- Beranda
- Stories from the Heart
Sales, salahkah?
...
TS
cgyp
Sales, salahkah?
Quote:
The First
Seminggu lagi gw diwisuda S1, bahagia rasanya, namun satu kekhawatiran muncul : trus setelah ini apa? Kemana?
Lowongan lowongan lowongan, cuma itu yang terbersit di otak gw sewaktu gw bolak balik Koran edisi Maret 2010 ini, sampai akhirnya gw menemukan
"Dibutuhkan tenaga bla bla bla (banyak banget), tdk butuh pengalaman, min sma/d3/s1"
You know what I do next lah ya... 😃
--
"Ibu Cindi melamar untuk bagian IT admin ya?" Tanya si calon boss gw sewaktu interview
"Iya pak"
Standard interview berlanjut hingga akhirnya,
"Baiklah, tidak apa meski masih minggu depan lulus kuliahnya, besok Mb Cindi kesini lagi ya untuk menjalani test awal", mungkin karena tahu gw masih unyu-unyu, gw jadinya dipanggil mbak
"Baik pak"
--
"Nanti Mb Cindi akan dipandu oleh Mb Neri (bukan nama sebenarnya), testnya berupa kegiatan lapangan"
"Baik pak"
Gw masih gak kepikiran mau kek gimana testnya, sampai akhirnya gw dibawa sama Mb Neri ini ke sebuah perumahan di kota surab#y#
'tok 'tok 'tok
Salah satu pintu penduduk diketuk oleh Mb Neri, gw masih diem
"Hai selamat pagi bu, saya dari relawan kesehatan mau mengadakan bakti sosial kesehatan gratis, masuk dulu ya bu..", ujar Mb Neri dengan semangatnya ketika pintu dibuka oleh empunya rumah
"Jadi bu, ini alatnya untuk bakti sosial ini, namanya bantal ajaib (disamarkan lagi yee), caranya gini (sambil Mb Neri praktekin), tapi inget lho bu ini ndak dijual, cuma untuk bakti sosial hari ini saja, gimana bu? Enak mboten?", Wah keren banget ini Mb Neri bisa sksd kek gini ke orang yang baru dikenal
"Ooo ndak di jual ya mbak? Nek beli gitu piroan harganya Mb?" Tanya si Ibu
"Wahhh mahal ini bu, 1,5 juta, lagipula kan saya bilang ndak dijual bu, nanti Ibu cari ke apotik aja" ujar Mb Neri
"Oh gitu ya Mb? Mahal ya... Apotik mana mbak yg jual? Enake bantal ajaibnya" sambil merem si Ibu ngomongnya
"Baiklah bu karena saya ndak bisa lama-lama, saya mau pamit dulu, nah tapi sebelumnya saya mau tanya, Ibu sekarang umur berapa?" Tanya Mb Neri
"63 mbak" jawab si Ibu
Lali tiba-tiba Mb Neri menyalami tangan si Ibu
"Wahhh kebetulan, alhamdullilah bu, kami lagi ada program pembagian bantal ajaibnya ini untuk 2 orang warga yang berusia di atas 60 tahun, kebetulan ini tinggal satu, tadi satunya dah kami bagi untuk mbah sardi di ujung jalan sana" dengan semangat dan masih menyalami tangan si Ibu, mb Neri berujar
Stop! Pause bentar!
Pikir gw, kapan ke mbah sardinya? Oh mungkin kemarin, tapi kok Mb neri bilang 'tadi'? Atau mungkin sebelum nganter gw, dy nganter pelamar kerja lainnya? Oh iya bisa bisa, masuk masuk, oke lanjut
Lalu Mata si Ibu berbinar-binar
"Beneran mbak? Bantal ajaibnya buat saya? Wahhh makasih lho mbak" kata si Ibu
"Iya bu beneran, nah bu Isi biodata ini ya..." kata Mb Neri sambil menyerahkan selembar kertas, lalu Mb Neri kelanjutan
"Nah bu coba lihat ini tulisannya, bantalnya beneran kan harganya 1,5juta?! Karena ini hadiah, Ibu tahu hadiah kan?! Yang seperti di tivi-tivi itu lho bu, jadi Ibu cuma harus bayar pajaknya aja 10% yaitu 150rb, sedikit thooo bu?"
Widih sadis.. jadi ini maksudnya bagi-bagi subsidi gitu Kali ya ke masyarakat, tapi kok mirip jualan ya.. ah positif positif, gw pengen lulus Tes lapangan ini
"Jadi saya harus bayar Mb?" Tanya si Ibu
"Pajaknya aja bu 150rb, ayo bu saya tunggu, ini subsidi terbatas lho bu, Ibu kan sudah ngisi biodata juga"
Tuh kan bener subsidi, apa kata gw, mungkin gw diuji untuk berpikir positif Dan tahu cara berkomunikasi dengan orang lain, sip sip
Kira-kira subsidi ini harus di ambil gak yah? Trus kalau si Ibu gak mau gimana? Ini kok si Ibu diem aja? Ini subsidi apa jualan sih? Eh iya harus positif, ini subsidi!
Dan kami masih menunggu keputusan si Ibu....
Diubah oleh cgyp 18-02-2017 15:09
weihaofei dan 16 lainnya memberi reputasi
17
48.1K
315
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
cgyp
#126
The 23rd
Tiga minggu sudah berlalu dengan menghadirkan berbagai macam kisah di hotel Mawar ini, setelah kami cukup settle dengan pendapatan kami, babeh Muklas memutuskan untuk pindah ke kontrakan, well kamipun pindah ke sebuah rumah yang cukup besar, sebenarnya tidak bisa dibilang pure kontrakan karena masih ada pemiliknya di samping rumah, jadi rumah yang kami tempati bergandengan dengan rumah pemilik
Jadi ada kira-kira 3 kamar, gw berdua dengan Bunda Atin tetap sekamar, kemudian babeh Muklas sendirian dan Alfred berdua dengan Ical, kamar mandinya terletak jauh di belakang, melewati sumur tua dan kebun yang tidak terawat serta agak kurang hygienis menurut gw, bisa dibayangkan gimana horornya jika tengah malam harus ke kamar mandi karena kebelet, namun airnya cukup segar dan dingin karena berasal dari sumur langsung
Harganya lumayan murah karena kami sewanya per-bulan, minimal lebih murah daripada di hotel Mawar kemarin dimana kami harus bayar per hari, kali ini kamar tempat gw dan bunda Atin tinggal cukup memuaskan, karena berlantai keramik, dan kasurnya terletak di lantai, jadi tanpa dipan, terkesan luas dan adem karena gw bisa tidur di lantai juga jika sedang kepanasan
Lokasinya pun masih tidak terlalu jauh dengan lokasi hotel Mawar sehingga gw tidak perlu adaptasi ulang karena sudah hafal territory daerah situ dan lokasi ‘merenung’ yang asik jika gw sedang kehilangan motivasi
Pendapatan gw? Jangan ditanya, gw yakin semua rejeki itu sudah ada yang mengatur, either gw closing atau tidak, pasti rejeki gw ada dan minimal gw bisa makan sehari sekali, sekalian menunjang program diet gw
Dengan kepindahan gw dan kru babeh Muklas di kontrakan ini, babeh Muklas pun menyuruh kami untuk gencar melakukan recruitment lagi agar bisa lebih semangat, dan kebetulan gw ada ide untuk menyebar selebaran saat pitching, selebaran yang berisikan lowongan kerja tentunya dengan Bahasa yang diplomatis agar tidak terkesan bahwa sebenarnya yang dikerjakan adalah pekerjaan sales, kira-kira begini isinya :
Ya kira-kira kurang lebih begitu iklannya, babeh Muklas pun setuju dengan ide gw dan langsung membiayai untuk meng-copy 100 lembar selebaran untuk kami bawa pitching, ya saat itu karena terbatasnya keuangan jadi yang bisa kami lakukan hanya meng-copy menggunakan mesin foto copy dan kertas warna-warni untuk sekedar menambah kemeriahan saja
Di tempat yang baru ini, gw merasa lebih nyaman, entah kenapa, apa karena memang suasananya yang adem atau kamar gw yang nuansanya serba putih, mulai dari keramik, sprei Kasur, gorden, tembok, semuanya putih
Sedikit demi sedikit bayangan gw tentang candra dan dion sudah mulai pudar, meski sebenarnya gw masih berharap bisa berhubungan baik dengan mereka, karena gw paling gak suka jika punya musuh atau ada seseorang yang mengganjal urusannya dengan gw, saat ini gw tidak tahu apakah candra dan dion marah sama gw atau biasa saja, biarlah waktu yang menjawab semua, selagi gw harus focus untuk build kru disini
Gw pun mulai membawa selebaran gw kemana-mana, tak lupa gw selalu menyapa semua orang yang gw temuin, selain hal itu membawa kebahagiaan bagi gw karena gw selalu tersenyum ketika menyapa, hal itu juga merupakan modal utama gw untuk tetap focus dan yakin pada diri sendiri akan mimpi-mimpi gw
Di saat pitching tak lupa gw tawarkan selebaran gw jika ada sanak saudara dari client gw yang mungkin membutuhkan kerja, gw tidak asal bagi-bagi selebaran karena sangat terbatas yang gw bawa, gw harus tepat sasaran, agar setidaknya tidak sia-sia apa yang gw lakukan
Kehidupan gw di kontrakan baru ini lumayan senggang, ada kalanya ketika malam minggu, kami berlima jalan kaki ke alun-alun Madiun, ya kira-kira setengah jam lamanya, cukup jauh namun tidak terasa karena kami berlima selalu menemukan bahan untuk bicara, meski mungkin tidak seakrab dulu ketika ada Mbak Neri, dan sebelum kejadian itu.. ah sudahlah..
Pernah suatu ketika kami berlima ke alun-alun Madiun bersama di malam minggu, gw pun ngobrol dengan babeh Muklas
Babeh Muklas : kau tahu ndok
Gw : nggak beh
Babeh Muklas : heiss babeh belom ngomong ini
Gw : oh belom tho
Babeh Muklas : babeh dulu pernah punya kru pencopet
Gw : oh ya? Nyopet apa beh? Hati babeh?
Babeh Muklas : kon iku, serius iki babeh
Gw : ya beh trus…
Babeh Muklas : dia itu orangnya ganteng, dari keluarga biasa-biasa saja, tapi karena broken home dia lari dari rumah dan jadi pencopet
Gw : babeh tau darimana dia pencopet?
Babeh Muklas : iya waktu itu…
--||--
Saat itu aku sedang dalam perjalanan pulang pitching di sore hari, aku naik bis, lelah rasanya tapi kursi sudah penuh semua, jadi kutahan saja lelah ini dengan berdiri dan sedikit terkantuk-kantuk
“karcis karcis”
Akupun merogoh kantongku untuk mengambil uang, namun kagetnya aku ketika kudapat dompetku tak ada, alamak kecopetan aku, bagaimana ini
Aku : “maafkan saya bang, saya kecopetan, ini ada tinggal 2000 saja”
Kernet : “wahh jangan alasan pak, kalau tidak punya uang jangan naik”
Aku : “benar ini aku kecopetan pak, tidak ada uang lagi, tolonglah pak, anak istri aku menunggu di rumah, biarkanlah aku ikut bis ini”
Kernet : “gak bisa pak, bapak turun sekarang, apaan Cuma 2000, bbm mahal pak, karcisnya 5000”
Akupun terpaksa harus turun di tengah jalan karena uang yang kumiliki hanya 2000 rupiah saja, aku bingung harus kemana, perjalananku masih jauh, untuk berjalan kaki aku sudah tidak sanggup lagi, aku masih syok dengan hilangnya dompetku, semua ktp, uang, dan surat-surat berharga ada disana, jika aku mau mengurusnya lagi, aku harus ke Sulawesi, oh Tuhan kenapa ini terjadi padaku
Dengan sedih aku berjalan, aku masih memikirkan nanti bagaimana aku menjelaskan pada istriku, bagaimana nanti kami makan, sementara istriku disana tidak punya pekerjaan, dan uang hasil jerih payahku hari ini hilang, seharusnya uang itu bisa cukup untuk makan kami seminggu
Sepertinya memang aku harus menelepon syarief lagi untuk minta tolong..
Tuuutt… tuuu….
“Pak”
Ketika aku berusaha menelepon Syarief ada orang seperti memanggilku dari belakang
“Pak Muklas?”
Aku masih tertegun, apakah pemuda ini ingin merampokku atau bagaimana, darimana dia tahu namaku?
Aku : ya saya Muklas, kau siapa?
Pemuda : saya Bino pak
Aku : ada apa ya?
Bino : ini pak, tadi dompet bapak jatuh di bis, tapi saya tidak sempat memberikannya sama bapak
Aku : ohhh.. terimakasih nak.. syukurlah.. hasil jerih payahku di sini semua
Bino : sama-sama pak
Aku bahagia sekali dompetku kembali ke pangkuanku, syukurlah ada pemuda yang baik hati ini mengembalikannya padaku, akupun berniat untuk memberikan beberapa lembar uang sebagai upah, namun alangkah kagetnya aku ketika kujumpai uangku berkurang
Bino : hehehhe maaf pak, tadi saya pakai sedikit buat beli makan saya, ibu, dan adek-adek saya pak
Aku : oh ya sudah tidak apa-apa, terima kasih ya
Bino : bapak mau pulang kemana?
Aku : ke paskem
Bino : oh rumah bapak disitu?
Aku : iya
Bino : ya sudah pak kalau gitu, hati-hati di jalan pak, banyak copet
Aku : iya, terima kasih
Waktu berlalu, singkat cerita aku sering menjumpai Bino ini di angkutan bisku saat pulang, kadang dia mengamen, namun kadang dia ikut naik saja tanpa bayar, mungkin karena dia anak jalanan yang numpang cari uang
Karena seringnya aku berjumpa dengan Bino, aku pun menjadi sering ngobrol dengan dia
Aku : apa kabar bin?
Bino : hai pak Muklas, baik pak
Aku : kau sebenarnya kerja apa?
Bino : hehehehe… saya mah anak jalanan pak, apa aja saya kerjain
Aku : ah kau itu, iya contohnya apa?
Bino : ya ngamen pak, kadang jualan, apa aja pak
Aku : nyopet juga?
Bino : hahahahahha.. ah bapak, ya kalau kepepet sih pak
Aku : dasar kau ini, jangan-jangan waktu itu kau yang copet dompetku?
Bino : hahahahaha… lho bapak gak tahu??
Aku : jadi memang kau?
Bino : heheheh teman saya pak, saya Cuma jaga gawang saja di belakang
Aku : wahhh benar-benar kau memang, trus kenapa waktu itu kau kembalikan padaku?
Bino : iya saya kasihan lihat bapak di usir dari bis, bapak kan sudah tua, kalau mati di tengah jalan nanti gimana?
Aku : kurang ajar kau ya.. hahahahahha
Bino : bapak ada kerjaan gak buat saya pak?
Akupun berpikir wah mungkin bisa kudidik Bino ini menjadi kru ku, ini pertama kalinya aku akan memiliki kru anak jalanan seperti dia, hidup dia sudah keras, pasti dia mampu untuk menghadapi pitching bersama aku
Aku : ada, besok kau ke kantor saya ya, ini alamatnya
Bino : wah terima kasih pak, beneran nih?
Aku : iya beneran, kutunggu kau jam 9 pagi, jangan telat
--||--
Babeh Muklas : nah gitu ndok ceritanya
Gw : hoaaammm panjang bener, sampe ngantuk aku beh
Babeh Muklas : kurang ajar kon, belum selesai ini ceritanya
Gw : kalah ini tersanjung beh, babeh bikin sinetron aja “TERSANDUNG”
Babeh Muklas : tersandung api asmara?
Gw : bukan beh, tersandung bunda Atin tercinta, huahahahahahaha….
Babeh Muklas : kampret kau… kurang ajar….
Tiga minggu sudah berlalu dengan menghadirkan berbagai macam kisah di hotel Mawar ini, setelah kami cukup settle dengan pendapatan kami, babeh Muklas memutuskan untuk pindah ke kontrakan, well kamipun pindah ke sebuah rumah yang cukup besar, sebenarnya tidak bisa dibilang pure kontrakan karena masih ada pemiliknya di samping rumah, jadi rumah yang kami tempati bergandengan dengan rumah pemilik
Jadi ada kira-kira 3 kamar, gw berdua dengan Bunda Atin tetap sekamar, kemudian babeh Muklas sendirian dan Alfred berdua dengan Ical, kamar mandinya terletak jauh di belakang, melewati sumur tua dan kebun yang tidak terawat serta agak kurang hygienis menurut gw, bisa dibayangkan gimana horornya jika tengah malam harus ke kamar mandi karena kebelet, namun airnya cukup segar dan dingin karena berasal dari sumur langsung
Harganya lumayan murah karena kami sewanya per-bulan, minimal lebih murah daripada di hotel Mawar kemarin dimana kami harus bayar per hari, kali ini kamar tempat gw dan bunda Atin tinggal cukup memuaskan, karena berlantai keramik, dan kasurnya terletak di lantai, jadi tanpa dipan, terkesan luas dan adem karena gw bisa tidur di lantai juga jika sedang kepanasan
Lokasinya pun masih tidak terlalu jauh dengan lokasi hotel Mawar sehingga gw tidak perlu adaptasi ulang karena sudah hafal territory daerah situ dan lokasi ‘merenung’ yang asik jika gw sedang kehilangan motivasi
Pendapatan gw? Jangan ditanya, gw yakin semua rejeki itu sudah ada yang mengatur, either gw closing atau tidak, pasti rejeki gw ada dan minimal gw bisa makan sehari sekali, sekalian menunjang program diet gw
Dengan kepindahan gw dan kru babeh Muklas di kontrakan ini, babeh Muklas pun menyuruh kami untuk gencar melakukan recruitment lagi agar bisa lebih semangat, dan kebetulan gw ada ide untuk menyebar selebaran saat pitching, selebaran yang berisikan lowongan kerja tentunya dengan Bahasa yang diplomatis agar tidak terkesan bahwa sebenarnya yang dikerjakan adalah pekerjaan sales, kira-kira begini isinya :
Quote:
Ya kira-kira kurang lebih begitu iklannya, babeh Muklas pun setuju dengan ide gw dan langsung membiayai untuk meng-copy 100 lembar selebaran untuk kami bawa pitching, ya saat itu karena terbatasnya keuangan jadi yang bisa kami lakukan hanya meng-copy menggunakan mesin foto copy dan kertas warna-warni untuk sekedar menambah kemeriahan saja
Di tempat yang baru ini, gw merasa lebih nyaman, entah kenapa, apa karena memang suasananya yang adem atau kamar gw yang nuansanya serba putih, mulai dari keramik, sprei Kasur, gorden, tembok, semuanya putih
Sedikit demi sedikit bayangan gw tentang candra dan dion sudah mulai pudar, meski sebenarnya gw masih berharap bisa berhubungan baik dengan mereka, karena gw paling gak suka jika punya musuh atau ada seseorang yang mengganjal urusannya dengan gw, saat ini gw tidak tahu apakah candra dan dion marah sama gw atau biasa saja, biarlah waktu yang menjawab semua, selagi gw harus focus untuk build kru disini
Gw pun mulai membawa selebaran gw kemana-mana, tak lupa gw selalu menyapa semua orang yang gw temuin, selain hal itu membawa kebahagiaan bagi gw karena gw selalu tersenyum ketika menyapa, hal itu juga merupakan modal utama gw untuk tetap focus dan yakin pada diri sendiri akan mimpi-mimpi gw
Di saat pitching tak lupa gw tawarkan selebaran gw jika ada sanak saudara dari client gw yang mungkin membutuhkan kerja, gw tidak asal bagi-bagi selebaran karena sangat terbatas yang gw bawa, gw harus tepat sasaran, agar setidaknya tidak sia-sia apa yang gw lakukan
Kehidupan gw di kontrakan baru ini lumayan senggang, ada kalanya ketika malam minggu, kami berlima jalan kaki ke alun-alun Madiun, ya kira-kira setengah jam lamanya, cukup jauh namun tidak terasa karena kami berlima selalu menemukan bahan untuk bicara, meski mungkin tidak seakrab dulu ketika ada Mbak Neri, dan sebelum kejadian itu.. ah sudahlah..
Pernah suatu ketika kami berlima ke alun-alun Madiun bersama di malam minggu, gw pun ngobrol dengan babeh Muklas
Babeh Muklas : kau tahu ndok
Gw : nggak beh
Babeh Muklas : heiss babeh belom ngomong ini
Gw : oh belom tho
Babeh Muklas : babeh dulu pernah punya kru pencopet
Gw : oh ya? Nyopet apa beh? Hati babeh?
Babeh Muklas : kon iku, serius iki babeh
Gw : ya beh trus…
Babeh Muklas : dia itu orangnya ganteng, dari keluarga biasa-biasa saja, tapi karena broken home dia lari dari rumah dan jadi pencopet
Gw : babeh tau darimana dia pencopet?
Babeh Muklas : iya waktu itu…
--||--
Saat itu aku sedang dalam perjalanan pulang pitching di sore hari, aku naik bis, lelah rasanya tapi kursi sudah penuh semua, jadi kutahan saja lelah ini dengan berdiri dan sedikit terkantuk-kantuk
“karcis karcis”
Akupun merogoh kantongku untuk mengambil uang, namun kagetnya aku ketika kudapat dompetku tak ada, alamak kecopetan aku, bagaimana ini
Aku : “maafkan saya bang, saya kecopetan, ini ada tinggal 2000 saja”
Kernet : “wahh jangan alasan pak, kalau tidak punya uang jangan naik”
Aku : “benar ini aku kecopetan pak, tidak ada uang lagi, tolonglah pak, anak istri aku menunggu di rumah, biarkanlah aku ikut bis ini”
Kernet : “gak bisa pak, bapak turun sekarang, apaan Cuma 2000, bbm mahal pak, karcisnya 5000”
Akupun terpaksa harus turun di tengah jalan karena uang yang kumiliki hanya 2000 rupiah saja, aku bingung harus kemana, perjalananku masih jauh, untuk berjalan kaki aku sudah tidak sanggup lagi, aku masih syok dengan hilangnya dompetku, semua ktp, uang, dan surat-surat berharga ada disana, jika aku mau mengurusnya lagi, aku harus ke Sulawesi, oh Tuhan kenapa ini terjadi padaku
Dengan sedih aku berjalan, aku masih memikirkan nanti bagaimana aku menjelaskan pada istriku, bagaimana nanti kami makan, sementara istriku disana tidak punya pekerjaan, dan uang hasil jerih payahku hari ini hilang, seharusnya uang itu bisa cukup untuk makan kami seminggu
Sepertinya memang aku harus menelepon syarief lagi untuk minta tolong..
Tuuutt… tuuu….
“Pak”
Ketika aku berusaha menelepon Syarief ada orang seperti memanggilku dari belakang
“Pak Muklas?”
Aku masih tertegun, apakah pemuda ini ingin merampokku atau bagaimana, darimana dia tahu namaku?
Aku : ya saya Muklas, kau siapa?
Pemuda : saya Bino pak
Aku : ada apa ya?
Bino : ini pak, tadi dompet bapak jatuh di bis, tapi saya tidak sempat memberikannya sama bapak
Aku : ohhh.. terimakasih nak.. syukurlah.. hasil jerih payahku di sini semua
Bino : sama-sama pak
Aku bahagia sekali dompetku kembali ke pangkuanku, syukurlah ada pemuda yang baik hati ini mengembalikannya padaku, akupun berniat untuk memberikan beberapa lembar uang sebagai upah, namun alangkah kagetnya aku ketika kujumpai uangku berkurang
Bino : hehehhe maaf pak, tadi saya pakai sedikit buat beli makan saya, ibu, dan adek-adek saya pak
Aku : oh ya sudah tidak apa-apa, terima kasih ya
Bino : bapak mau pulang kemana?
Aku : ke paskem
Bino : oh rumah bapak disitu?
Aku : iya
Bino : ya sudah pak kalau gitu, hati-hati di jalan pak, banyak copet
Aku : iya, terima kasih
Waktu berlalu, singkat cerita aku sering menjumpai Bino ini di angkutan bisku saat pulang, kadang dia mengamen, namun kadang dia ikut naik saja tanpa bayar, mungkin karena dia anak jalanan yang numpang cari uang
Karena seringnya aku berjumpa dengan Bino, aku pun menjadi sering ngobrol dengan dia
Aku : apa kabar bin?
Bino : hai pak Muklas, baik pak
Aku : kau sebenarnya kerja apa?
Bino : hehehehe… saya mah anak jalanan pak, apa aja saya kerjain
Aku : ah kau itu, iya contohnya apa?
Bino : ya ngamen pak, kadang jualan, apa aja pak
Aku : nyopet juga?
Bino : hahahahahha.. ah bapak, ya kalau kepepet sih pak
Aku : dasar kau ini, jangan-jangan waktu itu kau yang copet dompetku?
Bino : hahahahaha… lho bapak gak tahu??
Aku : jadi memang kau?
Bino : heheheh teman saya pak, saya Cuma jaga gawang saja di belakang
Aku : wahhh benar-benar kau memang, trus kenapa waktu itu kau kembalikan padaku?
Bino : iya saya kasihan lihat bapak di usir dari bis, bapak kan sudah tua, kalau mati di tengah jalan nanti gimana?
Aku : kurang ajar kau ya.. hahahahahha
Bino : bapak ada kerjaan gak buat saya pak?
Akupun berpikir wah mungkin bisa kudidik Bino ini menjadi kru ku, ini pertama kalinya aku akan memiliki kru anak jalanan seperti dia, hidup dia sudah keras, pasti dia mampu untuk menghadapi pitching bersama aku
Aku : ada, besok kau ke kantor saya ya, ini alamatnya
Bino : wah terima kasih pak, beneran nih?
Aku : iya beneran, kutunggu kau jam 9 pagi, jangan telat
--||--
Babeh Muklas : nah gitu ndok ceritanya
Gw : hoaaammm panjang bener, sampe ngantuk aku beh
Babeh Muklas : kurang ajar kon, belum selesai ini ceritanya
Gw : kalah ini tersanjung beh, babeh bikin sinetron aja “TERSANDUNG”
Babeh Muklas : tersandung api asmara?
Gw : bukan beh, tersandung bunda Atin tercinta, huahahahahahaha….
Babeh Muklas : kampret kau… kurang ajar….
0
