- Beranda
- Stories from the Heart
Yaudah, gue mati aja
...
TS
dasadharma10
Yaudah, gue mati aja
Cover By: kakeksegalatahu
Thank for your read, and 1000 shares. I hope my writing skill will never fade.
Gue enggak tau tulisan di atas bener apa enggak, yang penting kalian tau maksud gue


----------
----------
PERLU DIKETAHUI INI BUKAN KISAH DESPERATE, JUDULNYA EMANG ADA KATA MATI, TAPI BUKAN BERARTI DI AKHIR CERITA GUE BAKALAN MATI.
----------
Spoiler for QandA:
WARNING! SIDE STORY KHUSUS 17+
NOTE! SIDE STORY HANYA MEMPERJELAS DAN BUKAN BAGIAN DARI MAIN STORY
Spoiler for Ilustrasi:
Cerita gue ini sepenuhnya REAL bagi orang-orang yang mengalaminya. Maka, demi melindungi privasi, gue bakalan pake nama asli orang-orang itu. Nggak, gue bercanda, gue bakal mengganti nama mereka dengan yang lebih bagus. Dengan begitu tidak ada pihak yang merasa dirugikan. Kecuali mata kalian.
Spoiler for INDEX:
Diubah oleh dasadharma10 06-01-2017 18:49
xue.shan dan 10 lainnya memberi reputasi
11
1.1M
3.5K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
dasadharma10
#2720
PART 86
Seorang cewek keluar kosan sambil membawa tas besar. Barusan dia diusir sama bapak kos. Enggak, gue bercanda. Dia memutuskan untuk pindah kos, berpisah dari yang lainnya.
“Kamu beneran mau pindah kos?” tanya Sintya.
Masayu mengangguk, “Disini jadi obat nyamuk! Kamu sama Wahyu udah nikah, mas Roni sama mbak Irma juga udah gitu banget, mana kuat aku sendirian terus.”
“Kalo kamu pergi … nanti aku nonton drama Korea sama siapa,” keluh Sintya.
“Uluuh-uluhh….” Masayu memeluk Sintya, “Aku cuma pindah kos, enggak jauh juga kosannya. Aku bakal sering-sering kesini deh.”
“Janji?”
“Janji!”
“Udah meluknya, nanti lecet enggak ada gantinya,” seru koh Wahyu dari jalan.
“Yaudah, aku pindahan dulu ya, Shin? Suamimu aku pinjem dulu.”
“Wahyu, kamu anterin sampe kosan dia. Bantuin angkat-angkat juga, kalo sampe ada laporan dia angkat sendiri, tak hajar koe,” seru mas Roni dari teras.
Koh Wahyu menelan ludah berat-berat, “Siap, Mas!”
Sejak pindah dari kos pak jendral, Masayu memulai kehidupannya lagi. Dia mulai mengikuti bimbingan belajar disana-sini. Dia enggak mau stuck di satu tempat hanya gara-gara penyakitnya, dia pengin kehidupannya sesuai dengan mimpinya selama ini.
“Jadi pegawai bank kayak Mama, terus punya suami setia kayak Papa!”
“Kamu ngomong sama siapa?” tanya seorang cowok terbengong melihat dia.
Masayu yang baru sadar ada cowo yang daritadi melihat dia ngomong sendiri jadi salah tingkah.
“Eh, eng… enggak kok.”
Cowok itu mengulurkan tangannya ke depan Masayu, “Aku Veri.”
“Masayu,” jawabnya menjabat tangan cowok itu.
Veri, dia inilah cowok yang beberapa waktu lalu gue dateng ke tempat nikahannya sama Masayu. Apa mungkin dia ninggalin Masayu gara-gara sakitnya ini? apa ada masalah lain? Sampe situ gue enggak tau. Gue enggak tau dan enggak mau nanya juga masalah ini. Terlebih lagi gue juga enggak mau menghakimi Veri. Kalopun dia tukar posisi dia sama gue, belum tentu gue bisa terus-terusan nemenin Masayu. Belum tentu gue bisa mengambil jalan yang gue pikir lebih baik.
"Wi? balik yok?" ajak Mas Roni di tengah cerita.
"Mas, kan baru jam segini. Masa iya pulang sekarang," keluh Masayu.
"Udah dari sore kali, Yu. Dawi juga udah mulai bau asem, enggak sehat buat paru-parumu."
"Enak aja!"
Gue dan mas Roni segera berpamintan dengan kedua orangtua Masayu. Biar Masayu enggak cemberut waktu gue sama mas Roni balik, gue berjanji ke Masayu kalo besok gue bakaln jenguk dia lagi.
Seorang cewek keluar kosan sambil membawa tas besar. Barusan dia diusir sama bapak kos. Enggak, gue bercanda. Dia memutuskan untuk pindah kos, berpisah dari yang lainnya.
“Kamu beneran mau pindah kos?” tanya Sintya.
Masayu mengangguk, “Disini jadi obat nyamuk! Kamu sama Wahyu udah nikah, mas Roni sama mbak Irma juga udah gitu banget, mana kuat aku sendirian terus.”
“Kalo kamu pergi … nanti aku nonton drama Korea sama siapa,” keluh Sintya.
“Uluuh-uluhh….” Masayu memeluk Sintya, “Aku cuma pindah kos, enggak jauh juga kosannya. Aku bakal sering-sering kesini deh.”
“Janji?”
“Janji!”
“Udah meluknya, nanti lecet enggak ada gantinya,” seru koh Wahyu dari jalan.
“Yaudah, aku pindahan dulu ya, Shin? Suamimu aku pinjem dulu.”
“Wahyu, kamu anterin sampe kosan dia. Bantuin angkat-angkat juga, kalo sampe ada laporan dia angkat sendiri, tak hajar koe,” seru mas Roni dari teras.
Koh Wahyu menelan ludah berat-berat, “Siap, Mas!”
Sejak pindah dari kos pak jendral, Masayu memulai kehidupannya lagi. Dia mulai mengikuti bimbingan belajar disana-sini. Dia enggak mau stuck di satu tempat hanya gara-gara penyakitnya, dia pengin kehidupannya sesuai dengan mimpinya selama ini.
“Jadi pegawai bank kayak Mama, terus punya suami setia kayak Papa!”
“Kamu ngomong sama siapa?” tanya seorang cowok terbengong melihat dia.
Masayu yang baru sadar ada cowo yang daritadi melihat dia ngomong sendiri jadi salah tingkah.
“Eh, eng… enggak kok.”
Cowok itu mengulurkan tangannya ke depan Masayu, “Aku Veri.”
“Masayu,” jawabnya menjabat tangan cowok itu.
Veri, dia inilah cowok yang beberapa waktu lalu gue dateng ke tempat nikahannya sama Masayu. Apa mungkin dia ninggalin Masayu gara-gara sakitnya ini? apa ada masalah lain? Sampe situ gue enggak tau. Gue enggak tau dan enggak mau nanya juga masalah ini. Terlebih lagi gue juga enggak mau menghakimi Veri. Kalopun dia tukar posisi dia sama gue, belum tentu gue bisa terus-terusan nemenin Masayu. Belum tentu gue bisa mengambil jalan yang gue pikir lebih baik.
"Wi? balik yok?" ajak Mas Roni di tengah cerita.
"Mas, kan baru jam segini. Masa iya pulang sekarang," keluh Masayu.
"Udah dari sore kali, Yu. Dawi juga udah mulai bau asem, enggak sehat buat paru-parumu."
"Enak aja!"
Gue dan mas Roni segera berpamintan dengan kedua orangtua Masayu. Biar Masayu enggak cemberut waktu gue sama mas Roni balik, gue berjanji ke Masayu kalo besok gue bakaln jenguk dia lagi.
0


