Gue itu masih anak ingusan. Jauh dari kata dewasa. Masa kecil gue sering dihabisin dengan berantem sama temen-temen, semua juga berani gue lawan, karena gue selalu menang. Sampai sekarang pun gue masih pakai anting tindik, tapi kalau lagi jalan sama doi pasti disuruh lepas. Pokoknya dulu itu, kalau ada orang berani ngelawan, gue bilang A dia bilang B, dia gue kalahin.

Tapi sejak gue kenal dia, gw tobat, gue lepas semua itu dan berubah jadi seperti sekarang.

Gue itu ambivert. Punya sisi terbuka dan punya sisi tertutup juga. Hobi gue itu main game online.
Untungnya doi juga memiliki sisi yang sama seperti gue, jadi kita berdua cocok.

Pertama kali gue bisa deket sama doi, waktu itu karena chatting sama doi di Line. Berhubung gue itu anak perantauan, gue nggak begitu banyak punya temen di kota tempat gue kuliah ini. Tapi ada satu orang disini, yang ternyata adalah temen deketnya doi, udah seperti kakak angkatnya doi. Doi udah dianggap seperti anak sendiri bahkan sama mamanya temen gue ini. Nah, gue dikasih tau temen gue ini kalau gue bisa dekat sama doi itu udah seperti keajaiban. Yang ngechat doi sehari itu lebih dari 20 orang dan satupun dari mereka nggak ada yang dibales.

Seperti yang bisa kalian tebak, cewek ini adalah seorang primadona. Senyumnya bisa bikin cowok terpana.



Gue heran sebenernya gimana dia bisa mau sama gue. Tapi satu hal yang perhaps I did right, saat dia lagi grieving, sampai sekarang pun. Foto-foto di handphone nya itu masih sama mantannya. And I respect that.Gue yakin kalau gue yang mengalami pun nggak akan bisa menahan. Gue tau dia itu cewek yang kuat, yet fragile, and despite all her hardships in life, dia berhasil merubah sesuatu yang negatif menjadi sesuatu yang positif. Ini yang bikin gue jatuh cinta sama doi. Bukan karena kecantikannya atau kemapanannya.



Gue gak pernah meminta dia untuk melupakan mantannya. So I said to her,

"Aku gak apa-apa kalau kamu masih mau pasang semua foto mu sama dia. Aku mungkin nggak akan pernah ngalamin ini tapi paling nggak bisa sedikit mengerti apa yang kamu alami."

Setelah itu dia bertanya, dia memang dulu memanggil mantannya itu "koko",

"Emangnya kalau aku masih sering nyekar koko ku, kamu nggak apa-apa?"

Gue bilang,

"Aku bukan mau menggantikan posisi si Koko, karena memang dia nggak akan bisa digantiin. Jadi nggak masalah kalau kamu tetap nyekar. Ayo aku sekalian ikut nyekar koko mu sekalian aku pingin buat janji sama dia."