- Beranda
- Stories from the Heart
Cerita Seram Selama Mengabdi di Desa Terpencil
...
TS
suwandilam
Cerita Seram Selama Mengabdi di Desa Terpencil
INDEX
PART 1 - Perkenalan - Langsung ada di postingan ini
PART 2 - Keberangkatan
PART 3 - Tiba di Desa
PART 4 - Malam Pertama
PART 5 - Ibu Tua
PART 6 - Informasi Mengejutkan
PART 7 - Suara
PART 8 - Terkuncikah ?
PART 9 - Rumah Terang
PART 10 - Gadis Cantik Yang Kesepian
PART 11 - Tangisan
PART 12 - Pernyataan Kades
PART 13 - Terjebak
PART 14 - Pengungkapan
PART 15 - Silahturahmi Pertama
PART 16 - Tamu
PART 17 - Jalan Malam
PART 18 - Berteduh Lagi
PART 19 - Balik !!!
PART 20 - Maksud Terselubung
PART 21 - Perdebatan
PART 22 - Halusinasi ?
PART 23 - Halusinasi 2
PART 24 - Tangis dan Tawa
PART 25 - Pengejaran Amelia
PART 26 - Ngecek Lagi ?
PART 27 - Gak Hoki
PART 28 - Siapa Itu Ya ?
PART 29 - Hari Yang Tenang
PART 30 - Kebelet !
PART 31 - Bertemu Lagi !
PART 32 - Tertabrak !
PART 33 - Terror
PART 34 - Kejutan !!!
PART 35 - Terror 2
PART 36 - Terror 3
PART 37 - Lemari Cermin
PART 38 - Ngecek yuk
PART 39 - Tangisan
PART 40 - Ketukan
PART 41 - Mimpi atau Nyata
PART 42 - Penampakan
PART 43 - Haruskah Melapor ?
PART 44 - Mencari Solusi
PART 45 - Pengungkapan Misteri !
PART 46 - Pengungkapan Misteri 2
PART 47 - Pengungkapan Misteri 3
PART 48 - Pengungkapan Misteri 4
PART 49 - Sebenarnya ini apa ?!
PART 50 - Pengungkapan Lemari Cermin
PART 51 - Nenek oh Nenek
PART 52 - Konflik !
PART 53 - Kejutan
PART 54 - Bolehkah Gue Kabur ?
PART 55 - Hilang !
PART 56 - Duniaku
PART 57 - Gue Dimana?
PART 58 - SURAT
PART 59 - Suara dan Penglihatan ?
PART 60 - Masuk atau Kagak ?!
PART 61 - Aku Hilang !
PART 62 - Kembali
PART 63 - Penjelasan
PART 64 - Siksaan !
PART 65 - Ketenangan
PART 66 - Suara Aneh
PART 67 - Terjebak !
PART 68 - TOLONG GUE !
PART 69 - Kuburan (NEW UPDATE)
Cerita Seram Selama Mengabdi di Desa Terpencil - Part 1
Cerita ini merupakan fiksi, namun isi dari cerita ini sebagian diambil dari serangkaian kisah pengalaman nyata yang dialami oleh penulis dan dicampur dengan cerita fiksi yang tidak benar-benar terjadi. Beberapa kejadian memang benar terjadi dan beberapa kejadian merupakan cerita rekayasa untuk penambahan agar cerita ini menjadi lebih menarik. Semua nama tokoh, nama tempat dan lain-lain telah disamarkan guna menjaga nama baik pemilik aslinya.
Nah mari kita mulai ceritanya.
1 Februari 2015, Yap tepat pada tanggal ini saya mahasiswa jurusan ekonomi yang bernama Dony mendapatkan tawaran menarik dari kampus saya. Saya berasal dari Jakarta, kuliah di salah satu universitas swasta ternama di Jakarta dan sekarang tengah memasuki semester delapan. Menjelang memasuki semester 8 yang ku anggap bakal menjadi semester terakhir untuk perkuliahanku, Aku memiliki banyak waktu luang karena aku hanya tinggal menyelesaikan KKN dan menyusun skripsi (Itupun uda hampir kelar karena data2 skripsinya uda ada dan tinggal dimanipulasi, namun repotnya ya itu nanti minta persetujuan dosen dan revisi2 yang menjengkelkan pastinya dan bisa menghabiskan waktu cukup lama).
Sebelum tanggal 1 Feb, keseharianku cukup membosankan karena terlalu banyak waktu luang, mau memikirkan tentang KKN, tetapi aku masih galau mau KKN di mana, belum ada lokasi KKN yang asik menurutku sampai saat ini. Kebanyakan waktu luangku kuhabiskan untuk berkelana di kampus mencari info2 sputar KKN, hingga suatu waktu aku pergi ke ruangan dosen, bercerita2 dengan dosen dan terakhir sebelum pulang, aku membaca papan informasi yang ada di ruangan dosen, seketika mataku tertuju pada papan informasi yang terdapat selembaran brosur. Brosur tsb bertuliskan :
“Dicari 10 Mahasiswa/I yang berminat untuk ikut serta dalam kegiatan pembangunan desa terpencil selama 3 bulan, dana semua ditanggung oleh kampus. Diperuntukkan bagi mahasiswa/I yang berada di semester 7 ke atas.
Kriteria : Memiliki jiwa pemberani, bisa hidup mandiri, menyukai kehidupan alam desa dan ingin pengalaman seru.
Hadiah : Bagi anda yang belum menyelesaikan KKN, maka KKN dianggap selesai sehubungan dengan kegiatan ini dan mendapatkan nilai A
Bagi anda yang sedang menyelesaikan skripsi, maka nilai Skripsi anda akan langsung mendapatkan nilai A.
Silahkan isi formulir yang dapat diambil di bagian kemahasiswaan, serahkan formulir tersebut ke rektorat paling lambat tanggal 30 Januari 2015. Bagi mahasiswa/I yang kami anggap cocok untuk ikut serta dalam kegiatan pembangunan desa ini, akan kami informasikan pada tanggal 1 Februari 2015.
Mahasiwa/I akan kami pilih dari berbagai jurusan agar dapat saling melengkapi dan membuat serangkaian program untuk pembangunan desa tersebut.
Untuk informasi lebih lanjut bisa langsung datang ke rektorat.”
Wahhhh !!! Setelah membaca brosur ini, akupun kaget dan cukup tertarik untuk mengikuti kegiatan ini. Langsung kutanyakan ke bagian kemahasiswaan di fakultasku tentang formulir ini dan apakah masih ada kuota kosong untuk kegiatan pembangunan desa ini atau tidak.
Saya : “Pak ! Itu brosur di papan informasi masih berlaku kan Pak? Kira2 masih ada slot kosong utk saya ikut serta gak ?”
Dosen Kemahasiswaan : “Oh brosur itu, setahu saya itu masih terbuka untuk semua mahasiswa di universitas ini. Penutupannya kan di akhir bulan Januari ini. Kenapa? Kamu minat utk ikut ?”
Saya : “Oh jelas minat lah Pak ! KKN dan Skripsi langsung kelar dan nilainya A loh !”
Dosen : “Hehehe iya nak, Bapak juga kaget baca brosur ini, kok bisa ya rektorat langsung izinkan KKN dan Skripsi langsung dapat nilai A.”
Saya : “Loh, memangnya kenapa Pak ? Tahun2 sebelumnya belum pernah ada informasi seperti ini?”
Dosen : “Belum pernah nak. Ini informasi terbaru dan perdana yang pernah Bapak dapatkan. Belum pernah ada kegiatan seperti ini selama bapak mengajar di sini. Ya uda kamu coba apply aja deh, siapa tau kamu bisa terpilih kan, itu untuk 10 orang kapasitasnya loh, coba aja kamu ajak temanmu biar gak bosan. Siapa tau bisa masuk kalian kan, tapi nanti kepastian siapa yang berhak ikut itu jg ditentuin dari rektorat dan kemungkinan kamu dan temanmu tidak bisa lolos barengan, tapi dicoba saja, paling enggak nanti kamu bakal dapat banyak teman baru loh. Nih formulirnya.”
Saya : “Makasih pak, paling enggak saya lolos dari KKN dan Skripsi yang menyusahkan ini Pak. Hehehehe.” (Ketawa cengengesan)
Setelah mendapatkan formulir dari dosen kemahasiswaan fakultasku, Aku langsung bikin group chat via BBM untuk beberapa teman2ku yang berjumlah 4 org termasuk aku yang tentunya masih belum KKN dan Skripsi.
Saya : “Woi, Bro ! Baca nech, Kalian ndak perlu KKN dan bikin skripsi oeeee ! Ikut program ini, seru cui ngabdi di desa, hidup di alam bebas, KKN dan skripsi lgsg kelar. Dana semua ditanggung kampus ! Ikut yok, untuk semua fakultas loh!”
Rudy : “Wew serius tuh? Keknya seru juga loh ! Lu ada formulirnya?”
Victor : “Wakakaka, klo KKN dan skripsi lgsg A , gue masuk cui. Kapan kasi gue form nya ?”
Benny : “Gue ikut apply deh klo kalian semua apply ! Ya moga” aja kepilih semua kita berempat!”
Saya : “Okay, form nya kalian jemput aja ama gua di kampus ya!”
Setelah menghubungi semua teman2 gua, gua pun atur waktu ketemu mreka dan ngasihin formulir untuk mereka isi.
Tepat pada tanggal 1 Februari 2015 pagi hari, HP kami masing2 pun berdering.
Saya : “Woiii brooo ! Gue dapat sms dari rektorat nech ! Gw kepilih untuk ikut loh ! Wakakka, kalian cam mana? Lolos ?”
Rudy : “Gue kagak lolos brooooo… Suram !!!”
Victor : “Lu gak lolos Rud ? Gue lolos nech wkawkakwa, mantap Don ! Bareng2 nikmatin alam desa kita, skalian cuci mata liat cewek2 desa wakwkawka ! Benny gimana?”
Benny : “Gue gak lolos cukkk~ Kok bisa yeee… Padahal pengen banget gue nikmatin alam desa, intinya sih sebenarnya kkn dan skripsi kelar wakwakka.”
Saya : “Sabar yee yang gak lolos wkwkwk, kalian ambil masa langkau aja, barangkali tahun depan ada lagi kegiatan beginian hehehe.”
Rudy : “Taikk lu… Ya uda info2 n cerita2 ye pengalaman xan disana gimana !”
Victor : “Pasti bro ! Eh Don, nanti siang kita ke rektorat bareng deh ya !”
Saya : “Sip bro !”
Siang harinya sehabis makan siang, gue dan Victor langsung menuju ke rektorat dengan mengendarai motor kami masing2. Selama perjalanan kami saling bercerita.
Saya : “Eh bro, bosan gak ya nanti selama di desa, 3 bulan loh. Entah ada pulang or enggak ?”
Victor : “Ya kagak tau, enak sih hidup mandiri dan bebas, tapi klo 3 bulan ndak pulang ya bosan jg, kecuali di desa itu adem dan bnyk hiburan, tapi gue rasa mana bakal byk hiburan, tv, game, inet pasti ga ada or klo pun ada pasti jelek sekali.”
Saya : “Iya juga sich, tapi biarlah, lumayan kan KKN dan Skripsi bisa kelar dalam 3 bulan bersamaan. Bersabar2 aja dah, tujuan kita kan itu. Hehehe”
Victor : “Yoi Bro. Kira-kira 8 peserta lagi cowo apa cewe ya, klo cowo semua bosan juga nech. Btw entah ada yang tipe gue or gak ya, pengennya sih klo ada yg cewe yg tipe gue, bisa pdkt-an sekalian hahaha.”
Saya : “Hehehe.. Lu mah mata keranjang wakwkawka.”
Ehem, sampai lupa ngasih tau ke para pembaca, Gue dan Victor punya kriteria tipe cewe kami masing-masing. Ya moga-moga aja ada yg sesuai tipe, jadi bisa aktivitas bareng sambilan PDKT. hehehe
Polling
0 suara
Bagusnya Cerita ini memiliki Alur Panjang atau pendek ? Bagaimana isi ceritanya?
Diubah oleh suwandilam 18-09-2019 21:40
symoel08 dan 17 lainnya memberi reputasi
12
1.7M
3K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
suwandilam
#1510
Cerita Seram Selama Mengabdi di Desa Terpencil – Part 59
Gue dan Victor mencoba mencari tempat yang agak sepi dan sunyi untuk membaca surat yang diberikan oleh Pak Anto. Yah mungkin ada sesuatu atau maksud terselubung dari surat itu makanya sampai disuruh baca berdua.
……..
Gue dan Victor akhirnya memutuskan untuk membaca di jalan setapak kecil di belakang rumah kami yang dekat dengan wc. Di sana lumayan sejuk dan nyaman.
Gue buka lipatan kertasnya, gue baca pelan-pelan yang isi suratnya :
“Nak, Mohon maaf karena bapak tidak bisa membantu kalian untuk masalah ini.
Kalian diganggu dikarenakan kalian yang memancing, bukan karena tidak sengaja.
Bapak sudah coba berkomunikasi dengan nenek yang mengganggu kalian, tetapi beliau tetap tidak mau melepas kalian.
Permintaan maaf juga percuma.
Bapak tertunduk ketika berbicara dengan mu karena sosok nenek tersebut terus berada di belakangmu.
Temanmu Danu juga memakai salah satu barang peninggalan nenek yang seharusnya dikembalikan pada tempatnya.
Satu-satunya solusi adalah kalian pergi dari desa ini agar masalah ini kelar sebelum terlambat.
Semakin lama kalian berada di sini, masalah akan semakin susah.
Ada banyak makhluk halus yang mengikuti kalian.
Percayalah…”
Surat yang isinya cukup pendek namun sangat mengejutkan gue dan Victor.
Secara spontan Victor langsung kaget dan menghindari gue. Victor langsung fokus dan memperhatikan sekeliling gue, sementara gue jadi merinding sendiri.
“Vic… Perhatikan gue baik-baik. Ada yang aneh di sekitar gue gak?” tanya Gue merinding ke Victor
“Bentar Don bentar.” Ucap Victor sambil natap gue terus.
“Gue sih kaga liat ada apa-apa. Entah lah, mungkin Aldi ngerti soal beginian kali ya?” ucap Victor nambahin.
Gue dan Victor akhirnya memutuskan untuk jalan-jalan di belakang rumah, menelusuri jalan setapak kecil yang dikerumuni pepohonan yang rimbun.
“Vic, lu tau kaga kenape kita bisa diganggu ama nenek tua itu? Terus katanya banyak makhluk lain yang ngikutin?” tanya gue ke Victor
“Loe masih nanya ke gue jg Don? Loe lupa apa aja yang kita lakuin di sini?” ucap Victor ngeskak pertanyaan gue.
Ya jujur sih gue tau banyak kesalahan gue dan temen-temen yang lain.
Entah itu melanggar aturan desa sini yaitu keluar di atas jam 9 malem. Masuk ke rumah kosong, terus banyak iseng dan penasaran.
Gue nyesel sih karena kenakalan gue.
Tapi apa daya, nasi uda jadi bubur.
Solusinya kami harus ninggalin desa ini secepatnya kata Pak Anto.
Tapi….
Mustahil lah !
Ntar nilai SKRIPSI gue macem mana??? 2 bulan gue di sini sia-sia donk???
Kalo gue mau pulang, emangnya yang lain mau ???
“Vic, menurut loe, kita pulang aja gak biar bebas dari masalah ini, jujur gue takut juga ntar berbelit-belit malah kagak dilepas kayak Danu.” Tanya gue ke Victor
“Gue klo bisa pulang gue jg mao pulang bro. Tapi ini sisa sebulan loh! Lu mau nilai skripsi kita gak dapet apa-apa? Terus 2 bulan yang kita jalanin gak worthed banget?” balas Victor yang keliatannya juga galau antara mau lanjut atau kagak.
Kami terus berjalan menelusuri jalan setapak ini semakin dalam, berhubung cuaca mendung dan angin sepoi-sepoi yang berhembus, siang hari pun tidak terasa begitu panas.
Kagak terasa, kami sudah nyasar entah sampai sedalam di jalan setapak ini.
“Cui, uda sejauh mana kita jalan ini? Gue kagak konsen karena kepikiran terus isi surat Pak Anto. Gue ngikutin jalan setapak ini terus daritadi.” Ucap Gue yang sedikit tersadar karena kami kagak pernah sampai di daerah ini.
“Astaga. Untung loe ngingetin bro. Gue juga gak gt konsen, pikiran jg melayang bro. Kita uda jalan berapa jauh sih? Ya uda balik yuk ! Ikutin aja jalan setapak ini!” ucap Victor yang kaget
……………….
Beberapa saat setelah kami memutar haluan untuk menuju jalan pulang, langit yang mendung tiba-tiba mulai berawan, berangin, kilat dan akhirnya turun hujan lebat secara tiba-tiba !
Gue dan Victor berusaha untuk mencari tempat berteduh. Kami berlari mengikuti jalan setapak yang kami lewati, berharap agar cepat sampai ke rumah !
“Buruan bro !” teriak gue mimpin jalan.
“Hoshhh…hoshhh.hoshhhh…..” Napas gue mulai terengah-engah.
Baju gue basah semua, surat dari Pak Anto yang gue simpen di saku gue pun basah kuyup, padahal rencananya surat ini setelah kami baca, mau gue kasi ke para cewe utk baca juga, biar mereka juga ngerti akan keadaan yang dialami sekarang.
“Don, Loe mimpin jalan kemana?! Kok gak sampai-sampai. Uda puluhan menit kita berlari nembus ujan, kok kagak sampai ! Emang kita jalan kaki tadi sejauh mana?!” tanya Victor yang juga kecapekan lari nembus ujan
“Gak tau bro, jalan setapak ini Cuma satu dan kagak bercabang, gue uda ngikutin jalan kita datang. Masa gak sampai-sampai!” jawab Gue sambil membungkuk ngambil napas di tengah ujan deras.
“Ya udah cepat lanjut lari lagi. Mao teduh di mana ujan-ujan gini di tengah pepohonan!”
“JEDEEERRRRR !!!!!”
Kilat bercampur petir yang datang tiba-tiba. Entah menyambar kemana, tetapi serasa dekat banget dengan posisi kami.
Ya wajar saja. Di desa ini alam terbuka, banyak lapangan terbuka, petir bisa nyambar ke mana-mana.
“Vic. Kita teduh aja dulu di bawah pohon, ada petir gini rawan juga loh!” ucap Gue sambil membungkuk istirahat karena capek
“Oe Vic…! Kok diem lu?!” tanya Gue
“Don….Don…” suara Victor gemeter dan agak shock
“Kenapa lagi lu? Kenape suara mu ? Sesak napas? Asma loe?” tanya Gue yang heran ngelihat ekspresi muka dan suara Victor
“Tadi pas kilat, pas gue liat ke arah pepohonan di samping kita, gue lihat wajah seseorang tertawa, rambut panjang baju putih, bersembunyi di balik pepohonan gitu, Tapi senyumannya terlihat begitu jelas!” ucap Victor sambil membungkuk dan ngos-ngosan.
“Ah yang bener aja loe? Jangan ngaco ah. Mending kita teduh aja!” ajak Gue sambil berlari menuju ke pohon yang agak menjulang tinggi dan rimbun.
Ya air ujannya sih tetep tembus, tapi kagak begitu banyak dibanding kagak berteduh, deras banget nih ujan. Badan gue aja menggigil
“JEDERRRR !!!!”
Suara gemuruh disertai kilat yang begitu terang datang tiba-tiba lagi. Ahh bisa copot jantung gue gini.
Ngeri-ngeri sedap juga berada di alam terbuka ketika ujan begitu lebat.
Setiap kali ada suara gemuruh, diikuti sambaran petir yang seakan begitu dekat bikin gue kagak tenang.
“Donnn !!!! Sosok wanita itu makin mendekat… Semakin mendekat dan bersembunyi di balik pepohonan di seberang kita !” ucap Victor yang makin shock.
Raut muka Victor semakin cemas, biasanya anak ini paling tenang. Tapi entahlah, kenapa kali ini dia ketakutan begitu?
Gue malah kagak ngelihat apa-apa kali ini….
“Don, lari aja terus Don, Gak usah teduh lagi. Buruan !” ajak Victor sambil narik tangan gue utk nembus ujan lagi, kali ini si Victor yang mimpin jalan.
……………………..
Gue berlari dan terus berlari menembus ujan…
Mata gue kaga bisa buka dengan lebar karena percikan air ujan begitu deras dan menyakitkan.
Gue nutup mata gue dengan tangan gue, pandangan gue begitu buram.
Kaga berapa lama kemudian…..
“Sampai kita Don di rumah. Ah stress gue, capek !” ucap Victor agak lega sambil neduh di teras belakang rumah kami.
Gue juga neduh dulu di teras belakang rumah karena badan gue yang basah, entar masuk ke dalam rumah malah kena repetin ama cewe-cewe yang lain.
Sambilan neduh, gue sambilan cerita ama Victor.
“Loe lihat apaan tadi sih? Kok pucet ampe cemas gitu?” tanya Gue penasaran
“Ah entahlah Don, gue jarang banget ngelihat hal beginian, ya jelek-jeleknya juga ngerasain kaga enak gitu aja. Tapi ini tadi terlihat jelas banget, entah sosok siapa itu ngeliatin kita!” ucap Victor sambil nenangin nafasnya yang ngos-ngosan.
“Gue kagak liat apa-apa kali ini. Oh iya, surat Pak Anto di jemur dulu dah, pasti luntur nih tulisannya.” Jawab gue sambil ngeluarin kertas surat dari pak Anto dengan hati-hati biar kagak sobek
“Wahhhhhhhhhhhh !!!! Vic lihat ini !” teriak gue kaget
“Isiiii suu..suraatttnyaaa jadi wajah nenek tua itu…!!!” teriak Gue
Gilaaaa…. Isi suratnya yang tadinya tulisan, malah berubah jadi lukisan kabur dan samar-samar wajah nenek tua itu. Yang jelas seram banget !!! Bayangin aja dah… Gue shock, Victor yang ngelihat surat itu langsung narik dari tangan gue dan dirobek sampai hancur.
Gue nenangin diri gue dulu. Victor juga berusaha untuk nenangin dirinya. Ujan masih turun begitu deras.
Tiba – tiba…….
“Sreeett…….” Suara pintu belakang rumah kami yang tiba-tiba terbuka sendiri
“Loe buka pintu belakang rumah Vic?” tanya Gue kaget
“Kagak lah ! Loe gak lihat gue di samping loe terus?!” jawab Victor dengan ekspresi wajah cemasnya
“Hoi, sapa yang buka pintu ? Kok gak nongol?” teriak Gue kesel, mana tau diusilin ama temen yang lain kan.
……………………
Hening…..
Kaga ada respon apapun dari dalam rumah…
Gue jadi ragu mau masuk ke dalam rumah sendiri….
Entahlah… Perasaan kagak nyaman…
Sepertinya rumah kami ini jadi terasa asing…
Bukan seperti rumah kami biasanya….
………………………
“Masuk gak Don? Apa mau di luar terus kita?!” tanya Victor yang nyuruh gue masuk duluan.
“Loe aja masuk duluan bro. Gue ngikut dari belakang.” Jawab Gue
“Ya uda barengan masuk aja cepetan!” ucap Victor.
Gue dan Victor barengan melangkahkan kaki gue untuk masuk ke rumah kami…
Namun…
Saat langkah kaki pertama gue menginjak lantai dalam rumah…
“Aduhhhhhh…”
Telingaaaa Gueee… Berdenginggggggggg
“Ngingggggggg………”
Suara dengingan ini terasa begitu kuat di telinga kanan gue, kemudian disusul di telinga kiri gue…
“Tunggu Vic… Tunggu…” ucap Gue sambil berdiem sejenak dan loncat-loncat untuk ngilangin dengingan di telinga gue…
Kata orang tua…
Kalau mendengar suara dengingan di telinga….
Ada sesuatu yang gak benar…
Kata orang lain….
Suara dengingan adalah pertanda suara dari setann….
Kata orang lain lagi….
Suara dengingan adalah pertanda suara orang mati….
Pikiran gue mulai kacau… Berbagai pikiran aneh terlintas di kepala gue hanya karena dengingan ini…
“Kenape Don?” tanya Victor
“Telinga gue Vic, tiba-tiba berdenging tinggi banget bunyinya. Biasanya kagak setinggi itu dengingannya.” Jawab Gue yang uda mulai tenang karena dengingannya sudah hilang.
“Kemariilahh… Masuklah……”
“Suuu…suaraaa siapa yang manggil itu Vic ????” ucap Gue kaget
“Hah? Suara apalagi ?” tanya Victor heran..
“Hihihi… Ayo masukkk… Bermainlah….”
Iniiiii menyeramkan banget bagi gue… Gue mendengar begitu banyak suara halus… Percakapan antar beberapa orang di dalam rumah, panggilan orang dan masih banyak lagi…
Setelah suara dengingan ini, telinga gue jadi mendengar suara-suara aneh, padahal sebelumnya enggak.
Tapi Victor kagak denger apa-apa?
Teruss…. Semua suara ini dari dalam rumah…
Apa gue mesti masuk ?
Ini kan rumah tempat tinggal kami ?
Mau kemana kalau gak masuk ke dalam rumah ?
Tapi…. Suara ini menyeramkan banget !!!!!!!!!!!!!!
Gue dan Victor mencoba mencari tempat yang agak sepi dan sunyi untuk membaca surat yang diberikan oleh Pak Anto. Yah mungkin ada sesuatu atau maksud terselubung dari surat itu makanya sampai disuruh baca berdua.
……..
Gue dan Victor akhirnya memutuskan untuk membaca di jalan setapak kecil di belakang rumah kami yang dekat dengan wc. Di sana lumayan sejuk dan nyaman.
Gue buka lipatan kertasnya, gue baca pelan-pelan yang isi suratnya :
“Nak, Mohon maaf karena bapak tidak bisa membantu kalian untuk masalah ini.
Kalian diganggu dikarenakan kalian yang memancing, bukan karena tidak sengaja.
Bapak sudah coba berkomunikasi dengan nenek yang mengganggu kalian, tetapi beliau tetap tidak mau melepas kalian.
Permintaan maaf juga percuma.
Bapak tertunduk ketika berbicara dengan mu karena sosok nenek tersebut terus berada di belakangmu.
Temanmu Danu juga memakai salah satu barang peninggalan nenek yang seharusnya dikembalikan pada tempatnya.
Satu-satunya solusi adalah kalian pergi dari desa ini agar masalah ini kelar sebelum terlambat.
Semakin lama kalian berada di sini, masalah akan semakin susah.
Ada banyak makhluk halus yang mengikuti kalian.
Percayalah…”
Surat yang isinya cukup pendek namun sangat mengejutkan gue dan Victor.
Secara spontan Victor langsung kaget dan menghindari gue. Victor langsung fokus dan memperhatikan sekeliling gue, sementara gue jadi merinding sendiri.
“Vic… Perhatikan gue baik-baik. Ada yang aneh di sekitar gue gak?” tanya Gue merinding ke Victor
“Bentar Don bentar.” Ucap Victor sambil natap gue terus.
“Gue sih kaga liat ada apa-apa. Entah lah, mungkin Aldi ngerti soal beginian kali ya?” ucap Victor nambahin.
Gue dan Victor akhirnya memutuskan untuk jalan-jalan di belakang rumah, menelusuri jalan setapak kecil yang dikerumuni pepohonan yang rimbun.
“Vic, lu tau kaga kenape kita bisa diganggu ama nenek tua itu? Terus katanya banyak makhluk lain yang ngikutin?” tanya gue ke Victor
“Loe masih nanya ke gue jg Don? Loe lupa apa aja yang kita lakuin di sini?” ucap Victor ngeskak pertanyaan gue.
Ya jujur sih gue tau banyak kesalahan gue dan temen-temen yang lain.
Entah itu melanggar aturan desa sini yaitu keluar di atas jam 9 malem. Masuk ke rumah kosong, terus banyak iseng dan penasaran.
Gue nyesel sih karena kenakalan gue.
Tapi apa daya, nasi uda jadi bubur.
Solusinya kami harus ninggalin desa ini secepatnya kata Pak Anto.
Tapi….
Mustahil lah !
Ntar nilai SKRIPSI gue macem mana??? 2 bulan gue di sini sia-sia donk???
Kalo gue mau pulang, emangnya yang lain mau ???
“Vic, menurut loe, kita pulang aja gak biar bebas dari masalah ini, jujur gue takut juga ntar berbelit-belit malah kagak dilepas kayak Danu.” Tanya gue ke Victor
“Gue klo bisa pulang gue jg mao pulang bro. Tapi ini sisa sebulan loh! Lu mau nilai skripsi kita gak dapet apa-apa? Terus 2 bulan yang kita jalanin gak worthed banget?” balas Victor yang keliatannya juga galau antara mau lanjut atau kagak.
Kami terus berjalan menelusuri jalan setapak ini semakin dalam, berhubung cuaca mendung dan angin sepoi-sepoi yang berhembus, siang hari pun tidak terasa begitu panas.
Kagak terasa, kami sudah nyasar entah sampai sedalam di jalan setapak ini.
“Cui, uda sejauh mana kita jalan ini? Gue kagak konsen karena kepikiran terus isi surat Pak Anto. Gue ngikutin jalan setapak ini terus daritadi.” Ucap Gue yang sedikit tersadar karena kami kagak pernah sampai di daerah ini.
“Astaga. Untung loe ngingetin bro. Gue juga gak gt konsen, pikiran jg melayang bro. Kita uda jalan berapa jauh sih? Ya uda balik yuk ! Ikutin aja jalan setapak ini!” ucap Victor yang kaget
……………….
Beberapa saat setelah kami memutar haluan untuk menuju jalan pulang, langit yang mendung tiba-tiba mulai berawan, berangin, kilat dan akhirnya turun hujan lebat secara tiba-tiba !
Gue dan Victor berusaha untuk mencari tempat berteduh. Kami berlari mengikuti jalan setapak yang kami lewati, berharap agar cepat sampai ke rumah !
“Buruan bro !” teriak gue mimpin jalan.
“Hoshhh…hoshhh.hoshhhh…..” Napas gue mulai terengah-engah.
Baju gue basah semua, surat dari Pak Anto yang gue simpen di saku gue pun basah kuyup, padahal rencananya surat ini setelah kami baca, mau gue kasi ke para cewe utk baca juga, biar mereka juga ngerti akan keadaan yang dialami sekarang.
“Don, Loe mimpin jalan kemana?! Kok gak sampai-sampai. Uda puluhan menit kita berlari nembus ujan, kok kagak sampai ! Emang kita jalan kaki tadi sejauh mana?!” tanya Victor yang juga kecapekan lari nembus ujan
“Gak tau bro, jalan setapak ini Cuma satu dan kagak bercabang, gue uda ngikutin jalan kita datang. Masa gak sampai-sampai!” jawab Gue sambil membungkuk ngambil napas di tengah ujan deras.
“Ya udah cepat lanjut lari lagi. Mao teduh di mana ujan-ujan gini di tengah pepohonan!”
“JEDEEERRRRR !!!!!”
Kilat bercampur petir yang datang tiba-tiba. Entah menyambar kemana, tetapi serasa dekat banget dengan posisi kami.
Ya wajar saja. Di desa ini alam terbuka, banyak lapangan terbuka, petir bisa nyambar ke mana-mana.
“Vic. Kita teduh aja dulu di bawah pohon, ada petir gini rawan juga loh!” ucap Gue sambil membungkuk istirahat karena capek
“Oe Vic…! Kok diem lu?!” tanya Gue
“Don….Don…” suara Victor gemeter dan agak shock
“Kenapa lagi lu? Kenape suara mu ? Sesak napas? Asma loe?” tanya Gue yang heran ngelihat ekspresi muka dan suara Victor
“Tadi pas kilat, pas gue liat ke arah pepohonan di samping kita, gue lihat wajah seseorang tertawa, rambut panjang baju putih, bersembunyi di balik pepohonan gitu, Tapi senyumannya terlihat begitu jelas!” ucap Victor sambil membungkuk dan ngos-ngosan.
“Ah yang bener aja loe? Jangan ngaco ah. Mending kita teduh aja!” ajak Gue sambil berlari menuju ke pohon yang agak menjulang tinggi dan rimbun.
Ya air ujannya sih tetep tembus, tapi kagak begitu banyak dibanding kagak berteduh, deras banget nih ujan. Badan gue aja menggigil
“JEDERRRR !!!!”
Suara gemuruh disertai kilat yang begitu terang datang tiba-tiba lagi. Ahh bisa copot jantung gue gini.
Ngeri-ngeri sedap juga berada di alam terbuka ketika ujan begitu lebat.
Setiap kali ada suara gemuruh, diikuti sambaran petir yang seakan begitu dekat bikin gue kagak tenang.
“Donnn !!!! Sosok wanita itu makin mendekat… Semakin mendekat dan bersembunyi di balik pepohonan di seberang kita !” ucap Victor yang makin shock.
Raut muka Victor semakin cemas, biasanya anak ini paling tenang. Tapi entahlah, kenapa kali ini dia ketakutan begitu?
Gue malah kagak ngelihat apa-apa kali ini….
“Don, lari aja terus Don, Gak usah teduh lagi. Buruan !” ajak Victor sambil narik tangan gue utk nembus ujan lagi, kali ini si Victor yang mimpin jalan.
……………………..
Gue berlari dan terus berlari menembus ujan…
Mata gue kaga bisa buka dengan lebar karena percikan air ujan begitu deras dan menyakitkan.
Gue nutup mata gue dengan tangan gue, pandangan gue begitu buram.
Kaga berapa lama kemudian…..
“Sampai kita Don di rumah. Ah stress gue, capek !” ucap Victor agak lega sambil neduh di teras belakang rumah kami.
Gue juga neduh dulu di teras belakang rumah karena badan gue yang basah, entar masuk ke dalam rumah malah kena repetin ama cewe-cewe yang lain.
Sambilan neduh, gue sambilan cerita ama Victor.
“Loe lihat apaan tadi sih? Kok pucet ampe cemas gitu?” tanya Gue penasaran
“Ah entahlah Don, gue jarang banget ngelihat hal beginian, ya jelek-jeleknya juga ngerasain kaga enak gitu aja. Tapi ini tadi terlihat jelas banget, entah sosok siapa itu ngeliatin kita!” ucap Victor sambil nenangin nafasnya yang ngos-ngosan.
“Gue kagak liat apa-apa kali ini. Oh iya, surat Pak Anto di jemur dulu dah, pasti luntur nih tulisannya.” Jawab gue sambil ngeluarin kertas surat dari pak Anto dengan hati-hati biar kagak sobek
“Wahhhhhhhhhhhh !!!! Vic lihat ini !” teriak gue kaget
“Isiiii suu..suraatttnyaaa jadi wajah nenek tua itu…!!!” teriak Gue
Gilaaaa…. Isi suratnya yang tadinya tulisan, malah berubah jadi lukisan kabur dan samar-samar wajah nenek tua itu. Yang jelas seram banget !!! Bayangin aja dah… Gue shock, Victor yang ngelihat surat itu langsung narik dari tangan gue dan dirobek sampai hancur.
Gue nenangin diri gue dulu. Victor juga berusaha untuk nenangin dirinya. Ujan masih turun begitu deras.
Tiba – tiba…….
“Sreeett…….” Suara pintu belakang rumah kami yang tiba-tiba terbuka sendiri
“Loe buka pintu belakang rumah Vic?” tanya Gue kaget
“Kagak lah ! Loe gak lihat gue di samping loe terus?!” jawab Victor dengan ekspresi wajah cemasnya
“Hoi, sapa yang buka pintu ? Kok gak nongol?” teriak Gue kesel, mana tau diusilin ama temen yang lain kan.
……………………
Hening…..
Kaga ada respon apapun dari dalam rumah…
Gue jadi ragu mau masuk ke dalam rumah sendiri….
Entahlah… Perasaan kagak nyaman…
Sepertinya rumah kami ini jadi terasa asing…
Bukan seperti rumah kami biasanya….
………………………
“Masuk gak Don? Apa mau di luar terus kita?!” tanya Victor yang nyuruh gue masuk duluan.
“Loe aja masuk duluan bro. Gue ngikut dari belakang.” Jawab Gue
“Ya uda barengan masuk aja cepetan!” ucap Victor.
Gue dan Victor barengan melangkahkan kaki gue untuk masuk ke rumah kami…
Namun…
Saat langkah kaki pertama gue menginjak lantai dalam rumah…
“Aduhhhhhh…”
Telingaaaa Gueee… Berdenginggggggggg
“Ngingggggggg………”
Suara dengingan ini terasa begitu kuat di telinga kanan gue, kemudian disusul di telinga kiri gue…
“Tunggu Vic… Tunggu…” ucap Gue sambil berdiem sejenak dan loncat-loncat untuk ngilangin dengingan di telinga gue…
Kata orang tua…
Kalau mendengar suara dengingan di telinga….
Ada sesuatu yang gak benar…
Kata orang lain….
Suara dengingan adalah pertanda suara dari setann….
Kata orang lain lagi….
Suara dengingan adalah pertanda suara orang mati….
Pikiran gue mulai kacau… Berbagai pikiran aneh terlintas di kepala gue hanya karena dengingan ini…
“Kenape Don?” tanya Victor
“Telinga gue Vic, tiba-tiba berdenging tinggi banget bunyinya. Biasanya kagak setinggi itu dengingannya.” Jawab Gue yang uda mulai tenang karena dengingannya sudah hilang.
“Kemariilahh… Masuklah……”
“Suuu…suaraaa siapa yang manggil itu Vic ????” ucap Gue kaget
“Hah? Suara apalagi ?” tanya Victor heran..
“Hihihi… Ayo masukkk… Bermainlah….”
Iniiiii menyeramkan banget bagi gue… Gue mendengar begitu banyak suara halus… Percakapan antar beberapa orang di dalam rumah, panggilan orang dan masih banyak lagi…
Setelah suara dengingan ini, telinga gue jadi mendengar suara-suara aneh, padahal sebelumnya enggak.
Tapi Victor kagak denger apa-apa?
Teruss…. Semua suara ini dari dalam rumah…
Apa gue mesti masuk ?
Ini kan rumah tempat tinggal kami ?
Mau kemana kalau gak masuk ke dalam rumah ?
Tapi…. Suara ini menyeramkan banget !!!!!!!!!!!!!!
herry8900 memberi reputasi
1