- Beranda
- Supranatural
Siapa Mereka dan Siapa Aku?? (KISAH NYATA)
...
TS
adelaide.indri
Siapa Mereka dan Siapa Aku?? (KISAH NYATA)
Perkenalan
Perkenalkan, nama saya Indri.
Selama ini di Kaskus saya lebih sering SR (Hehe, maaf ya). Tapi setelah saya banyak membaca cerita-cerita di Kaskus, saya jadi ingin sedikit membagikan cerita mengenai mimpi-mimpi bersambung serta sedikit pengalaman aneh saya selama ini, sekalian mau meminta masukan dari para sesepuh yang ahlinya.
Cerita-cerita mengenai mimpi saya, 100% asli saya alami. Dimohon untuk berkomentar positif, Apabila tidak percaya ataupun tidak suka, cukup menjadi SR saja. Dilarang memancing keributan ya.. Saya juga meminta maaf apabila cerita saya kurang bagus dan kurang menarik karena saya masih newbie..
Oya, sebagai gambaran, saya wanita campuran Australia dan Sunda.Usia saya saat ini menginjak 27 tahun, anak saya 2 laki-laki (hampir 3). Sudah 17tahun saya tinggal dikota Solo, disini pula saya bertemu dengan suami saya karena memang dia asli kota tercinta ini. Namun semua mimpi saya dimulai saat saya kelas 5SD, tak lama setelah kepindahan kami ke Kota Solo..
Saat kami sampai di Solo, selama 5 bulan kami sekeluarga menginap di Hotel. Ya, dihotel!
Anggota keluarga kecil kami hanya terdiri dari Ibu dan Ayah saya, beserta seorang adik laki-laki saya yang usianya terpaut 3 tahun dibawah saya. Sampai akhirnya kami menemukan sebuah rumah model kuno yang sangat disukai ayah saya. Disitulah kami akhirnya mengontrak selama 16tahun! Lokasi rumah tersebut berada di salah 1 perkampungan batik terkenal di Kota Solo, dan memang rumah tua tersebut dulunya adalah rumah dari salah seorang juragan batik. Saat ini beliau jelas sudah meninggal dan sudah ada 3 generasi dibawahnya.
Awal kepindahan kami, tetangga kami sanggatlah heran mengapa kami mau tinggal dirumah tersebut, memang rumah tersebut sudah beberapa tahun kosong dan suasananya (kalau orang jawa bilang singup), seperti lembab dan aura mistisnya sangat terasa. Penyewa sebelumnya menyewa untuk 3 tahun, tapi baru 1 tahun saja, mereka sudah memilih pindah ketempat lain, setelah saya mengetahui rumah tersebut, barulah saya tahu mengapa mereka memilih pindah. Banyak perkenalan yang dilakukan oleh para penghuni rumah tersebut, dari jalan yang diseret menuju kekamar mandi, mbak kunti yang sekilas menampakan diri, hingga suara langkah kaki yang mengejar saya hingga membuat saya lari terbirit-birit. Namun, tentu saja ayah saya tidak percaya, jadi ibu sayalah yang menjadi tempat curhat saya.Jadi, dirumah itu hanya saya dan ibulah yang mengalami pengalaman-pengalaman mistis, tapi tidak dengan ayah dan adik saya.
Rumah tersebut terbagi menjadi 2 bagian, bagian rumah adat jawa, dan bagian rumah seperti bangunan Belanda. Rumah tersebut cukup luas, memiliki halaman depan dan halaman belakang. Dan mimpi pertamapun dimulai...
Saya kelas 5 SD saat itu, ada tugas menggambar yang harus saya selesaikan. Sayapun membawa buku gambar dan pensil warna ke teras depan. Sedang asik-asiknya memulai menggambar, tiba-tiba ada angin berhembus sangat kencang disertai hujan yang sangat cepat hingga membuat dedaunan rontok dari pohonnya. Karena terkejut, sayapun menatap kehalaman ‘Ada apa ini?? Masih siang, cuaca cerah tau2 hujan angin?’ Saya lebih terkejut lagi saat melihat tiba-tiba sudah berdiri sesosok wanita cantik, ya sangat cantiiikkk sekali (namun sayang, setiap saya terbangun saya tidak pernah dapat mengingat wajahnya dengan jelas. Namun, kecantikannya begitu membekas). Wanita tersebut bertubuh langsing, berpakaian adat putri kerajaan Jawa berwarna hijau, rambutnyapun berhiaskan mahkota dan bunga melati. Saya takjub, sangat takjub melihat kecantikannya, saya hanya terdiam, dan beliau hanya tersenyum. Lalu tiba-tiba dia berkata
“Lukislah saya, disitu”
Tiba-tiba sudah ada baskom berwarna hijau didepanku berisi air dan rata dengan melati yang masih kuncup. Sempat terlintas dipikiran saya, bagaimana saya dapat melukis dimedia seperti itu? Namun saya tidak dapat menolak perintahnya. Saya hanya dapat berkata “Baik” sembari menatapnya. Lalu ketika saya melihat isi baskom itu lagi, sudah ada lukisan yang seperti pantulan wajah beliau diatas kuncup-kuncup melati tersebut. Sayapun kaget dan ketika saya melihat kembali kearah beliau, beliau sudah tidak ada, yang ada hanyanya angin kencang dan hujan yang sesaat. Lalu sayapun terbangun dengan berbagai pertanyaan dibenak saya…
Mohon :
ya gan pake komennyaaa
atau
juga boleh kalau berkenan
PART 1
PART 2 - TETUA
PART 3 - ULAR
PART 4 - DUNIA NYATA
PART 5- PANTAI KRAKAL
PART 6 - MARAH??
PART 7 - KISAH SEORANG TEMAN
PART 8 - NENEK TUA
PART 9 - PAGAR
PART 10 - KEHAMILAN DAN KELAHIRAN
PART 11 - AXELLE
PART 12 - YANG TERLEWATKAN
PART 13 - PERTANDA DIA KEMBALI
PART 14 - MENCARI
PART 15 - CERPEN - CERPEN
PART 16 - BELAJAR??
PART 17 - DIHADANG
PART 18 - PINDAHAN
PART 19 - KERAJAAN ULAR
PART 20 - CERPEN-CERPEN PART 2
PART 21 - AKU MEMANGGILNYA IBU
PART 22 - DUA BUAH BATU
PART 23 - BOCAH KESASAR
PART 24 - POHON TALOK
PART 25 - PEMANDIAN PUTRI
Mohon maaf, PART selanjutnya baca di post yaa.. update pakai HP, makasih..
PART 26 - Kepergian Pak Yadi
PART 27 - Gunungan
PART 28 - Perkenalan
PART 29 - Penghuni Rumah
PART 30 - Monyet
PART 31 - Nenek Tua Berambut Putih
PART 32 - Sahabat
PART 33 - Perkampungan
Perkenalkan, nama saya Indri.
Selama ini di Kaskus saya lebih sering SR (Hehe, maaf ya). Tapi setelah saya banyak membaca cerita-cerita di Kaskus, saya jadi ingin sedikit membagikan cerita mengenai mimpi-mimpi bersambung serta sedikit pengalaman aneh saya selama ini, sekalian mau meminta masukan dari para sesepuh yang ahlinya.
Cerita-cerita mengenai mimpi saya, 100% asli saya alami. Dimohon untuk berkomentar positif, Apabila tidak percaya ataupun tidak suka, cukup menjadi SR saja. Dilarang memancing keributan ya.. Saya juga meminta maaf apabila cerita saya kurang bagus dan kurang menarik karena saya masih newbie..

Oya, sebagai gambaran, saya wanita campuran Australia dan Sunda.Usia saya saat ini menginjak 27 tahun, anak saya 2 laki-laki (hampir 3). Sudah 17tahun saya tinggal dikota Solo, disini pula saya bertemu dengan suami saya karena memang dia asli kota tercinta ini. Namun semua mimpi saya dimulai saat saya kelas 5SD, tak lama setelah kepindahan kami ke Kota Solo..
Saat kami sampai di Solo, selama 5 bulan kami sekeluarga menginap di Hotel. Ya, dihotel!
Anggota keluarga kecil kami hanya terdiri dari Ibu dan Ayah saya, beserta seorang adik laki-laki saya yang usianya terpaut 3 tahun dibawah saya. Sampai akhirnya kami menemukan sebuah rumah model kuno yang sangat disukai ayah saya. Disitulah kami akhirnya mengontrak selama 16tahun! Lokasi rumah tersebut berada di salah 1 perkampungan batik terkenal di Kota Solo, dan memang rumah tua tersebut dulunya adalah rumah dari salah seorang juragan batik. Saat ini beliau jelas sudah meninggal dan sudah ada 3 generasi dibawahnya.
Awal kepindahan kami, tetangga kami sanggatlah heran mengapa kami mau tinggal dirumah tersebut, memang rumah tersebut sudah beberapa tahun kosong dan suasananya (kalau orang jawa bilang singup), seperti lembab dan aura mistisnya sangat terasa. Penyewa sebelumnya menyewa untuk 3 tahun, tapi baru 1 tahun saja, mereka sudah memilih pindah ketempat lain, setelah saya mengetahui rumah tersebut, barulah saya tahu mengapa mereka memilih pindah. Banyak perkenalan yang dilakukan oleh para penghuni rumah tersebut, dari jalan yang diseret menuju kekamar mandi, mbak kunti yang sekilas menampakan diri, hingga suara langkah kaki yang mengejar saya hingga membuat saya lari terbirit-birit. Namun, tentu saja ayah saya tidak percaya, jadi ibu sayalah yang menjadi tempat curhat saya.Jadi, dirumah itu hanya saya dan ibulah yang mengalami pengalaman-pengalaman mistis, tapi tidak dengan ayah dan adik saya.
Rumah tersebut terbagi menjadi 2 bagian, bagian rumah adat jawa, dan bagian rumah seperti bangunan Belanda. Rumah tersebut cukup luas, memiliki halaman depan dan halaman belakang. Dan mimpi pertamapun dimulai...

Saya kelas 5 SD saat itu, ada tugas menggambar yang harus saya selesaikan. Sayapun membawa buku gambar dan pensil warna ke teras depan. Sedang asik-asiknya memulai menggambar, tiba-tiba ada angin berhembus sangat kencang disertai hujan yang sangat cepat hingga membuat dedaunan rontok dari pohonnya. Karena terkejut, sayapun menatap kehalaman ‘Ada apa ini?? Masih siang, cuaca cerah tau2 hujan angin?’ Saya lebih terkejut lagi saat melihat tiba-tiba sudah berdiri sesosok wanita cantik, ya sangat cantiiikkk sekali (namun sayang, setiap saya terbangun saya tidak pernah dapat mengingat wajahnya dengan jelas. Namun, kecantikannya begitu membekas). Wanita tersebut bertubuh langsing, berpakaian adat putri kerajaan Jawa berwarna hijau, rambutnyapun berhiaskan mahkota dan bunga melati. Saya takjub, sangat takjub melihat kecantikannya, saya hanya terdiam, dan beliau hanya tersenyum. Lalu tiba-tiba dia berkata
“Lukislah saya, disitu”
Tiba-tiba sudah ada baskom berwarna hijau didepanku berisi air dan rata dengan melati yang masih kuncup. Sempat terlintas dipikiran saya, bagaimana saya dapat melukis dimedia seperti itu? Namun saya tidak dapat menolak perintahnya. Saya hanya dapat berkata “Baik” sembari menatapnya. Lalu ketika saya melihat isi baskom itu lagi, sudah ada lukisan yang seperti pantulan wajah beliau diatas kuncup-kuncup melati tersebut. Sayapun kaget dan ketika saya melihat kembali kearah beliau, beliau sudah tidak ada, yang ada hanyanya angin kencang dan hujan yang sesaat. Lalu sayapun terbangun dengan berbagai pertanyaan dibenak saya…
Mohon :
ya gan pake komennyaaa
atau
juga boleh kalau berkenan
PART 1
PART 2 - TETUA
PART 3 - ULAR
PART 4 - DUNIA NYATA
PART 5- PANTAI KRAKAL
PART 6 - MARAH??
PART 7 - KISAH SEORANG TEMAN
PART 8 - NENEK TUA
PART 9 - PAGAR
PART 10 - KEHAMILAN DAN KELAHIRAN
PART 11 - AXELLE
PART 12 - YANG TERLEWATKAN
PART 13 - PERTANDA DIA KEMBALI
PART 14 - MENCARI
PART 15 - CERPEN - CERPEN
PART 16 - BELAJAR??
PART 17 - DIHADANG
PART 18 - PINDAHAN
PART 19 - KERAJAAN ULAR
PART 20 - CERPEN-CERPEN PART 2
PART 21 - AKU MEMANGGILNYA IBU
PART 22 - DUA BUAH BATU
PART 23 - BOCAH KESASAR
PART 24 - POHON TALOK
PART 25 - PEMANDIAN PUTRI
Mohon maaf, PART selanjutnya baca di post yaa.. update pakai HP, makasih..
PART 26 - Kepergian Pak Yadi
PART 27 - Gunungan
PART 28 - Perkenalan
PART 29 - Penghuni Rumah
PART 30 - Monyet
PART 31 - Nenek Tua Berambut Putih
PART 32 - Sahabat
PART 33 - Perkampungan
Diubah oleh adelaide.indri 05-05-2019 11:26
n3m0 dan ardie.soekamtu memberi reputasi
7
137.9K
719
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Supranatural
15.8KThread•14KAnggota
Tampilkan semua post
TS
adelaide.indri
#278
PART 18 – PINDAHAN
Awal April 2016, orang tua saya akhirnya memutuskan pindah rumah ke Plesungan, wilayah yang sudah masuk Karanganyar walaupun masih dekat dengan Solo. Kebetulan, orang tua sedang membangun rumah disitu, maka akan lebih mudah bila mengontrak rumah milik teman ayah yang juga bersebelahan dengan rumah orang tua saya yang sedang dibangun. Hitung-hitung lebih mudah mengawasi pembangunan. Walaupun saya sudah tahunan menetap dengan suami, entah mengapa, pindahan dari rumah dimana saya bertumbuh itu, benar-benar terasa menyakitkan hati saya. Saya sangat sedih saat itu, sembari membantu ibu saya beres-beres, saya berusaha menahan tangis. Memang terdengar lebay, tapi biasanya saya masih bisa menginap dirumah itu, namun kini, saya tidak mungkin bisa lagi.
Hari terakhir pindahan, saya memasuki satu persatu ruangan, menatap nanar kesetiap sudut kosong itu. Saya mengucapkan terimakasih banyak kepada rumah itu karena sudah menjadi tempat berlindung kami selama belasan tahun (walaupun kalau musim hujan bocor parah dan bikin Ayah saya manggil tukang tiap tahun). Saya juga tidak lupa mengucapkan salam perpisahan dengan semua ‘penghuni’ yang ada disana dan juga atas semua ‘interaksi’ mereka terhadap kami. Entah mengapa, saya merasakan aura yang sangat suram saat itu.
Jujur, saya terbiasa dengan keberadaan dan interaksi mereka, mereka tidak pernah berniat jauh lebih jahat hingga ingin membuat kami celaka. Saya malah merasa lebih khawatir dengan interaksi apa yang akan saya terima di Plesungan karena saya belum mengenal ‘mereka2’ yang ada di sana. Yah, tapi apa mau dikata, saya berharap di usia senja orang tua saya mereka tidak perlu mengontrak terus.
Saya membantu pindahan orang tua saya ke Plesungan. Udaranya terasa lebih bersih dari kota, maklum, masih banyak pohon menjulang dan masih terlihat seperti sebuah desa. Halamannya juga luas. Karena saya merasa disini perkembangan anak2 saya akan lebih bagus daripada di rumah saya dan suami di Solo yang pinggir jalan, yang anak2 tidak dapat bermain diluar, juga banyak menghirup polusi, akhirnya pada awal Juni 2016 keluarga kecil saya ikut pindah ke Plesungan mengikut tinggal dikontrakan orang tua saya
. Selain itu pula, kantor online shop saya cuma 2 menit dari rumah Plesungan, otomatis akan lebih mudah untuk saya.
Hari itu hari Kamis ketika kami pindah ke Plesungan. Orang tua saya sangat senang, maklum bisa dekat2 terus dengan cucu2nya. Saya tidak ada pikiran jelek sama sekali soal malam Jumat itu. Disini saya akan menjelaskan dulu mengenai kondisi rumah yang di bangun ayah saya.
Rumah tersebut berada di ujung desa bersebelahan dengan rumah yang sedang kami kontrak dan letaknya seperti lebih bawah dari rumah lainnya. Sebelahnya rumah ayah saya tersebut terdapat sebuah sungai kecil yang hanya terisi bila musim hujan itupun dangkal. Untuk akses jalannya nanti mau ga mau ayah saya harus membuat jalan sendiri dari ujung rumah kontrakan yang sekarang sampai rumah ayah saya. Kondisi jalan masih berupa tanah urugan yang menurun saat ini. Ditanah ayah saya sudah ada sumurnya, yang dulu dipakai oleh warga sekitar saat mencari air, maklum PDAM masuk wilayah ini mulai tahun 2003, mulai tahun itu juga sumur ini menjadi tidak dipakai lagi oleh warga. Di ujung jalan dekat sungai ada rumpun bambu yang sangat lebat, milik kebun tetangga kami.
Malam itu, kami yang kelelahan akibat pindahan akhirnya terlelap. Tiba-tiba saya sudah berada di samping rumpun bambu, saya melihat sekeliling dan menyadari bahwa saya berada ditanah ayah saya. Gelap sekali saat itu, maklum belum ada penerangan disana. Saya melihat bangunan ayah saya, lalu ketika saya melihat kearah lainnya, saya melihat seekor ular seperti cobra namun anehnya bewarna hijau. Karena takut akhirnya sayapun berlari ke arah rumah2 yang ada diatas. Saya berlari sekuat tenaga, namun ular tersebut meliuk-liuk disebelah saya, makin lama makin besar dan membuat saya semakin ketakutan setengah mati. Saat saya sudah sampai diatas saya langsung memasuki teras rumah tetangga saya yang terdekat, saya duduk di dipannya dan mencoba mengatur nafas ditengah ketakutan melihat ulat yang sudah setinggi atap rumah.
‘Astaghfirullah.. Astaghfirullah…’ sayapun hanya bisa beristigfar, bingung apa yang harus saya lakukan selanjutnya.
Tiba-tiba saya mendengar suara sesosok bapak-bapak (tapi saya yakin bukan suara pemilik rumah tersebut) dari samping saya, walaupun saya tidak menengok untuk melihat bentuknya, namun bapak-bapak tersebut kelar dari dalam rumah dan berdiri tepat disebelah saya. Saya dapat melihat tangannya yang terangkat dan memperingatkan ular tersebut dengan bahasa jawa. Intinya…
“Kamu gak boleh sampai sini! Rumah ini sudah di syarati!” katanya. Dan ular itupun seperti menurut begitu saja kepada bapak-bapak tersebut dan meliuk-liuk kembali turun. Tak lama kemudian sayapun terbangun. Ternyata jam sudah menunjukan pukul 5 pagi, dan sayapun memilih ke dapur dan membantu ibu saya memasak sarapan. Dengan bergidik mengingat mimpi saya semalam sayapun menceritakan hal tersebut
kepada ibu saya.
Skip skip skip..
Pagi itu jam 9, diantar suami saya, saya berangkat ke kantor. Alasan utama saya usaha online shop, karena selain mengikuti perkembangan jaman, juga bisa tetap mengawasi anak-anak saya setiap saat. Bahkan saat ini, Mba Yani yang juga baru saja memiliki bayi, saya perbolehkan dia membawa anaknya ke kantor. Karena tidak ada yang menjaga bayinya dirumah, saya pikir juga tidak masalah karena tidak begitu menggangu kinerja Mb Yani dan dia bisa tetap bekerja sembari mengawasi anaknya.
Tidak ada yang special hari itu di kantor, semua berjalan normal. Sore itu, kami pulang dari kantor. Ibu saya langsung menceritakan apa yang
dia dengar dari tetangganya.
“Ndri.. Tadi kan Mama main ke rumah mas Jaya (menantu dari rumahnya yang saya singgahi dimimpi, kebetulan rumahnya pas disebelah mertuanya itu), terus mas Jaya cerita.”
Percakapan antara ibu saya dan Mas Jaya :
“Tante, membangunnya sudah di syaratin belum?”tanya mas Jaya.
“Sudah, sudah di doakan dan ruwatan dulu itu. Kenapa mas?”
“Mungkin perlu diruwat lagi tante.. Tadi malam kan pas tengah malam saya iseng-iseng ke bawah. Kok saya lihat dari arah sumur kayak ada cahaya 2. Saya deketin tante, eh ternyata sorotan mata tante. Semakin saya amatin ternyata itu mata ular tan, ijo gede banget, keluarnya dari sumur. Karena takut saya buru-buru aja balik keatas,” jelasnya.
“Eh kok nyambung sama mimpinya indri tadi malam ya?”
“Ah, masa iya tante??”
Ibu sayapun menceritakan perihal mimpi saya ke Mas Jaya, dan diapun menyarankan untuk dilakukan selametan lagi, karena bagaimanapun wilayah dia masih sangat wingit katanya.
Mendengar cerita ibu saya, sayapun langsung merasa kalau pikiran saya benar, mimpi tersebut bukuanlah mimpi biasa. Mimpi tersebut memiliki makna tersembunyi. Tapi apa??
Nantikan jawabannya di part selanjutnya ya
Awal April 2016, orang tua saya akhirnya memutuskan pindah rumah ke Plesungan, wilayah yang sudah masuk Karanganyar walaupun masih dekat dengan Solo. Kebetulan, orang tua sedang membangun rumah disitu, maka akan lebih mudah bila mengontrak rumah milik teman ayah yang juga bersebelahan dengan rumah orang tua saya yang sedang dibangun. Hitung-hitung lebih mudah mengawasi pembangunan. Walaupun saya sudah tahunan menetap dengan suami, entah mengapa, pindahan dari rumah dimana saya bertumbuh itu, benar-benar terasa menyakitkan hati saya. Saya sangat sedih saat itu, sembari membantu ibu saya beres-beres, saya berusaha menahan tangis. Memang terdengar lebay, tapi biasanya saya masih bisa menginap dirumah itu, namun kini, saya tidak mungkin bisa lagi.
Hari terakhir pindahan, saya memasuki satu persatu ruangan, menatap nanar kesetiap sudut kosong itu. Saya mengucapkan terimakasih banyak kepada rumah itu karena sudah menjadi tempat berlindung kami selama belasan tahun (walaupun kalau musim hujan bocor parah dan bikin Ayah saya manggil tukang tiap tahun). Saya juga tidak lupa mengucapkan salam perpisahan dengan semua ‘penghuni’ yang ada disana dan juga atas semua ‘interaksi’ mereka terhadap kami. Entah mengapa, saya merasakan aura yang sangat suram saat itu.
Jujur, saya terbiasa dengan keberadaan dan interaksi mereka, mereka tidak pernah berniat jauh lebih jahat hingga ingin membuat kami celaka. Saya malah merasa lebih khawatir dengan interaksi apa yang akan saya terima di Plesungan karena saya belum mengenal ‘mereka2’ yang ada di sana. Yah, tapi apa mau dikata, saya berharap di usia senja orang tua saya mereka tidak perlu mengontrak terus.
Saya membantu pindahan orang tua saya ke Plesungan. Udaranya terasa lebih bersih dari kota, maklum, masih banyak pohon menjulang dan masih terlihat seperti sebuah desa. Halamannya juga luas. Karena saya merasa disini perkembangan anak2 saya akan lebih bagus daripada di rumah saya dan suami di Solo yang pinggir jalan, yang anak2 tidak dapat bermain diluar, juga banyak menghirup polusi, akhirnya pada awal Juni 2016 keluarga kecil saya ikut pindah ke Plesungan mengikut tinggal dikontrakan orang tua saya
. Selain itu pula, kantor online shop saya cuma 2 menit dari rumah Plesungan, otomatis akan lebih mudah untuk saya.
Hari itu hari Kamis ketika kami pindah ke Plesungan. Orang tua saya sangat senang, maklum bisa dekat2 terus dengan cucu2nya. Saya tidak ada pikiran jelek sama sekali soal malam Jumat itu. Disini saya akan menjelaskan dulu mengenai kondisi rumah yang di bangun ayah saya.
Rumah tersebut berada di ujung desa bersebelahan dengan rumah yang sedang kami kontrak dan letaknya seperti lebih bawah dari rumah lainnya. Sebelahnya rumah ayah saya tersebut terdapat sebuah sungai kecil yang hanya terisi bila musim hujan itupun dangkal. Untuk akses jalannya nanti mau ga mau ayah saya harus membuat jalan sendiri dari ujung rumah kontrakan yang sekarang sampai rumah ayah saya. Kondisi jalan masih berupa tanah urugan yang menurun saat ini. Ditanah ayah saya sudah ada sumurnya, yang dulu dipakai oleh warga sekitar saat mencari air, maklum PDAM masuk wilayah ini mulai tahun 2003, mulai tahun itu juga sumur ini menjadi tidak dipakai lagi oleh warga. Di ujung jalan dekat sungai ada rumpun bambu yang sangat lebat, milik kebun tetangga kami.
Malam itu, kami yang kelelahan akibat pindahan akhirnya terlelap. Tiba-tiba saya sudah berada di samping rumpun bambu, saya melihat sekeliling dan menyadari bahwa saya berada ditanah ayah saya. Gelap sekali saat itu, maklum belum ada penerangan disana. Saya melihat bangunan ayah saya, lalu ketika saya melihat kearah lainnya, saya melihat seekor ular seperti cobra namun anehnya bewarna hijau. Karena takut akhirnya sayapun berlari ke arah rumah2 yang ada diatas. Saya berlari sekuat tenaga, namun ular tersebut meliuk-liuk disebelah saya, makin lama makin besar dan membuat saya semakin ketakutan setengah mati. Saat saya sudah sampai diatas saya langsung memasuki teras rumah tetangga saya yang terdekat, saya duduk di dipannya dan mencoba mengatur nafas ditengah ketakutan melihat ulat yang sudah setinggi atap rumah.
‘Astaghfirullah.. Astaghfirullah…’ sayapun hanya bisa beristigfar, bingung apa yang harus saya lakukan selanjutnya.
Tiba-tiba saya mendengar suara sesosok bapak-bapak (tapi saya yakin bukan suara pemilik rumah tersebut) dari samping saya, walaupun saya tidak menengok untuk melihat bentuknya, namun bapak-bapak tersebut kelar dari dalam rumah dan berdiri tepat disebelah saya. Saya dapat melihat tangannya yang terangkat dan memperingatkan ular tersebut dengan bahasa jawa. Intinya…
“Kamu gak boleh sampai sini! Rumah ini sudah di syarati!” katanya. Dan ular itupun seperti menurut begitu saja kepada bapak-bapak tersebut dan meliuk-liuk kembali turun. Tak lama kemudian sayapun terbangun. Ternyata jam sudah menunjukan pukul 5 pagi, dan sayapun memilih ke dapur dan membantu ibu saya memasak sarapan. Dengan bergidik mengingat mimpi saya semalam sayapun menceritakan hal tersebut
kepada ibu saya.
Skip skip skip..
Pagi itu jam 9, diantar suami saya, saya berangkat ke kantor. Alasan utama saya usaha online shop, karena selain mengikuti perkembangan jaman, juga bisa tetap mengawasi anak-anak saya setiap saat. Bahkan saat ini, Mba Yani yang juga baru saja memiliki bayi, saya perbolehkan dia membawa anaknya ke kantor. Karena tidak ada yang menjaga bayinya dirumah, saya pikir juga tidak masalah karena tidak begitu menggangu kinerja Mb Yani dan dia bisa tetap bekerja sembari mengawasi anaknya.
Tidak ada yang special hari itu di kantor, semua berjalan normal. Sore itu, kami pulang dari kantor. Ibu saya langsung menceritakan apa yang
dia dengar dari tetangganya.
“Ndri.. Tadi kan Mama main ke rumah mas Jaya (menantu dari rumahnya yang saya singgahi dimimpi, kebetulan rumahnya pas disebelah mertuanya itu), terus mas Jaya cerita.”
Percakapan antara ibu saya dan Mas Jaya :
“Tante, membangunnya sudah di syaratin belum?”tanya mas Jaya.
“Sudah, sudah di doakan dan ruwatan dulu itu. Kenapa mas?”
“Mungkin perlu diruwat lagi tante.. Tadi malam kan pas tengah malam saya iseng-iseng ke bawah. Kok saya lihat dari arah sumur kayak ada cahaya 2. Saya deketin tante, eh ternyata sorotan mata tante. Semakin saya amatin ternyata itu mata ular tan, ijo gede banget, keluarnya dari sumur. Karena takut saya buru-buru aja balik keatas,” jelasnya.
“Eh kok nyambung sama mimpinya indri tadi malam ya?”
“Ah, masa iya tante??”
Ibu sayapun menceritakan perihal mimpi saya ke Mas Jaya, dan diapun menyarankan untuk dilakukan selametan lagi, karena bagaimanapun wilayah dia masih sangat wingit katanya.
Mendengar cerita ibu saya, sayapun langsung merasa kalau pikiran saya benar, mimpi tersebut bukuanlah mimpi biasa. Mimpi tersebut memiliki makna tersembunyi. Tapi apa??
Nantikan jawabannya di part selanjutnya ya

0