- Beranda
- Stories from the Heart
Don't say "I Love You" too much
...
TS
dewiskumaneko
Don't say "I Love You" too much
*Judul diganti (sebelumnya Don't say "I Love You" too much) karena judul yg lama kesannya agak terlalu dramatis
*Selamat pagi buat semua momod, agan, sista dan para master lainnya yang sudah terlebih dulu meramaikan jagad SFTH
setelah sering baca kisah yang ada di SFTH ini, saya jadi tergelitik untuk menuliskan kisah yang saya alami ini. hehehe
ini murni aku alami semuanya, ceritanya agak gak penting dan maybe kurang menarik. tapi ini murni pengen cerita karena aku gak mau inget-inget ini sendirian, maunya bisa berbagi sama yg lainnya, semoga bisa berguna ya cerita ini
mungkin ada beberapa bagian yang kurang sesuai sama kejadian aslinya, harap maklum dikarenakan ingatanku yang super duper payah jadi ya agak lupa gitu, tapi tetep bakal diceritakan kok meski gak detail dan gak bakal ngerubah esensi ceritanya
dan seperti kisah SFTH pada umumnya, semua nama tokoh dalam cerita ini disamarkan ya kak (mohon pengertiannya
)RULES!
1. Kepo diperbolehkan asal masih batas wajar
2. dilarang komentar dengan kata-kata kasar
3. kritik, saran sangat diperbolehkan asal masih dalam batas wajar dan tidak menyudutkan pihak manapun
4. selebihnya saya manut sama general rules SFTH
RALAT
Update aku usahakan tiap hari kalo lagi mood/udah inget lagi sama kejadiannya
"aku menghargai readers yang kasih semangat buat update, jadi meski mungkin dalam penulisan cerita ini masih banyak kekurangan, aku berjanji tidak akan ada kentang diantara kita alias cerita ini akan aku selesaikan
" Quote:
so, bisa kita mulai ceritanya?
Quote:
Diubah oleh dewiskumaneko 22-10-2017 19:08
anasabila memberi reputasi
1
4K
35
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
dewiskumaneko
#10
Part 3
udah hampir sebulan aku kenal dia. Anaknya emang ramah banget, senyumnya menghangatkan dan yang paling penting dia itu pinter, cerdas! Meski kadang-kadang tingkahku emang norak dan annoying tapi dia tetep jadi temen yang baik. Malem itu kayak biasanya, aku datang untuk bimbel. Aku melirik jam tanganku , pukul 19.00, sepi. Anak-anak pasti udah di kelas. Aku berjalan ke kelas dan melewati parkiran sepeda. Lho? Kok Cuma ada sepedanya Olan? Gak ambil pusing, aku jalan lagi ke kelas dan ternyata di kelas juga cuma ada Olan yang lagi duduk-duduk nunggu sesuatu. Sadar sama kedatanganku, si Olan langsung bersuara
“hari ini gak ada bimbel ti, Pak Win ada keperluan.”
“lah terus anak-anak dimana? Udah pulang?”
“iya, tadi udah pada balik semua begitu tau ada pengumuman kalo gak ada bimbel.”
“kamu sendiri? Belum pulang?”
“nanti, aku masih nunggu Adi, mau kasih tau kalo gak ada bimbel sekalian mau ajak dia main hehehe”
Aku manggut manggut sambil ketik sms ke mbakku untuk kasih tau papa biar jemput aku sekarang. Kami ngobrol ngalor ngidul gak jelas sambil nunggu Adi dan jemputanku. Tiba-tiba Olan bilang
“Ti, Adi suka kamu lho, katanya kamu pinter.”
Tiga detik pertama, aku bengong. Tiga detik berikutnya aku masih bengong tapi mulai cengengesan. Tiga detik berikutnya aku mulai biasa aja.
“yaudah Lan, aku pulang ya. Kayaknya aku udah dijemput, daahh”,
aku turun dari meja dan berjalan menuju gerbang. Aku? Pinter? Ngaco tu anak, jelas-jelas dia jauh lebih pinter
**
Ujian kelulusan semakin dekat, gak di sekolah, di LBB bahkan di bimbel Pak Win pun aku ketemu sama soal-soal yang beragam. Kata mereka selaku pengajar sih ini berguna biar kami terbiasa sama soal. Malam itu lagi-lagi aku harus mengikuti kelas bimbel Pak Win, dan malam itu juga kelas lebih hening dari biasanya karena Pak Win membacakan soal-soal beserta pilihan jawabannya sedangkan kami diwajibkan untuk mendengarkan. Di tengah keseriusan kami, tiba-tiba Pak Win keluar. Kami berhenti sejenak sambil diskusi kecil, tepatnya diskusi kecocokan jawaban dengan teman di dekat kami, hahaha
Sepuluh menit kemudian, Pak Win kembali ke kelas, memberitahukan bahwa beliau akan keluar sebentar mengantar istrinya dan pembacaan soal akan diserahkan kepada salah satu dari kami. Setelah berunding, akhirnya aku yang ditunjuk untuk membacakan lanjutan soalnya karena suaraku di anggap paling keras
. Sepeninggalan Pak win, aku yang mengambil alih kelas hahaha aku berasa keren waktu itu. Aku membacakan soal dengan hati-hati, juga aku mengulangi jika ada teman yang kurang jelas atau membutuhkan waktu lebih untuk memahami soal tersebut. Tapi, di setiap kelas pasti ada pengganggu kan? Di kelas bimbelku ada satu anak yang mengganggu, namanya Yanto. Yanto yang gak sabaran sama soal berikutnya lantas langsung merebut lembar soal itu dari aku dan membawa ke mejanya. Langsung saja meja Yanto dikerumuni anak lainnya yang juga mau menyelesaikan latihan soal itu secepatnya. Aku berusaha merebut soal itu, gak peduli pukulan apapun aku keluarkan ke arah Yanto, tapi tetep aja aku gak bisa merebut soal itu kembali. Aku gak bisa ngapa-ngapain, Cuma bisa diem ngeliatin mereka kayak orang bego. Setengah jam kemudian, Pak Win datang sama istrinya. Anak-anak yang tadi berkerumun langsung membubarkan diri dan lembar soal pun dikempalikan kepadaku. Dengan kesal aku melanjutkan membacakan soal yang tadi sempat tertunda. Belum juga selesai soal itu, Pak Win masuk kelas. Aku gugup setengah mati, takut dan mau nangis juga.
“selama itu kenapa masih nomor lima? Daritadi ngapain aja?”
DEGGG, aku membeku, mulutku gak bisa bergerak dan aku cuma bisa menatap ke bawah
“Anti? Kenapa masih nomor lima?”
“i..itu pak..anu..”
Teman-temanku yang lainnya ribut, bisik-bisik. Aku tetap terdiam sampai akhirnya
“tadi soal udah dibacain sama Anti pak, tapi baru nomor lima, soal udah direbut sama Yanto. Anti udah usaha rebut tapi gak bisa yaudah jadinya kelas ribut karena mau lihat soal yang dipegang Yanto.”,
Adi menjelaskan kronologinya disusul persetujuan dari Olan karena memang kayak gitu kejadiannya. Setelah mendengar penjelasan itu, pak win meminta soalnya kembali, tersenyum padaku dan mempersilakan aku kembali duduk di tempatku.
Adi, kenapa kamu harus bela aku? Saat itu aku benar-benar lega, perasaanku rasanya hangat. Sejak itu juga aku sadar sudah memandang Adi dengan sudut pandang yang berbeda.
“hari ini gak ada bimbel ti, Pak Win ada keperluan.”
“lah terus anak-anak dimana? Udah pulang?”
“iya, tadi udah pada balik semua begitu tau ada pengumuman kalo gak ada bimbel.”
“kamu sendiri? Belum pulang?”
“nanti, aku masih nunggu Adi, mau kasih tau kalo gak ada bimbel sekalian mau ajak dia main hehehe”
Aku manggut manggut sambil ketik sms ke mbakku untuk kasih tau papa biar jemput aku sekarang. Kami ngobrol ngalor ngidul gak jelas sambil nunggu Adi dan jemputanku. Tiba-tiba Olan bilang
“Ti, Adi suka kamu lho, katanya kamu pinter.”
Tiga detik pertama, aku bengong. Tiga detik berikutnya aku masih bengong tapi mulai cengengesan. Tiga detik berikutnya aku mulai biasa aja.
“yaudah Lan, aku pulang ya. Kayaknya aku udah dijemput, daahh”,
aku turun dari meja dan berjalan menuju gerbang. Aku? Pinter? Ngaco tu anak, jelas-jelas dia jauh lebih pinter
**
Ujian kelulusan semakin dekat, gak di sekolah, di LBB bahkan di bimbel Pak Win pun aku ketemu sama soal-soal yang beragam. Kata mereka selaku pengajar sih ini berguna biar kami terbiasa sama soal. Malam itu lagi-lagi aku harus mengikuti kelas bimbel Pak Win, dan malam itu juga kelas lebih hening dari biasanya karena Pak Win membacakan soal-soal beserta pilihan jawabannya sedangkan kami diwajibkan untuk mendengarkan. Di tengah keseriusan kami, tiba-tiba Pak Win keluar. Kami berhenti sejenak sambil diskusi kecil, tepatnya diskusi kecocokan jawaban dengan teman di dekat kami, hahaha
Sepuluh menit kemudian, Pak Win kembali ke kelas, memberitahukan bahwa beliau akan keluar sebentar mengantar istrinya dan pembacaan soal akan diserahkan kepada salah satu dari kami. Setelah berunding, akhirnya aku yang ditunjuk untuk membacakan lanjutan soalnya karena suaraku di anggap paling keras
. Sepeninggalan Pak win, aku yang mengambil alih kelas hahaha aku berasa keren waktu itu. Aku membacakan soal dengan hati-hati, juga aku mengulangi jika ada teman yang kurang jelas atau membutuhkan waktu lebih untuk memahami soal tersebut. Tapi, di setiap kelas pasti ada pengganggu kan? Di kelas bimbelku ada satu anak yang mengganggu, namanya Yanto. Yanto yang gak sabaran sama soal berikutnya lantas langsung merebut lembar soal itu dari aku dan membawa ke mejanya. Langsung saja meja Yanto dikerumuni anak lainnya yang juga mau menyelesaikan latihan soal itu secepatnya. Aku berusaha merebut soal itu, gak peduli pukulan apapun aku keluarkan ke arah Yanto, tapi tetep aja aku gak bisa merebut soal itu kembali. Aku gak bisa ngapa-ngapain, Cuma bisa diem ngeliatin mereka kayak orang bego. Setengah jam kemudian, Pak Win datang sama istrinya. Anak-anak yang tadi berkerumun langsung membubarkan diri dan lembar soal pun dikempalikan kepadaku. Dengan kesal aku melanjutkan membacakan soal yang tadi sempat tertunda. Belum juga selesai soal itu, Pak Win masuk kelas. Aku gugup setengah mati, takut dan mau nangis juga.“selama itu kenapa masih nomor lima? Daritadi ngapain aja?”
DEGGG, aku membeku, mulutku gak bisa bergerak dan aku cuma bisa menatap ke bawah
“Anti? Kenapa masih nomor lima?”
“i..itu pak..anu..”
Teman-temanku yang lainnya ribut, bisik-bisik. Aku tetap terdiam sampai akhirnya
“tadi soal udah dibacain sama Anti pak, tapi baru nomor lima, soal udah direbut sama Yanto. Anti udah usaha rebut tapi gak bisa yaudah jadinya kelas ribut karena mau lihat soal yang dipegang Yanto.”,
Adi menjelaskan kronologinya disusul persetujuan dari Olan karena memang kayak gitu kejadiannya. Setelah mendengar penjelasan itu, pak win meminta soalnya kembali, tersenyum padaku dan mempersilakan aku kembali duduk di tempatku.
Adi, kenapa kamu harus bela aku? Saat itu aku benar-benar lega, perasaanku rasanya hangat. Sejak itu juga aku sadar sudah memandang Adi dengan sudut pandang yang berbeda.
Diubah oleh dewiskumaneko 13-11-2016 22:57
0