- Beranda
- Stories from the Heart
Sad Love Stories ~and happy endings~
...
TS
Citronelle
Sad Love Stories ~and happy endings~

Greetings Kaskusers and welcome to my thread.
Hello, my name is Citronelle. In French it means lemongrass (sereh).
One of the most used spices in cooking, therapy, and even medicine.
I love healing people with my advice, jadi yang mau curhat atau cerita love life nya silahkan asal masih dalam aturan SFTH.
Sad love stories, to me it's the most powerful stories.
Why?
Because it moves you. Makes you wonder how great it could be when true happiness exists.
Because love, above all, is the most powerful thing in the world.
Because it gives you hope, even when everything falls apart.
Because it's the reason we all cry watching movies and reading novels.
Because it makes us feel. As a human being.
and as for happy endings? They exists, but not always.
INDEX
Sad Love Story About
GRIEF
Part 1
Part 2 ~end~
ISOLATION
Part 1
Part 2
DENIAL
Part 1
Last updated 22/11/2016
Happy Reading
One of the most used spices in cooking, therapy, and even medicine.
I love healing people with my advice, jadi yang mau curhat atau cerita love life nya silahkan asal masih dalam aturan SFTH.
Sad love stories, to me it's the most powerful stories.
Why?
Because it moves you. Makes you wonder how great it could be when true happiness exists.
Because love, above all, is the most powerful thing in the world.
Because it gives you hope, even when everything falls apart.
Because it's the reason we all cry watching movies and reading novels.
Because it makes us feel. As a human being.
and as for happy endings? They exists, but not always.
Spoiler for Questions and Answers (Read this first):
INDEX
Sad Love Story About
GRIEF
Part 1
Part 2 ~end~
ISOLATION
Part 1
Part 2
DENIAL
Part 1
Last updated 22/11/2016
Happy Reading
Diubah oleh Citronelle 28-11-2016 10:33
anasabila memberi reputasi
1
6.9K
45
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
Citronelle
#28

Part 1
Have you ever felt like you're truly alone in this world?
No close friends, your family doesn't even care about your problems, your classmates ignoring you, felt like the whole world is your enemy?
I have.
Have you ever felt like you're truly alone in this world?
No close friends, your family doesn't even care about your problems, your classmates ignoring you, felt like the whole world is your enemy?
I have.
Aku cuma seorang pelajar biasa di kelas 1 SMP. Nothing special. Aku punya banyak teman yang berasal dari SD yang sama tempatku dulu, karena memang SD dan SMP dari satu sekolah swasta terkemuka itu berdekatan. Jaraknya pun cukup jauh dari rumahku sekitar 25 kilometer. Keluargaku memang secara finansial berkekurangan. Aku tidak pernah diberikan uang jajan untuk pegangan. Uang saku yang diberikan ibuku hanya cukup untuk membeli makan siang di kantin sekolah. Untuk pergi ke sekolah, aku diantar oleh mobil antar jemput yang memang sejak aku SD sudah mengantarkan aku sekolah. Tapi karena kondisi keuangan yang bertambah parah, aku terpaksa hanya diantarkan di pagi hari, dan untuk pulang aku harus menggunakan angkutan umum.
Aku tinggal bersama ibu dan ayahku. Ibuku yang galak namun dibalik semua itu dia yang menanggung semua beban keluarga, mulai dari makanan, dia yang harus memasak dan mencari uang untuk makan, pakaian, listrik, hingga uang sekolah ku. Bukannya tidak malu, tapi untuk bisa sekolah di sekolah swasta pilihanku ini, ibuku sampai harus menangis menahan malu demi mendapatkan keringanan uang sekolah. Sedangkan ayahku? Dia bertahun-tahun menjadi seorang pengangguran. Kerjanya hanya tidur, merokok, minum kopi, membersihkan rumah, dan beribadah. Ya, ayahku itu sangat taat ibadahnya. Semua orang suka dengannya, kecuali orang-orang terdekatnya yang memang tau sifatnya yang sebenarnya.
Hidup sebagai aku dahulu sangatlah tidak mudah. Hobiku yang pada waktu itu adalah membaca komik dan bermain game sangatlah ditentang keras oleh kedua orang tuaku. Padahal disanalah aku bisa melepaskan semua kepenatanku. Aku memang bukan anak bodoh, walaupun aku tidak serajin teman-temanku yang lain, tapi di sekolah aku selalu mendapatkan peringkat kelas. Memang kelemahanku hanyalah di mata pelajaran matematika. Untuk membeli buku komik, aku menggunakan uang makan siangku. Ibuku tidak pernah bangun di pagi hari untuk menyiapkan bekal ataupun membuatkanku sarapan. Aku selalu melewatkan hal itu. Aku makan hanya satu kali sehari, disaat pulang dari sekolah, demi membeli komik-komik kesayanganku seperti Doraemon, Nakayoshi (waktu itu buku kesatu muncul saat aku SMP), Sailor Moon, dan lain sebagainya. Namun apa daya, karena ayahku sangat menentang hal ini, ia menyita seluruh komik ku dan memberikannya kepada panti asuhan.
That's when I started hating him.
Perselingkuhannya di masa lalu membawa petaka bagi keluargaku. Kekayaannya yang dahulu mendadak dan luar biasa jumlahnya akibat menerima sogok di masa ia menjabat sebagai seorang Kepala Kantor Pelayanan Pajak di usianya yang masih 27 tahun, membuatnya gelap mata. Mobil, rumah, villa, kapal yacht, hingga bungalow di Pulau serta sejumlah ajudan pun ia miliki. Tapi ia menyembunyikan semua itu dari ibuku.
Pada saat mereka menikah, ibuku hanya diberikan uang untuk kebutuhan rumah tangga. Tidak pernah ia memberikan uang sebagai tabungan atau pegangan. Rumah yang kami tempati pun masih menyicil. Rumah yang menjadi tempat tinggalku hingga saat itu. Suatu ketika, terdengar kabar bahwa ayahku melakukan perselingkuhan dan memiliki wanita simpanan, seorang wanita dari klub hiburan malam yang mengincar hartanya. Berita tentang kekayaan ayahku pada waktu itu masih belum sampai di telinga ibuku dan disaat aku masih berusia 3 tahun mereka berdua bercerai. Sungguh tragis hingga saat setelah perceraian, ayahku sama sekali tidak pernah menafkahi kami berdua.
Aku yang masih balita itu mengalami kesedihan yang mendalam setelah ditinggal pergi oleh ayahku. Aku bahkan sering bertanya kepada ibuku,
"Mami, papi mana? Itu papiku bukan?", seruku kepada ibuku sambil menunjuk seorang pria tak dikenal di jalanan.
Ibuku hanya bisa tertunduk sedih mendengar pertanyaanku itu sambil berkata,
"Kalau memang sudah takdirnya, suatu saat papi pasti kembali."
And God answered to my prayer when I asked Jesus to bring my dad back to us, he actually did come back.
But it was nothing like I've ever imagined.
But it was nothing like I've ever imagined.
Saat aku berusia 6 tahun, ayahku kembali kerumah. Walaupun telah berganti kepercayaan dari Nasrani hingga menjadi seorang mualaf, Ibuku menerimanya dengan lapang dada. Salah satu alasannya adalah karena pernikahan itu adalah sakral dan hanya mautlah yang dapat memisahkan. Tentunya pada saat itu aku benar-benar senang karena akhirnya doaku terkabul. Little did I know, kehadirannya justru lebih banyak membawa kesedihan daripada kebahagiaan. Selama belasan tahun hidup bersama, ia menjadi seorang pengangguran.
Aku benar-benar tidak betah dirumah. Apabila ada dirumah pun, aku hanya menyendiri di kamarku yang tanpa Air-conditioner,sambil membaca komik atau menggambar, mengerjakan PR, belajar untuk ulangan, sesekali bernyanyi dengan CD-player pemberian ibuku di hari ulang tahunku. Ayahku seringkali memarahiku, terutama apabila aku tidak menguasai pelajaran matematika. Baginya itu memalukan, ia yang merupakan lulusan salah satu sekolah khusus laki-laki paling unggul di Jakarta, memiliki anak perempuan yang bodoh matematikanya. Seringkali ia memaki, meneriaki, dan tidak segan-segan memukul dan melempar barang ke arahku disaat dia marah. Bahkan seusai menunaikan ibadah dan melipat sajadah pun, dia bisa marah besar hingga merusak barang-barang yang ada dirumah. Ibuku juga tidak melakukan apa-apa untuk menghentikannya, mungkin karena takut dan ayahku memang tidak pernah main tangan dengannya. Hanya denganku.
No one stands up for me. Even my mother. She just watched as he hit me repeatedly.
Saat itu aku tidak memiliki teman baik, yang ada hanyalah teman yang memanfaatkanku karena aku sering membela dia yang menjadi korban bullying. Dia pun lebih memilih dekat dengan cewek paling populer di kelas dan menjadi minionnya, sedangkan aku menolak karena tidak menyukai sifatnya. Teman sekelasku tidak menyukaiku karena mereka menganggapku freak, cewek yang suka komik, anime, dan game online. Pada saat itu hal-hal seperti ini memang tidak populer. Namun anehnya, seringkali cowok seumuranku hingga kakak kelasku, atau murid dari sekolah sebelah menyatakan cinta padaku. Namun selalu aku tolak. Hingga tiba saat kenaikan kelas. Teman dekatku yang merupakan adik kelasku lulus dari SD kami terdahulu dan masuk ke SMP yang sama denganku.
Life has started to get better.
Memiliki hobi yang sama denganku membuat kami benar-benar dekat. She was the first real best friend that I had and until today we still talk to each other and I love her like my own sister.Saat itu aku sering bermain dirumahnya, dan orang tuaku juga mengijinkan aku menginap disana. Aku dekat dengan keluarganya, termasuk kakaknya. Teman baik kakaknya, juga sering bermain bersama kami. Dan dari sana kami pun menjadi dekat. Hingga masa PDKT pun kami didukung oleh teman-teman dekat kami.
That's when I met him and disaster gets real.
~ To be continued ~
Diubah oleh Citronelle 16-11-2016 10:36
0

