kakhadiAvatar border
TS
kakhadi
Kaki Gantung
“Ma, boneka yang ada di atas lemari kamarku dibuang saja. Aku takut, boneka itu seram sekali. Boneka siapa itu, Ma?”
“Baiklah, Sayang. Nanti boneka itu mama bakar saja. Mungkin boneka itu milik orang sebelumnya yang dulu menempati rumah ini.”
***

Luna menarik handuknya, lalu masuk kamar mandi. Kamar mandinya tidak terlalu besar, bercat biru langit digabung dengan kloset duduk. Di atas kamar mandinya ada sebuah lubang berbentuk persegi yang digunakan tukang dulu sewaktu membangun rumah untuk menuju ke loteng. Mungkin sudah dua puluh tahun yang lalu.
Setiap mandi, bulu kuduk Luna selalu berdiri. Perasaannya selalu tidak enak ketika memasuki kamar mandi. Hal itulah yang membuat Luna tidak pernah menutup kamar mandi ketika di dalamanya. Ia hanya merapatkannya.
Tiba-tiba Luna tersentak. Ia melihat setetes darah segar jatuh mengenai pipinya. Luna yang sebelumnya sudah merasakan aura tidak enak, lalu dijatuhi darah segar seperti itu membuatnya terduduk lemas di lantai kamar mandi. Ia sampai tidak bisa berkata apa-apa lagi. Luna melihat ke langit-langit kamar mandi tetapi tidak ada apa-apa. Luna juga mengamati lubang itu dengan saksama tetapi tidak ada yang aneh. Mungkin cicak ada yang mati karena perkelahian sesama namun saat itu tidak terdapat cicak sama sekali.
***

“Luna, hari ini mama jadi berangkat ke luar kota. Mama berangkat pukul 10.00. Nanti kuncinya mama taruh di bawah pot bunga suplir depan.” Mama memberitahu Luna yang sedang sarapan.
“Ya, Ma.”
“Kamu kan udah gede, udah kelas dua SMA. Pasti bisa lah mama tinggal empat hari doang. Oiya, atau kalo enggak kamu ajak aja si Yasmin tidur disini buat nemenin kamu?”
“Ok deh, Ma. Pokoknya Mama tenang aja, serahin semuanya sama Luna.”
***

Malam hari tiba. Luna duduk di meja belajar mengerjakan tugasnya. Setumpuk buku pelajaran ia taruh di hadapannya, di sudut kanan meja.
“Wah, tugas ini harus dikumpul besok. Mana masih banyak soal yang belum aku selesaikan,”
Luna sibuk mengerjakan soal dengan pembahasan mengenai logaritma. Tiba-tiba ia mendengar suara dari atas plafon.
“Duk, duk, duk.”
Suara itu seperti suara orang yang sedang berjalan, namun mana mungkin ada orang di atas plafon. Seketika bulu kuduk Luna berdiri semua.
Luna berpura-pura tidak mendengar apa-apa. Ia melanjutkan menyelesaikan tugasnya dengan cepat.
“Aduuh, aku kebelet pipis,”
Luna melangkah dengan cepat menuju kamar mandi. Ketika ia baru sudah menutup pintu kamar mandi lalu berbalik arah, ia melihat sepasang kaki terjuntai di lubang kamar mandi tersebut. Kaki itu berlumuran darah segar.
“Aaah… Mama!”
Luna langsung keluar dari kamar mandi dengan berlari, namun ia yang sudah sangat kebelet membuatnya terkencing di celana pada saat ia berlari menuju kamar. Luna langsung menarik selimut dan menutupkannya ke seluruh tubuh.
“Waah, yang tadi apa ya?”
***

Luna langsung bercerita kepada Yasmin ketika sampai di sekolah. Ia bercerita cepat sekali dengan napas naik turun. Yasmin yang menanggapinya dengan serius membuatnya sedikit tidak mengerti apa yang ia katakan.
“Baiklah, nanti malam aku akan tidur di rumahmu. Aku sama sekali tidak takut dengan hantu. Mereka itu sudah mati, sudah tidak bisa apa-apa!” Jawab Yasmin sombong.
***

Pukul 17.00 Luna dan Yasmin selesai ekskul teater. Mereka langsung pulang ke rumah Luna menaiki bus.
“Ayo, masuk, Yas,”
“Ya,”
Sesampai di rumah Luna melirik jam dinding.
“Waduh! Udah jam setengah tujuh, Yas. Aku mandi duluan, ya, soalnya aku mau masak buat kita. Kamu lapar kan? aku sih lapar banget.”
“Iya, Lun. Kamu duluan aja, aku mau nonton tv dulu,”
Luna mandi cukup lama. Ia mandi dengan tetap tidak mengunci pintu. Ia takut kalau ada apa-apa ia bisa langsung kabur seperti kemarin.
Luna selesai mandi dan langsung menghampiri Yasmin yang sedang asik menonton film kartun untuk menyuruhnya segera mandi.
“Yas, cepat mandi. Aku udah selesai. Ini handuknya.”
“Ah, iya, Lun.”
“O iya, nanti kamu pakai aja bajuku di kamar itu. Dan juga aku ada di dapur sana, aku mau masak. Lapeeer.”
“Ok, beres deh!”
Yasmin menarik handuk putih yang ada di tangan Luna kemudian berjalan menuju kamar mandi. Sementara Luna pergi ke dapur.
Yasmin masuk kamar mandi dengan santainya. Ia mengunci kamar mandi. Yasmin mandi sambil bernyanyi-nyanyi lagu girlband idolanya.
Yasmin selesai mandi dan membuka pintu kamar mandi. Berkali-kali Yasmin putar kuncinya ke kiri tetapi tidak terbuka. Ia coba memutar kucinya ke kanan tetapi pintu itu tidak juga terbuka. Yasmin mulai cemas.
“Ceklek! ceklek! ceklek!”
“Haduh, gimana ini?”
Yasmin terus mencoba membuka pintu tetapi pintu itu tetap tidak terbuka. Yasmin teringat cerita Luna saat di sekolah. Walaupun Yasmin adalah orang yang pemberani tetapi melihat pintu itu tidak terbuka-buka membuatnya pun cemas.
Tiba-tiba setetes air jatuh ke hidung Yasmin. Lalu ia mengelapnya dengan tangan. Ternyata itu adalah darah segar. Yasmin melihat ke atas dan melihat sepasang kaki terjuntai yang berlumuran darah.
“Aaah… Lunaaa!”
Luna tidak mendengar apapun dari dapur. Kamar mandi itu kedap suara.
Yasmin menjerit kencang. Seketika itu setan tersebut langsung turun dengan menjatuhkan diri ke bak mandi. Wajah setan wanita itu langsung keluar dari air. Mukanya hancur seperti terkena air keras, berambut panjang dan berparas tionghoa. Seram bukan main.
Yasmin menjerit semakin kencang. Berkali-kali. Ternyata setan yang tak ia percayai itu akan membunuhnya terlebih dahulu. Yasmin pingsan seketika ketika setan wanita itu keluar dari bak mandi untuk mendekatinya.
Setan wanita itu tidak membunuh Yasmin, melainkan merasukinya. Tubuh Yasmin mengelinjang kecil ketika dirasuki oleh setan itu. Setelah tubuh Yasmin dirasuki, mata Yasmin berubah menjadi merah lalu kembali lagi seperti semula.
Saat ini setan itu yang mengendalikan tubuh Yasmin. Yasmin berdiri lalu keluar dari kamar mandi.
Luna datang mendekati kamar mandi untuk mencari Yasmin.
“Ah, kamu Yas! Lama banget mandinya. Tuh makanan udah jadi, yuk, kita makan,”
Yasmin hanya mengangguk, lalu berjalan ke meja makan.
“Ayo, Yas. Kok kamu cuma makan ayamnya saja? Nasinya dimakan dong.”
Yasmin tak mendengarkan perkataan Luna.
Yasmin memakan paha ayam seperti binatang buas yang kelaparan.
“Eh, Yas. Jangan kamu makan tulangnya! Ini masih banyak ayamnya.”
Lagi-lagi Yasmin tak mendengarkan. Mata Yasmin tidak seperti manusia normal. Tatapan matanya hanya satu arah.
“Yas kamu udah kayak setan aja deh. Jangan nakut-nakutin aku dong Yas, please!”
Yasmin yang mendengar kalimat itu langsung menggebrak meja makan. Luna sangat terkejut. Mata Yasmin berubah menjadi merah seketika. Ia menatap Luna dengan ekspresi yang sangat marah. Mata Yasmin menjelit ke arah Luna dengan sangat menyeramkan.
“Siapa kamu? Kau bukan Yasmin!”
“Kau telah membunuh anakku. Maka kau akan mati pula!” Yasmin mendengus keras pertanda sangat marah.
“Aaah … Mamaaa!”
Luna berlari ke dapur mengambil pisau. Yasmin mengikuti dari belakang dengan berjalan lambat. Tangan Yasmin diarahkannya ke depan, bersiap untuk mencekik Luna. Setelah mendapatkan pisau, Luna langsung berbalik arah. Ia berada di sudut dapur dan tidak bisa pergi kemana-mana. Luna ingin pergi dari dapur tetapi ia terlambat, Yasmin telah datang.
“Hutang nyawa harus dibayar nyawa!”
“Kau yang akan kubunuh!”
Yasmin yang tadi berjalan lambat tiba-tiba telah berada di hadapan Luna. Yasmin langsung mencekik leher Luna. Luna hampir mati kehabisan napas akibat cekikannya. Luna refleks menusukkan pisau dapur yang ada di tangannya ke perut Yasmin.
Tiba-tiba cekikan itu melemah lalu lepas. Setelah pisau itu mengenai tubuh Yasmin, setan wanita itu langsung ke luar dari atas kepala Yasmin. Ia terbang menembus plafon sambil nyengir menertawai Luna.
Ternyata yang telah Luna bunuh adalah temannya, Yasmin, bukan setan wanita itu.
“Yasmiiin!”
“Tidak apa Luna, aku telah berusaha melawan setan itu yang merasuki tubuhku tetapi aku tak bisa,.” Yasmin berbicara dengan terbata-bata.
Yasmin langsung meninggal saat itu juga.
Luna sangat geram. Ia mencabut pisau yang ada di perut Yasmin yang berlumuran darah. Luna memanjat lubang berbentuk persegi yang ada di kamar mandi itu dengan susah payah. Loteng itu sangat gelap. Baunya seperti bau bangkai.
Luna yang tekadnya sudah bulat untuk membunuh setan wanita itu melangkah menyusuri segala penjuru loteng. Tetapi ia tidak menemukannya.
“Dimana kau!”
Sejurus kemudian Luna menemukan mayat adiknya, Nino, yang menghilang sejak dua hari yang lalu entah kemana. Luna menangisi adiknya itu sampai tersungkur-sungkur.
Tiba-tiba bulu kuduk Luna berdiri. Luna menyadari kalau setan itu ada di sekitarnya. Luna mencari-cari, ia melihat ke segala arah menerawangi sudut-sudut loteng. Ketika Luna melirik adiknya kembali, tiba-tiba mata adiknya menjelit seperti mata Yasmin.
Nino mencekik Luna dengan sangat kuat.
“Ni… no!” Luna mencoba mengingatkan adiknya dengan susah.
Nino tak memedulikan kakaknya. Ia mencekik kakaknya sampai mati. Pandangan mata Nino hanya satu arah, sama seperti mata Yasmin.
***

Keesokan harinya, mama Yasmin datang kerumah Luna membawa dua polisi. Ia menemukan Yasmin yang tergeletak di dapur. Polisi juga menemukan Luna dan Nino di atas loteng.
“Yasmiiin … Anakku,”
anasabila
anasabila memberi reputasi
1
1.7K
14
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread42.2KAnggota
Tampilkan semua post
gamer45Avatar border
gamer45
#13
Quote:


Suka kok...cuma bingung aja,pemerannya mati semua
Kalau di teruskan,updatenya di jaga ya emoticon-Big Grin
0
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.