Kaskus

Story

.rafferthaAvatar border
TS
.raffertha
Pelangi Diatas Laut
Quote:


Aku duduk didepan jendela kamarku.
Melihat langit yang biru dan awan putih yang menghiasi.
Hari ini cukup cerah.
Membuatku ingin sekali pergi keluar hanya untuk berkunjung ke tempat-tempat yang menyenangkan.

Namaku Andrea Raffertha.
Aku biasa dipanggil Rea.
Aku lahir dikeluarga yang berkecukupan, walaupun teman-temanku selalu mengatakan bahwa aku adalah anak orang kaya.
Ya memang ayahku seorang pegawai negeri sipil yang golongannya sudah tinggi dengan jabatan menjanjikan.
Apa lagi ibuku.
Ibuku seorang Sekretaris Direksi Utama disebuah perusahaan milik negara.

Aku duduk dibangku Sekolah Menegah Atas kelas 10.
Dan dari sinilah kisahku dimulai.


Quote:


Spoiler for Sambutan:


Quote:

Quote:

Quote:

Quote:
Polling
0 suara
Siapakah sosok yang abadi dalam hati Andrea Raffertha ?
Diubah oleh .raffertha 14-08-2017 05:52
samsung66Avatar border
fikrifbsAvatar border
Arsana277Avatar border
Arsana277 dan 5 lainnya memberi reputasi
6
838K
4.5K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.9KAnggota
Tampilkan semua post
.rafferthaAvatar border
TS
.raffertha
#311
Part 14
Rea : "Gimana keadaan kamu ?"
Vania : "Sejak kapan kita ngomong pake aku kamu ?"
Rea : "Eh.. Maksud gw, lo gimana sekarang ? Udah mendingan ?"
Vania : "Masih sakit kepala gw, Re.."
Rea : "...."
Vania : "Lo kenapa ?"
Rea : "....", aku hanya menggelengkan kepalaku.
Vania : "Bosen ya gw tinggal tidur ?"
Rea : "....", aku menggelengkan kepalaku lagi.
Vania : "Lo ga apa-apa kan ?"
Rea : "Van.."
Vania : "Iya.."
Rea : "Maaf.."
Vania : "Maaf kenapa ?"
Rea : "Maafin gw, Van.."
Vania : "Lo kenapa ?"
Rea : "Gw ga tau kalo.."
Vania : "Apa ?"
Rea : "Pas lo tidur.. Lo bilang.."
Vania : "Bilang apa ?"
Rea : "Lo bilang.. Lo sayang gw.."

Suasana menjadi hening.
Aku dan Vania sama-sama terdiam.

Vania : "Mungkin gw ngigo, Re.."
Rea : "Tapi, lo nyebut itu ga kaya orang ngigo atau ga sadar, Van.."
Vania : "....", dia memalingkan pandangannya kearah lain.
Rea : "Maafin gw, Van.. Seandainya gw tau kalo.."
Vania : "Udah udah.. Lo apaan sih.. Ngaco lo kalo ngomong.."
Rea : "Van.. Kalo lo bilang ini jujur, gw ga akan terima Nia jadi pacar gw.."
Vania : "Aduh, Re.. Lo berlebihan banget sih.. Gw kan tadi lagi tidur.. Mungkin gw ngigo atau apalah.. Udah ga usah dipikirin.."
Rea : "Tapi gw kepikiran Van.."
Vania : "Ya udah sabar aja.. Nanti juga lupa.. Udah siang.. Lo ga makan ?"
Rea : "....", aku hanya menggelengkan kepalaku.
Vania : "Makan dulu aja.. Abis ini sholat dzuhur, baru deh lo kesini lagi."
Rea : "Lo mau makan apa ?"
Vania : "Lo janji mau masakin gw nasi goreng.."
Rea : "Ya udah.. Gw makan disini aja.. Gw bikinin ya.."

Aku keluar kamarnya.
Didapur rumahnya, aku mencari bahan-bahan yang bisa kumasak.
Setelah mendapatkan bahanya, barulah aku memasak nasi goreng buatanku dengan bahan seadanya.
Mudah-mudahan dia suka.
Setelah itu, aku naik keatas dan makan bersama Vania.

Vania : "Enak.. Pas banget dilidah gw.."
Rea : "Bagus deh kalo lo suka.."
Vania : "Nando ga bisa kaya gini.."
Rea : "Ga bisa apa ?"
Vania : "Rawatin gw kaya lo ini.. Hehehehehe.. Makasih ya, Re.."
Rea : "Sama-sama Van.."

Setelah selesai makan, aku langsung melaksanakan ibadah dzuhur.
Lalu, aku kembali ke kamar Vania dan mengecek keadaannya.

Rea : "Badan lo udah ga panas kayak tadi pagi, Van..", sambil memegang keningnya.
Vania : "Iya, gw juga ngerasa lebih baik sekarang.."
Rea : "Nando masih hubungin lo ?"
Vania : "Udah ngga.. Semenjak gw tolak kemarin, dia ga hubungin gw lagi.."
Rea : "Hhmm.. Ada apa dia tiba-tiba nembak lo ?"
Vania : "Ga tau gw.. Lagian gw sama dia baru aja kenal.. Lo sama Nia gimana ?"
Rea : "Ya gitu deh.. Gw dan dia masih sama-sama ngasih perhatian.. Dia SMS gw sih tadi, tapi ga gw bales ?"
Vania : "Kenapa ga dibales ?"
Rea : "Males.. Gw lagi sama lo kan sekarang.."
Vania : "Bales aja.. Nanti dia nyariin lo.."
Rea : "Ga apa-apa, ga usah.."

Seandainya kamu tahu, Van.
Aku tak membalas SMSnya karena aku tak mau kamu tambah sakit hati.
Walaupun dibibir kamu berucap layaknya kamu tak mencintaiku, tapi aku paham dengan tingkah laku dan sikapmu padaku.
Kamu menangis, kamu tertawa, bahkan kamu rela menunggu aku pulang.
Tetapi, memang bodohnya aku yang tidak peka terhadap sikapmu itu.

Vania : "Kenapa, Re ?"
Rea : "Ngga apa-apa.."
Vania : "Lo mikirin apa ?"
Rea : "Gw masih kepikiran kata-kata lo.. Gw kepikiran sikap lo ke gw.. Gw ngerasa bersalah banget.."
Vania : "Re.. Udahlah.."
Rea : "Kalo lo minta gw putusin Nia sekarang, gw rela kok Van.."
Vania : "Apa sih, Re.. Udah ga usah aneh-aneh gitu.. Gw ga minta lo putusin, Nia.. Lo ada buat gw aja gw udah seneng.."
Rea : "Jadi.. Bener ?"
Vania : "Bener apa ?"
Rea : "Lo sayang gw ?"
Vania : "....", dia kembali memalingkan pandangannya dan tertunduk.

Vania : "Jujur.. Dari awal gw ketemu lo, gw ada ketertarikan.. Gw mau tau lo itu tipe cowok yang seperti apa.. Ternyata lebih dari apa yang gw bayangin.. Pas MOS kemarin, gw awalnya penasaran sama lo.. Sampe lo rela hujan-hujanan cuma buat minta maaf ke gw.. Jujur, Re.. Gw terkesan sama pengorbanan lo.. Ga cuma itu aja, lo rela dateng ke rumah gw pada saat lo lagi jalan sama Nia.. Lo nelpon gw ngasih tau ada bulan dan kita liat sama-sama.."

Aku terus tatap wajahnya.
Walaupun dia tak melihatku.
Dia mulai meneteskan air mata.

Vania : "Lo bikin gw ketawa.. Lo bikin gw cemburu.. Dan sekarang, lo rela bangun pagi dan rawat gw yang lagi sakit.."
Rea : "...."
Vania : "Ya.. Gw emang ga bisa bohong.. Gw sayang lo, Re.."
Rea : "Gw emang tertarik sama Nia.. Dia cantik.. Cantik banget.. Dia perhatian sama gw.. Dia baik sama gw.. Tapi, jujur aja Van.. Gw hanya sebatas suka karena dia baik sama gw.."
Vania : "....", dia masih tertunduk dan menghapus air matanya.
Rea : "Gw seneng liat lo senyum.. Gw seneng liat lo ketawa.. Gw ga mau lo nangis.. Gw ga mau lo marah.."
Vania : "Cuma lo yang bisa hibur gw, Re.."
Rea : "Van.."
Vania : "...."
Rea : "Gw sayang sama lo.."

Aku dan Vania hanya terdiam.
Vania sudah menyatakan perasaannya kepadaku.
Dan aku juga tak bisa membohongi diriku sendiri.
Aku sayang dia.

Rea : "Van.."
Vania : "Ya.."
Rea : "Istirahat lagi ya.."

Vania berbaring kembali ditempat tidurnya.
Aku selimuti tubuhnya.
Lalu, dia menahan tanganku.

Vania : "Jangan tinggalin gw, Re.."
Rea : "Ngga kok.. Gw kedepan sebentar.."
Vania : "Ya udah.. Nanti kesini lagi ya.."

Aku berjalan kedepan teras dekat kamarnya.
Aku mengambil HPku dan mengecek SMS.
Banyak SMS dari Nia untukku.


Quote:


Daripada panjang lebar aku SMS dia, lebih baik aku telepon dia.

Quote:


Aku putuskan hubunganku dengan Nia saat itu.
Dia terus menelponku tetapi aku biarkan saja.
Buat apa hubungan ini diteruskan.
Dia saja berniat untuk menjauhi Vania dariku.
Aku kembali kekamar Vania.

Rea : "Belum tidur, Van ?"
Vania : "Belum.. Nungguin Rea.."
Rea : "Ya udah sekarang tidur.."
Vania : "Kenapa Nia diputusin ?"
Rea : "Dia berniat ga baik sama kita.."
Vania : "Gw ga mau jadi perusak hubungan orang.."
Rea : "Justru dia yang mau rusak hubungan kita, Van.. Udah sekarang istirahat lagi.."
Vania : "Temenin.. Jangan kemana-mana ya.."
Rea : "Iya.. Tidur ya..", sambil mengelus kepalanya.

Tak lama kemudian, Vania tertidur.
Hari sudah menjelang sore.
Sudah saatnya aku beranjak dari sini.
Tetapi, aku tidak tega meninggalkannya.
Lebih baik aku menunggu disini.
Lama-lama aku tertidur juga disampingnya dalam posisi duduk.

"Rea..", ada suara yang memanggilku.
"Andrea..", suara itu terdengar kembali.

Vania : "Rea.."
Rea : "Hhmm.. Eh.. Van.."
Vania : "Hihihihi.. Kamu lucu ya kalo lagi tidur.."
Rea : "Hehehehe.. Maaf aku ketiduran.."

Suasana menjadi hening.
Aku dan Vania saling bertatapan dan terdiam sejenak.

Rea : "Eh.. Sejak kapan kita ngomong pake aku kamu.."
Vania : "Hehehehehe.. Iya ya.."
Rea : "Aku.. Eh.. Gw.."
Vania : "Stop, Re.. Aku lebih seneng kita pake aku kamu.."
Rea : "Ya udah.. Mulai sekarang pakai aku kamu ya.."
Vania : "Hehehehehe.. Oke deh.."
Rea : "Gimana keadaan kamu ?"
Vania : "Udah mulai membaik, Re.."
Rea : "Bagus deh kalo begitu.."
Vania : "Makasih ya, Re.. Udah mau rawat aku.."
Rea : "Sama-sama, Van.."
Vania : "Udah sore.. Kamu ga pulang ?"
Rea : "Ngusir nih ?"
Vania : "Hahahahahaha.. Ngga.. Takutnya nanti kamu dicariin.."
Rea : "Ngga lah.. Tenang aja.. Aku udah izin kok.."
Vania : "Kamu ga main sama Adrian ?"
Rea : "Oh iya.. Hahahahahaha.. Tadi dia nanyain aku.."
Vania : "Ya udah sana samperin dia.. Aku ga apa-apa kok ditinggal.. Aku udah mendingan.."
Rea : "Ya udah kalo gitu.."
Vania : "Maaf ya aku ga bisa anter kamu sampe bawah.."
Rea : "Ga apa-apa kok, Van.."

Vania menarik tanganku.
Dia memelukku lalu mencium pipiku.
Perasaanku menjadi tidak karuan.
Jantungku berdebar kencang.

Rea : "Eh, Van.."
Vania : "Hati-hati dijalan ya, Re.."
Rea : "Iya.. Aku tinggal ya, Van.."

Dengan berat langkahku meninggalkan dia sendirian disini.
Tapi, mau bagaimana lagi.
Tidak enak juga kalau aku bertahan lebih lama lagi dirumahnya.
Aku pergi dari rumah Vania menuju warnet dekat rumahku.

Cepat sembuh ya, Vania Okalina.
Kau adalah salah satu warna yang ada dihatiku.
Arsana277
JabLai cOY
JabLai cOY dan Arsana277 memberi reputasi
3
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.