- Beranda
- Stories from the Heart
(Horror) Diary [TAMAT]
...
TS
ayanokouji
(Horror) Diary [TAMAT]
![(Horror) Diary [TAMAT]](https://s.kaskus.id/images/2016/08/12/8901141_20160812100754.jpg)
Illustration courtesy of Awayaye
Halo, dan salam kenal buat agan-agan semua.
Perkenalkan saya anggota lama kaskus tapi newbie di forum SFTH.
Nah, berhubung saya lihat banyak yang menceritakan pengalamannya terutama untuk yang berbau-bau mistis. kebetulan saya dekat dengan seseorang yang memang punya kemampuan lebih untuk melihat yang semacam itu.
Cerita ini adalah berdasarkan kisah nyata, yang memang diambil langsung dari Diary dia
Langsung saja dimulai lah ya
Untuk Postingan pertama saya langsung Posting 2 part deh, karena prologue blum masuk ke cerita
Spoiler for Rules:
Atas permintaan yang punya Diary, mohon dibaca RULESnya sebelum membaca Diary ini ya :
1. Diary ini adalah hasil convert dari catatan di kertas menjadi bentuk elektronik. Jadi ini adalah benar-benar berasal dari Diary asli, kalau sampai ada yang baca dan tidak percaya, it's OK, tidak masalah tapi mohon jangan coba2 menantang apapun 'mahluk' yang disebutkan di Diary ini. Apabila terjadi sesuatu kami tidak bisa menolong.
2. Ini memang bukan urusan TS, tapi usahakan kalau sampai merasakan sesuatu yang tidak beres setelah baca isi Diary teman saya, harap dekatkan diri ke Tuhan segera. Karena seberapa besar Tuhan menolong itu tergantung dari iman kita ketika meminta. Dan percayalah, meminta saat belum melihat apapun dan ketika 'mereka' ada di depanmu itu akan menyebabkan bedanya besar Iman bagi yang tidak terbiasa.
Terimakasih sebelumnya, dan ingat baik2, jangan bermain-main dengan sesuatu dari dunia lain
Part I - Prologue (tanggal Diary - 3 September 2010)
Spoiler for Part I:
3 September 2010
Hallo Diary..
Mulai hari ini aku akan sedikit merubah apa yang aku tulis di dalam lembarmu yach..
Sebenarnya aku sih berniat tidak pernah berkeinginan untuk mengungkapkan rahasia ini, karena aku pasti akan dicap sebagai orang aneh..
Hanya kamu yang mau mendengarkan semua cerita aku tanpa mengeluh, mulai dari aku menyukai siapapun sampai sendirian seperti sekarang (hiks..hiks.. yahh aku tau, trims anyway)
Okay, jadi aku akan menceritakan pengalaman hari ini.. yaah ini kesekian kalinya sudah terjadi padaku, dan untuk teman sejatiku yaitu kamu my Diary, aku akan menuliskan ini, rahasiakan ini yaah..
Ceritanya aku akan mulai dari pengalaman tadi pagi..
Oh ya, sebelumnya aku akan kasihtau sedikit rahasia kepada kamu..
Kamu tau.. ehm.. aku ini bisa melihat hantu atau semacamnya.. guru Agamaku berkata ini adalah anugrah, menurutku lebih seperti kutukan.
Kamu tau, Diary? Mungkin tidak banyak orang yang tau, tapi hantu itu berbeda dengan setan atau semacamnya. Kalau misalkan diumpamakan, hantu itu lebih ke arwah orang-orang yang meninggal atau dalam Bahasa Inggris disebut dengan Ghost. Sedangkan setan bukan arwah, atau mungkin saja tadinya mereka arwah, yang pasti setan itu sudah lebih melewati tingkat keseraman dari Hantu. Dan diatas itu, masih ada lagi yang aku namakan jejadian. Nah, apabila setan itu bentuknya tidak dapat dikatakan bentuk apakah itu, kalau jejadian ini setidaknya sebagian besar dari bentuknya adalah bagian dari hewan-hewan.
Dan diary, dari kesialanku mendapatkan kutukan kemampuan ini, syukurlah aku hanya bisa melihat hantu saja. Yaah, kadang memang ada sedikit pengecualian, yang membuatku enggak tau kenapa bisa melihat yang lebih aneh daripada hantu.
But I tell you my Diary, melihat hantu saja sudah cukup menakutkan lho. Jangan dikira penampilan mereka itu normal-normal saja.. yahh, memang ada yang normal dan tersamar tapi hampir disetiap kejadian mereka akan menunjukkan wujud asli mereka kalau mereka tau kita bisa melihat mereka, dan mereka selalu tau kalau aku bisa melihat mereka.
Upps… sudah jam 11 ternyata, tadinya aku mau menceritakan kejadian penglihatan yang kulihat hari ini, tapi sudah terlalu malam nih, besok aku janji pasti akan cerita padamu dehhh, jangan ngambek yahh
See you tomorrow my Diary, Mulai hari ini aku akan melaporkannya padamu kalau aku melihat sesuatu yang aneh itu, hehe.. Nite
Part II - Misteri Toilet Wanita di lantai 7 - catatan tanggal 4 September 2010
Spoiler for Part II:
4 September 2010
Hallo friend,
As my promise stated, aku bakal ceritain hal yang kemarin terjadi sama aku. Jangan takut yaah, karena aku sudah cukup takut untuk mengingat-ingat ini, jadi tolong semangati aku (he..he..)
Oookay, cerita ini bermulai waktu aku bersama cindy sedang ada ditoilet di lantai 7 kampus kemarin siang setelah kuliah pak Zainul.
Ingatkan aku untuk memarahi Cindy nanti karena dia meninggalkan aku sendirian di toilet itu..
Kau dengar? Meninggalkan aku!
Berkat dia aku jadi melihat.. yahh, sesuatu yang jauh dari menyenangkan..
Sewaktu aku keluar dari bilik toilet dan mencari-cari Cindy, aku tidak menemukannya dimana-mana, aku rasa sih dia pergi buru-buru menemui pacarnya.. ya Tuhan, persahabatan kita hanya sebatas selama pacar tidak mengganggu.
Lalu aku berpikir, ya sudahlah, aku akan membetulkan make-up sebentar dan akan pergi ke food court, sepertinya #### belum datang menjemputku deh, setidaknya aku harus terlihat cantik kaan (he-he-he)
Tiba-tiba aku merasakan udara menjadi dingin, cukup untuk membuat bibirmu bergetar secara reflek.
Dan itu jelas-jelas tidak benar, toilet ini kan jelas-jelas pengap dan tanpa AC dimanapun. Dan otakku baru saja berpikir kalau ada yang tidak beres nih..
Tiba-tiba sudah berdiri seorang wanita dibelakangku, rambutnya panjang dan menutupi separuh mukanya, dia memakai baju kaus berwarna merah menyala dan celana jeans.
Aku langsung berbalik dan reflek berkata kalau dia membuatku kaget. Dan hal berikutnya yang terjadi membuatku hampir saja mengompol
Dia menempelkan mukanya tepat didepan mukaku, kulitnya benar-benar mengerikan, kau tau karpet yang ada tonjolan-tonjolannya begitu? Mukanya dan seluruh kulitnya penuh dengan seperti itu. Dan warna kulitnya sangat pucat, seperti warna krem kekuningan. Dan yang paling mengerikan dari semuanya adalah bola matanya, warna urat darah dibola matanya berwarna coklat kekuningan dan pupil matanya hitam dan bebercak merah.
Dari situ aku langsung tau kalau aku sedang bertemu dengan hantu, dan kali ini bukan hantu yang baik.
Perlahan-lahan dia mendekati aku, tapi tidak pernah menempel pada badanku, mukanya sangat dekat pada mukaku, dan tangannya yang dipenuhi dengan tonjolan-tonjolan itu juga menggapai tubuhku seakan ingin menyentuhku, tapi sentuhan itu tidak pernah terjadi.
Aku merasakan bahwa sekitar 1 jam dia hanya memandangiku saja, berkali-kali berusaha menempelkan dirinya pada badanku, tapi tidak pernah berhasil. Jujur Diary, aku tidak tau kenapa dia tidak bisa menyentuhku, tapi syukurlah karena disaat itu, aku sama sekali tidak bisa bergerak.
Setelah sekitar 1 jam itu, dia akhirnya mundur, kemudian matanya membelalak. Lebih besar dari lebar mata yang bisa dibuka oleh manusia normal, sepertinya seakan-akan semua kelopak matanya tertelan ke dalam rongga matanya. Kemudian warnanya bola matanya perlahan-lahan menjadi merah tua dan kemudian akhirnya menjadi hitam.
Kemudian dia berteriak sambil melompat kehadapanku, dan menghilang tepat didepan mukaku. Aku yakin aku mengompol sedikit kemarin.
Setelah itu suhu di toilet itu kembali pengap. Kakiku terasa kehilangan tulangnya dan aku terduduk di lantai toilet tanpa tenaga.
Kemudian suara handphoneku berbunyi mengagetkan aku, aku mengangkatnya dan #### ternyata menelponku. Dia mengatakan bahwa sudah 5 menit dia mencoba menelponku dan tidak diangkat-angkat. Aku meminta maaf dan berkata mungkin aku tidak mendengarnya tadi.
Ngomong-ngomong… waktu yang berlalu hanya 15 menit, tapi terasa seperti satu jam saat kejadian tadi..
Lain kali ingatkan aku jangan pernah lagi masuk di toilet lantai 7 sendirian ya.
UPDATED!!! PART XLV - "Serangan yang disengaja - II"
Spoiler for INDEX:
part III- Melayat
Part IV - Siapa yang mengikuti aku?
Part V - Bagaimana kutukan ini dimulai
Part VI - Perkemahan SMP
Part VII - Jurit Malam 1
Part VIII - Jurit Malam 2
Part IX - Penghuni Kampusku
Part X - Wanita dress putih
Part X (Final) - Wanita dress putih (lanjutan)
Part XI - Mereka ada di sekeliling kita
Part XII - Kalau kau jahat
Part XIII - Lauren dan ketiga anaknya
Part XIV- WARNING!! Baca catatan saya sebelum lanjut baca - Si Nenek dan Cucunya 1
Part XV - Si Nenek dan Cucunya 2
Part XVI - Wanita Dress Putih is back
Part XVII - Lift kampusku
Part XVIII - Tiga anak lauren kembali
Part XIX - Mahluk aneh
Part XX - Kampus sarang Kunti
Part XXI - Sang "dewa" jahat
Part XXII - Curiousity Kills the Cat
Part XXII - Bagian 2 - Robert and the Devil 1
Part XXII - Bagian 3 - Robert and the Devil 2
Part XXIII - Kembalinya si mahluk aneh
Part XXIV - Part I - si "dewa" jahat kembali 1
Part XXIV - Part II - si "dewa" jahat kembali 2
Part XXV - Robert
Part XXVI - aku dan kegelapan
part XXVII - Wewe Hitam
Part XXVIII - Wewe Hitam dan Wewe Putih
Part XXIX (bagian pertama) - He and Me (bag 1)
Part XXX (Bagian kedua) - He and Me (bag 2)
Part XXXI - sang pelindung
Part XXXII - Villa di gunung 1
Part XXXIII - Villa di gunung 2
Part XXXIV - Villa di gunung 3
Part XXXV - Villa di gunung (tamat) bag awal
Part XXXV - bagian akhir - Villa di gunung (tamat) bag akhir
Part XXXVI - Kutukan baru
Part XXXVI - Tambahan - Kutukan baru (tambahan)
Part XXXVII - Bagian Pertama - Iblis bag 1 -(Ketika dia terluka)
Part XXXVIII - bagian kedua - Iblis bag 2 - (si pemilik mata)
Part XXXIX - Cermin
Part XL - Ketika Ayano sakit
Part XLI - Goodbye
PART XLII - Mahluk di Jendela
PART XLIII - Akhir si "dewa" jahat
PART XLIII (lanjutan) - Akhir si "dewa" jahat (bag Akhir)
Part XLIV - Serangan yang disengaja - I
PART XLV - Serangan yang disengaja - 2 UPDATE
Bonus Story : Pengalaman TS dan yang punya Diary
Pengalaman bersama dia yang menulis Diary I
Bonus Story II Ketika yang tidak biasa melihat diperlihatkan
BONUS STORY III - Pengalaman Horror ketika main game
BONUS STORY IV : Kejadian di Malam Jumat Kliwon[
*SPECIAL* Bonus Story IV - part 2 - Elisa's POV
Bonus Story V - Part I
Bonus Story V - Part 2
Bonus Story V - part 3
Bonus Story VI
Bonus Story VII #awasbebehplusplus
Bonus Story VIII
Bonus Story IX
Bonus Story X
Bonus Story XI
BONUS PART XII - Bagian ketiga (Elisa POV)
Kiriman cerita dari para pembaca :
Kiriman cerita dari agan Gent4r - 1 (Gent4r, Romi vs Miss K)
Pengalaman agan Gent4r kedua
Kiriman cerita dari pembaca
Thread lainnya tentang saya dan Elisa
Saya dan Gadis bermata Indigo
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 39 suara
Berhubung banyak yang nyaranin Untuk ganti judul Thread, mohon masukan terkait itu :
Judul Thread tetap, soalnya daripada ribet nyari Threadnya lagi
56%
Judul Thread diganti ke judul Thread yang di dalem
33%
Judul Thread kudu diganti ke judul Thread yang beda dan lebih menarik
10%
Diubah oleh ayanokouji 19-11-2016 12:18
radorada dan 23 lainnya memberi reputasi
24
1.1M
Kutip
2.2K
Balasan
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
ayanokouji
#1115
Sorry ya agan-agan sekalian. Elisa masih belum begitu pulih. Jadi hanya bisa part singkat saja ya.
Ini saya copas dari ketikan dia di Word.
Seperti biasa, kali ini catatan Diary asliku sudah diubah sedikit. Karena kalau menggunakan catatan Diary yang asli malah bercerita tentang pengamatanku akan Ayano, bukan fokus pada ‘mereka’. Karena itu, cerita aslinya masih berdasarkan catatan Diaryku, hanya saja akan kuubah dan kutambahkan detail yang aku ingat
-Elisa-
Part XXXI
Catatan awal – sebelum kejadian
Waktu itu yang kuingat adalah aku baru saja pulang dari Ibadah di hari Sabtu malam bersama dengan Ayano.
Ngomong-ngomong sudah beberapa bulan terakhir ini, dia seperti menjadi supir pribadiku yang mengantar dan menjemputku kemana-mana.
Tadinya sih tidak sampai diantar jemput sampai begini. Tapi semenjak serangan terakhir dari mahluk yang kami sebut si ‘mata’, Ayano benar-benar over khawatir deh. Datang paling pagi dan menjadi orang terakhir yang bertemu denganku karena mengantar aku ke rumah. Benar-benar sampai membuat Cindy bahkan salah paham.
Tapi begitulah. Akhir-akhir ini dia benar-benar seperti menjagaku dari ‘mereka’. Sementara pada siang harinya di Kampus, dia akan membiarkan aku bebas. Yah, bagusnya sih aku tidak perlu khawatir dengan gosip yang bisa muncul karena aku terlihat akrab dengannya di kampus.
Pulangnya saja yang dia akan menungguku di tempat yang tidak begitu jauh dari kampus.
Dan di hari Sabtu, kalau aku tidak sedang bersama Cindy, biasanya dia yang akan datang dan sore harinya kami akan pergi ibadah mingguan bersama.
Hal itu sudah berlangsung seringkali hingga aku yang awalnya jengah menjadi terbiasa.
Ayano sudah seperti kakakku sendiri waktu itu.
Jangan salah paham, dia benar-benar tidak berusaha mendekatiku atau apa waktu itu. Aku dan dia benar-benar seperti teman akrab saja. Tidak lebih. Malahan aku merasa dia tidak memandangku sebagai perempuan yang berada dalam wilayah ‘radar’nya untuk dipacari. Hubungan kami lebih mirip saudara daripada hubungan antara teman pria dan teman wanita waktu itu.
Tidak disangka-sangka, malam itu merupakan pengalaman pertama bagi Ayano ketika dia dapat melihat dengan jelas sosok dari ‘mereka’.
-Catatan saat kejadian-
Malam itu seperti biasa, sebelum Ayano mengantarkan aku pulang ke rumah Kostku setelah pulang dari Ibadah, dia akan mengajakku makan malam dulu.
Namun yang tidak biasa pada makan malam kali ini adalah karena jalan pulang dari tempat kami makan itu sedang diadakan perbaikan, sehingga kami harus menggunakan jalan lain untuk pulang.
Setelah itupun, secara kebetulan di jalur alternative kedua yang kami ambil ternyata juga terhalang karena ditutup oleh warga yang sedang mengadakan upacara perkimpoian.
Karena itu, terpaksa Ayano memutar melewati jalan perumahan yang lebih jauh agar bisa dengan segera memasuki jalan Tol lebih cepat ketimbang harus melewati jalan utama yang akan sangat jauh dan macet apabila harus berputar terlebih dulu.
Ketika itu hujan turun rintik-rintik saat kami memasuki perumahan yang dimaksudkan itu.
Maaf, aku tidak bisa menyebutkan perumahannya. Yang jelas, daerah perumahan itu agak sepi penghuninya, namun jalanannya sering digunakan untuk lewat kendaraan yang memang hendak menggunakan jalur perumahan itu sebagai jalan pintas untuk ke jalan Tol.
Ayano dan aku, kami berdua adalah satu dari berpuluh rombongan mobil yang memang menggunakan jalur tersebut.
Awalnya aku tidak terlalu memperhatikan jalan. Namun lama-lama pandanganku terganggu dengan gerakan-gerakan kecil dari bayangan-bayangan yang tadinya kupikir adalah tanaman yang ditanam di depan-depan perumahan yang berbaris di sepanjang jalan itu.
Tapi setelah kulihat lagi, tidak mungkin para penghuni perumahan ini menanam tanaman tepat di depan pagar mereka.
Karena itulah aku menjadi memfokuskan pandanganku untuk melihat bayangan itu dengan lebih jelas.
Dan tentu saja, hal itu menjadi hal yang cukup kusesali sampai sekarang.
Karena ketika aku melihatnya, aku bukan melihat manusia.
Bukan, lebih tepatnya puluhan sosok dengan mengambil bentuk Wayang yang seakan ditempatkan di depan rumah-rumah itu.
Awalnya aku mengira itu adalah barisan patung Wayang dan berpikir kalau mungkin saja patung-patung Wayang itu adalah keunikan dari perumahan ini.
Sampai salah satu dari sosok Wayang itu berputar dan menatap ke arahku.
“Ahh!!” seruku terkejut.
“Ada apa Lis?” tanya Ayano yang sedang menyetir di sampingku.
“Oh… ko, koko liat Wayang-Wayang yang ada di depan-depan rumah?” tanyaku.
“Wayang?” tanya Ayano, kemudian dia melihat ke arah depan rumah yang kumaksudkan tadi. “Tidak ada apa-apa Lis, mungkin itu ‘mereka’ “ katanya.
“Oh..” kataku “Iya sih.. sepertinya memang ‘mereka’ “ kataku.
“Kamu mau saya puter balik aja?” tanya Ayano lagi.
Aku melihat ke arah para Wayang itu. Hampir semua dari mereka menatap ke arah kami sekarang. Tapi tidak beranjak dari sana. Hanya kepala dari para sosok itu yang bergerak mengikuti arah mobil kami.
“Tidak.. mereka.. enggak ke sini ko, cuman ngeliatin aja…” kataku memperhatikan para sosok itu. “Oh!” seruku kemudian. Aku menyadari sesuatu yang aneh dari para sosok itu.
Tidak heran aku mengira mereka patung, tubuh mereka sangat lurus dan tegak bagaikan patung, dan mereka tidak mempunyai tangan atau kaki. Tidak, lebih tepatnya lagi, tangan dan kaki mereka menyatu dengan badan mereka. Seperti patung.
“Mereka… mereka kayak patung ko.. tangan dan kaki mereka nempel gitu sama badannya, gak bisa digerakin” kataku.
“Lalu mereka gimana?” tanya Ayano.
“Ya gitu, mereka cuma ngeliatin aja” kataku.
“Oh gitu… hmmm…” Ayano seperti sedang berpikir.
“Kenapa ko?”
“Enggak… cuman.. biasanya Wayang-wayang gitu kayak pelindung gitu kan?”
Aku baru dengar soal itu.
“Oh ya? Pelindung?”
“Setau saya sih, apa mungkin mereka itu pelindung buat rumah-rumah disini? kata kamu ada di depan rumah kan” tanyanya.
Aku menatap kembali ke barisan Wayang itu. “Iya, ada di depan setiap rumah” aku melaporkan.
Ayano mengangguk “Berarti kayaknya bener itu penjaganya ya”
“Iya” kataku menyetujui.
Kemudian kami melanjutkan perjalanan kami sambil aku sesekali melihat ke arah barisan Wayang itu yang ternyata memang ada di depan setiap rumah.
“Kalau….” Ayano menggumam.
“Ya Ko?”
“Enggak.. saya hanya berpikir nih.. kalau misalnya para Wayang itu pelindung… berarti….”
Aku memperhatikan Ayano, menunggu kata-katanya selesai.
Ayano menoleh ke arahku, menyadari kalau aku sedang memandangi dia “Eh? Ehm… maksud saya nih, kalau sampai dibuat perlindungan se-ekstrim itu, berarti ada sesuatu yang menyebabkannya, ya gak?”
“Maksud koko?”
“Maksudnya, berarti ada ‘sesuatu’ yang membuat perumahan ini musti dipagari oleh para Wayang itu kan?”
Aku terkejut. Benar juga. Hal itu memang sangat masuk akal. Aku terlalu terfokus pada keanehan barisan para Wayang itu sampai tidak berpikir ke sana.
Tapi Ayano benar. Pasti ada sebabnya para Wayang itu dibuat melindungi perumahan ini.
Tapi apa?
Aku bertanya-tanya dalam hati.
Tanpa menyangka kalau hal itu akan segera kuketahui sesaat lagi.
‘Mahluk’ yang kulihat saat itu benar-benar berbeda dari semua ‘mahluk’ yang pernah kulihat sebelumnya.
‘Mahluk’ ini bukan berbentuk manusia. Itu adalah hal yang pertama. Kedua, ‘mahluk’ ini bisa menampakkan dirinya cukup jelas, bahkan untuk Ayano sekalipun.
Dan ketiga, aku bahkan bisa merasakan sesuatu yang jahat dan sinis dari ‘mahluk’ ini hanya dari hawanya yang bahkan jauh lebih jahat daripada hawa si ‘mata’.
Yang terakhir, dari semua ‘mahluk’ yang aku pernah lihat dan pernah aku temui. ‘Mahluk’ ini adalah satu-satunya yang tidak menunjukkan ketertarikan sama sekali padaku, atau tepatnya pada “mata”ku. ‘Mahluk’ ini bahkan hanya menatapku bagaikan sesuatu yang kecil dan tidak berarti.
Oh, sebagai tambahan.. Aku sangat yakin ‘mahluk’ ini lebih dari bisa apabila mau melukai aku.
Kami ‘bertemu’ dengan ‘mahluk’ ini ketika kami melewati pepohonan yang sangat rindang. Pepohonan itu terletak tepat di tengah-tengah perumahan itu. Mungkin saja pepohonan itu berfungsi sebagai taman. Entahlah.
Disitulah aku melihatnya.
Tepatnya sih, Ayano yang melihatnya duluan.
“Wha…… ooooow…. Waahhh…..” Ayano menggumam tidak jelas sambil menatap ke arah atas dari tempatnya menyetir.
“Koko kenapa sih?” tanyaku heran.
Ayano tidak menjawab, tapi dia menunjuk sesuatu di kejauhan. Mukanya terlihat sedikit pucat.
“Apa sih?”
Awalnya aku tidak paham dengan apa yang sedang kulihat.
Awalnya aku mengira aku sedang melihat tiang berwarna hitam dan tinggi. Aku mengatakan hal itu pada Ayano.
“Liat lebih atas lagi….” Katanya “Bahkan saya bisa lihat bentuknya dengan sangat jelas kok”
Aku mengikuti sarannya dan menatap lebih ke atas. Di pangkal dari tiang hitam tinggi itu.
Akhirnya aku mengetahui ‘mahluk’ yang sedang dilihat oleh Ayano. Karena sekarang aku juga bisa melihatnya.
‘Mahluk’ itu besar, sangat besar. Dan berkaki empat dengan bentuk tubuh bagaikan anjing, atau kucing. Entahlah, aku hanya bisa melihat badannya yang sangat besar.
Kemudian ‘mahluk’ itu menoleh.
“Ahhh!!!” Kami berdua teriak hampir di waktu yang bersamaan.
‘Mahluk’ besar itu ternyata memiliki wajah manusia. Hal itulah yang mengejutkan kami.
Wajah dari mahluk itu benar-benar adalah wajah manusia dengan alis mata dan jenggot tebal.
‘Mahluk’ itu menatap persis ke arahku dengan pupil berwarna merah terang diantara bola matanya yang berwarna hitam kelam. Entah memang warnanya memang sekelam itu atau karena malam hari… entahlah.
Tapi ‘mahluk’ itu benar-benar memandang kami. Pandangannya yang menatapku seakan mengatakan kalau ‘dia’ tidak menganggap kami serius.
Pandangannya seakan-akan hanya menganggap kami ini seperti serangga atau semacamnya. Pandangan mata yang sangat dingin.
Aku merasa napasku tercekat di tenggorokan selama ‘mahluk’ itu menatapku.
Baru setelah ‘mahluk’ itu mengalihkan kembali perhatiannya ke arah deretan rumah, aku dan Ayano terbatuk-batuk. Ternyata diapun tanpa sadar menahan napasnya.
Ayano menyetir mobilnya menjauh dari taman itu. Mengikuti jalur sebelah luar yang lebih sempit. Kami berdua tidak mengatakan apa-apa selama berada di dekat ‘mahluk’ itu.
Baru setelah kami memasuki jalan tol, baru Ayano buka suara.
“Apa itu?”
Aku menggeleng.
“Saya bisa melihatnya dengan sangat jelas…” kata Ayano lagi. “ ‘Mahluk’ itu…. Kuat..” kata Ayano.
Aku hanya bisa mengangguk setuju. “Iya.. sepertinya..”
“Lebih kuat dari si ‘mata’…” bisik Ayano.
Aku mengangguk lagi. Benar.. aku juga sempat berpikir seperti itu sekilas tadi.
“Apa ‘mahluk’ itu juga sama seperti si ‘mata’? apa dia juga ‘dewa’ kuno?”
Pertanyaan Ayano itu masih tidak ada jawabannya sampai sekarang. Wujud binatang berkaki empat namun berwajah manusia dengan alis dan jenggot putih lebat itu masih menjadi misteri bagi kami. Sepertinya ‘mahluk’ itu juga tidak ada di cerita rakyat.
Catatan :
Mungkin sampai saat ini, ‘mahluk’ itu bisa dikatakan memiliki aura yang sangat kuat yang bahkan tidak perlu mempunyai kemampuan lebih untuk mendeteksinya. Beberapa teman-teman Ayano yang melewati daerah itu mengatakan kalau mereka merasakan firasat buruk kalau berada di dekat situ. Dan entah kebetulan atau memang karena ‘mahluk’ itu. Tapi kabarnya sering terjadi kecelakaan di daerah itu. Daerah perumahan yang bersebelahan dengan jalan tol itu kabarnya sering meminta korban dari kecelakaan yang terjadi di jalan Tol itu.
Bisa dikatakan kami cukup beruntung tidak terkena dampak apapun dari pertemuan dengan ‘mahluk’ itu.
Nanti kalau udah pulih ditambah lagi.
Ini saya copas dari ketikan dia di Word.
Spoiler for Part XXXI:
Seperti biasa, kali ini catatan Diary asliku sudah diubah sedikit. Karena kalau menggunakan catatan Diary yang asli malah bercerita tentang pengamatanku akan Ayano, bukan fokus pada ‘mereka’. Karena itu, cerita aslinya masih berdasarkan catatan Diaryku, hanya saja akan kuubah dan kutambahkan detail yang aku ingat
-Elisa-
Part XXXI
Catatan awal – sebelum kejadian
Waktu itu yang kuingat adalah aku baru saja pulang dari Ibadah di hari Sabtu malam bersama dengan Ayano.
Ngomong-ngomong sudah beberapa bulan terakhir ini, dia seperti menjadi supir pribadiku yang mengantar dan menjemputku kemana-mana.
Tadinya sih tidak sampai diantar jemput sampai begini. Tapi semenjak serangan terakhir dari mahluk yang kami sebut si ‘mata’, Ayano benar-benar over khawatir deh. Datang paling pagi dan menjadi orang terakhir yang bertemu denganku karena mengantar aku ke rumah. Benar-benar sampai membuat Cindy bahkan salah paham.
Tapi begitulah. Akhir-akhir ini dia benar-benar seperti menjagaku dari ‘mereka’. Sementara pada siang harinya di Kampus, dia akan membiarkan aku bebas. Yah, bagusnya sih aku tidak perlu khawatir dengan gosip yang bisa muncul karena aku terlihat akrab dengannya di kampus.
Pulangnya saja yang dia akan menungguku di tempat yang tidak begitu jauh dari kampus.
Dan di hari Sabtu, kalau aku tidak sedang bersama Cindy, biasanya dia yang akan datang dan sore harinya kami akan pergi ibadah mingguan bersama.
Hal itu sudah berlangsung seringkali hingga aku yang awalnya jengah menjadi terbiasa.
Ayano sudah seperti kakakku sendiri waktu itu.
Jangan salah paham, dia benar-benar tidak berusaha mendekatiku atau apa waktu itu. Aku dan dia benar-benar seperti teman akrab saja. Tidak lebih. Malahan aku merasa dia tidak memandangku sebagai perempuan yang berada dalam wilayah ‘radar’nya untuk dipacari. Hubungan kami lebih mirip saudara daripada hubungan antara teman pria dan teman wanita waktu itu.
Tidak disangka-sangka, malam itu merupakan pengalaman pertama bagi Ayano ketika dia dapat melihat dengan jelas sosok dari ‘mereka’.
-Catatan saat kejadian-
Malam itu seperti biasa, sebelum Ayano mengantarkan aku pulang ke rumah Kostku setelah pulang dari Ibadah, dia akan mengajakku makan malam dulu.
Namun yang tidak biasa pada makan malam kali ini adalah karena jalan pulang dari tempat kami makan itu sedang diadakan perbaikan, sehingga kami harus menggunakan jalan lain untuk pulang.
Setelah itupun, secara kebetulan di jalur alternative kedua yang kami ambil ternyata juga terhalang karena ditutup oleh warga yang sedang mengadakan upacara perkimpoian.
Karena itu, terpaksa Ayano memutar melewati jalan perumahan yang lebih jauh agar bisa dengan segera memasuki jalan Tol lebih cepat ketimbang harus melewati jalan utama yang akan sangat jauh dan macet apabila harus berputar terlebih dulu.
Ketika itu hujan turun rintik-rintik saat kami memasuki perumahan yang dimaksudkan itu.
Maaf, aku tidak bisa menyebutkan perumahannya. Yang jelas, daerah perumahan itu agak sepi penghuninya, namun jalanannya sering digunakan untuk lewat kendaraan yang memang hendak menggunakan jalur perumahan itu sebagai jalan pintas untuk ke jalan Tol.
Ayano dan aku, kami berdua adalah satu dari berpuluh rombongan mobil yang memang menggunakan jalur tersebut.
Awalnya aku tidak terlalu memperhatikan jalan. Namun lama-lama pandanganku terganggu dengan gerakan-gerakan kecil dari bayangan-bayangan yang tadinya kupikir adalah tanaman yang ditanam di depan-depan perumahan yang berbaris di sepanjang jalan itu.
Tapi setelah kulihat lagi, tidak mungkin para penghuni perumahan ini menanam tanaman tepat di depan pagar mereka.
Karena itulah aku menjadi memfokuskan pandanganku untuk melihat bayangan itu dengan lebih jelas.
Dan tentu saja, hal itu menjadi hal yang cukup kusesali sampai sekarang.
Karena ketika aku melihatnya, aku bukan melihat manusia.
Bukan, lebih tepatnya puluhan sosok dengan mengambil bentuk Wayang yang seakan ditempatkan di depan rumah-rumah itu.
Awalnya aku mengira itu adalah barisan patung Wayang dan berpikir kalau mungkin saja patung-patung Wayang itu adalah keunikan dari perumahan ini.
Sampai salah satu dari sosok Wayang itu berputar dan menatap ke arahku.
“Ahh!!” seruku terkejut.
“Ada apa Lis?” tanya Ayano yang sedang menyetir di sampingku.
“Oh… ko, koko liat Wayang-Wayang yang ada di depan-depan rumah?” tanyaku.
“Wayang?” tanya Ayano, kemudian dia melihat ke arah depan rumah yang kumaksudkan tadi. “Tidak ada apa-apa Lis, mungkin itu ‘mereka’ “ katanya.
“Oh..” kataku “Iya sih.. sepertinya memang ‘mereka’ “ kataku.
“Kamu mau saya puter balik aja?” tanya Ayano lagi.
Aku melihat ke arah para Wayang itu. Hampir semua dari mereka menatap ke arah kami sekarang. Tapi tidak beranjak dari sana. Hanya kepala dari para sosok itu yang bergerak mengikuti arah mobil kami.
“Tidak.. mereka.. enggak ke sini ko, cuman ngeliatin aja…” kataku memperhatikan para sosok itu. “Oh!” seruku kemudian. Aku menyadari sesuatu yang aneh dari para sosok itu.
Tidak heran aku mengira mereka patung, tubuh mereka sangat lurus dan tegak bagaikan patung, dan mereka tidak mempunyai tangan atau kaki. Tidak, lebih tepatnya lagi, tangan dan kaki mereka menyatu dengan badan mereka. Seperti patung.
“Mereka… mereka kayak patung ko.. tangan dan kaki mereka nempel gitu sama badannya, gak bisa digerakin” kataku.
“Lalu mereka gimana?” tanya Ayano.
“Ya gitu, mereka cuma ngeliatin aja” kataku.
“Oh gitu… hmmm…” Ayano seperti sedang berpikir.
“Kenapa ko?”
“Enggak… cuman.. biasanya Wayang-wayang gitu kayak pelindung gitu kan?”
Aku baru dengar soal itu.
“Oh ya? Pelindung?”
“Setau saya sih, apa mungkin mereka itu pelindung buat rumah-rumah disini? kata kamu ada di depan rumah kan” tanyanya.
Aku menatap kembali ke barisan Wayang itu. “Iya, ada di depan setiap rumah” aku melaporkan.
Ayano mengangguk “Berarti kayaknya bener itu penjaganya ya”
“Iya” kataku menyetujui.
Kemudian kami melanjutkan perjalanan kami sambil aku sesekali melihat ke arah barisan Wayang itu yang ternyata memang ada di depan setiap rumah.
“Kalau….” Ayano menggumam.
“Ya Ko?”
“Enggak.. saya hanya berpikir nih.. kalau misalnya para Wayang itu pelindung… berarti….”
Aku memperhatikan Ayano, menunggu kata-katanya selesai.
Ayano menoleh ke arahku, menyadari kalau aku sedang memandangi dia “Eh? Ehm… maksud saya nih, kalau sampai dibuat perlindungan se-ekstrim itu, berarti ada sesuatu yang menyebabkannya, ya gak?”
“Maksud koko?”
“Maksudnya, berarti ada ‘sesuatu’ yang membuat perumahan ini musti dipagari oleh para Wayang itu kan?”
Aku terkejut. Benar juga. Hal itu memang sangat masuk akal. Aku terlalu terfokus pada keanehan barisan para Wayang itu sampai tidak berpikir ke sana.
Tapi Ayano benar. Pasti ada sebabnya para Wayang itu dibuat melindungi perumahan ini.
Tapi apa?
Aku bertanya-tanya dalam hati.
Tanpa menyangka kalau hal itu akan segera kuketahui sesaat lagi.
‘Mahluk’ yang kulihat saat itu benar-benar berbeda dari semua ‘mahluk’ yang pernah kulihat sebelumnya.
‘Mahluk’ ini bukan berbentuk manusia. Itu adalah hal yang pertama. Kedua, ‘mahluk’ ini bisa menampakkan dirinya cukup jelas, bahkan untuk Ayano sekalipun.
Dan ketiga, aku bahkan bisa merasakan sesuatu yang jahat dan sinis dari ‘mahluk’ ini hanya dari hawanya yang bahkan jauh lebih jahat daripada hawa si ‘mata’.
Yang terakhir, dari semua ‘mahluk’ yang aku pernah lihat dan pernah aku temui. ‘Mahluk’ ini adalah satu-satunya yang tidak menunjukkan ketertarikan sama sekali padaku, atau tepatnya pada “mata”ku. ‘Mahluk’ ini bahkan hanya menatapku bagaikan sesuatu yang kecil dan tidak berarti.
Oh, sebagai tambahan.. Aku sangat yakin ‘mahluk’ ini lebih dari bisa apabila mau melukai aku.
Kami ‘bertemu’ dengan ‘mahluk’ ini ketika kami melewati pepohonan yang sangat rindang. Pepohonan itu terletak tepat di tengah-tengah perumahan itu. Mungkin saja pepohonan itu berfungsi sebagai taman. Entahlah.
Disitulah aku melihatnya.
Tepatnya sih, Ayano yang melihatnya duluan.
“Wha…… ooooow…. Waahhh…..” Ayano menggumam tidak jelas sambil menatap ke arah atas dari tempatnya menyetir.
“Koko kenapa sih?” tanyaku heran.
Ayano tidak menjawab, tapi dia menunjuk sesuatu di kejauhan. Mukanya terlihat sedikit pucat.
“Apa sih?”
Awalnya aku tidak paham dengan apa yang sedang kulihat.
Awalnya aku mengira aku sedang melihat tiang berwarna hitam dan tinggi. Aku mengatakan hal itu pada Ayano.
“Liat lebih atas lagi….” Katanya “Bahkan saya bisa lihat bentuknya dengan sangat jelas kok”
Aku mengikuti sarannya dan menatap lebih ke atas. Di pangkal dari tiang hitam tinggi itu.
Akhirnya aku mengetahui ‘mahluk’ yang sedang dilihat oleh Ayano. Karena sekarang aku juga bisa melihatnya.
‘Mahluk’ itu besar, sangat besar. Dan berkaki empat dengan bentuk tubuh bagaikan anjing, atau kucing. Entahlah, aku hanya bisa melihat badannya yang sangat besar.
Kemudian ‘mahluk’ itu menoleh.
“Ahhh!!!” Kami berdua teriak hampir di waktu yang bersamaan.
‘Mahluk’ besar itu ternyata memiliki wajah manusia. Hal itulah yang mengejutkan kami.
Wajah dari mahluk itu benar-benar adalah wajah manusia dengan alis mata dan jenggot tebal.
‘Mahluk’ itu menatap persis ke arahku dengan pupil berwarna merah terang diantara bola matanya yang berwarna hitam kelam. Entah memang warnanya memang sekelam itu atau karena malam hari… entahlah.
Tapi ‘mahluk’ itu benar-benar memandang kami. Pandangannya yang menatapku seakan mengatakan kalau ‘dia’ tidak menganggap kami serius.
Pandangannya seakan-akan hanya menganggap kami ini seperti serangga atau semacamnya. Pandangan mata yang sangat dingin.
Aku merasa napasku tercekat di tenggorokan selama ‘mahluk’ itu menatapku.
Baru setelah ‘mahluk’ itu mengalihkan kembali perhatiannya ke arah deretan rumah, aku dan Ayano terbatuk-batuk. Ternyata diapun tanpa sadar menahan napasnya.
Ayano menyetir mobilnya menjauh dari taman itu. Mengikuti jalur sebelah luar yang lebih sempit. Kami berdua tidak mengatakan apa-apa selama berada di dekat ‘mahluk’ itu.
Baru setelah kami memasuki jalan tol, baru Ayano buka suara.
“Apa itu?”
Aku menggeleng.
“Saya bisa melihatnya dengan sangat jelas…” kata Ayano lagi. “ ‘Mahluk’ itu…. Kuat..” kata Ayano.
Aku hanya bisa mengangguk setuju. “Iya.. sepertinya..”
“Lebih kuat dari si ‘mata’…” bisik Ayano.
Aku mengangguk lagi. Benar.. aku juga sempat berpikir seperti itu sekilas tadi.
“Apa ‘mahluk’ itu juga sama seperti si ‘mata’? apa dia juga ‘dewa’ kuno?”
Pertanyaan Ayano itu masih tidak ada jawabannya sampai sekarang. Wujud binatang berkaki empat namun berwajah manusia dengan alis dan jenggot putih lebat itu masih menjadi misteri bagi kami. Sepertinya ‘mahluk’ itu juga tidak ada di cerita rakyat.
Catatan :
Mungkin sampai saat ini, ‘mahluk’ itu bisa dikatakan memiliki aura yang sangat kuat yang bahkan tidak perlu mempunyai kemampuan lebih untuk mendeteksinya. Beberapa teman-teman Ayano yang melewati daerah itu mengatakan kalau mereka merasakan firasat buruk kalau berada di dekat situ. Dan entah kebetulan atau memang karena ‘mahluk’ itu. Tapi kabarnya sering terjadi kecelakaan di daerah itu. Daerah perumahan yang bersebelahan dengan jalan tol itu kabarnya sering meminta korban dari kecelakaan yang terjadi di jalan Tol itu.
Bisa dikatakan kami cukup beruntung tidak terkena dampak apapun dari pertemuan dengan ‘mahluk’ itu.
Nanti kalau udah pulih ditambah lagi.
johny251976 dan 4 lainnya memberi reputasi
5
Kutip
Balas