- Beranda
- Stories from the Heart
Novel : Lovelicious (Dulu pernah diikutin lomba tp kagak menang hehehehehe.......)
...
TS
sun81
Novel : Lovelicious (Dulu pernah diikutin lomba tp kagak menang hehehehehe.......)
Haiiii........Novel ane nih bergenre romantis bangeeettttssss 
Dulu pernah Ane ikutin lomba (thn 2009/2010 Lupa
) Tapi kagak menang.
Daripada hanya simpen di Laptop, mending bagi di sini siapa tau.......siapa tau ya......ada yang minat mo terbitin jadi Novel gitu
Oke, met membaca ya!! Jangan lupa tinggalin jejak n komen............(soalnya nggak langsung ane kasih satu kali semua, bab per bab spy nggak puyeng )

Dulu pernah Ane ikutin lomba (thn 2009/2010 Lupa
) Tapi kagak menang.Daripada hanya simpen di Laptop, mending bagi di sini siapa tau.......siapa tau ya......ada yang minat mo terbitin jadi Novel gitu
Oke, met membaca ya!! Jangan lupa tinggalin jejak n komen............(soalnya nggak langsung ane kasih satu kali semua, bab per bab spy nggak puyeng )
LOVELICIOUS

Bab 1 A
Bab 1 B
Bab 2 A
Bab 2 B
Bab 2 C
Bab 3 A
Bab 3 B
Bab 4 A
Bab 4 B
Bab 5 A
Bab 5 B
Bab 5 C
Bab 5 D
Bab 6 A
Bab 6 B
Bab 7 A
Bab 7 B
Bab 7 C
TAMAT
Spoiler for Apa istimewanya novel ini?:
Novel ini selain lucu en romantis


, ada pantun di tiap awal bab-nya (Dulu yang ane tau belum ada novel yang kayak gini, tapi begitu pengumuman lomba (dimana ane kagak menang
) , eeeehhhhhh udah banyak novel yang pake konsep ini......Yah mo gimana lagi............Juga ada resep di tiap akhir bab yg masih berhubungan (ini juga seharusnya konsep baru, tapi kayaknya ada juga yg udah make ide ini....
) Yah......yang penting Ane percaya originallitas Ane.........No Plagiat........
Spoiler for Karya yg lain ::
Diubah oleh sun81 01-10-2016 09:11
anasabila memberi reputasi
1
8.1K
Kutip
40
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
sun81
#2
Spoiler for Bab 1 B:
Lantai delapan belas - Lantai sembilan belas - Lantai dua puluh - Lantai dua puluh satu…… Lima lantai di atas kantornya Tante Rima, lift itu berhenti dan membuka pintunya dengan mulus. Tadinya dia berharap ketika kakek tua itu alias Tuan Setiawan memerintahkan kepada tiga bodyguardnya agar dia dibawa ke kantor, itu berarti sama dengan kantornya Tante Rima, jadi dia dapat mengirimkan signal-signal minta tolong. Tapi tampaknya dia saat ini takkan sempat minta pertolongan siapa pun.
Stela masih dapat mengingat ekspresi si kakek. Antara tak sangka dan terkejut. Tentu saja, mana mungkin orang sekaliber dia pernah mengalami hal sekonyol dan seaneh itu. Apalagi ditambah tawa anak umur lima tahun dan sepuluh tahun yang nggak berhenti walaupun patung itu sudah di buat berdiri normal kembali, benar-benar tertawa di saat yang tidak tepat. Tapi kalau dipikir-pikir lagi, sudah untung itu kakek tak kena serangan darah tinggi, kalau tidak bisa-bisa saat ini dia sudah di penjara.
Apa yang dikatakan penjaga mall tadi? Cari mati! Ya benar, cari mati……. Tiba-tiba Stela merinding. Besok mungkin akan terdapat headline menggemparkan di koran-koran nasional. Ditemukan mayat seorang gadis muda sebut saja Mawar di rawa-rawa, atau di pinggiran kota, atau lebih parah lagi di temukan tubuh gadis muda tanpa kepala dan tanpa identitas…
“Hiiiiiiii……..arrrgggghhhhh…….” Stela merinding dan menggaruk kepalanya.
Stela menghentikan tindakannya. Dia baru tersadar akan lima pasang mata mengamatinya. Dan tak satupun dari mereka yang tidak kelihatan bingung dan senang. Akhirnya Stela mencoba berdiri setenang mungkin. Dia memang salah tapi bukan berarti gila. Sudah cukup bila dia memang dihukum mati, tak perlulah dia memberikan ide bagaimana hukuman itu akan dilaksanakan. Amit-amit.
“Maaf. Saya nggak apa-apa kok.”
………. Baca Cerita Lovelicious ……….
………….. Selengkapnya ………………
………… Di app Storial …………………
“Baik, Stela. Aku akan memanggilmu seperti itu. Saat ini aku sedang sangat kesal. Belum pernah hidupku seperti ini. Benar-benar luar biasa yang kau lakukan”
“Maafkan aku”
“Silia, coba ambil alih. Pusing aku.”
Stela memandang Nyonya Silia dengan tatapan paling memelas, tapi tampaknya sia-sia. Wanita itu terlihat sangat siap dengan tugasnya.
“Stela, sekarang jawab pertanyaanku dengan jujur. Apakah kamu wartawan?”
“Hah? Eh, bukan”
“Hmmmmm……. Informan?”
“Informan?”
“Iya…… Untuk wartawan, atau infotainment”
“Oh,bukan. Sungguh bukan. Aku justru sedang mencari pekerjaan”
“Pekerjaan? Pekerjaan apa? Sebagai penguntit, penguping?” Wanita itu terlihat benar-benar menakutkan, walaupun tetap cantik.
“Bukan…… Bukan…… Aku tak melakukannya secara sengaja. Maafkan aku. Sungguh. Aku hanya saja” Stela menarik nafas “Aku…… Aku ingin bekerja pada anda”
“Apa?” Silia melotot. Dia tampak kaget mendengar pernyataan gadis muda dihadapannya.
“Maaf. Dari percakapan anda, tak sengaja saya mendengarkan bahwa anda membutuhkan asisten.”
“Lalu?”
“Eh, saya bisa menjadi asisten. Saya bisa mengetik, tahu komputer dan saya bisa menulis cepat.”
“Kami tidak mencari sekertaris!”
“Oh, kalau begitu mengepel dan mengelap? Oke, saya bisa melakukannya. Tak masalah.”
“Kami tidak mencari pembantu!”
Stela menggaruk kepalanya. “Hah? Lalu? Maksud anda?”
“Kami mencari asisten. Seorang asisten. Tahukah kamu tugas asisten?”
“Baiklah kita telah sampai. Sekarang kita bahas kejadian tadi” Sang kakek duduk di sofa ditemani anaknya. Dia terlihat sangat tidak senang.
“Kek…… eh, maksudku Pak. Tadi…”
“Aku tidak ingin memulainya dari anda, Nona”
“Eh?”
“Jadi Alex, apa yang terjadi tadi? Bagaimana?”
Stela dapat melihat Alex, si pria plontos dengan tubuh sekekar Ade Ray itu mengkerut dan pucat. Sedangkan dua yang lainnya tampak seperti cacing digoreng. Kasihan sekali.
“Eh, maafkan kami, Pak. Tadi memang Bora telah melaporkan, tapi menurut kami dia bersih. Jadi kami…….”
Kakek itu mengangkat telunjuknya. Hanya telunjuk, tapi telah cukup membuat manusia sebesar badak itu terdiam.
“Bersih? Bersih katamu?Karena dia seorang remaja jadi menurutmu begitu? Hebat sekali.” Kali ini Stela yang mengerut. Kakek itu tidak berteriak, tapi mendengar nadanya saat ini, dia lebih memilih menghadapi seribu Dena daripada si kakek.
Tapi Stela juga merasa kasihan pada ketiga bodyguard itu. Mereka diperintahkan untuk tidak mencolok, dan itu berhasil karena Stela tak merasa bahwa dia diawasi, di lain pihak mereka juga diminta harus tetap waspada dan harus cekatan. Benar-benar memusingkan, dan Stela yakin pasti tak mudah untuk dapat melakukannya.
“Kek…… Eh, Pak…… Maaf. Ini adalah……”
“Nona, anda memang bersalah. Tapi biarkan ayah saya menyelesaikan pembicaraannya.”
“Tidak apa-apa, Silia. Nona, siapa namamu?”
“Stela, Pak”
“Baik, Stela. Aku akan memanggilmu seperti itu. Saat ini aku sedang sangat kesal. Belum pernah hidupku seperti ini. Benar-benar luar biasa yang kau lakukan”
“Maafkan aku”
“Silia, coba ambil alih. Pusing aku.”
Stela memandang Nyonya Silia dengan tatapan paling memelas, tapi tampaknya sia-sia. Wanita itu terlihat sangat siap dengan tugasnya.
“Stela, sekarang jawab pertanyaanku dengan jujur. Apakah kamu wartawan?”
“Hah? Eh, bukan”
“Hmmmmm……. Informan?”
“Informan?”
“Iya…… Untuk wartawan, atau infotainment”
“Oh,bukan. Sungguh bukan. Aku justru sedang mencari pekerjaan”
“Pekerjaan? Pekerjaan apa? Sebagai penguntit, penguping?” Wanita itu terlihat benar-benar menakutkan, walaupun tetap cantik.
“Bukan…… Bukan…… Aku tak melakukannya secara sengaja. Maafkan aku. Sungguh. Aku hanya saja” Stela menarik nafas “Aku…… Aku ingin bekerja pada anda”
“Apa?” Silia melotot. Dia tampak kaget mendengar pernyataan gadis muda dihadapannya.
“Maaf. Dari percakapan anda, tak sengaja saya mendengarkan bahwa anda membutuhkan asisten.”
“Lalu?”
“Eh, saya bisa menjadi asisten. Saya bisa mengetik, tahu komputer dan saya bisa menulis cepat.”
“Kami tidak mencari sekertaris!”
“Oh, kalau begitu mengepel dan mengelap? Oke, saya bisa melakukannya. Tak masalah.”
“Kami tidak mencari pembantu!”
Stela menggaruk kepalanya. “Hah? Lalu? Maksud anda?”
“Kami mencari asisten. Seorang asisten. Tahukah kamu tugas asisten?”
.......... Baca cerita selengkapnya ...........
...................Lovelicious ....................
................... Di app Storial ........................
“Saya….. Saya……” Ini benar-benar membingungkan bagi Stela. Ada yang salah, benar-benar salah.
“Tenang” si kakek entah mengapa terlihat senang “Silia… Silia……” Si kakek membisikkan sesuatu sambil menggoyang-goyang tongkatnya sambil menunjuk-nunjuk ke arahnya. Stela tak dapat mendengar apa pun, tapi ekspresi anaknya menunjukkan bahwa itu bukanlah hal yang menyenangkan.
Stela merinding lagi. Jangan-jangan si kakek sudah nggak sabar ingin membungkamnya. Mungkin lemparan dari lantai 21 adalah pilihan si kakek. Stela menelan ludah. Kalau kemarin pamannya jatuh dari lantai dua bisa patah tangan, maka kalau jatuh dari lantai 21 jangan-jangan hanya kelingkingnya yang patah, soalnya yang lain sudah hancur. Hiiiiiii…….. Cari mati…… Benar-benar cari mati. Apa begini susah cari uang ya?
Hampir lima menit sang ayah dan anak terlibat debat berbisik. Walau tak terlalu jelas apa yang mereka perdebatkan, Stela tahu dia terlibat di dalam perdebatan itu. Walaupun sudah jelas siapa pemenangnya, tapi Stela cukup terhibur melihat bagaimana perjuangan Nyonya Silia. Setidaknya dia dapat berharap sedikit hidupnya tidak secepat itu berakhir kan?
“Oke, Stela……. Kami akan mepekerjakan anda” Silia melipat tangannya dengan anggun. Wajahnya terlihat sangat kesal, resah dan sedikit putus asa.
Stela menatapnya tak berkedip.Busyet, kok bisa dia semujur itu. Nggak jadi mati, dapat kerja lagi. Stela berdoa dalam hati semoga ini bukan jenis kerja rodi seperti jaman Jepang dulu.
“Benarkah? Terima kasih……Terima kasih…… aku janji akan menjadi asisten yang baik. Aku bersedia belajar, tidak akan…….”
Stela menghentikan kata-katanya. Tampaknya Keluarga Setiawan memiliki kekuatan di telunjuk mereka. Hanya cukup mengangkat telunjuk sepuluh derajat, sudah mampu membuat orang tak berkutik.
“Josh, Ambilkan uang di dalam” Perintah wanita itu.
Stela melirik ke arah pintu kayu besi tempat si Gondrong menghilang. Wah, tampaknya itu merupakan kas uang Kel. Setiawan. Hebatnya…….
“Stela…….”
“Ya?”
“Dengarkan kata-kataku. Dengarkan baik-baik……. Tugasmu adalah menjadi asisten bagi keponakanku. Tuan Simon Setiawan. Kau mengenalnya?”
Stela menggeleng perlahan. Haruskah dia mengenalnya?
“Bagus. Itu lebih baik…….”
“Bagus?”
“Iya……. Sebab pekerjaan ini akan lebih ringan jika kau tak mengenalnya”
Aneh. Benar-benar cara menyeleksi asisten yang aneh.
“Dengarkan….. Tugasmu adalah sebagai asistennya. Perinciannya, kau carilah job description para asisten di internet…… Kami tak punya waktu melatihmu menjadi asisten. Kau harus membantunya selama satu bulan. Tidak lebih, tidak kurang. Ingat membantunya, bukan merepotinnya. Saat ini dia sendirian, jadi kamu satu-satunya orang yang harus membantunya. Dan yang terpenting, yang paling penting, satu bulan akan datang kamu harus pastikan keponakanku pulang ke Jakarta. Itu harus”
Stela menggaruk kepalanya sehingga rambutnya benar-benar kacau. “Pulang?”
“Benar! Ingat itu yang terpenting. Harus terlaksana. Dan untuk gajimu, sebulan adalah delapan juta. Begitu tugasmu selesai, dan terlaksana tentunya, kami akan berikan bonus sepuluh juta……”
Stela hampir tak mampu berkata apapun. Delapan juta sebulan? Itu berarti dua kali lipat dari pendapatan usaha keluarganya. Luar biasa. Ini……. Ini adalah mukjizat.
“De…..de….de….delapan Juta? Sep…..sep….sepuluh Juta?”
“Ya….. dan berhentilah bersikap seperti beo……. Ingat untuk sepuluh juta, itu adalah bonus. Bonus…… Jadi bila kau gagal dalam waktu satu bulan, kami akan mengirimkan pihak lain. Dan lupakan bonusmu. Mengerti?”
Stela menganggukkan kepalanya. Dia yakin dapat melakukan semuanya dan memperoleh bonus itu. Apasih susahnya membujuk seseorang pulang ke rumahnya? Rumah mewah lagi? Pasti mudah….. Sangat mudah.
“Josh….. serahkan uang itu padanya!”
Stela memandang segepok uang yang disodorkan kepadanya. Dia mengambil dan merabanya perlahan. Mulus, dan licin. Baunya pun harum. Harum uang. Dan yang pasti itu bukan uang palsu. Dia tak sebodoh itu.
“Uang? Untuk apa? Saya kan belum mulai kerja!”
“Itu Sepuluh juta. Gajimu plus biaya hidup selama sebulan, ingat jangan merepotkan Tuan Simon. Itu sudah plus biaya transport ke Bandung. Kamu mulai kerja besok”
“Besok? Kok bisa? Aku belum memberitahukan ke orang tuaku……… Aku harus mempersiapkan……”
“Kau kerja mulai besok. Tak ada alasan.” Stela mengerut. Ibu Silia tampak sedikit kesal. Dan seanggun apapun wanita itu biasanya, dia tidak mencoba menutupi ketidak sukaannya saat ini.
“Oh, Baiklah. Tak masalah. Baik. Maaf. Eh, jadi ini berarti gajiku dibayar dimuka….. Luar biasa. Terima kasih.Ini…….”
“Bukan dibayar di muka. Itu adalah memastikan kau telah terikat untuk pekerjaan ini. Artinya kau tak dapat mundur sejak detik uang itu berpindah tangan. Jalankan dan jangan kecewakan kami.”
Stela menelan ludah. Pahit. Apakah ini salah satu jalan menuju kematiannya?
“Ada masalah?”
“Hah?” Stela memandang sang kakek, Ibu Silia dan si Alex. Tampaknya mereka sedang menunggu mangsanya lengah agar dapat secepatnya menikmati pertunjukan yang sebenarnya. Tidak, itu tak boleh terjadi. Setidaknya, tidak pada saat dia akan berulang tahun ke delapan belas sebulan lagi. Dia harus bertahan. “Ah…. Tidak….. tidak…… Jadi, adakah yang harus saya tanda tangan? Surat perjanjian mungkin?”
“Hm……tidak perlu. Jangan khawatir. Kami selalu tahu bagaimana menindak orang-orang yang mencoba mengingkari perjanjian dengan kami. Jadi sebaiknya kau tak mencoba memikirkannya ya?”
Tiba-tiba halilintar berbunyi diiringi hujan deras. Stela merinding. Sebuah pertanda, pertanda baik atau buruk? Dia tak ingin mencari tahu saat ini. Tidak pada saat dia harus meyakinkan orang tuanya bahwa semua akan baik-baik saja pada pekerjaan barunya ini…….. Tidak di saat dia sendiri tidak yakin.
Bolu Kukus
Bahan:
4 butir telur
1/2 kg gula
1/2 kg terigu
25 gr susu bubuk
350 cc air soda (Sprite)
1 sdm Pengembang
Vanilli secukupnya
Cara membuat:
- Masukkan semua bahan kecuali terigu.
- Kocok hingga mengembang, lalu masukkan terigu.
- Siapkan kertas dan cetakan untuk bolu kukus.
- Tuang dan kukus hingga matang dengan api kecil
Tips:
Kocok adonan seperti dikehendaki resep.
Takar semua bahan persis seperti resep.
Siapkan kukusan terlebih dahulu disaat awal, sehingga ketika adonan selesai bisa langsung dikukus.
Lapisi tutup kukusan dengan kain serbet untuk menahan uap air menetes ke bolu.
Gunakan air soda yang masih baru dan bersuhu ruang.
Lakukan semua pekerjaan dengan gembira, dan bolu kukus anda akan mekar sempurna.
Diubah oleh sun81 31-08-2020 23:35
0
Kutip
Balas