#19b Devil Circle Part 3 : Lost and Lose

Aku tidak tahu kapan semua ini berakhir. Sangat sering aku merasa bahwa, aku telah merusak kehidupanku dan juga keluargaku. Mamaku selalu berusaha meminta dengan baik-baik padaku agar aku melepaskannya. Karena, beliau tidak ingin ada perpecahan didalam keluarga kami.

Pertengkaran-pertengkaran diantara kami sangat sulit dibendung. Ditengah perjuanganku memperoleh restu dari orang tua ku, aku masih harus melihat sikapnya yang kekanak-kanakan. Wanita manapun pasti bisa juga cemburu bila pacarnya tertawa cekikikan dengan wanita lain. Dan entah mengapa aku hanya merasa terancam dengan seorang wanita.
Sebut saja dia Riska.

Aku juga tidak tahu mengapa aku merasa setiap wanita itu berbicara dengan Dydy. Gayanya sangat dibuat-buat. Mendayu-dayu manja. Aku pernah berbicara,langsung padanya. Dan dia hanya menjawab bahwa itu hanya perasaanku yang dilanda cemburu.

Aku berusaha memahaminya. Sampai aku menyadari, setiap ada masalah diantara kami. Dia selalu memancingku dengan menyentuh dan bercanda-canda dengan Riska. Setiap waktu aku harus melihat perbuatan itu. Sangat menyiksa, namun aku sadar bahwa itu sifat kekanak-kanakanny.

Aku memilih untuk tidak perduli padanya. Dan aku lebih banyak menghabiskan waktu dengan membahas pelajaran bersama Ben. Kami berteman secara profesional. Dia tahu sahabatnya Dydy sangat cemburu padanya. Dan dia tidak ingin persahabatanny hancur. Tapi dia cukup cerdas untuk tahu bahwa kami juga adalah teman.

Kecemburuannya yang tidak terbatas bahkan mengenai sahabatku sejak TK, Fretz dan Yop.

Karena kedekatan kami, aku memang bahkan sangat sering berbagi air minum pada Fretz dan Yop. Yop belakangan tidak mau melakukannya lagi karena alasan yang tidak kuketahui. Fretz tetap tidak bisa menghentikan kebiasaan itu. Dan itu selalu membuat Dydy marah padaku.

Ya, Fretz pernah secara tidak langsung menyatakan perasaan padaku. Tapi aku menanggapinya dengan bercanda dan mengatakan padanya bahwa aku tidak mau berpacaran dengan sahabat sejak TK. Dia sangat gentle. Persahabatan kami tidak terpengaruh sedikitpun. Sesekali dia hanya bercanda bahwa sangat disayangkan, kami begitu akrab dan saling memahami, namun tidak memiliki kesempatan untuk berpacaran.

Demi hubunganku dengan Dydy. Aku memutuskan untuk menjauhi Fretz. Dia paham saat aku tidak pergi ke pertandingan bola kakinya dan hanya memberikan semangat lewat sms.

Aku tidak tahu entah keputusanku ini tepat atau tidak. Yang pasti aku kehilangan banyak sahabat karena hal tersebut.

Lambat laun aku tidak tahan dengan semua sikapnya yang secara langsung maupun tidak langsung, merenggut seluruh orang-orang disekitarku. Aku merasa kalah dan kehilangan.