TS
r3zam4n
Perang Imjin, Kisah Invasi Jepang ke Semenanjung Korea
Quote:
THE IMJIN WAR

Korea adalah nama dari semenanjung yang terletak di Asia bagian timur & sekarang ditempati oleh negara Korea Utara beserta Korea
Selatan. Di sebelah timur Semenanjung Korea, terdapat negara kepulauan yang tidak lain adalah Jepang. Sebagai akibat dari lokasinya yang berdekatan, bukan hal yang aneh kalau di masa lalu kedua daerah yang lokasinya berdekatan tersebut pernah terlibat konflik. Salah satu konflik yang pernah melibatkan keduanya adalah Perang Imjin yang berlangsung pada abad ke-16. Perang Imjin adalah sebutan untuk konflik bersenjata yang mengambil tempat di Semenanjung Korea pada tahun 1592 hingga 1598. Dalam perang ini, pasukan Jepang terlibat kontak senjata dengan pasukan Dinasti Joseon (Korea) & Dinasti Ming (Cina). Nama "Imjin" pada perang ini diambil dari tahun Imjin (bahasa Korea untuk "naga air") dalam siklus penanggalan tradisional Korea yang juga merupakan tahun dimulainya perang. Dan karena dalam perang ini yang bertindak sebagai pihak agresor adalah Jepang, perang ini juga populer dengan nama "Invasi Jepang ke Korea".
LATAR BELAKANG
Jepang awalnya merupakan negeri kepulauan yang dipenuhi oleh kekacauan & peperangan, sebagai akibat dari seringnya terjadi konflik antara panglima-panglima militer setempat (daimyo) karena memperebutkan wilayah kekuasaan. Periode berdarah tersebut dikenal dengan sebutan periode "Sengoku" (Negara-Negara yang Berperang). Namun terhitung sejak tahun 1590, para panglima tadi berhasil digandeng atau dipaksa tunduk pada panglima Toyotomi Hideyoshi. Upaya Hideyoshi untukmendapat legitimasi sebagai penguasa seluruh Jepang semakin mudah karena sejak beberapa tahun sebelumnya, Hideyoshi dipercaya oleh Kaisar Jepang untuk menempati posisi dajo-daijin (semacam menteri tertinggi). Sukses mengembalikan stabilitas domestik, Hideyoshi kini mengalihkan fokusnya ke luar Jepang supaya para daimyo tadi tidak kembali bertikai satu sama lain. Daratan yang menjadi sasaran Hideyoshi adalah Semenanjung Korea, wilayah Asia yang berjarak paling dekat dengan Kepulauan Jepang. Hideyoshi berharap jika dia berhasil menguasai Korea, maka jalan untuk menguasai daratan Cina menjadi terbuka lebar. Sebagai langkah awal, Hideyoshi mengirim utusan ke Dinasti Joseon / Choson supaya monarki penguasa Korea tersebut bersedia membiarkan Jepang menggunakan wilayah Korea untuk menginvasi Cina. Sebagai imbalannya, Jepang & Joseon akan melakukan normalisasi hubungan dagang. Tawaran dari Hideyoshi langsung ditolak oleh Raja Seonjo - pemimpin Dinasti Joseon - karena pada saat itu Joseon berstatus sebagai negara bawahan / vassal dari Dinasti Ming, monarki penguasa daratan Cina. Alasan lain kenapa Joseon menolak tawaran dari Hideyoshi adalah karena saat Jepang masih dilanda kekacauan domestik, kapal-kapal Jepang kerap melakukan
Spoiler for Hideyoshi:

pembajakan kepada kapal-kapal dagang Korea. Begitu mendengar balasan dari Raja Seonjo, Hideyoshi pun langsung memerintahkan para daimyo di seantero Jepang untuk mengirimkan para samurai & milisinya ke Kyushu (sekarang bernama Karatsu) yang letaknya berada tepat di seberang pantai Semenanjung Korea. Memasuki tahun 1592, jumlah prajurit yang berhasil dikumpulkan oleh Hideyoshi mencapai 225.000 personil. Mereka merupakan prajurit yang terlatih & berpengalaman karena sudah makan asam garam selama periode Sengoku. Selain ahli dalam menggunakan pedang, mereka juga dilengkapi dengan persenjataan modern pada masanya seperti meriam & senapan. Sejak beberapa tahun sebelumnya, Hideyoshi juga sudah memerintahkan pembangunan kapal dalam jumlah besar untuk supaya pasukan darat Jepang bisa diangkut ke daratan Korea. Ketika Hideyoshi merasa puas dengan pasukan yang sudah terkumpul, ia pun memerintahkan pasukannya untuk
menyerbu Korea.
BERJALANNYA PERANG
Berjaya di Darat, Merana di Laut
Bulan Mei 1592, sekitar 700 kapal Jepang yang mengangkut ratusan ribu tentara berhasil mendarat di Pusan / Busan, Korea selatan. Karena pasukan Jepang lebih unggul dalam hal jumlah, persenjataan, & pengalaman tempur, mereka berhasil mengalahkan pasukan Joseon yang ditempatkan di kota tersebut dengan mudah. Sesudah berhasil menguasai Pusan, pasukan Jepang lalu dipecah ke dalam 3 divisi & bergerak sendiri-sendiri ke arah ibukota Seoul sambil menjarah desa-desa di sepanjang rute yang mereka lewati. Namun sebelum berhasil mencapai Seoul, mereka keburu dicegat oleh pasukan Joseon di Chungju / Chongju, Korea tengah. Lagi-lagi pasukan Jepang berhasil mengalahkan pasukan Joseon & mereka pun terus melanjutkan perjalanannya ke utara. Ketika Raja Seonjo mendengar berita mengenai kekalahan pasukan Joseon di Chungju, ia menjadi panik & kemudian mengungsi ke kota Uiju, Korea barat laut. Hanya dalam waktu kurang lebih 3 minggu sejak invasi dimulai, pasukan Jepang berhasil menduduki ibukota Seoul. Namun militer Joseon sendiri bukannya sama sekali tidak bertaji. Karena selama bertahun tahun perairan Korea kerap menjadi sasaran penyerang kapal-kapal bajak laut Jepang, Joseon pun memperkuat angkatan
lautnya di bawah pimpinan Admiral Yi Sun Shin. Salah satu inovasi terpenting dari Admiral Yi adalah "kobukson" (kapal kurakura; turtle ship), kapal perang yang aslinya merupakan hasil modifikasi dari kapal perang panokseon.Bukan tanpa alasan kobukson memperoleh nama demikian. Kobukson dilengkapi dengan perisai berbentuk setengah lingkaran di bagian atasnya sehingga terlihat seperti tempurung kura-kura. Perisai itu sendiri aslinya adalah lambung kapal yang dipasang terbalik. Bagian luar tempurung kapal dilengkapi dengan duri-duri logam
sehingga jika awak kapal Jepang nekat melompat ke kobukson untuk membunuh para awaknya, mereka akan mati tertancap duri. Sementara untuk urusan persenjataan, kobukson dilengkapi dengan deretan meriam di bagian depan & sisi kapalnya. Haluan kobukson berbentuk rata & tebal sehingga kapal tersebut juga bisa digunakan untuk menabrak kapal musuh & membuatnya oleng hingga terbalik.Kembali ke medan perang. Karena pasukan Jepang lebih unggul dalam pertempuran darat, pasukan Joseon lalu memilih untuk fokus menyerang kapal-kapal laut Jepang. Harapannya, suplai logistik untuk pasukan Jepang di Korea jadi terputus sehingga mereka jadi lebih mudah untuk dikalahkan. Pertempuran laut pertama antara armada Joseon & Jepang adalah Pertempuran Okpo pada bulan Juni 1592 di mana dalam pertempuran tersebut, armada Joseon berhasil menenggelamkan 31 kapal Jepang tanpa kehilangan 1 kapal pun. Sesudah itu, amada Joseon terus mencatatkan serentetan kemenangan penting atas armada Jepang. Superiotas armada Joseon tidak lepas dari fakta bahwa kapal-kapal armada Jepang aslinya adalah kapal dagang & nelayan yang dimodifikasi untuk mengangkut tentara. Sementara itu di darat, pasukan Jepang terus melanjutkan pergerakannya ke utara & bahkan sudah berhasil menguasai Pyongyang di akhir tahun 1592. Namun pasukan Jepang sama sekali tidak bisa bersantai karena di wilayah yang sudah mereka taklukkan, penduduk setempat membentuk kelompok-kelompok milisi untuk melakoni perang gerilya melawan Jepang. Di luar Korea, Dinasti Ming juga mengirimkan pasukannya untuk membantu pasukan Joseon. Pertempuran antara pasukan Jepang melawan pasukan gabungan Joseon & Cina akhirnya pecah pada bulan Januari 1593 di Pyongyang. Kepayahan karena harus berperang dengan persediaan logistik yang semakin menipis, pasukan Jepang memutuskan untuk mundur ke Seoul & membiarkan Pyongyang direbut oleh pasukan lawannya

Gagalnya Perundingan Damai
Pertengahan tahun 1593, Jenderal Konishi yang memimpin pasukan Jepang di Korea terlibat perundingan damai dengan komandan Cina & Joseon. Hasilnya, berdasarkan perundingan tersebut, Jepang setuju untuk menarik mundur pasukannya ke Pusan & tetap berada di sana. Sesudah itu, barulah pemerintah pusat Cina & Jepang saling mengirim utusan untuk melakukan perundingan damai susulan yang berlangsung hingga tahun 1596. Akhir dari perundingan damai tersebut sama sekali tidak baik karena alih-alih mengabulkan tawaran Jepang supaya Jepang diperbolehkan menguasai ujung selatan Semenanjung Korea, Cina justru berencana menjadikan Jepang sebagai negara bawahannya. Merasa marah & tersinggung, Hideyoshi lalu mengumpulkan 140.000 prajurit tambahan untuk dikirim ke Korea. Karena Hideyoshi sadar akan kejeniusan Admiral Yi Sun Shin dalam memimpin armada laut Joseon, Hideyoshi lalu mengutus bawahannya untuk menyamar menjadi mata mata Joseon & membuat informasi palsu kalau pasukan Jepang akan mendarat di suatu lokasi. Percaya dengan cerita tersebut, pemerintah Joseon lalu memerintahkan Admiral Yi untuk mengirim pasukannya ke lokasi yang dimaksud. Namun Admiral Yi menolak karena ia mencium ada yang tidak beres dari info tersebut. Akibatnya, Admiral Yi langsung dijebloskan ke dalam penjara atas tuduhan pembangkangan. Merasa
senang karena rencananya berjalan sesuai dengan keinginannya, Hideyoshi lalu mengirimkan pasukan yang sudah dikumpulkannya untuk bergabung dengan pasukan Jepang yang masih bermukim di Pusan. Ketiadaan Admiral Yi membuat armada laut Jepang berhasil mencapai pesisir Korea & kemudian bergerak menuju Seoul. Alih-alih sukses menaklukkan Seoul seperti saat invasi di tahun 1592, baru setengah perjalanan laju pasukan Jepang sudah harus terhenti karena mereka gagal mengalahkan pasukan Joseon yang kini berada dalam kondisi jauh lebih siap & dibantu oleh pasukan Dinasti Ming. Sebagai akibatnya, pasukan Jepang terpaksa mundur kembali ke Pusan. Nasib pasukan Jepang di Korea semakin runyam setelah Admiral Yi dibebaskan dari penjara & kembali memimpin armada laut Joseon. Pasukan Jepang kini hanya bisa bertahan di benteng-benteng yang ada di sepanjang pantai selatan Korea sambil menahan gempuran dari pasukan darat & laut
Joseon. Tanggal 18 September 1598, Hideyoshi menghembuskan napas terakhirnya. Meninggalnya Hideyoshi lalu diikuti dengan munculnya perintah dari Jepang supaya pasukan Jepang di Korea segera kembali ke negaranya. Ketika kontingen terakhir pasukan Jepang sedang berlayar untuk pulang kembali ke negaranya, mereka langsung dicegat oleh armada Joseon di Selat Noryang. Dalam pertempuran tersebut, armada Joseon berhasil menenggelamkan lebih dari 200 kapal Jepang. Namun kemenangan gemilang tersebut harus dibayar mahal dengan gugurnya Admiral Yi akibat terkena peluru tentara Jepang. Dengan berakhirnya Pertempuran Noryang, berakhir pula Perang Imjin dengan kegagalan Jepang menaklukkan Semenanjung Korea.
KONDISI PASCA PERANG
Perang Imjin merupakan perang yang menguras tenaga kedua belah pihak. Dalam perang tersebut, Jepang harus kehilangan 100.000 prajuritnya. Seolah itu belum cukup, Perang Imjin juga berkontribusi atas melemahnya kekuasaan klan Hideyoshi & sekutunya di Jepang. Situasi tersebut lalu berhasil dimanfaatkan oleh klan Tokugawa untuk mengalahkan klan-klan rivalnya & mendirikan Keshogunan Tokugawa pada tahun 1603. Keshogunan tersebut sukses bertahan selama berabad-abad melalui kebijakan isolasionisme & sistem pengkastaan masyarakat yang sangat ketat, namun pada akhirnya riwayat Keshogunan Tokugawa harus berakhir pada tahun 1867 akibat peristiwa Restorasi Meiji. Di pihak Joseon, mereka juga harus menanggung kerugian yang sama sekali tidak sedikit. Ratusan ribu penduduknya tewas di
mana selain tewas akibat dibunuh prajurit Jepang, mereka juga harus kehilangan nyawa akibat kelaparan & wabah penyakit. Fenomena yang timbul karena saat pasukan Jepang masih menguasai wilayah Korea bagian selatan, mereka merusak lahan pertanian & menjarah rumah-rumah penduduk. Selain korban jiwa, Perang Imjin juga membuat daratan Korea porak poranda. Untuk memulihkan perekonomian negara sesegera mungkin, Dinasti Joseon pun melakukan perubahan pada sistem penarikan 3/5 pajaknya. Para petani Joseon juga mulai menanam barley - sejenis tanaman berbiji mirip gandum - supaya lahan pertaniannya tetap produktif ketika sedang tidak bisa ditanami padi. Kekalahan dalam Perang Imjin tidak serta merta mengubur impian Jepang untuk menaklukkan Korea. Mereka tetap menyimpan ambisi untuk menguasai Korea sebagai batu loncatan untuk menguasai daratan Cina & Siberia timur. Ambisi tersebut akhirnya terwujud pada tahun 1910 di mana setelah Jepang berhasil memenangkan Perang Rusia-Jepang yang berakhir di tahun 1905, Jepang diperbolehkan menguasai Semenanjung Korea. Selama menguasai Korea, Jepang menerapkan gaya pemerintahan tangan besi sehingga banyak rakyat Korea yang menyimpan dendam berkepanjangan kepada Jepang. Tak terkecuali hingga sekarang.
Spoiler for Turtle ship:

Spoiler for Turtle ship design:
Sumber : http://www.re-tawon.com/2015/04/pera...jepang-ke.html
Primary Source : http://www.samuelhawley.com/imjinarticle1a.htmldan [url]http://www2.hawaii.edu/~sford/research/turtle/[/url]
Diubah oleh vitawulandari 23-09-2016 10:12
0
7.2K
Kutip
15
Balasan
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Militer
20.4KThread•10.5KAnggota
Tampilkan semua post
penguasakucing
#8
Nambahin dari trit yang satu lagi...
Quote:
Original Posted By penguasakucing►
Pada akhir abad ke-16, Kerajaan Joseon adalah kerajaan yang damai, tidak ada perang besar selama bertahun-tahun kecuali gangguan terus-menerus dari utara oleh suku-suku Jurchen, dan di pantai tenggara oleh bajak laut Jepang. Korea juga dilindungi oleh "kakaknya" Kekaisaran Ming, yang kadang membantu pertahanan baik di utara maupun di laut. Oleh karena itu, tentara Korea dalah tentara dengan mentalitas bertahan, tidak memiliki pengalaman bertempur melawan tentara besar yang terorganisir. Dalam keadaan yang relatif damai ini, tentu kemampuan tentaranya sebagai organisasi merosot, dan rata-rata suasana moril tentaranya leha-leha santai. Selalu ada upaya reformasi dalam masa damai ini, tapi biasanya terhambat di tingkat politis dan berakhir hanya wacana. Dilihat dari keadaan tersebut, elemen Tentara Joseon yang tingkat kesiapannya tinggi hanyalah Angkatan Laut dan penjaga perbatasan utara, sebagian besar terdiri dari Kavaleri untuk mengatasi ancaman penunggang kuda dari stepa.
Dan dalam suasana seperti inilah pada tahun 1592, saat Kekaisaran Ming sedang sibuk sendiri menangani pelbagai perang, sengketa perbatasan, dan pemberontakan di wilayahnya sendiri, datanglah serangan dari seberang laut. Bukan sekedar bajak laut yang datang merampok, tetapi Invasi yang mengancam keberadaan Korea sendiri. Semuanya berubah saat para Daimyo Jepang disatukan oleh Kampaku Toyotomi Hideyoshi datang menyerang.

Secara organisasional, Tentara Joseon terbagi menjadi 3, yaitu Tentara pusat, Tentara regional, dan Tentara cadangan. Tentara Regional dan cadangan seperti biasanya zaman itu terdiri dari wajib militer yang membeli senjatanya sendiri atau dipersenjatai seadanya. Untuk tentara regional, bangsawan bisa dibebaskan dari wajib militer dengan ganti pembayaran tertentu. Posisi-posisi penting biasanya tergantung pengaruh dan koneksi daripada kompetensi. Tentara Pusat terdiri dari tentara profesional yang disebut Kabsa. Untuk menjadi seorang Kabsa, harus melalui ujian standar kerajaan (ala birokrasi Tiongkok, segala ujian distandardisasi).
Pada awalnya, pelatihan baku hanya terbatas pada Kabsa, dan Tentara Pusat hanya garda kerajaan yang berukuran relatif kecil. Setelah kekalahan bertubi-tubi melawan Jepang pada tahap awal perang, sesudah gencatan senjata 1594 barulah reformasi militer dijalankan. Akademi Militer Kerajaan didirikan, Ujian Kabsa dihilangkan kuota masuknya, Tentara regional diorganisasi ulang meniru organisasi tentara pusat, bangsawan dan nobi (semacam kasta jelata rendahan Korea, hampir setingkat budak) tidak bisa dikecualikan dari wajib militer, dan Tentara regional serta cadangan juga diberikan pelatihan militer dalam sistem Hunlyeondogam mengikuti kitab-kitab militer yang diterbitkan pemerintah.

1: Personil pendukung.
2-4: Gunner, Pemanah, Tombak Tentara Regional
5&6: Pangbaesu, Kabsa Tentara Pusat
Baris Kedua: Perwira rendah, menengah, dan tinggi
Saat Jepang menduduki Korea, banyak kelompok-kelompok gerilya bermunculan didalam daerah pendudukan, yang disebut Uibyong. Terdiri dari rakyat jelata dipimpin sisa-sisa birokrat setempat, namun kelompok Uibyong yang paling kuat, disiplin dan terorganisir justru terdiri dari pendeta-pendeta Buddha. Ini berbeda dari apa yang biasanya para Daimyo Jepang hadapi saat berperang di tanah sendiri - kalau Daimyo setempat kalah, maka rakyat akan mengikuti Daimyo yang menang. Karena ini adalah invasi dari bangsa yang dianggap asing, apalagi Jepang cenderung kejam dalam Invasi di Korea ini serta persepsi orang Korea yang melihat banyak serangan bajak laut di tahun-tahun sebelumnya berasal dari bajak laut yang berbasis di Jepang (sebenarnya bukan berarti selalu orang Jepang, justru banyak orang Cina perantauannya atau bahkan orang Korea sendiri - cuma karena sebelumnya Jepang sedang zaman perang, sehingga cocok buat sarang bajak laut) perlawanan di tingkat akar rumput lebih kuat daripada yang diperkirakan Jepang.

Infantri Joseon rata-rata berzirah ringan, dan tidak berpengalaman untuk pertempuran jarak dekat, kecuali untuk Kabsa dan unit-unit tertentu. Yang tanpa zirah, hanya mengenakan hanbok dan gat, khas Korea. Zirah paling terjangkau adalah jije-umsimgap, rompi dari lapisan kertas kain katun. Zirah berat yang digunakan di Korea tipenya brigandine(dujunggap), lamellar(chalgap), dan plated mail - biasanya hanya dipakai unit jarak dekat, Kabsa, dan perwira.
Sebagian besar infantri Joseon terdiri dari pemanah, dan busur panah Korea serta pemanahnya memang lebih baik daripada busur panah dan pemanah Jepang. Busur Korea atau Gakgung merupakan busur komposit ala Eurasia - meskipun jauh lebih kecil daripada Yumi Jepang, Gakgung ini mampu melontarkan anak panah lebih jauh.
Meskipun begitu, Jepang tidak begitu kesulitan berhadapan dengan pemanah Korea di pertempuran lapangan. Banyak laporan AAR dari komandan-komandan Joseon tentang meskipun pemanah Korea bisa memanahi pasukan Jepang dari jauh, Ashigaru Jepang cukup disiplin untuk menerima beberapa korban, mendekat ke jarak yang efektif, lalu melepaskan volley demi volley tembakan bedil yang disiplin diiringi covering fire dari pemanah Jepang saat pasukan bedil Jepang reload untuk mematahkan moril pemanah Korea.
Untuk jarak dekat, Infantri Korea selain menggunakan tombak juga menggunakan Dangpa (trisula), Woldo (mirip Pudao Cina). Hwando, pedang Korea bentuknya menyerupai Tachi Jepang, tapi lebih pendek. Hwando ini dipakai satu tangan, bisa di kedua tangan gaya Sengasom atau dengan Pangbae (tameng bulat kayu)/ Deungbae(tameng rotan). Setelah reformasi, diperkenalkan juga Ssangsudo, meniru Nodachi Jepang, juga berasarkan kitab-kitab Qi Jiguang (Jendral Ming yang berpengalaman melawan bajak laut Jepang).
Dibanding Jepang yang menggunakan bedil sebagai pemukul utamanya dalam combined arms pike-and-shot Ashigaru dan serbuan jarak dekat Samurai, Joseon terbilang tertinggal dalam senjata api perorangan. Dimana Jepang sudah memproduksi masal Teppo untuk mayoritas tentaranya; Joseon masih menggunakan handgonne. Hideyoshi sebenarnya pernah memberi hadiah Teppo pada Joseon sebelum invasi, tetapi senjata "kaki anjing" ini hanya dilihat sebelah mata oleh birokrat Joseon. Joseon harus menelan pelajaran akan kekuatan bedil secara menyakitkan dahulu di tangan Jepang, sebelum belajar akan pentingnya kekuatan musketry massal. Baru kemudian Joseon mengopi Teppo Jepang menjadi Jochong.

Seperti yang telah dikemukakan di awal, kesatuan Kavaleri Joseon adalah yang paling terlatih dan berpengalaman di angkatan daratnya, berkat kontak terus-menerus dengan orang-orang Jurchen di utara. Posisi Korea juga memungkinkan untuk mendapatkan kuda-kuda stepa Eurasia, yang jelas superior terhadap kuda Jepang. Selain persenjataan Kavaleri Asia Kontinental yang biasa, Kavaleri Joseon menggunakan senjata unik yaitu Pyeungon - semacam nunchaku raksasa.
Samurai berkuda Jepang tidak dapat mengimbangi Kavaleri Joseon - mereka sendiri pada saat ini lebih sebagai Dragoon atau Mounted Infantry. Biasanya Jepang di pertempuran lapangan mengandalkan positioning medan tempur yang menegasikan keunggulan kavaleri Joseon, dan mengandalkan pike-and-shot untuk mengatasi mereka.
Ada satu aspek yang Jepang tidak punya jawabannya: Artileri. Tidak seperti senjata api perorangan, Joseon mengembangkan artileri dengan baik, dan oleh karena itu memiliki banyak variasi. Mulai dari Chongtong atau meriam, Wangu atau mortir, dan tentu MLRS kuno Hwacha yang terkenal. Meriam Korea selain menembakkan roundshot biasa, juga menembakkan Daejanggunjeon, semacam APFS zaman kuno dengan akurasi tinggi. Meriamnya juga sudah memiliki klasifikasi menurut ukuran.
Rekonstruksi Hwacha oleh Mythbusters
Jepang tidak punya Artileri semacam ini; yang Jepang miliki hanya segelintir meriam eks-Portugis, Belanda, atau Inggris yang dibeli dalam jumlah kecil. Yang Jepang buat hanya Bedil ukuran besar yang dioperasikan dua orang, dipanggul satu orang dan ditembakkan orang lainnya, digunakan seperti Anti Materiel Rifle kalo zaman modern mah - Jelas bukan artileri lapangan yang layak. Selebihnya, dalam pengepungan Jepang menggunakan volley fire masal dari musket biasa yang ditembakkan bertubi-tubi tanpa henti ke tembok pertahanan sebagai covering fire saja. Keunggulan Artileri Joseon ini sering mengesalkan Jepang apabila terkepung, dimana Samurai-samurai Jepang sering menulis surat kekesalannya melihat banyak rekannya meledak tidak terhormat hanya melihat asap musuh saja dari jauh.
Selanjutnya: Angkatan Laut Joseon era Imjin Waeran

Pada akhir abad ke-16, Kerajaan Joseon adalah kerajaan yang damai, tidak ada perang besar selama bertahun-tahun kecuali gangguan terus-menerus dari utara oleh suku-suku Jurchen, dan di pantai tenggara oleh bajak laut Jepang. Korea juga dilindungi oleh "kakaknya" Kekaisaran Ming, yang kadang membantu pertahanan baik di utara maupun di laut. Oleh karena itu, tentara Korea dalah tentara dengan mentalitas bertahan, tidak memiliki pengalaman bertempur melawan tentara besar yang terorganisir. Dalam keadaan yang relatif damai ini, tentu kemampuan tentaranya sebagai organisasi merosot, dan rata-rata suasana moril tentaranya leha-leha santai. Selalu ada upaya reformasi dalam masa damai ini, tapi biasanya terhambat di tingkat politis dan berakhir hanya wacana. Dilihat dari keadaan tersebut, elemen Tentara Joseon yang tingkat kesiapannya tinggi hanyalah Angkatan Laut dan penjaga perbatasan utara, sebagian besar terdiri dari Kavaleri untuk mengatasi ancaman penunggang kuda dari stepa.
Dan dalam suasana seperti inilah pada tahun 1592, saat Kekaisaran Ming sedang sibuk sendiri menangani pelbagai perang, sengketa perbatasan, dan pemberontakan di wilayahnya sendiri, datanglah serangan dari seberang laut. Bukan sekedar bajak laut yang datang merampok, tetapi Invasi yang mengancam keberadaan Korea sendiri. Semuanya berubah saat para Daimyo Jepang disatukan oleh Kampaku Toyotomi Hideyoshi datang menyerang.
Secara organisasional, Tentara Joseon terbagi menjadi 3, yaitu Tentara pusat, Tentara regional, dan Tentara cadangan. Tentara Regional dan cadangan seperti biasanya zaman itu terdiri dari wajib militer yang membeli senjatanya sendiri atau dipersenjatai seadanya. Untuk tentara regional, bangsawan bisa dibebaskan dari wajib militer dengan ganti pembayaran tertentu. Posisi-posisi penting biasanya tergantung pengaruh dan koneksi daripada kompetensi. Tentara Pusat terdiri dari tentara profesional yang disebut Kabsa. Untuk menjadi seorang Kabsa, harus melalui ujian standar kerajaan (ala birokrasi Tiongkok, segala ujian distandardisasi).
Pada awalnya, pelatihan baku hanya terbatas pada Kabsa, dan Tentara Pusat hanya garda kerajaan yang berukuran relatif kecil. Setelah kekalahan bertubi-tubi melawan Jepang pada tahap awal perang, sesudah gencatan senjata 1594 barulah reformasi militer dijalankan. Akademi Militer Kerajaan didirikan, Ujian Kabsa dihilangkan kuota masuknya, Tentara regional diorganisasi ulang meniru organisasi tentara pusat, bangsawan dan nobi (semacam kasta jelata rendahan Korea, hampir setingkat budak) tidak bisa dikecualikan dari wajib militer, dan Tentara regional serta cadangan juga diberikan pelatihan militer dalam sistem Hunlyeondogam mengikuti kitab-kitab militer yang diterbitkan pemerintah.
Spoiler for :

1: Personil pendukung.
2-4: Gunner, Pemanah, Tombak Tentara Regional
5&6: Pangbaesu, Kabsa Tentara Pusat
Baris Kedua: Perwira rendah, menengah, dan tinggi
Saat Jepang menduduki Korea, banyak kelompok-kelompok gerilya bermunculan didalam daerah pendudukan, yang disebut Uibyong. Terdiri dari rakyat jelata dipimpin sisa-sisa birokrat setempat, namun kelompok Uibyong yang paling kuat, disiplin dan terorganisir justru terdiri dari pendeta-pendeta Buddha. Ini berbeda dari apa yang biasanya para Daimyo Jepang hadapi saat berperang di tanah sendiri - kalau Daimyo setempat kalah, maka rakyat akan mengikuti Daimyo yang menang. Karena ini adalah invasi dari bangsa yang dianggap asing, apalagi Jepang cenderung kejam dalam Invasi di Korea ini serta persepsi orang Korea yang melihat banyak serangan bajak laut di tahun-tahun sebelumnya berasal dari bajak laut yang berbasis di Jepang (sebenarnya bukan berarti selalu orang Jepang, justru banyak orang Cina perantauannya atau bahkan orang Korea sendiri - cuma karena sebelumnya Jepang sedang zaman perang, sehingga cocok buat sarang bajak laut) perlawanan di tingkat akar rumput lebih kuat daripada yang diperkirakan Jepang.

Infantri Joseon rata-rata berzirah ringan, dan tidak berpengalaman untuk pertempuran jarak dekat, kecuali untuk Kabsa dan unit-unit tertentu. Yang tanpa zirah, hanya mengenakan hanbok dan gat, khas Korea. Zirah paling terjangkau adalah jije-umsimgap, rompi dari lapisan kertas kain katun. Zirah berat yang digunakan di Korea tipenya brigandine(dujunggap), lamellar(chalgap), dan plated mail - biasanya hanya dipakai unit jarak dekat, Kabsa, dan perwira.
Sebagian besar infantri Joseon terdiri dari pemanah, dan busur panah Korea serta pemanahnya memang lebih baik daripada busur panah dan pemanah Jepang. Busur Korea atau Gakgung merupakan busur komposit ala Eurasia - meskipun jauh lebih kecil daripada Yumi Jepang, Gakgung ini mampu melontarkan anak panah lebih jauh.
Meskipun begitu, Jepang tidak begitu kesulitan berhadapan dengan pemanah Korea di pertempuran lapangan. Banyak laporan AAR dari komandan-komandan Joseon tentang meskipun pemanah Korea bisa memanahi pasukan Jepang dari jauh, Ashigaru Jepang cukup disiplin untuk menerima beberapa korban, mendekat ke jarak yang efektif, lalu melepaskan volley demi volley tembakan bedil yang disiplin diiringi covering fire dari pemanah Jepang saat pasukan bedil Jepang reload untuk mematahkan moril pemanah Korea.
Spoiler for Gakgung:
Spoiler for Pemanah Kabsa:
Untuk jarak dekat, Infantri Korea selain menggunakan tombak juga menggunakan Dangpa (trisula), Woldo (mirip Pudao Cina). Hwando, pedang Korea bentuknya menyerupai Tachi Jepang, tapi lebih pendek. Hwando ini dipakai satu tangan, bisa di kedua tangan gaya Sengasom atau dengan Pangbae (tameng bulat kayu)/ Deungbae(tameng rotan). Setelah reformasi, diperkenalkan juga Ssangsudo, meniru Nodachi Jepang, juga berasarkan kitab-kitab Qi Jiguang (Jendral Ming yang berpengalaman melawan bajak laut Jepang).
Spoiler for Dangpa:
Spoiler for Serdadu Tombak Sokogun:
Spoiler for Hwando:
Spoiler for Sengasom:
Spoiler for Pangbaesu:
Dibanding Jepang yang menggunakan bedil sebagai pemukul utamanya dalam combined arms pike-and-shot Ashigaru dan serbuan jarak dekat Samurai, Joseon terbilang tertinggal dalam senjata api perorangan. Dimana Jepang sudah memproduksi masal Teppo untuk mayoritas tentaranya; Joseon masih menggunakan handgonne. Hideyoshi sebenarnya pernah memberi hadiah Teppo pada Joseon sebelum invasi, tetapi senjata "kaki anjing" ini hanya dilihat sebelah mata oleh birokrat Joseon. Joseon harus menelan pelajaran akan kekuatan bedil secara menyakitkan dahulu di tangan Jepang, sebelum belajar akan pentingnya kekuatan musketry massal. Baru kemudian Joseon mengopi Teppo Jepang menjadi Jochong.
Spoiler for Handgonne Korea + Janggunjeon:
Spoiler for Chongtongsu, Umsimgap:
(perhatikan, dia bawa panah - ini karena handgonne Korea awalnya menembakkan anak panah, dan baru 1570an mulai utamanya menembakkan peluru)


Spoiler for Jochongsu, Dujunggap:

Seperti yang telah dikemukakan di awal, kesatuan Kavaleri Joseon adalah yang paling terlatih dan berpengalaman di angkatan daratnya, berkat kontak terus-menerus dengan orang-orang Jurchen di utara. Posisi Korea juga memungkinkan untuk mendapatkan kuda-kuda stepa Eurasia, yang jelas superior terhadap kuda Jepang. Selain persenjataan Kavaleri Asia Kontinental yang biasa, Kavaleri Joseon menggunakan senjata unik yaitu Pyeungon - semacam nunchaku raksasa.
Spoiler for Pyeungon Cavalry:
Spoiler for Joseon Lancers:
Samurai berkuda Jepang tidak dapat mengimbangi Kavaleri Joseon - mereka sendiri pada saat ini lebih sebagai Dragoon atau Mounted Infantry. Biasanya Jepang di pertempuran lapangan mengandalkan positioning medan tempur yang menegasikan keunggulan kavaleri Joseon, dan mengandalkan pike-and-shot untuk mengatasi mereka.
Ada satu aspek yang Jepang tidak punya jawabannya: Artileri. Tidak seperti senjata api perorangan, Joseon mengembangkan artileri dengan baik, dan oleh karena itu memiliki banyak variasi. Mulai dari Chongtong atau meriam, Wangu atau mortir, dan tentu MLRS kuno Hwacha yang terkenal. Meriam Korea selain menembakkan roundshot biasa, juga menembakkan Daejanggunjeon, semacam APFS zaman kuno dengan akurasi tinggi. Meriamnya juga sudah memiliki klasifikasi menurut ukuran.
Spoiler for Chongtong dengan Daejanggunjeon:
Rekonstruksi Hwacha oleh Mythbusters
Jepang tidak punya Artileri semacam ini; yang Jepang miliki hanya segelintir meriam eks-Portugis, Belanda, atau Inggris yang dibeli dalam jumlah kecil. Yang Jepang buat hanya Bedil ukuran besar yang dioperasikan dua orang, dipanggul satu orang dan ditembakkan orang lainnya, digunakan seperti Anti Materiel Rifle kalo zaman modern mah - Jelas bukan artileri lapangan yang layak. Selebihnya, dalam pengepungan Jepang menggunakan volley fire masal dari musket biasa yang ditembakkan bertubi-tubi tanpa henti ke tembok pertahanan sebagai covering fire saja. Keunggulan Artileri Joseon ini sering mengesalkan Jepang apabila terkepung, dimana Samurai-samurai Jepang sering menulis surat kekesalannya melihat banyak rekannya meledak tidak terhormat hanya melihat asap musuh saja dari jauh.
Selanjutnya: Angkatan Laut Joseon era Imjin Waeran
Quote:
Original Posted By penguasakucing►
Seperti yang telah disebutkan di post sebelumnya, Angkatan Laut Joseon adalah salah satu cabang yang paling berpengalaman dalam Angkatan Bersenjata Joseon. Korea punya sejarah berurusan dengan bajak laut Jepang semenjak Dinasti Yuan harus angkat kaki dari tanah Korea, dan Angkatan Laut Joseon juga pernah beberapa kali menyebrangi selat Tsushima untuk menumpas sarang bajak laut di pulau-pulau barat laut Jepang seperti Tsushima dan Goto.
Dan sejak lama pula, taktik yang dipakai AL Joseon sama mengikuti gaya Cina: Tembakan jarak jauh, menjaga jarak, menghindari boarding attack. Diperkenalkannya mesiu dan meriam dari Cina juga memuat cara bertempur ini makin ampuh dan teruji dalam menghalau serangan bajak laut Jepang. Peran, gaya bertempur, dan tugasnya ikut membentuk kapal tempurnya: Kapal AL Joseon rata-rata berlunas dangkal dengan profil U, lebar dengan konstruksi yang diperkuat. Berlunas dangkal, supaya memudahkan operasi di perairan dangkal. Lebar untuk memberikan banyak ruang di dek dan stabilitas untuk meriam, dan diperkuat supaya struktur kapal dapat menahan rekoil dan getaran penggunaan meriam. Desain lebih menekankan kekuatan daripada kecepatan, oleh karena itu kapal perang AL Joseon bentuknya lebih mirip kotak mengapung daripada kapal.
Di kapal perang Joseon awal, Maengseon, Marinir tempur ditempatkan di dek yang sama dengan pendayung. Selain terbuka dan oleh karena itu beresiko, antara marinir dan pendayung juga bisa saling mengganggu. Dek terbuka juga berarti mudah untuk lawan melakukan boarding attack.
Karena itulah mulai pada Abad ke-15 diperkenalkan Panokseon, yang memiliki dek terpisah antara pendayung dan dek tempur untuk meriam dan marinir. Panokseon ini juga memiliki menara yang berfungsi sebagai anjungan kapal. Panjang kapal ini yang kelas berat antara 26-27m, dan yang kelas ringan 17-23m di dek utamanya. Jumlah kru rata-rata 125 orang baik untuk pendayung plus pelaut, marinir dan kru lainnya. Selain dayung, dilengkapi dengan 2 layar. Meriam yang dapat dibawa sampai antara 20-30 meriam dari berbagai ukuran. Mortir untuk bombardemen juga dapat dibawa. Paneokseon inilah kapal tempur utama AL Joseon, dibanding kapal lain


Selanjutnya, tentu kapal paling terkenal di Imjin Waeran: Geobukseon atau Kapal Kura-Kura. Konsep perlindungan terhadap kru yang ada di Panokseon dikembangkan lebih jauh: Bagaimana kalau seluruh kapal dibuat tertutup seperti kura-kura? Dengan begini, baik kru meriam dan pendayung dapat terlindung secara penuh. Untuk membuat gentar lawan supaya tidak berani melakukan boarding attack, seluruh atap kapal diberi duri besi. Broadsidenya terdiri dari 6-10 meriam tiap sisi.Di haluan kapalya, terdapat kepala naga yang dapat dipasang penyembur asap atau meriam. Ada perbedaan pendapat akan bagaimana sebenarnya bentuk kepalanya - apakah ornamen kepala naga yang menjulur tinggi keatas, atau dipasang rendah di haluan melingkupi gunport meriam bow chaser. Kepala naga yang dipasang tinggi tidak bisa dipasangi meriam, sedangkan kepala naga besar yang dipasang rendah mulutnya bisa dipasang meriam. Juga mungkin tidak ada standarnya memang, dari sekian Geobukseon yang pernah dibuat, pemasangan kepala naganya berbeda-beda.
Kondisi kru yang terlindungi dan jumlah meriam yang tidak sebanyak Panokseon berarti Geobukseon digunakan dengan taktik berbeda, yaitu untuk menyerbu masuk dan memecah garis lawan, menembakkan meriam berat dari jarak dekat, kembali ke formasi kawan, dan serang kembali, berkali-kali, sedangkan Panokseon menembaki dari jauh.
![kaskus-image]()


Ngomong-ngomong, Dayung yang dipakai jangan dibayangkan seperti Trireme - Dayung tradisional yang dipakai di Asia Timur itu seperti ini:
Angkatan Laut Joseon adalah salah satu kunci utama kemenangan Joseon terhadap Jepang. Penguasaan di laut membuat sulit Jepang mengirimkan bala bantuan dan logistik melalui laut tanpa beresiko ditenggelamkan.
AL Jepang, yang mengandalkan boarding attack dan tembakan musket sulit melawan tembakan meriam Panokseon dan Geobukseon. Dipimpin oleh laksamana legendaris Joseon, Yi Sun Shin, pertempuran laut antara Joseon dan Jepang selalu menjadi pembantaian laut.

Seperti yang telah disebutkan di post sebelumnya, Angkatan Laut Joseon adalah salah satu cabang yang paling berpengalaman dalam Angkatan Bersenjata Joseon. Korea punya sejarah berurusan dengan bajak laut Jepang semenjak Dinasti Yuan harus angkat kaki dari tanah Korea, dan Angkatan Laut Joseon juga pernah beberapa kali menyebrangi selat Tsushima untuk menumpas sarang bajak laut di pulau-pulau barat laut Jepang seperti Tsushima dan Goto.
Dan sejak lama pula, taktik yang dipakai AL Joseon sama mengikuti gaya Cina: Tembakan jarak jauh, menjaga jarak, menghindari boarding attack. Diperkenalkannya mesiu dan meriam dari Cina juga memuat cara bertempur ini makin ampuh dan teruji dalam menghalau serangan bajak laut Jepang. Peran, gaya bertempur, dan tugasnya ikut membentuk kapal tempurnya: Kapal AL Joseon rata-rata berlunas dangkal dengan profil U, lebar dengan konstruksi yang diperkuat. Berlunas dangkal, supaya memudahkan operasi di perairan dangkal. Lebar untuk memberikan banyak ruang di dek dan stabilitas untuk meriam, dan diperkuat supaya struktur kapal dapat menahan rekoil dan getaran penggunaan meriam. Desain lebih menekankan kekuatan daripada kecepatan, oleh karena itu kapal perang AL Joseon bentuknya lebih mirip kotak mengapung daripada kapal.
Di kapal perang Joseon awal, Maengseon, Marinir tempur ditempatkan di dek yang sama dengan pendayung. Selain terbuka dan oleh karena itu beresiko, antara marinir dan pendayung juga bisa saling mengganggu. Dek terbuka juga berarti mudah untuk lawan melakukan boarding attack.
Spoiler for Maengseon:
Karena itulah mulai pada Abad ke-15 diperkenalkan Panokseon, yang memiliki dek terpisah antara pendayung dan dek tempur untuk meriam dan marinir. Panokseon ini juga memiliki menara yang berfungsi sebagai anjungan kapal. Panjang kapal ini yang kelas berat antara 26-27m, dan yang kelas ringan 17-23m di dek utamanya. Jumlah kru rata-rata 125 orang baik untuk pendayung plus pelaut, marinir dan kru lainnya. Selain dayung, dilengkapi dengan 2 layar. Meriam yang dapat dibawa sampai antara 20-30 meriam dari berbagai ukuran. Mortir untuk bombardemen juga dapat dibawa. Paneokseon inilah kapal tempur utama AL Joseon, dibanding kapal lain
Spoiler for Panokseon:


Selanjutnya, tentu kapal paling terkenal di Imjin Waeran: Geobukseon atau Kapal Kura-Kura. Konsep perlindungan terhadap kru yang ada di Panokseon dikembangkan lebih jauh: Bagaimana kalau seluruh kapal dibuat tertutup seperti kura-kura? Dengan begini, baik kru meriam dan pendayung dapat terlindung secara penuh. Untuk membuat gentar lawan supaya tidak berani melakukan boarding attack, seluruh atap kapal diberi duri besi. Broadsidenya terdiri dari 6-10 meriam tiap sisi.Di haluan kapalya, terdapat kepala naga yang dapat dipasang penyembur asap atau meriam. Ada perbedaan pendapat akan bagaimana sebenarnya bentuk kepalanya - apakah ornamen kepala naga yang menjulur tinggi keatas, atau dipasang rendah di haluan melingkupi gunport meriam bow chaser. Kepala naga yang dipasang tinggi tidak bisa dipasangi meriam, sedangkan kepala naga besar yang dipasang rendah mulutnya bisa dipasang meriam. Juga mungkin tidak ada standarnya memang, dari sekian Geobukseon yang pernah dibuat, pemasangan kepala naganya berbeda-beda.
Kondisi kru yang terlindungi dan jumlah meriam yang tidak sebanyak Panokseon berarti Geobukseon digunakan dengan taktik berbeda, yaitu untuk menyerbu masuk dan memecah garis lawan, menembakkan meriam berat dari jarak dekat, kembali ke formasi kawan, dan serang kembali, berkali-kali, sedangkan Panokseon menembaki dari jauh.
Spoiler for Panokseon dan Geobukseon:

Spoiler for Plan Geobukseon:


Spoiler for Rekonstruksi Geobukseon:
Spoiler for Geobukseon vs. Nihon Maru, Angolp'o:
Ngomong-ngomong, Dayung yang dipakai jangan dibayangkan seperti Trireme - Dayung tradisional yang dipakai di Asia Timur itu seperti ini:
Angkatan Laut Joseon adalah salah satu kunci utama kemenangan Joseon terhadap Jepang. Penguasaan di laut membuat sulit Jepang mengirimkan bala bantuan dan logistik melalui laut tanpa beresiko ditenggelamkan.
AL Jepang, yang mengandalkan boarding attack dan tembakan musket sulit melawan tembakan meriam Panokseon dan Geobukseon. Dipimpin oleh laksamana legendaris Joseon, Yi Sun Shin, pertempuran laut antara Joseon dan Jepang selalu menjadi pembantaian laut.
0
Kutip
Balas