- Beranda
- Stories from the Heart
[TAMAT] Saat Senja Tiba
...
TS
gridseeker
[TAMAT] Saat Senja Tiba
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 333 suara
Siapa tokoh yang menurut agan paling layak dibenci / nyebelin ?
Wulan
20%
Shela
9%
Vino (TS)
71%
Diubah oleh gridseeker 04-07-2017 19:00
afrizal7209787 dan 31 lainnya memberi reputasi
32
1.4M
5.4K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.8KAnggota
Tampilkan semua post
TS
gridseeker
#23
PART 6
Akhirnya sesi latihan karate selesai tepat pukul 18.00. Para orang tua sudah pada datang ke aula untuk menjemput anak-anaknya masing-masing. Dina berlari dengan riang ke arah ane dan ane pun menyambutnya. Tapi ane sempatkan melirik ke Shela, rupanya dia sedang mengobrol dengan seorang bapak yang merupakan orang tua salah satu anak didiknya. Sepertinya Shela menjelaskan perkembangan anaknya bapak tersebut. Dia menjelaskan dengan semangat sambil sesekali tersenyum. Beda sekali dengan sosok Shela yang tadi ribut dengan ane.
"Kak ayo pulang. " kata Dina sambil menarik baju ane.
"Iya.. iya. " jawab ane sambil menggandeng tangan Dina keluar aula.
"Dina, sampai jumpa hari Sabtu ya. " tiba-tiba Shela udah di depan kami sambil melambaikan tangan.
"Iya kak, sampai jumpa besok. " jawab Dina sambil balas melambaikan tangan.
Tapi ekspresi Shela yang awalnya ceria langsung berubah saat melihat ke ane. Dia menatap ane dengan tatapan sinis, persis seperti tadi, dan langsung membuang muka kemudian ngeloyor masuk ke aula. Hiiihh pengen kujitak rasanya cewek sombong itu dari belakang, gerutu ane dalam hati.
"Kak, tadi kakak berantem ya sama Kak Shela ? " tanya Dina.
"Ah enggak kok. Kapan ? " kata ane mengelak. Waduh, rupanya Dina sempat memperhatikan saat kami ribut tadi.
"Tadi pas jam istirahat, Dina lihat kok. Jangan-jangan kakak pacaran sama Kak Shela, ya ? " tanya Dina lagi.
Ya elah nih anak, kecil-kecil dan tahu pacaran segala, efek kebanyakan nonton sinetron nih. Ane nggak menggubris pertanyaan Dina dan langsung menariknya ke parkiran motor. Ane pun langsung mengantar Dina pulang. Sampai di rumah sekitar jam setengah tujuh, ane langsung pamit sama ibu dengan alasan ke tempat temen. Padahal ane langsung balik ke sasana karate tersebut buat memenuhi tantangan Shela. Saat sampai di sana, sasana tersebut sudah sepi.
Dengan perasaan dag dig dug ane menuju aula tempat latihan tadi. Ternyata Shela sudah menunggu ane di sana. Kali ini dia nggak memakai seragam karate, melainkan kaos oblong putih dengan bawahan celana training panjang. Saat ane datang, Shela lagi duduk di atas matras sambil mainin HP. Sepertinya dia yang menyiapkan sendiri matras-matras tersebut.
"Datang juga kamu. Ternyata nyalimu gede juga. " kata Shela sambil tersenyum mengejek.
Ane nggak menjawab dan setelah melepas jaket & sepatu, ane berjalan ke atas matras. Meskipun keliatan pede tapi perasaan ane nggak karuan. Jantung ane berdebar-debar terus. Duh gusti.. seandainya waktu bisa diputar, pas sore tadi mending ane diem aja nggak usah mengajak ribut Shela. Tapi mau gimana lagi, kalau ane mundur udah pasti Shela bakalan mengejek ane habis-habisan. Tiba-tiba Shela berdiri dan melempar sesuatu ke ane dan ane reflek menangkapnya. Ternyata sepasang hand-glove berwarna merah, yang gunanya melindungi tangan dan tubuh dari benturan saat memukul, yang biasa digunakan saat latih tanding di olah raga beladiri. Tapi bagaimana cara memakainya ? Ane kesusahan saat berusaha memasukkan tangan ane ke hand-glove itu.
"Gimana sih ? Gitu aja nggak bisa. Sini aku ajari. " kata Shela sambil mendekati ane dan langsung meraih tangan ane.
"Gini lho. Dibuka dulu kancingnya lalu tanganmu dimasukkan. " kata Shela lagi sambil memakaikan hand-glove ke tangan ane satu demi satu.
Ane memperhatikan Shela memakaikan hand-glove tersebut ke kedua tangan ane. Diam-diam ane memandangi wajahnya yang harus ane akui lumayan cakep. Bahkan mungkin lebih cakep dari Wulan. Usianya sepertinya seumuran sama ane. Cuma ya itu, songongnya minta ampun. Setelah selesai memakaikan hand-glove ke tangan ane, Shela lalu memakai hand-glove miliknya yang berwarna biru. Kemudian kami berdua menuju ke tengah-tengah matras dan saling berhadap-hadapan.
"Ingat, kalau aku bisa bikin kamu jatuh, tepati janjimu. " kata ane.
"Heh, yakin bener kamu bisa mengalahkan aku. " jawab Shela.
"Begini saja, aku kasih kamu tiga kesempatan. Jadi aku menang jika berhasil memukul jatuh kamu tiga kali, sedangkan kamu bisa menang dengan sekali saja menjatuhkan aku. Bagaimana ? " kata Shela penuh percaya diri.
"Boleh. " jawab ane pendek.
"Kamu siap ? " tanya Shela sambil memasang kuda-kuda.
"Kapanpun, tuan putri. " kata ane sambil nggak kalah pede sambil memasang kuda-kuda seadanya.
Sparring pun segera dimulai. Meskipun Shela ngasih ane tiga kesempatan, tetap aja ane tegang setengah mati. Keringat dingin langsung mengucur deras. Tahu sendirilah siapa lawan di depan ane. Shela gggak hanya sekedar penyandang sabuk hitam tapi sabuk hitam DAN 2. Apalagi melihat ekspresi Shela yang serius sekali, yang sepertinya bener-bener ingin menghajar ane.
"Kak ayo pulang. " kata Dina sambil menarik baju ane.
"Iya.. iya. " jawab ane sambil menggandeng tangan Dina keluar aula.
"Dina, sampai jumpa hari Sabtu ya. " tiba-tiba Shela udah di depan kami sambil melambaikan tangan.
"Iya kak, sampai jumpa besok. " jawab Dina sambil balas melambaikan tangan.
Tapi ekspresi Shela yang awalnya ceria langsung berubah saat melihat ke ane. Dia menatap ane dengan tatapan sinis, persis seperti tadi, dan langsung membuang muka kemudian ngeloyor masuk ke aula. Hiiihh pengen kujitak rasanya cewek sombong itu dari belakang, gerutu ane dalam hati.
"Kak, tadi kakak berantem ya sama Kak Shela ? " tanya Dina.
"Ah enggak kok. Kapan ? " kata ane mengelak. Waduh, rupanya Dina sempat memperhatikan saat kami ribut tadi.
"Tadi pas jam istirahat, Dina lihat kok. Jangan-jangan kakak pacaran sama Kak Shela, ya ? " tanya Dina lagi.
Ya elah nih anak, kecil-kecil dan tahu pacaran segala, efek kebanyakan nonton sinetron nih. Ane nggak menggubris pertanyaan Dina dan langsung menariknya ke parkiran motor. Ane pun langsung mengantar Dina pulang. Sampai di rumah sekitar jam setengah tujuh, ane langsung pamit sama ibu dengan alasan ke tempat temen. Padahal ane langsung balik ke sasana karate tersebut buat memenuhi tantangan Shela. Saat sampai di sana, sasana tersebut sudah sepi.
Dengan perasaan dag dig dug ane menuju aula tempat latihan tadi. Ternyata Shela sudah menunggu ane di sana. Kali ini dia nggak memakai seragam karate, melainkan kaos oblong putih dengan bawahan celana training panjang. Saat ane datang, Shela lagi duduk di atas matras sambil mainin HP. Sepertinya dia yang menyiapkan sendiri matras-matras tersebut.
"Datang juga kamu. Ternyata nyalimu gede juga. " kata Shela sambil tersenyum mengejek.
Ane nggak menjawab dan setelah melepas jaket & sepatu, ane berjalan ke atas matras. Meskipun keliatan pede tapi perasaan ane nggak karuan. Jantung ane berdebar-debar terus. Duh gusti.. seandainya waktu bisa diputar, pas sore tadi mending ane diem aja nggak usah mengajak ribut Shela. Tapi mau gimana lagi, kalau ane mundur udah pasti Shela bakalan mengejek ane habis-habisan. Tiba-tiba Shela berdiri dan melempar sesuatu ke ane dan ane reflek menangkapnya. Ternyata sepasang hand-glove berwarna merah, yang gunanya melindungi tangan dan tubuh dari benturan saat memukul, yang biasa digunakan saat latih tanding di olah raga beladiri. Tapi bagaimana cara memakainya ? Ane kesusahan saat berusaha memasukkan tangan ane ke hand-glove itu.
"Gimana sih ? Gitu aja nggak bisa. Sini aku ajari. " kata Shela sambil mendekati ane dan langsung meraih tangan ane.
"Gini lho. Dibuka dulu kancingnya lalu tanganmu dimasukkan. " kata Shela lagi sambil memakaikan hand-glove ke tangan ane satu demi satu.
Ane memperhatikan Shela memakaikan hand-glove tersebut ke kedua tangan ane. Diam-diam ane memandangi wajahnya yang harus ane akui lumayan cakep. Bahkan mungkin lebih cakep dari Wulan. Usianya sepertinya seumuran sama ane. Cuma ya itu, songongnya minta ampun. Setelah selesai memakaikan hand-glove ke tangan ane, Shela lalu memakai hand-glove miliknya yang berwarna biru. Kemudian kami berdua menuju ke tengah-tengah matras dan saling berhadap-hadapan.
"Ingat, kalau aku bisa bikin kamu jatuh, tepati janjimu. " kata ane.
"Heh, yakin bener kamu bisa mengalahkan aku. " jawab Shela.
"Begini saja, aku kasih kamu tiga kesempatan. Jadi aku menang jika berhasil memukul jatuh kamu tiga kali, sedangkan kamu bisa menang dengan sekali saja menjatuhkan aku. Bagaimana ? " kata Shela penuh percaya diri.
"Boleh. " jawab ane pendek.
"Kamu siap ? " tanya Shela sambil memasang kuda-kuda.
"Kapanpun, tuan putri. " kata ane sambil nggak kalah pede sambil memasang kuda-kuda seadanya.
Sparring pun segera dimulai. Meskipun Shela ngasih ane tiga kesempatan, tetap aja ane tegang setengah mati. Keringat dingin langsung mengucur deras. Tahu sendirilah siapa lawan di depan ane. Shela gggak hanya sekedar penyandang sabuk hitam tapi sabuk hitam DAN 2. Apalagi melihat ekspresi Shela yang serius sekali, yang sepertinya bener-bener ingin menghajar ane.
Diubah oleh gridseeker 19-11-2016 00:34
Opiknh dan 17 lainnya memberi reputasi
16
![[TAMAT] Saat Senja Tiba](https://s.kaskus.id/images/2017/05/28/9056684_20170528125804.jpg)
Setelah sekian lama jadi SR di forum SFTH ane memberanikan menyusun cerita ini. Sebenarnya cerita ini sudah lama ane pendam bertahun-tahun, meski begitu cerita ini sempat ane posting disini pake ID lain tapi dalam format plesetan komedi karena ane nggak PD kalau membikin versi real/sesungguhnya.
Pokoknya just enjoy the story hehe biar sama-sama enak
Dan karena ane masih nubi disini mohon maaf jika terjadi banyak kesalahan ya gan