- Beranda
- Stories from the Heart
Pelangi Diatas Laut
...
TS
.raffertha
Pelangi Diatas Laut
Quote:
Aku duduk didepan jendela kamarku.
Melihat langit yang biru dan awan putih yang menghiasi.
Hari ini cukup cerah.
Membuatku ingin sekali pergi keluar hanya untuk berkunjung ke tempat-tempat yang menyenangkan.
Namaku Andrea Raffertha.
Aku biasa dipanggil Rea.
Aku lahir dikeluarga yang berkecukupan, walaupun teman-temanku selalu mengatakan bahwa aku adalah anak orang kaya.
Ya memang ayahku seorang pegawai negeri sipil yang golongannya sudah tinggi dengan jabatan menjanjikan.
Apa lagi ibuku.
Ibuku seorang Sekretaris Direksi Utama disebuah perusahaan milik negara.
Aku duduk dibangku Sekolah Menegah Atas kelas 10.
Dan dari sinilah kisahku dimulai.
Quote:
Spoiler for Sambutan:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Polling
0 suara
Siapakah sosok yang abadi dalam hati Andrea Raffertha ?
Diubah oleh .raffertha 14-08-2017 05:52
Arsana277 dan 5 lainnya memberi reputasi
6
838K
4.5K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.8KAnggota
Tampilkan semua post
TS
.raffertha
#2
Part 1
"Rea, ayo bangun."
"Rea, sudah jam 5 pagi. Waktu shubuh sebentar lagi selesai."
Aku mendengar suara.
Suara itu membangunkanku.
Dan ternyata itu adalah ibuku.
Rea : "Iya, Ma. Rea bangun.", kataku sambil bangkit dari tempat tidurku.
Mama : "Siap-siap, hari ini pertama kamu MOS. Barang-barangnya jangan ada yang ketinggalan.", berkata mamaku sambil berjalan meninggalkan kamarku.
Aku berjalan menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu dan mengerjakan ibadah dipagi hari.
Setelah itu, aku mandi untuk membersihkan diri dan bersiap menuju kesekolah baru.
Aku sudah siapkan syarat-syarat MOS kali ini, dari nametag, tas dari sumbu kompor minyak dan plastik besar, dan seragam SMPku yang sudah kecil.
"Kenapa gw jadi aneh begini.", ujarku dalam hati.
Sudahlah, biarkan saja.
Aku berusaha untuk tidak memikirkan hal-hal buruk yang akan terjadi nanti.
Setelah itu, aku keluar dari kamarku dan berjalan menuruni anak tangga untuk menuju meja makan.
Disana sudah ada ayahku dan ibuku.
Papa : "Wah, yang udah jadi anak SMA."
Rea: "Iya tapi kalau begini, males juga. Mana aneh banget ini."
Mama : "Sabar, Re. Kan cuma tiga hari. Habis itu resmi pakai putih abu-abu."
Papa : "Bener tuh. Nanti lu cari cewek yang banyak."
Mama : "Papa nih. Ngajarin yang gak bener."
Papa : "Gini-gini gw playboy dulu waktu sekolah.. Emak lo aja sampe jatuh cinta sama gw, Re.."
Mama : "Apaan.. Ga kebalik ? Dulu Papa yang ngejar-ngejar Mama.. Udah ditolak, masih aja.."
Rea : "Udah ah.. Rea terlambat nanti.. Rea berangkat ya Pa, Ma.. Assalamu 'alaikum.."
Mama : "Wa 'alaikum salam.. Hati-hati ya Re.."
Aku berangkat dari rumahku menuju sekolah.
Peraturan MOS kali ini, tidak boleh membawa kendaraan pribadi kesekolah dan alat komunikasi seperti handphone.
Jadi, mau tak mau aku harus naik angkutan umum.
"Udah jam segini, angkot masih ngetem. Telat deh gw.", gumamku dalam hati.
Tiba-tiba, ada seorang perempuan berlari menuju angkutan umum yang aku tumpangi.
Dia juga memakai peralatan MOS yang memalukan sama sepertiku.
.... : "Bang, masih lama ngetemnya? Gw telat nih.."
Rea : "Iya, Bang. Dikit lagi masuk nih.."
Tak lama kemudian, angkutan umum ini berjalan seperti biasa.
Mudah-mudahan tidak terlambat.
Perempuan ini terus menatapku, dan aku hanya membalas dengan senyuman.
.... : "Sekolah di SMA sana juga?"
Rea : "Ya.."
.... : "Masuk bareng ya.. Gw malu jalan sendirian."
Rea : "Hhmm, boleh deh.. Gw Andrea.. Panggil aja Rea.."
Vania : "Gw Vania.. Vania Okalina.."
Rea : "Panggilannya Kali.. Hahahahahahaha.."
Vania : "Dih, itu terlalu keren, Re.. Hahahahahaha.. Panggil gw Vania.."
Vania Okalina.
Dia adalah perempuan pertama yang aku temukan satu sekolah denganku.
Dia cantik dengan tubuh mungilnya.
Kulitnya putih, wajahnya manis dengan matanya yang tidak terlalu besar.
Rambutnya hitam, panjang, dan lurus.
Vania : "Lo SMP dimana, Re?"
Rea : "Gw di SMP Swasta di Rawamangun, Jakarta Timur.. Lo dimana, Van ?"
Vania : "Masih disekitar Jakarta Pusat.. Hahahahahaha.. Kalo jauh gitu, gw suka males berangkat.. Deket aja gw males.."
Rea : "Bener banget.. Tapi, seru sih di SMP.."
Vania : "Kalo kata temen-temen gw, masa SMA itu lebih indah.."
Rea : "Gw harap juga begitu, Van.."
Sampailah angkutan umum kami di tempat pemberentian terakhir.
Dari sini ke sekolahku hanya membutuhkan waktu tidak sampai 5 menit dengan berjalan kaki.
Untungnya aku dan Vania tidak terlambat.
Aku dan Vania berjalan ke sekolah bersama.
Aku perhatikan banyak murid-murid yang masih belum siap mengenakan peralatan MOS.
Mereka semua memakai atribut MOS didepan sekolah.
Vania : "Re, lo dikelas mana pas mos?"
Rea : "dikelas yang kedua.. Lo dimana, Van?"
Vania : "Itu 5 dari ujung.."
Rea : "Sebelahan sama gw, pe'a.."
Vania : "Hahahahahahahaha.."
Sekolahku mempunyai 8 kelas setiap tingkatannya.
Kelas 10 ada 8 kelas, kelas 11 dan 12 ada IPA dan IPS masing-masih 4 kelas.
Bel tanda masuk sudah berbunyi.
Aku dan Vania berpisah untuk menuju kelas masing-masing.
Dikelas ini, aku duduk nomor 2 dari belakang dipojok kiri.
Teman sebangkuku seorang lelaki yang bertubuh lebih pendek dariku.
Aku ini tergolong anak yang tinggi untuk ukuran anak seumuranku.
.... : "Oi.. Diem aja lu.."
Rea : "Iya.. Bingung gw mau ngomong apaan.."
Azka : "Kenalin.. Azka Mahadipuna.."
Rea : "Andrea Raffertha.. Panggil gw Rea..", sambil menjabat tangannya.
Azka : "Keren nama lu.."
Rea : "Biasa aja ah.. Kerenan lu, Ka.."
Azka : "Ya nama lo sesuai dengan tampang lo lah.. Putih, tinggi.."
Rea : "Lo suka sama gw ? Kampret, gw pikir lo normal.."
Azka : "Sue, lo.. Gw masih suka cewek.. Hahahahahahaha.."
Rea : "Kirain.."
Azka : "Mantan lo banyak pasti nih.."
Rea : "Ngga.. Pacaran aja gw ga pernah.."
Azka : "Bohong banget lo.. Lo ganteng gitu.."
Rea : "Kan.. Curiga gw.."
Azka Mahadipuna adalah teman lelakiku yang pertama.
Dengan tubuh yang lebih pendek dariku, tak membuat dia malu untuk bergaul denganku.
Rambutnya keriting seperti orang timur.
Tetapi mukanya tidak seperti orang timur.
Tak lama kemudian, masuklah penanggung jawab kelas kelompokku.
Mereka ada dua orang dan dua-duanya perempuan.
"Wih, cantik..", pikirku setelah melihat mereka masuk.
Dina : "Perhatian semuanya.. Kenalin, gw Herdina Indrani. Biasa dipanggil Dina.. Temen gw yang cantik ini namanya Stefania Azni, dipanggilnya Nia.. Salam kenal.."
"Salam kenal, Kak..", semua murid bersorak
Azka : "Nia cantik, bro.."
Rea : "Hhmm, ya.. Bener lo.."
Sedikit deskripsi tentang kakak kelasku ini.
Herdina Indrani, biasa dipanggil Dina.
Rambutnya hitam lurus dengan tubuh yang tidak terlalu gemuk dan tidak terlalu kurus.
Bentuk tubuhnya bagus, dan wajahnya tidak begitu cantik.
Nah, kalau Stefania Azni atau Nia, jelas lebih cantik dari Dina.
Bentuk tubuhnya indah sekali.
Kulitnya putih dan wajahnya seperti keturunan timur-tengah.
Tapi, Nia ini lebih pendiam dari Dina.
Dina lebih banyak bicara daripada Nia.
Dina : "Sekarang coba tolong kenalin diri kalian satu-satu didepan.."
Satu persatu murid maju kedepan untuk memperkenalkan diri mereka.
Mereka dari latar belakang yang berbeda-beda.
Dan sampailah giliranku.
Rea : "Hai, semua.."
"Hai..", murid perempuan membalas salamku.
Dina : "Kok cewek semua yang nanggepin ?"
Nia : "Udah terusin aja.."
Rea : "Nama gw Andrea Raffertha, biasa dipanggil Rea.."
Dina : "Mantan udah berapa ?"
Rea : "Mantan apaan.. Pacaran aja saya belom pernah, Kak.."
"Bohong tuh, Kak..", teriak salah satu murid perempuan.
Dina : "Tampang lo ga punya mantan.."
Rea : "Beneran.. Gw belom pernah pacaran.."
Dina : "Ya udah.."
Aku pun berjalan ke tempat dudukku.
Dina : "Eh siapa yang nyuruh lo duduk ? Ganteng-ganteng bego.."
Rea : "Apa lagi ?"
Dina : "Minta nomor HP lo dong.."
Aku memberikan nomor HPku ke Dina.
Dina : "Ya udah sana duduk.."
Rea : "Ya.."
Begitulah yang aku hadapi di MOS kali ini.
Hari pertama hanya perkenalan.
Beruntungnya aku tidak mendapatkan perkeloncoan dari para senior karena aku hanya diam dan menuruti semua apa kata senior disini.
Ya bisa dibilang, aku ini cari aman.
Sampai akhirnya tiba saat dimana aku diperbolehkan pulang.
Dalam perjalanan ke pangkalan angkutan umum, aku bertemu dengan teman saat aku SMP dulu.
Namanya Alvian Pratama.
Aku biasa memanggilnya Vian.
Rea : "Woi.."
Vian : "Anjrit! Rea.."
Rea : "Hahahahahha.. Sekolah disini juga ?"
Vian : "Iya.. Terpaksa gw.. NEM gw ga cukup buat masuk SMA sana.."
Rea : "Lah sama.. Asem bener dah.. Padahal kawan-kawan banyak ya disana.."
Vian : "Yoi, bro.. Nikmatin aja dah.."
Tak lama kemudian, perempuan yang aku temui pagi tadi menghampiriku.
Vania : "Rea.."
Rea : "Oi, Van.."
Vania : "Balik bareng, yuk.."
Rea : "Ayo.. Oh iya kenalin ini temen SMP gw, Vian.."
Vian : "Vian.."
Vania : "Vania.."
Vian : "Gw duluan ya.. Kita beda arah nih.."
Rea : "Ya.. Hati-hati lo.."
Aku dan Vania melanjutkan perjalanan ke pangkalan angkutan umum untuk pulang ke rumah.
Vania : "Tadi gw ga sengaja lewat tempat kakak-kakak senior pada ngumpul.."
Rea : "Terus ?"
Vania : "Kayaknya mereka ngomongin lo deh.."
Rea : "Kenapa sama gw ?"
Vania : "Ngga tau gw juga.. Gw cuma denger mereka nyebut nama lo, Andrea Raffertha."
Rea : "Hhmm.. Pasti ada kakak senior kelas gw disana.."
Vania : "Gw juga tadi digodain. Bete banget gw.."
Rea : "Digodain siapa ?"
Vania : "Itu, kakak senior kelas gw.. Dia cowok.. Sok ganteng banget.. Jijik gw.."
Rea : "Hahahahahahahaha.. Dia katarak kali ga bisa bedain cewek cantik sama cewek jelek.."
Vania : "Maksud lo gw jelek ?"
Rea : "Ngga, lo pendek.. Hahahahahahaha.."
Vania : "Iihhh.. Songong lo..", sambil mencubit tanganku.
Rea : "Aduh.. Sakit, bego.."
Vania : "Abis lo ngeselin.."
Rea : "Hahahahahaha.. Udah yuk balik.."
Aku dan Vania naik ke sebuah angkutan umum menuju rumah kami masing-masing.
Beruntung, angkutan kami tidak terlalu penuh dan langsung berangkat.
Vania : "Re.."
Rea : "....", aku hanya diam dan melihat kearah lain.
Vania : "REA !!", Vania teriak ditelingaku.
Rea : "Aduuhh.. Apa sih.. Gw denger kali.."
Vania : "Gw boleh minta nomor lo ngga ?"
Rea : "Boleh.. Gw tulis dimana ?"
Vania : "Dibuku gw aja nih.."
Aku menulis nomor HPku di buku Vania.
Setelah itu Vania turun dari angkutan umum dan berjalan menuju rumahnya.
Aku melanjutkan perjalanan menuju rumahku.
Sesampainya dirumah, aku cek HPku ada SMS masuk dengan nomor yang tak dikenal.
Siapa ya ?
"Rea, sudah jam 5 pagi. Waktu shubuh sebentar lagi selesai."
Aku mendengar suara.
Suara itu membangunkanku.
Dan ternyata itu adalah ibuku.
Rea : "Iya, Ma. Rea bangun.", kataku sambil bangkit dari tempat tidurku.
Mama : "Siap-siap, hari ini pertama kamu MOS. Barang-barangnya jangan ada yang ketinggalan.", berkata mamaku sambil berjalan meninggalkan kamarku.
Aku berjalan menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu dan mengerjakan ibadah dipagi hari.
Setelah itu, aku mandi untuk membersihkan diri dan bersiap menuju kesekolah baru.
Aku sudah siapkan syarat-syarat MOS kali ini, dari nametag, tas dari sumbu kompor minyak dan plastik besar, dan seragam SMPku yang sudah kecil.
"Kenapa gw jadi aneh begini.", ujarku dalam hati.
Sudahlah, biarkan saja.
Aku berusaha untuk tidak memikirkan hal-hal buruk yang akan terjadi nanti.
Setelah itu, aku keluar dari kamarku dan berjalan menuruni anak tangga untuk menuju meja makan.
Disana sudah ada ayahku dan ibuku.
Papa : "Wah, yang udah jadi anak SMA."
Rea: "Iya tapi kalau begini, males juga. Mana aneh banget ini."
Mama : "Sabar, Re. Kan cuma tiga hari. Habis itu resmi pakai putih abu-abu."
Papa : "Bener tuh. Nanti lu cari cewek yang banyak."
Mama : "Papa nih. Ngajarin yang gak bener."
Papa : "Gini-gini gw playboy dulu waktu sekolah.. Emak lo aja sampe jatuh cinta sama gw, Re.."
Mama : "Apaan.. Ga kebalik ? Dulu Papa yang ngejar-ngejar Mama.. Udah ditolak, masih aja.."
Rea : "Udah ah.. Rea terlambat nanti.. Rea berangkat ya Pa, Ma.. Assalamu 'alaikum.."
Mama : "Wa 'alaikum salam.. Hati-hati ya Re.."
Aku berangkat dari rumahku menuju sekolah.
Peraturan MOS kali ini, tidak boleh membawa kendaraan pribadi kesekolah dan alat komunikasi seperti handphone.
Jadi, mau tak mau aku harus naik angkutan umum.
"Udah jam segini, angkot masih ngetem. Telat deh gw.", gumamku dalam hati.
Tiba-tiba, ada seorang perempuan berlari menuju angkutan umum yang aku tumpangi.
Dia juga memakai peralatan MOS yang memalukan sama sepertiku.
.... : "Bang, masih lama ngetemnya? Gw telat nih.."
Rea : "Iya, Bang. Dikit lagi masuk nih.."
Tak lama kemudian, angkutan umum ini berjalan seperti biasa.
Mudah-mudahan tidak terlambat.
Perempuan ini terus menatapku, dan aku hanya membalas dengan senyuman.
.... : "Sekolah di SMA sana juga?"
Rea : "Ya.."
.... : "Masuk bareng ya.. Gw malu jalan sendirian."
Rea : "Hhmm, boleh deh.. Gw Andrea.. Panggil aja Rea.."
Vania : "Gw Vania.. Vania Okalina.."
Rea : "Panggilannya Kali.. Hahahahahahaha.."
Vania : "Dih, itu terlalu keren, Re.. Hahahahahaha.. Panggil gw Vania.."
Vania Okalina.
Dia adalah perempuan pertama yang aku temukan satu sekolah denganku.
Dia cantik dengan tubuh mungilnya.
Kulitnya putih, wajahnya manis dengan matanya yang tidak terlalu besar.
Rambutnya hitam, panjang, dan lurus.
Vania : "Lo SMP dimana, Re?"
Rea : "Gw di SMP Swasta di Rawamangun, Jakarta Timur.. Lo dimana, Van ?"
Vania : "Masih disekitar Jakarta Pusat.. Hahahahahaha.. Kalo jauh gitu, gw suka males berangkat.. Deket aja gw males.."
Rea : "Bener banget.. Tapi, seru sih di SMP.."
Vania : "Kalo kata temen-temen gw, masa SMA itu lebih indah.."
Rea : "Gw harap juga begitu, Van.."
Sampailah angkutan umum kami di tempat pemberentian terakhir.
Dari sini ke sekolahku hanya membutuhkan waktu tidak sampai 5 menit dengan berjalan kaki.
Untungnya aku dan Vania tidak terlambat.
Aku dan Vania berjalan ke sekolah bersama.
Aku perhatikan banyak murid-murid yang masih belum siap mengenakan peralatan MOS.
Mereka semua memakai atribut MOS didepan sekolah.
Vania : "Re, lo dikelas mana pas mos?"
Rea : "dikelas yang kedua.. Lo dimana, Van?"
Vania : "Itu 5 dari ujung.."
Rea : "Sebelahan sama gw, pe'a.."
Vania : "Hahahahahahahaha.."
Sekolahku mempunyai 8 kelas setiap tingkatannya.
Kelas 10 ada 8 kelas, kelas 11 dan 12 ada IPA dan IPS masing-masih 4 kelas.
Bel tanda masuk sudah berbunyi.
Aku dan Vania berpisah untuk menuju kelas masing-masing.
Dikelas ini, aku duduk nomor 2 dari belakang dipojok kiri.
Teman sebangkuku seorang lelaki yang bertubuh lebih pendek dariku.
Aku ini tergolong anak yang tinggi untuk ukuran anak seumuranku.
.... : "Oi.. Diem aja lu.."
Rea : "Iya.. Bingung gw mau ngomong apaan.."
Azka : "Kenalin.. Azka Mahadipuna.."
Rea : "Andrea Raffertha.. Panggil gw Rea..", sambil menjabat tangannya.
Azka : "Keren nama lu.."
Rea : "Biasa aja ah.. Kerenan lu, Ka.."
Azka : "Ya nama lo sesuai dengan tampang lo lah.. Putih, tinggi.."
Rea : "Lo suka sama gw ? Kampret, gw pikir lo normal.."
Azka : "Sue, lo.. Gw masih suka cewek.. Hahahahahahaha.."
Rea : "Kirain.."
Azka : "Mantan lo banyak pasti nih.."
Rea : "Ngga.. Pacaran aja gw ga pernah.."
Azka : "Bohong banget lo.. Lo ganteng gitu.."
Rea : "Kan.. Curiga gw.."
Azka Mahadipuna adalah teman lelakiku yang pertama.
Dengan tubuh yang lebih pendek dariku, tak membuat dia malu untuk bergaul denganku.
Rambutnya keriting seperti orang timur.
Tetapi mukanya tidak seperti orang timur.
Tak lama kemudian, masuklah penanggung jawab kelas kelompokku.
Mereka ada dua orang dan dua-duanya perempuan.
"Wih, cantik..", pikirku setelah melihat mereka masuk.
Dina : "Perhatian semuanya.. Kenalin, gw Herdina Indrani. Biasa dipanggil Dina.. Temen gw yang cantik ini namanya Stefania Azni, dipanggilnya Nia.. Salam kenal.."
"Salam kenal, Kak..", semua murid bersorak
Azka : "Nia cantik, bro.."
Rea : "Hhmm, ya.. Bener lo.."
Sedikit deskripsi tentang kakak kelasku ini.
Herdina Indrani, biasa dipanggil Dina.
Rambutnya hitam lurus dengan tubuh yang tidak terlalu gemuk dan tidak terlalu kurus.
Bentuk tubuhnya bagus, dan wajahnya tidak begitu cantik.
Nah, kalau Stefania Azni atau Nia, jelas lebih cantik dari Dina.
Bentuk tubuhnya indah sekali.
Kulitnya putih dan wajahnya seperti keturunan timur-tengah.
Tapi, Nia ini lebih pendiam dari Dina.
Dina lebih banyak bicara daripada Nia.
Dina : "Sekarang coba tolong kenalin diri kalian satu-satu didepan.."
Satu persatu murid maju kedepan untuk memperkenalkan diri mereka.
Mereka dari latar belakang yang berbeda-beda.
Dan sampailah giliranku.
Rea : "Hai, semua.."
"Hai..", murid perempuan membalas salamku.
Dina : "Kok cewek semua yang nanggepin ?"
Nia : "Udah terusin aja.."
Rea : "Nama gw Andrea Raffertha, biasa dipanggil Rea.."
Dina : "Mantan udah berapa ?"
Rea : "Mantan apaan.. Pacaran aja saya belom pernah, Kak.."
"Bohong tuh, Kak..", teriak salah satu murid perempuan.
Dina : "Tampang lo ga punya mantan.."
Rea : "Beneran.. Gw belom pernah pacaran.."
Dina : "Ya udah.."
Aku pun berjalan ke tempat dudukku.
Dina : "Eh siapa yang nyuruh lo duduk ? Ganteng-ganteng bego.."
Rea : "Apa lagi ?"
Dina : "Minta nomor HP lo dong.."
Aku memberikan nomor HPku ke Dina.
Dina : "Ya udah sana duduk.."
Rea : "Ya.."
Begitulah yang aku hadapi di MOS kali ini.
Hari pertama hanya perkenalan.
Beruntungnya aku tidak mendapatkan perkeloncoan dari para senior karena aku hanya diam dan menuruti semua apa kata senior disini.
Ya bisa dibilang, aku ini cari aman.
Sampai akhirnya tiba saat dimana aku diperbolehkan pulang.
Dalam perjalanan ke pangkalan angkutan umum, aku bertemu dengan teman saat aku SMP dulu.
Namanya Alvian Pratama.
Aku biasa memanggilnya Vian.
Rea : "Woi.."
Vian : "Anjrit! Rea.."
Rea : "Hahahahahha.. Sekolah disini juga ?"
Vian : "Iya.. Terpaksa gw.. NEM gw ga cukup buat masuk SMA sana.."
Rea : "Lah sama.. Asem bener dah.. Padahal kawan-kawan banyak ya disana.."
Vian : "Yoi, bro.. Nikmatin aja dah.."
Tak lama kemudian, perempuan yang aku temui pagi tadi menghampiriku.
Vania : "Rea.."
Rea : "Oi, Van.."
Vania : "Balik bareng, yuk.."
Rea : "Ayo.. Oh iya kenalin ini temen SMP gw, Vian.."
Vian : "Vian.."
Vania : "Vania.."
Vian : "Gw duluan ya.. Kita beda arah nih.."
Rea : "Ya.. Hati-hati lo.."
Aku dan Vania melanjutkan perjalanan ke pangkalan angkutan umum untuk pulang ke rumah.
Vania : "Tadi gw ga sengaja lewat tempat kakak-kakak senior pada ngumpul.."
Rea : "Terus ?"
Vania : "Kayaknya mereka ngomongin lo deh.."
Rea : "Kenapa sama gw ?"
Vania : "Ngga tau gw juga.. Gw cuma denger mereka nyebut nama lo, Andrea Raffertha."
Rea : "Hhmm.. Pasti ada kakak senior kelas gw disana.."
Vania : "Gw juga tadi digodain. Bete banget gw.."
Rea : "Digodain siapa ?"
Vania : "Itu, kakak senior kelas gw.. Dia cowok.. Sok ganteng banget.. Jijik gw.."
Rea : "Hahahahahahahaha.. Dia katarak kali ga bisa bedain cewek cantik sama cewek jelek.."
Vania : "Maksud lo gw jelek ?"
Rea : "Ngga, lo pendek.. Hahahahahahaha.."
Vania : "Iihhh.. Songong lo..", sambil mencubit tanganku.
Rea : "Aduh.. Sakit, bego.."
Vania : "Abis lo ngeselin.."
Rea : "Hahahahahaha.. Udah yuk balik.."
Aku dan Vania naik ke sebuah angkutan umum menuju rumah kami masing-masing.
Beruntung, angkutan kami tidak terlalu penuh dan langsung berangkat.
Vania : "Re.."
Rea : "....", aku hanya diam dan melihat kearah lain.
Vania : "REA !!", Vania teriak ditelingaku.
Rea : "Aduuhh.. Apa sih.. Gw denger kali.."
Vania : "Gw boleh minta nomor lo ngga ?"
Rea : "Boleh.. Gw tulis dimana ?"
Vania : "Dibuku gw aja nih.."
Aku menulis nomor HPku di buku Vania.
Setelah itu Vania turun dari angkutan umum dan berjalan menuju rumahnya.
Aku melanjutkan perjalanan menuju rumahku.
Sesampainya dirumah, aku cek HPku ada SMS masuk dengan nomor yang tak dikenal.
Siapa ya ?
JabLai cOY dan 4 lainnya memberi reputasi
5
