- Beranda
- Stories from the Heart
Pelangi Diatas Laut
...
TS
.raffertha
Pelangi Diatas Laut
Quote:
Aku duduk didepan jendela kamarku.
Melihat langit yang biru dan awan putih yang menghiasi.
Hari ini cukup cerah.
Membuatku ingin sekali pergi keluar hanya untuk berkunjung ke tempat-tempat yang menyenangkan.
Namaku Andrea Raffertha.
Aku biasa dipanggil Rea.
Aku lahir dikeluarga yang berkecukupan, walaupun teman-temanku selalu mengatakan bahwa aku adalah anak orang kaya.
Ya memang ayahku seorang pegawai negeri sipil yang golongannya sudah tinggi dengan jabatan menjanjikan.
Apa lagi ibuku.
Ibuku seorang Sekretaris Direksi Utama disebuah perusahaan milik negara.
Aku duduk dibangku Sekolah Menegah Atas kelas 10.
Dan dari sinilah kisahku dimulai.
Quote:
Spoiler for Sambutan:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Polling
0 suara
Siapakah sosok yang abadi dalam hati Andrea Raffertha ?
Diubah oleh .raffertha 14-08-2017 05:52
Arsana277 dan 5 lainnya memberi reputasi
6
838K
4.5K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.8KAnggota
Tampilkan semua post
TS
.raffertha
#450
Part 20
Aku masih kesal dengan kejadian itu.
Ditambah lagi Nando mencoba mendekati Vania dengan cara yang tidak adil.
Jujur, aku marah sekali saat itu.
Aku berniat untuk membalasnya esok hari.
Sore itu, aku sudah berada dirumah.
Karena aku tidak akan bisa berkonsenterasi untuk bermain di warnet bersama Adrian.
Aku SMS Zabir untuk memberi tahu apa yang sudah terjadi.
Setelah aku SMS Zabir, aku rebahkan badanku diatas tempat tidurku.
Pikiranku berantakan.
Aku khawatir sekali dengan Vania.
Yang aku khawatirkan adalah, bagaimana jika Nando meminta Vania untuk melakukan hubungan yang lebih dengan ancaman aku akan kenapa-kenapa.
Tidak akan.
Aku tidak akan itu terjadi.
Adzan maghrib sudah berkumandang.
Dengan segera aku kerjakan ibadah maghrib lalu setelah itu aku telepon Vania.
Adzan shubuh telah berkumandang.
Saatnya aku mengerjakan shalat shubuh, setelah itu aku bersiap untuk menjemput Vania.
Tak lupa untuk sarapan terlebih dahulu.
Rea : "Pa, aku mau izin.."
Papa : "Apaan ?"
Rea : "Aku boleh berantem ga disekolah ?"
Papa : "Buset.. Kenapa ?"
Rea : "Ada cowok yang bikin aku marah, Pa.. Dia deketin Vania.."
Papa : "Ya kalo itu mah wajar.. Namanya juga cewek cantik banyak yang demen.."
Rea : "Masalahnya, dia deketinnya curang.. Kalo Vania nolak permintaannya dia, dia ngancem bakal apa-apain aku.."
Papa : "Buset.. Lo sikat aja, Re.."
Rea : "Itu dia makanya, Pa.. Kalo cuma ngajak jalan sih ga apa-apa.. Kalo ngajak hubungan badan, gimana ?"
Papa : "Kalo itu mending lo hajar aja sekalian, ga usah nunggu lo yang disamperin.. Lo samperin aja tuh anak.. Lo abisin sekalian.."
Rea : "Kalo nanti Papa dipanggil kesekolah gimana ?"
Papa : "Tenang, yang penting lo udah cerita.. Gw bakal belain lo sebagai anak gw dan lo udah bener sebagai lelaki.. Kalo perlu, babehnya tuh anak gw hajar sekalian.."
Rea : "Makasih ya , Pa.. Aku berangkat dulu.. Assalamu 'alaikum.."
Papa : "Wa 'alaikum salam."
Aku nyalakan motor papaku.
Dengan cepat, aku menuju rumah Vania.
Aku sampai dirumahnya lebih cepat dari biasanya karena aku menggunakan motor milik papa.
Aku lihat Vania sudah siap untuk berangkat.
Rea : "Tumben udah cantik.."
Vania : "Iya kan mau dijemput sama pangeranku.. Hehehehehe.."
Rea : "Bisa aja.. Yuk naik.."
Vania : "Motor siapa ini ?"
Rea : "Punya papa.. Hahahahahaha.."
Vania : "Oh.. Yuk.. Jalan.."
Tak butuh waktu lama untuk sampai disekolah.
Aku segera parkiran motor milik papa dan berjalan menuju kelas.
Kami berdua duduk dibangku kami.
Vania : "Kamu yakin, Re mau lakuin itu ?"
Rea : "Aku udah izin ke Papa.. Papa izinin aku.."
Vania : "Tapi, jangan sampe kamu kenapa-napa ya.."
Rea : "Iya, kamu tenang aja.."
Bel masuk berbunyi.
Kami belajar seperti biasa.
Tepat pukul 09.00 guru BP masuk kekelasku.
Guru BP : "Vania Okalina.."
Vania : "Saya, Pak.."
Guru BP : "Ikut bapak kebawah.."
Vania meninggalkan kelas ini dan pergi menuju ruang BP.
Ada apa dengan Vania ?
Lalu, Adrian maju kedepan dan duduk disampingku.
Rea : "Duh.. Panjang nih masalah.."
Adrian : "Lo tenang aja.. Gw denger dari Bu Kania, si Nia mau di skors.."
Rea : "Serius lu ?"
Adrian : "Iya.. Orang tuanya Vania sama Nia lagi dibawah.."
Aku belum pernah melihat orang tua Vania.
Karena selama aku ke rumahnya, mereka tidak pernah ada.
Vania bilang bahwa orang tuanya bekerja di daerah Alam Sutera, Tangerang dan sering menginap dirumah yang ada disana.
Aku lanjutkan belajarku kembali.
Hingga waktu istirahat tiba, Vania bersama Papa nya datang kekelas.
Vania : "Ini Andrea, Pa.."
Papa Vania : "Oh ini Andrea.."
Rea : "Iya saya Andrea, Om.."
Papa Vania : "Terima kasih, kamu udah jaga anak saya.. Maaf, selama ini saya jarang ada dirumah.. Tolong jaga Vania ya nak Andrea.. Saya percaya sama kamu.."
Rea : "Baik, Om.."
Papa Vania : "Papa tinggal dulu ya, Van.."
Vania : "Iya.. Dah Papa.."
Papa nya Vania pergi meninggalkan sekolah ini.
Aku lihat wajahnya Vania sepertinya senang sekali.
Rea : "Aku pikir aku bakalan dimarahin.."
Vania : "Ngga lah.. Justru Papa seneng ada kamu, Re.."
Rea : "Gimana masalah kamu ?"
Vania : "Besok papa akan kesini lagi untuk liat perkembangan masalahku sama Nia.. Nia kena hukuman skorsing 5 hari.."
Rea : "Bagus lah.. Mudah-mudahan cepat selesai.."
Vania : "Aku juga seneng, akhirnya Papa datang kesini.. Aku udah kangen sama Papa.."
Rea : "Ya mungkin emang ditakdirin begini, Van kamu bisa ketemu papamu lagi.."
Vania : "Iya.. Hehehehehe.."
Rea : "Nah.. Gitu dong.. Senyum.. Jangan nangis terus.. Kamu itu cantik kalo lagi senyum.."
Vania : "Iya.. Makasih ya, Re.."
Aku hanya mengobrol ringan dengan Vania diwaktu istirahat dan kembali belajar pada saat jam istirahat berbunyi.
Hingga akhirnya bel pulang sekolah berbunyi, aku bergegas menuju kelasnya Nando.
Vania : "Re.. Hati-hati.."
Rea : "Iya.. Kamu tenang aja.."
Vania : "Disana banyak kawan-kawannya Nando, pasti kamu dikeroyok.."
Rea : "Ada Zabir dan temen-temenku yang lain kok.."
Vania : "Aku tunggu kamu dikelas ini.."
Rea : "Iya.. Tunggu aku ya.."
Aku segera berjalan menuju kelasnya Nando.
Banyak kakak kelas yang melihatku heran.
Ada apa anak kelas X datang sendirian kekelas XII.
Sudah ada Zabir, Farrel, dan Valen berjaga didepan kelasnya Nando.
Keadaan ini seperti yang ada di film Crows Zero, dimana Takiya Genji ingin menghajar habis musuh-musuhnya.
Rea : "NANDO !!"
Nando : "Mau apa lo !!"
Tanpa buang-buang waktu, aku segera menghajarnya.
Dia jatuh tersungkur kebawah dan aku tetap menghajarnya.
Nando akhirnya dibantu teman-temannya untuk menghabisiku.
Aku terkena pukulan demi pukulan dari teman-temannya.
Tak perlu waktu lama, Zabir dan kawan-kawanku segera masuk dan membantuku.
Suasana kelasnya Nando menjadi gaduh dan berantakan tak karuan.
Dan perkelahian ini dimenangkan olehku dan kawan-kawanku.
Rea : "Berani lo deketin Vania lagi, gw pindahin hidung lo ke belakang.."
Zabir : "Buat pelajaran nih lo semua !! Siapa aja yang bantuin Nando, gw patahin lehernya satu-satu !!"
Aku dan kawan-kawanku segera keluar dari kelasnya Nando.
Banyak mata yang melihat kami saat itu.
Aku diantar oleh kawan-kawanku menuju kelasku.
Zabir : "Ga apa-apa lu ?"
Rea : "Ngga.. Lecet doang.."
Farrel : "Gokil lo, Re.."
Rea : "Kalo ga gitu dia bakalan makin macem-macem.."
Sampailah kami dikelasku.
Vania masih menungguku.
Vania : "Rea.. Ya ampun kamu luka-luka begini.."
Rea : "Lecet dikit doang.."
Vania : "Dikit apanya coba.. Bibir kamu berdarah.."
Rea : "Hehehehehehe.."
Vania : "Ayo kita kerumah kamu.. Aku obatin lukanya.."
Valen : "Udah, Re.. Jangan dibantah.."
Rea : "Ya udah deh.."
Vania : "Semuanya makasih ya udah bantuin Rea.."
Zabir : "Sama-sama, Van.."
Aku dan Vania berjalan menuju parkiran.
Dan segera kupacu motor papaku menuju kerumah karena Vania sudah marah-marah tidak jelas.
10 menit kemudian, sampailah dirumahku.
Rea : "Ini rumahku.."
Vania : "Iya iya.. siapa bilang rumah tetanggamu.. Ayo masuk.. Aku obatin.."
Aku dan Vania masuk kedalam dan naik menuju kamarku.
Vania mengambil beberapa obat luka dan kapas untuk mengobati lukaku.
Rea : "Aw !! Perih.."
Vania : "Makanya jangan coba-coba berantem sama anak kelas XII.."
Rea : "Hehehehehehe.."
Vania : "Ketawa lagi.."
Rea : "Aku seneng soalnya.."
Vania : "Seneng kenapa ?"
Rea : "Waktu kamu sakit, aku yang rawat kamu.. Sekarang gantian, kamu yang obatin aku.."
Suasana hening seketika.
Rumahku dalam keadaan sepi karena Papaku sedang bekerja dan Mamaku sedang dinas diluar kota.
Jantungku kembali berdetak dengan kencang.
Aku lihat wajah Vania cantik sekali saat itu.
Aku beranikan diri untuk mencium bibirnya.
Tanganku bergerak meraba tubuhnya yang mungil ini.
Tanpa sadar, seragam yang dipakai Vania sudah terlepas.
Rea : "Eh.. Maaf, Van.."
Vania : "Ga apa-apa, Re.. Terusin aja.."
Kami justru melanjutkannya lebih dalam lagi.
Tak berani aku menyentuh bagian bawah tubuhnya.
Sampai akhirnya permainan ini berakhir.
Vania kembali mengenakan seragamnya dan melanjutkan mengobati lukaku.
Ditambah lagi Nando mencoba mendekati Vania dengan cara yang tidak adil.
Jujur, aku marah sekali saat itu.
Aku berniat untuk membalasnya esok hari.
Sore itu, aku sudah berada dirumah.
Karena aku tidak akan bisa berkonsenterasi untuk bermain di warnet bersama Adrian.
Aku SMS Zabir untuk memberi tahu apa yang sudah terjadi.
Quote:
Setelah aku SMS Zabir, aku rebahkan badanku diatas tempat tidurku.
Pikiranku berantakan.
Aku khawatir sekali dengan Vania.
Yang aku khawatirkan adalah, bagaimana jika Nando meminta Vania untuk melakukan hubungan yang lebih dengan ancaman aku akan kenapa-kenapa.
Tidak akan.
Aku tidak akan itu terjadi.
Adzan maghrib sudah berkumandang.
Dengan segera aku kerjakan ibadah maghrib lalu setelah itu aku telepon Vania.
Quote:
Adzan shubuh telah berkumandang.
Saatnya aku mengerjakan shalat shubuh, setelah itu aku bersiap untuk menjemput Vania.
Tak lupa untuk sarapan terlebih dahulu.
Rea : "Pa, aku mau izin.."
Papa : "Apaan ?"
Rea : "Aku boleh berantem ga disekolah ?"
Papa : "Buset.. Kenapa ?"
Rea : "Ada cowok yang bikin aku marah, Pa.. Dia deketin Vania.."
Papa : "Ya kalo itu mah wajar.. Namanya juga cewek cantik banyak yang demen.."
Rea : "Masalahnya, dia deketinnya curang.. Kalo Vania nolak permintaannya dia, dia ngancem bakal apa-apain aku.."
Papa : "Buset.. Lo sikat aja, Re.."
Rea : "Itu dia makanya, Pa.. Kalo cuma ngajak jalan sih ga apa-apa.. Kalo ngajak hubungan badan, gimana ?"
Papa : "Kalo itu mending lo hajar aja sekalian, ga usah nunggu lo yang disamperin.. Lo samperin aja tuh anak.. Lo abisin sekalian.."
Rea : "Kalo nanti Papa dipanggil kesekolah gimana ?"
Papa : "Tenang, yang penting lo udah cerita.. Gw bakal belain lo sebagai anak gw dan lo udah bener sebagai lelaki.. Kalo perlu, babehnya tuh anak gw hajar sekalian.."
Rea : "Makasih ya , Pa.. Aku berangkat dulu.. Assalamu 'alaikum.."
Papa : "Wa 'alaikum salam."
Aku nyalakan motor papaku.
Dengan cepat, aku menuju rumah Vania.
Aku sampai dirumahnya lebih cepat dari biasanya karena aku menggunakan motor milik papa.
Aku lihat Vania sudah siap untuk berangkat.
Rea : "Tumben udah cantik.."
Vania : "Iya kan mau dijemput sama pangeranku.. Hehehehehe.."
Rea : "Bisa aja.. Yuk naik.."
Vania : "Motor siapa ini ?"
Rea : "Punya papa.. Hahahahahaha.."
Vania : "Oh.. Yuk.. Jalan.."
Tak butuh waktu lama untuk sampai disekolah.
Aku segera parkiran motor milik papa dan berjalan menuju kelas.
Kami berdua duduk dibangku kami.
Vania : "Kamu yakin, Re mau lakuin itu ?"
Rea : "Aku udah izin ke Papa.. Papa izinin aku.."
Vania : "Tapi, jangan sampe kamu kenapa-napa ya.."
Rea : "Iya, kamu tenang aja.."
Bel masuk berbunyi.
Kami belajar seperti biasa.
Tepat pukul 09.00 guru BP masuk kekelasku.
Guru BP : "Vania Okalina.."
Vania : "Saya, Pak.."
Guru BP : "Ikut bapak kebawah.."
Vania meninggalkan kelas ini dan pergi menuju ruang BP.
Ada apa dengan Vania ?
Lalu, Adrian maju kedepan dan duduk disampingku.
Rea : "Duh.. Panjang nih masalah.."
Adrian : "Lo tenang aja.. Gw denger dari Bu Kania, si Nia mau di skors.."
Rea : "Serius lu ?"
Adrian : "Iya.. Orang tuanya Vania sama Nia lagi dibawah.."
Aku belum pernah melihat orang tua Vania.
Karena selama aku ke rumahnya, mereka tidak pernah ada.
Vania bilang bahwa orang tuanya bekerja di daerah Alam Sutera, Tangerang dan sering menginap dirumah yang ada disana.
Aku lanjutkan belajarku kembali.
Hingga waktu istirahat tiba, Vania bersama Papa nya datang kekelas.
Vania : "Ini Andrea, Pa.."
Papa Vania : "Oh ini Andrea.."
Rea : "Iya saya Andrea, Om.."
Papa Vania : "Terima kasih, kamu udah jaga anak saya.. Maaf, selama ini saya jarang ada dirumah.. Tolong jaga Vania ya nak Andrea.. Saya percaya sama kamu.."
Rea : "Baik, Om.."
Papa Vania : "Papa tinggal dulu ya, Van.."
Vania : "Iya.. Dah Papa.."
Papa nya Vania pergi meninggalkan sekolah ini.
Aku lihat wajahnya Vania sepertinya senang sekali.
Rea : "Aku pikir aku bakalan dimarahin.."
Vania : "Ngga lah.. Justru Papa seneng ada kamu, Re.."
Rea : "Gimana masalah kamu ?"
Vania : "Besok papa akan kesini lagi untuk liat perkembangan masalahku sama Nia.. Nia kena hukuman skorsing 5 hari.."
Rea : "Bagus lah.. Mudah-mudahan cepat selesai.."
Vania : "Aku juga seneng, akhirnya Papa datang kesini.. Aku udah kangen sama Papa.."
Rea : "Ya mungkin emang ditakdirin begini, Van kamu bisa ketemu papamu lagi.."
Vania : "Iya.. Hehehehehe.."
Rea : "Nah.. Gitu dong.. Senyum.. Jangan nangis terus.. Kamu itu cantik kalo lagi senyum.."
Vania : "Iya.. Makasih ya, Re.."
Aku hanya mengobrol ringan dengan Vania diwaktu istirahat dan kembali belajar pada saat jam istirahat berbunyi.
Hingga akhirnya bel pulang sekolah berbunyi, aku bergegas menuju kelasnya Nando.
Vania : "Re.. Hati-hati.."
Rea : "Iya.. Kamu tenang aja.."
Vania : "Disana banyak kawan-kawannya Nando, pasti kamu dikeroyok.."
Rea : "Ada Zabir dan temen-temenku yang lain kok.."
Vania : "Aku tunggu kamu dikelas ini.."
Rea : "Iya.. Tunggu aku ya.."
Aku segera berjalan menuju kelasnya Nando.
Banyak kakak kelas yang melihatku heran.
Ada apa anak kelas X datang sendirian kekelas XII.
Sudah ada Zabir, Farrel, dan Valen berjaga didepan kelasnya Nando.
Keadaan ini seperti yang ada di film Crows Zero, dimana Takiya Genji ingin menghajar habis musuh-musuhnya.
Rea : "NANDO !!"
Nando : "Mau apa lo !!"
Tanpa buang-buang waktu, aku segera menghajarnya.
Dia jatuh tersungkur kebawah dan aku tetap menghajarnya.
Nando akhirnya dibantu teman-temannya untuk menghabisiku.
Aku terkena pukulan demi pukulan dari teman-temannya.
Tak perlu waktu lama, Zabir dan kawan-kawanku segera masuk dan membantuku.
Suasana kelasnya Nando menjadi gaduh dan berantakan tak karuan.
Dan perkelahian ini dimenangkan olehku dan kawan-kawanku.
Rea : "Berani lo deketin Vania lagi, gw pindahin hidung lo ke belakang.."
Zabir : "Buat pelajaran nih lo semua !! Siapa aja yang bantuin Nando, gw patahin lehernya satu-satu !!"
Aku dan kawan-kawanku segera keluar dari kelasnya Nando.
Banyak mata yang melihat kami saat itu.
Aku diantar oleh kawan-kawanku menuju kelasku.
Zabir : "Ga apa-apa lu ?"
Rea : "Ngga.. Lecet doang.."
Farrel : "Gokil lo, Re.."
Rea : "Kalo ga gitu dia bakalan makin macem-macem.."
Sampailah kami dikelasku.
Vania masih menungguku.
Vania : "Rea.. Ya ampun kamu luka-luka begini.."
Rea : "Lecet dikit doang.."
Vania : "Dikit apanya coba.. Bibir kamu berdarah.."
Rea : "Hehehehehehe.."
Vania : "Ayo kita kerumah kamu.. Aku obatin lukanya.."
Valen : "Udah, Re.. Jangan dibantah.."
Rea : "Ya udah deh.."
Vania : "Semuanya makasih ya udah bantuin Rea.."
Zabir : "Sama-sama, Van.."
Aku dan Vania berjalan menuju parkiran.
Dan segera kupacu motor papaku menuju kerumah karena Vania sudah marah-marah tidak jelas.
10 menit kemudian, sampailah dirumahku.
Rea : "Ini rumahku.."
Vania : "Iya iya.. siapa bilang rumah tetanggamu.. Ayo masuk.. Aku obatin.."
Aku dan Vania masuk kedalam dan naik menuju kamarku.
Vania mengambil beberapa obat luka dan kapas untuk mengobati lukaku.
Rea : "Aw !! Perih.."
Vania : "Makanya jangan coba-coba berantem sama anak kelas XII.."
Rea : "Hehehehehehe.."
Vania : "Ketawa lagi.."
Rea : "Aku seneng soalnya.."
Vania : "Seneng kenapa ?"
Rea : "Waktu kamu sakit, aku yang rawat kamu.. Sekarang gantian, kamu yang obatin aku.."
Suasana hening seketika.
Rumahku dalam keadaan sepi karena Papaku sedang bekerja dan Mamaku sedang dinas diluar kota.
Jantungku kembali berdetak dengan kencang.
Aku lihat wajah Vania cantik sekali saat itu.
Aku beranikan diri untuk mencium bibirnya.
Tanganku bergerak meraba tubuhnya yang mungil ini.
Tanpa sadar, seragam yang dipakai Vania sudah terlepas.
Rea : "Eh.. Maaf, Van.."
Vania : "Ga apa-apa, Re.. Terusin aja.."
Kami justru melanjutkannya lebih dalam lagi.
Tak berani aku menyentuh bagian bawah tubuhnya.
Sampai akhirnya permainan ini berakhir.
Vania kembali mengenakan seragamnya dan melanjutkan mengobati lukaku.
Diubah oleh .raffertha 20-11-2016 16:42
JabLai cOY dan Arsana277 memberi reputasi
3
