apa kak ?"
Rea : "Kamu kenapa ?"
Velina : "Ga apa-apa, kak.."
Rea : "Bohong.."
Velina : "Kita ngomong dibelakang aja.. Disini banyak orang.."
Rea : "Ya udah.. Roy.. Gw kebelakang bentar.."
Roy : "Yo.. jangan mesum lo berdua.."
Velina mengambil gelas berisi air dan menyiramnya ke muka Roy.
Roy : "Sompret.."
Velina : "Bang Roy sembarangan kalo ngomong.."
Roy : "Hehehehehe.. Udah sana cepetan.."
Aku dan Velina menuju keruangan belakang.
Disitu Velina langsung menangis didepanku.
Velina : "Kakak tuh nyakitin banget omongannya.."
Rea : "Kenapa ?"
Velina : "Tau-tau aku yang disalahin.. Bilang kek di awal maaf bukan ga maksud nuduh atau apa lah.. Ini malah langsung bilang aku.. Seakan-akan aku jadi tertuduh, Kak.."
Rea : "Maafin aku dek.. Aku ga maksud begitu.."
Velina : "Kakak jahat banget sumpah.."
Rea : "...."
Velina : "Maafin aku kalo udah jadi perusak hubungan kakak sama Vania.. Mulai sekarang aku ga deket-deket kakak lagi deh.."
Rea : "Ngga, Dek.. Ga gitu juga.."
Velina : "Tinggalin aku sendiri disini.. Aku malu mau kedepan.."
Rea : "Ya udah deh.."
Aku berjalan dengan cepat menuju kedepan.
Roy : "Mana tuh bocah ?"
Rea : "Nangis.."
Roy : "Apa gw bilang.."
Lalu aku menghampiri Adrian.
Rea : "Dri.. Gw kedepan bentar.."
Adrian : "Kenapa ?"
Rea : "Velina ngambek.."
Aku pergi ke mini market dekat warnet.
Aku beli sebatang cokelat dan sebungkus es krim vanila.
Lalu aku kembali keruangan belakang.
Masih ada Velina sedang tertunduk sambil menangis.
Rea : "Nih.."
Velina : "....", dia menerima pemberianku dan langsung memakan es krim dariku.
Rea : "Enak ?"
Velina : "....", dia hanya mengangguk.
Rea : "Maafin aku ya, dek.."
Velina : "....", dia mengangguk lagi.
Rea : "Aku ga maksud nuduh kamu jadi tersangka.. Hubunganku sama Vania sekarang udah hancur.. Memang salahku karena aku ga bisa jadi pacarnya.."
Velina : "...."
Velina : "Kak.."
Rea : "Iya.."
Velina : "Enak.."
Rea : "Ya iyalah kamu yang enak.. Aku yang bangkrut.."
Velina : "Hehehehehehe.."
Rea : "Nah.. Gitu dong senyum.. Kalo kaya gitu kan cantik.."
Velina : "Ah, Kakak.. Jangan bilang gitu.. Aku malu.."
Rea : "Hahahahahahaha.. Adekku mukanya merah.."
Setelah itu, aku kembali melanjutkan permainanku yang tertunda hingga malam hari.
Malam itu, aku langsung pulang kerumah dan merebahkan tubuhku ditempat tidurku.
Aku beristirahat untuk mempersiapkan diri menghadapi ujian semester esok hari.
Kenapa menyebalkan ?
Karena perasaanku yang hancur ini, belum sembuh sepenuhnya.
Pikiranku masih terbayang-bayang dengan Vania.
Selama ujian, aku dengan Vania dipisah oleh 2 kelas.
Dan ada 2 jam masuk disini.
Pagi dan Siang.
Kebetulan, aku dan sebagian kelas XII masuk jam pagi.
Waktu istirahat tiba, aku segera meluncur ke markas gengku.
Belakang laboratorium bahasa.
Disana sudah ada Kevin, Farrel, dan Valen.
Farrel : "Oi, Re.."
Kevin : "Kusut amat lo.."
Rea : "Zabir mana ?"
Valen : "Lagi beli makanan.."
Farrel : "Itu Zabir.."
Zabir datang dengan membawa cemilan dan minuman kaleng.
Zabir : "Lo kenapa, Re ?"
Rea : "Vania ninggalin gw sekarang.."
Zabir : "Lah.. Kenapa emangnya ?"
Rea : "Gara-gara gw sering main sama Velina, dia cemburu.. Terus dia kemarin kan nanya ke gw.. Mau pacaran aja atau ngga.."
Farrel : "Terus lo jawab apa ?"
Rea : "Gw jawab ngga mau.. Gw males kalo nanti Vania jadi sama gw, Nia bakalan berulah lagi.. Terus juga alesan dia yang gw ga mau terima.."
Zabir : "Coba, lo ceritain dah.. Alasan apa emang ?"
Rea : "Dia mau gw tuh ga deket-deket cewek lain.. Dia ga rela deh kalo ada cewek deketin gw.. Termasuk si Velina ini.. Lo tau sendiri gw sama Velina tuh biasa aja.. Ga pake perasaan juga hubungan gw.. Terus gw harus temenan sama cowok doang gitu ? Gw juga kan pengen punya temen cewek.."
Kevin : "Bener lo.. Kita jadi cowok, jangan mau diatur-atur gitu.."
Zabir : "Tapi, Vania ada benernya juga.."
Rea : "Bener gimana ?"
Zabir : "Gw tanya dah sama lo.. Lo pernah larang dia deket sama cowok lain ?"
Rea : "Ngga.."
Zabir : "Terus, Vania deket- deket cowok lain ga ?"
Rea : "Ngga juga.."
Zabir : "Nah itu dia.. Dia ga lo larang aja, masih setia sama lo.. Lo malah main bareng sama Velina.. Jelas dia marah.."
Rea : "...."
Zabir : "Lo inget pesen nyokap lo.. Jaga dia.. Jangan malah lo sakitin.."
Rea : "Gw harus gimana ?"
Zabir : "Kejar dia.. Walaupun ga jadi pacar, hubungan baik sama dia harus tetep lo jaga.."
Kevin : "Lo harus minta maaf sama dia, Re.."
Farrel : "Cumi ! Lo tadi belain Rea.. Sekarang belain Vania.."
Kevin : "Hehehehehehe.."
Valen : "Pas lo berangkat, lo bareng Vania ?"
Rea : "Ngga.."
Valen : "Tiap pagi, masih suka bangunin ?"
Rea : "Gw sih telpon dia, tapi sama di di reject.."
Valen : "Kenapa lo masih bangunin dia ?"
Rea : "Karena gw udah janji mau bangunin dia tiap pagi.."
Zabir : "Besok, jangan bangunin dia, Re.."
Rea : "Kenapa ?"
Zabir : "Liat, bisa apa dia tanpa kehadiran lo.."
Farrel : "Bener tuh.."
Rea : "Oke dah.. Thanks ya buat kalian.. Gw jadi rada lega sekarang.. Gw balik kelas deh.. Kasian si Adrian.."
Zabir : "Sip, besok ajak Adrian nongkrong aja disini.."
Aku kembali kekelasku.
Aku melewati kelas, dimana ada Vania disitu.
Aku hanya bisa menatapnya dari luar jendela.
Adrian : "Oi.. Balik dari sini, ke net ga ?"
Rea : "Harus.. Gw mumet.. Seenggaknya, main RAN bisa bikin gw lupa sejenak sama masalah gw.."
Adrian : "Kenapa lagi lo ?"
Rea : "Vania.."
Adrian : "Kenapa ?"
Rea : "Dia ga mau lanjutin hubungan sama gw.."
Adrian : "Ah ? Yang bener lo ?"
Rea : "Iya.. Gara-gara dia tau kalo gw deket sama Velina.."
Adrian : "Lah.. Velina kan deket juga sama gw.. Aneh.."
Rea : "Bingung gw juga jelasinnya.."
Adrian : "Sabar, Re.. Kita main sampe puas nanti.."
Rea : "Atur aja.."
Bel masuk tiba.
Waktunya aku mengerjakan soal ujian pelajaran selanjutnya.
Seperti biasa, aku masih tidak bisa berkonsnterasi mengerjakan soal ini.
Sampai akhirnya bel pulang pun tiba.
Adrian : "Yok.."
Rea : "Duluan aja, Dri.. Gw ga mau papasan sama Vania.."
Adrian : "Buset.. Segitunya lo.. Ya udah.. Duluan gw.. Gw booking nanti PC buat lo.."
Rea : "Sip.. Thanks, Dri.."
Sunyi suasana dikelas ini.
Aku hanya ditemani butiran debu yang berserakan dilantai dan bangku yang terbuat dari kayu.
Angin berhembus melewati jendela kelas, membuat pikiranku akan Vania makin mengental.
Aku rebahkan kepalaku diatas meja dengan tangan yang terlipat.
Aku mencium aroma parfum yang khas dari seorang perempuan yang aku kenal.
Tiba-tiba dia duduk disampingku, dan mengusap kepalaku.
Vania..
Sedang apa kamu disini ?
Sengaja aku disini untuk menghindar darimu.
Aku angkat kepalaku dan aku tatap wajahnya.
Dia hanya senyum kepadaku, lalu berdiri dan pergi.
Tanpa mengucapkan satu patah katapun.
Sudah setengah jam dia berlalu.
Akupun beranjak dari kelas ini.
Aku berjalan perlahan ditemani kerikil-kerikil kecil aspal jalanan.
Aku tak percaya.
Ada sesosok perempuan dengan wajah cantiknya sedang duduk dibangku halte bus dekat sekolahku.
Dengan kepala tertunduk sambil memainkan kakinya.
Aku pikir, dia sudah kembali kerumahnya.
Aku hampiri dia.
Dia berdiri dan menatapki.
Lalu, dia tersenyum dan berjalan menuju angkutan umum.
Kami naik berdua.
Tak ada satupun yang berani memulai percakapan.
Lebih baik aku pulang sendiri daripada harus berdua dengan perempuan yang saat ini tak bisa kulupakan dan masih aku sayang tanpa percakapan sepatah katapun.
Sampai akhirnya, dia turun dan berjalan kerumahnya.
10 menit kemudian, sampailah aku diwarnet dekat rumahku.
Rea : "Roy, 10 jam.."
Roy : "Buset.."
Rea : "Gw bayar.. Takut amat sih.."
Aku duduk di PC yang sudah dibooking oleh Adrian.
Adrian : "Ready ?"
Rea : "Yuk.."
Mulailah permainanku dengan Adrian.
Aku dan Adrian menaikkan level bersama-sama.
Satu jam kemudian, datanglah Velina.
Dia langsung memelukku dari belakang.
Velina : "Kak Rea.."
Rea : "Aduh.. Ganggu aja sih, dek.."
Velina : "Galak ih.. Kak Adrian..", sambil memeluk Adrian.
Adrian : "Vel, duh.. Mati nih aku ntar.."
Velina : "Pada serius banget sih.."
Adrian : "Iya.. Rea lagi kusut.."
Rea : "Berisik lu.."
Velina : "Kenapa, Kak ?"
Rea : "Nanti aku ceritain kalo aku udah selesai main.."
Velina : "Hhmm.. Oke deh.."
Velina login di PC yang ada didalam.
Karena aku dan Adrian ada diluar, tempat ini penuh dengan lelaki dan asap rokok tentunya.
Siang itu, adzan dzuhur sudah berkumandang.
Aku dan Adrian memutuskan untuk istirahat sejenak untuk shalat dan makan siang.
Rea : "Yuk.."
Adrian : "Ayo, shalat dulu baru makan.. Eh Velina ajakin.."
Aku masuk kedalam untuk mengajak Velina.
Rea : "Ayo Vel.. Mau ikut ga ?"
Velina : "Kemana ?"
Rea : "Shalat, terus makan.."
Roy : "Ikut gw.."
Rea : "Sompret.. Siapa yang ngajakin lo ?"
Roy : "Gw juga mau dapet pahala, kampret.."
Aku, Adrian, Velina, dan Roy berjalan menuju masjid didekat warnet.
Setelah shalat, kami mencari makan untuk makan siang.
Velina : "Kak Rea.. Cerita sama aku soal tadi.."
Rea : "Yang mana ?"
Velina : "Itu loh soal kakak lagi kusut.."
Rea : "Oh.. Vania ninggalin aku, dek.."
Velina : "Kenapa ?"
Rea : "Karena aku deket sama cewek lain.."
Velina : "Lagian kakak sendiri deket-deket cewek lain.. Hahahahahahaha.. Jelas Kak Vania marah.. Emang ceweknya siapa, Kak ?"
Rea : "Kamu, Dek.."
Velina : "...."
Suasana menjadi hening seketika.
Adrian : "Kenapa diem, Vel ?"
Velina : "....", dia hanya menggelengkan kepalanya.
Adrian : "Habisin makannya.."
Velina : "Tiba-tiba aku ga nafsu, Kak.."
Lalu, Roy bicara padaku dengan berbisik-bisik.
Roy : "Lo kalo cerita soal kaya beginian, jangan langsung lo bilang dia penyebabnya.."
Rea : "Kenapa emangnya ?"
Roy : "Cewek itu sensitif dan main perasaan.. Apa lagi Velina masih bocah SMP.."
Rea : "Yah.. Gw kudu gimana ?"
Roy : "Ga tau dah gw kalo gitu.. Lo harus hibur dia.."
Adrian : "Lo ngomongin apaan, Roy ?"
Roy : "Ngomongin lo, lo jelek kaya monyet.."
Adrian : "Sue lo emang.."
Setelah selesai makan, kami semua kembali kewarnet untuk melanjutkan permainan kami.
Adrian sudah memulai permainan.
Tetapi, aku memilih untuk menemui Velina terlebih dahulu.
Rea : "Dek.."
Velina : "Apa kak ?"
Rea : "Kamu kenapa ?"
Velina : "Ga apa-apa, kak.."
Rea : "Bohong.."
Velina : "Kita ngomong dibelakang aja.. Disini banyak orang.."
Rea : "Ya udah.. Roy.. Gw kebelakang bentar.."
Roy : "Yo.. jangan mesum lo berdua.."
Velina mengambil gelas berisi air dan menyiramnya ke muka Roy.
Roy : "Sompret.."
Velina : "Bang Roy sembarangan kalo ngomong.."
Roy : "Hehehehehe.. Udah sana cepetan.."
Aku dan Velina menuju keruangan belakang.
Disitu Velina langsung menangis didepanku.
Velina : "Kakak tuh nyakitin banget omongannya.."
Rea : "Kenapa ?"
Velina : "Tau-tau aku yang disalahin.. Bilang kek di awal maaf bukan ga maksud nuduh atau apa lah.. Ini malah langsung bilang aku.. Seakan-akan aku jadi tertuduh, Kak.."
Rea : "Maafin aku dek.. Aku ga maksud begitu.."
Velina : "Kakak jahat banget sumpah.."
Rea : "...."
Velina : "Maafin aku kalo udah jadi perusak hubungan kakak sama Vania.. Mulai sekarang aku ga deket-deket kakak lagi deh.."
Rea : "Ngga, Dek.. Ga gitu juga.."
Velina : "Tinggalin aku sendiri disini.. Aku malu mau kedepan.."
Rea : "Ya udah deh.."
Aku berjalan dengan cepat menuju kedepan.
Roy : "Mana tuh bocah ?"
Rea : "Nangis.."
Roy : "Apa gw bilang.."
Lalu aku menghampiri Adrian.
Rea : "Dri.. Gw kedepan bentar.."
Adrian : "Kenapa ?"
Rea : "Velina ngambek.."
Aku pergi ke mini market dekat warnet.
Aku beli sebatang cokelat dan sebungkus es krim vanila.
Lalu aku kembali keruangan belakang.
Masih ada Velina sedang tertunduk sambil menangis.
Rea : "Nih.."
Velina : "....", dia menerima pemberianku dan langsung memakan es krim dariku.
Rea : "Enak ?"
Velina : "....", dia hanya mengangguk.
Rea : "Maafin aku ya, dek.."
Velina : "....", dia mengangguk lagi.
Rea : "Aku ga maksud nuduh kamu jadi tersangka.. Hubunganku sama Vania sekarang udah hancur.. Memang salahku karena aku ga bisa jadi pacarnya.."
Velina : "...."
Velina : "Kak.."
Rea : "Iya.."
Velina : "Enak.."
Rea : "Ya iyalah kamu yang enak.. Aku yang bangkrut.."
Velina : "Hehehehehehe.."
Rea : "Nah.. Gitu dong senyum.. Kalo kaya gitu kan cantik.."
Velina : "Ah, Kakak.. Jangan bilang gitu.. Aku malu.."
Rea : "Hahahahahahaha.. Adekku mukanya merah.."
Setelah itu, aku kembali melanjutkan permainanku yang tertunda hingga malam hari.
Malam itu, aku langsung pulang kerumah dan merebahkan tubuhku ditempat tidurku.
Aku beristirahat untuk mempersiapkan diri menghadapi ujian semester esok hari.
Diubah oleh .raffertha 22-11-2016 19:38
JabLai cOY dan Arsana277 memberi reputasi
3
