Kaskus

Story

.rafferthaAvatar border
TS
.raffertha
Pelangi Diatas Laut
Quote:


Aku duduk didepan jendela kamarku.
Melihat langit yang biru dan awan putih yang menghiasi.
Hari ini cukup cerah.
Membuatku ingin sekali pergi keluar hanya untuk berkunjung ke tempat-tempat yang menyenangkan.

Namaku Andrea Raffertha.
Aku biasa dipanggil Rea.
Aku lahir dikeluarga yang berkecukupan, walaupun teman-temanku selalu mengatakan bahwa aku adalah anak orang kaya.
Ya memang ayahku seorang pegawai negeri sipil yang golongannya sudah tinggi dengan jabatan menjanjikan.
Apa lagi ibuku.
Ibuku seorang Sekretaris Direksi Utama disebuah perusahaan milik negara.

Aku duduk dibangku Sekolah Menegah Atas kelas 10.
Dan dari sinilah kisahku dimulai.


Quote:


Spoiler for Sambutan:


Quote:

Quote:

Quote:

Quote:
Polling
0 suara
Siapakah sosok yang abadi dalam hati Andrea Raffertha ?
Diubah oleh .raffertha 14-08-2017 05:52
samsung66Avatar border
fikrifbsAvatar border
Arsana277Avatar border
Arsana277 dan 5 lainnya memberi reputasi
6
838K
4.5K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.9KAnggota
Tampilkan semua post
.rafferthaAvatar border
TS
.raffertha
#263
Part 9
Akhir pekan ini aku lewati dengan bermain game diwarnet bersama Adrian.
Hubunganku dengan Nia pun semakin dekat.
Dia sering menelponku malam hari untuk mengucapkan selamat tidur.
Vania juga suka cerita kalau Nando mengajak dia pergi jalan-jalan tetapi selalu ditolak oleh Vania.

Tibalah saat dimana aku harus berangkat kesekolah.
Rasanya malas sekali hari ini.
Seperti biasa, aku dibangunkan oleh mama ku.
Setelah selesai mandi, aku cek HPku.
Tumben sekali ada SMS masuk ke HPku.


Quote:


"Pasti ada apa-apa nih..", pikirku.

Aku turun kebawah untuk sarapan.
Sudah ada mama dan papaku disana.

Papa : "Lo kemaren jalan sama cewek ?"
Rea : "Hooh.."
Papa : "Gimana ?"
Rea : "Apaan gimana ? Ya gitu dah.."
Papa : "Udah lo sikat ?"
Mama : "Apa sih papa nih.. Anak orang main sikat.. Sama perempuan itu harus lembut, Re.. Jangan keras-keras."
Papa : "Mama bukannya suka yang keras ?"
Mama : "Hahahahahaha.. Itu mah beda.."
Rea : "Ngomong apa kalian ini.. Rea berangkat ya.. Assalamu 'alaikum.."
Papa : "Wa 'alaikum salam.."
Mama : "Hati-hati ya, nak.."

Aku segera berangkat menuju sekolah dengan menaiki angkutan umum seperti biasa.
Sebenarnya, dirumahku ada sebuah sepeda motor milik Papaku yang jarang dipakai.
Tapi, karena umurku belum genap 17 tahun dan belum memiliki SIM C, aku tidak berani memakainya.
Pagi ini, aku tidak melihat Vania.
Mungkin dia sudah berangkat lebih dulu atau dia bangun terlalu siang.
Setelah sampai dikelasku, aku melemparkan tasku diatas meja.

Adrian : "Oi, Re.."
Rea : "Apa ?"
Adrian : "Siap-siap ya.."
Rea : "Aduh, siap-siap apa sih ? Dina SMS gw juga gitu.."
Adrian : "Lo mau ditembak sama Nia.."
Rea : "Ga mungkin ah.."
Adrian : "Yee, beneran.. Dina yang bilang ke gw.."
Rea : "Dina kan yang bilang.. Bukan Nia.."

Tiba-tiba, Vania datang dan langsung duduk disebelahku dengan tatapan tajam.
Adrian pun menjauhi kami.

Rea : "Lo kenapa, Van ?"
Vania : "Gw kesiangan.."
Rea : "Terus ?"
Vania : "Kenapa lo ga bangunin gw ?"
Rea : "Lah, lo ga minta sama gw.."
Vania : "Inisiatif kek jadi cowo.."
Rea : "Emang lo..."
Vania : "Emang gw kenapa ? Hah ?"
Rea : "Ngga.. Ga apa-apa..", sebenarnya aku ingin bilang, "Emang lo siapa gw ? Cewek gw bukan.."
Vania : "Bete ah gw.."
Rea : "Maaf.."
Vania : "Tau ah.."
Rea : "Iya iya, Vania.. Maafin gw kalo gw ga bangunin lo.. Besok-besok gw bangunin ya.."
Vania : "Hehehehehe.. Gitu dong.."
Rea : "Banyak mau nya lo.."
Vania : "Hahahahahahaha.. Biarin.. Weeekk.. Gw ke toilet dulu ya.. Daaahh.."

Vania keluar dari kelas.
Adrian datang menghampiriku lagi.

Adrian : "Oi.."
Rea : "Apa lagi ?"
Adrian : "Lo segitu deketnya sama dia ?"
Rea : "Dia siapa yang lo maksud ?"
Adrian : "Vania.. Dia lagi dideketin Nando.. Udahlah jangan digangguin.. Lo deketin Nia aja.."
Rea : "Apa sih.. Gw sama dia biasa aja.."
Adrian : "Daripada nanti lo ribut sama Nando."
Rea : "Ada Zabir.. Tenang gw.."
Adrian : "Gw sih cuma bilangin doang.. Nia juga udah mulai rada ga suka sama Vania.."
Rea : "Kenapa ?"
Adrian : "Karena lo deket sama dia.."
Rea : "Gw jadi bingung.."
Adrian : "Ngapain bingung.. Tinggal jadian.. Beres perkara.."

Bel masuk berbunyi.
Tanda untuk mulai belajar.
Vania juga sudah duduk disampingku.
Kali ini aku sedang tidak fokus belajar.
Pikiranku menjadi kacau dan perasaanku semakin tidak enak.

Aku suka dengan Nia.
Dia cantik, dia baik dan perhatian denganku.

"Apa gw terima aja ya kalo dia nembak gw?", gumamku dalam hati.

Vania : "Sstt.."
Rea : "Apa ?"
Vania : "Lo kenapa bengong ?"
Rea : "Ga apa-apa.."
Vania : "Oh.. ya udah.."

Aku hanya mencoba meperhatikan apa yang guru ajarkan walaupun tidak masuk ke otakku.
Sampai akhirnya bel istirahat tiba.
Vania terus menatapku.

Rea : "Apa sih ?"
Vania : "Gw tau lo lagi mikirin sesuatu.."
Rea : "Kayak dukun lo.."
Vania : "Cerita ke gw.. Gw dengerin kok.."
Rea : "Hhmm.. Oke deh.. Gw lagi bingung.."
Vania : "Kenapa ?"
Rea : "Gw katanya nanti mau ditembak sama Nia.."
Vania : "Terus kenapa lo bingung ?"
Rea : "Gw terima apa gw tolak ? Gw belom pernah pacaran sebelumnya.."
Vania : "Perasaan lo ke dia gimana ?"
Rea : "Gimana ya ? Gw sih tertarik sama dia.. Dia cantik terus perhatian gitu sama gw.."
Vania : "Terus apa yang bikin lo bingung sih ? Sama-sama suka mah jadian aja.."
Rea : "Masalahnya, dia ga suka kalo gw deket sama lo.."

Vania merubah posisi duduknya.
Dia memalingkan pandangannya kearah papan tulis.

Rea : "Jadi gimana ?"
Vania : "Terserah lo aja.. Kalo lo terima dia, gw siap kok untuk jauhin lo.."
Rea : "Itu yang gw ga mau, Van.."
Vania : "Ya gw ngerti apa yang dia rasain, Re.. Siapa sih yang ga cemburu liat cowoknya deket sama cewek lain.."
Rea : "Gw ga mau ngorbanin seseorang, Van.."
Vania : "Kalo lo suka, terima aja.. Gw ga apa-apa.. Gw keluar dulu ya..", langsung berdiri dan meninggalkanku dikelas.
Rea : "Van.."

Aku belum selesai bicara padanya.
Jujur, aku tidak ingin Vania menjauh dariku karena aku berpacaran dengan Nia.
Aku bingung harus bagaimana.
Disatu sisi memang aku menyukai Nia.
Siapa sih yang tidak suka melihat perempuan cantik dengan tubuh modis seperti dia ?
Tetapi, aku tidak mau dibutakan oleh perasaanku.

Adrian : "Lo berantem sama Vania ?"
Rea : "Eh.. Elu Dri..."
Adrian : "Keliatan dari sikapnya.. Berat buat dia kalo lo jadian sama Nia.."
Rea : "Terus gw harus gimana ?"
Adrian : "Lo pilih siapa ?"
Rea : "Pilih siapa ? Yang nembak gw kan cuma Nia.."
Adrian : "Kalo lo terima Nia, lo harus jauhin Vania.. Pilih mana ?"
Rea : "Ah.. Asli gw mumet, Dri.."
Adrian : "Ayo dong.. Jadi cowok harus tegas, Re.."
Rea : "Gw tanya temen gw aja deh.. Gw cabut dulu.."

Aku keluar kelas dan mencari dimana Farrel berada.
Diantara Zabir, Valen, dan Farrel, hanya Farrel yang lebih dewasa dari mereka.
Bukan dari umur, tetapi dari cara berpikirnya.
Aku bertemu mereka dikelas mereka.

Zabir : "Woi woi.. Anak baru main masuk aja.."
Rea : "Kampret.. Gw lagi ga mau becanda, Bir.."
Zabir : "Kenapa lu ? 3L ?"
Valen : "Apaan tuh ?"
Zabir : "Lesu, Lemah, Letih.."
Farrel : "Gw kira Lobang, Lembek, Legit.. Hahahahahahaha.."
Rea : "Setan, mesum bener pikiran lu.. Rel, gw lagi bingung nih.."
Farrel : "Kenapa ?"
Rea : "Lo tau kan, Nia lagi deketin gw.."
Farrel : "Tau lah.."
Rea : "Rencananya, pulang sekolah ini dia mau nembak gw ?"
Zabir : "Hah ? Ga salah tuh cewek nembak cowok ?"
Rea : "Ah.. Nanti dulu napa lu ngomongnya.."
Farrel : "Lanjut, Re.."
Rea : "Kalo gw terima dia, gw harus jauhin Vania atau Vania jauhin gw.."
Farrel : "Terus ?"
Rea : "Terus, kalo gw ga terima dia, aduh kesempatan gw buat ngerasain pacaran pupus dong.."
Zabir : "Ah lo bego bener, Re.. Namanya cowo, pantang diatur cewek.. Lo jadian, tinggal jadian.. Dia ga ada urusan sama orang-orang disekitar lo.. Lo sama Vania kan ga pacaran.."
Farrel : "Bener tuh kata kaleng sarden.. Ngapain lo pusingin.. Lo jadian sama Nia, lo tetep temenan deket sama Vania.. Beres.."
Zabir : "Ngomong apa lo barusan ?"
Farrel : "Kaleng SAR..DEN.."
Zabir : "Sue lo.."
Valen : "Jadi gimana, Re ?"
Rea : "Gw pikirin lagi deh.. Makasih ya.. Gw cabut dulu ke kelas.."

Aku pergi meninggalkan kelasnya Zabir.
Aku masuk kedalam toilet untuk sekedar mencuci mukaku.
Terlihat jelas dicermin, mukaku agak kusut karena memikirkan masalah ini.
Benar kata Zabir, hanya aku yang berhak mengatur hidupku.

Aku kembali ke kelas dan menemukan Vania sudah duduk dimeja.
Aku segera duduk disebelahnya.
Dia tidak sama sekali menatapku.

Rea : "Van.."
Vania : "...."
Rea : "Van.. Marah ya ?"
Vania : "...."
Rea : "Maafin gw Van.. Jujur, gw ga mau kita jauhan karena gw jadian sama Nia.. Gw udah pikirin semuanya.."
Vania : "...."
Rea : "Vania.. Lo ga lagi nangis kan ?"

Dia diam saja.
Dia hanya menunduk.
Aku dekati wajahku untuk melihat wajahnya.
Sial, ternyata dia sedang tertidur.
Pantas saja dia tidak menganggapi percakapanku.

Cantik.
Vania Okalina.
Gadis yang pertama kali aku jumpai.
Mukanya terlihat cantik natural pada saat dia sedang terlelap.
Aku memutuskan untuk tidak mengganggunya.
Aku rebahkan kepalaku diatas meja dan mengikutinya untuk tidur sejenak.
Arsana277
JabLai cOY
JabLai cOY dan Arsana277 memberi reputasi
3
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.