- Beranda
- Stories from the Heart
Sales, salahkah?
...
TS
cgyp
Sales, salahkah?
Quote:
The First
Seminggu lagi gw diwisuda S1, bahagia rasanya, namun satu kekhawatiran muncul : trus setelah ini apa? Kemana?
Lowongan lowongan lowongan, cuma itu yang terbersit di otak gw sewaktu gw bolak balik Koran edisi Maret 2010 ini, sampai akhirnya gw menemukan
"Dibutuhkan tenaga bla bla bla (banyak banget), tdk butuh pengalaman, min sma/d3/s1"
You know what I do next lah ya... 😃
--
"Ibu Cindi melamar untuk bagian IT admin ya?" Tanya si calon boss gw sewaktu interview
"Iya pak"
Standard interview berlanjut hingga akhirnya,
"Baiklah, tidak apa meski masih minggu depan lulus kuliahnya, besok Mb Cindi kesini lagi ya untuk menjalani test awal", mungkin karena tahu gw masih unyu-unyu, gw jadinya dipanggil mbak
"Baik pak"
--
"Nanti Mb Cindi akan dipandu oleh Mb Neri (bukan nama sebenarnya), testnya berupa kegiatan lapangan"
"Baik pak"
Gw masih gak kepikiran mau kek gimana testnya, sampai akhirnya gw dibawa sama Mb Neri ini ke sebuah perumahan di kota surab#y#
'tok 'tok 'tok
Salah satu pintu penduduk diketuk oleh Mb Neri, gw masih diem
"Hai selamat pagi bu, saya dari relawan kesehatan mau mengadakan bakti sosial kesehatan gratis, masuk dulu ya bu..", ujar Mb Neri dengan semangatnya ketika pintu dibuka oleh empunya rumah
"Jadi bu, ini alatnya untuk bakti sosial ini, namanya bantal ajaib (disamarkan lagi yee), caranya gini (sambil Mb Neri praktekin), tapi inget lho bu ini ndak dijual, cuma untuk bakti sosial hari ini saja, gimana bu? Enak mboten?", Wah keren banget ini Mb Neri bisa sksd kek gini ke orang yang baru dikenal
"Ooo ndak di jual ya mbak? Nek beli gitu piroan harganya Mb?" Tanya si Ibu
"Wahhh mahal ini bu, 1,5 juta, lagipula kan saya bilang ndak dijual bu, nanti Ibu cari ke apotik aja" ujar Mb Neri
"Oh gitu ya Mb? Mahal ya... Apotik mana mbak yg jual? Enake bantal ajaibnya" sambil merem si Ibu ngomongnya
"Baiklah bu karena saya ndak bisa lama-lama, saya mau pamit dulu, nah tapi sebelumnya saya mau tanya, Ibu sekarang umur berapa?" Tanya Mb Neri
"63 mbak" jawab si Ibu
Lali tiba-tiba Mb Neri menyalami tangan si Ibu
"Wahhh kebetulan, alhamdullilah bu, kami lagi ada program pembagian bantal ajaibnya ini untuk 2 orang warga yang berusia di atas 60 tahun, kebetulan ini tinggal satu, tadi satunya dah kami bagi untuk mbah sardi di ujung jalan sana" dengan semangat dan masih menyalami tangan si Ibu, mb Neri berujar
Stop! Pause bentar!
Pikir gw, kapan ke mbah sardinya? Oh mungkin kemarin, tapi kok Mb neri bilang 'tadi'? Atau mungkin sebelum nganter gw, dy nganter pelamar kerja lainnya? Oh iya bisa bisa, masuk masuk, oke lanjut
Lalu Mata si Ibu berbinar-binar
"Beneran mbak? Bantal ajaibnya buat saya? Wahhh makasih lho mbak" kata si Ibu
"Iya bu beneran, nah bu Isi biodata ini ya..." kata Mb Neri sambil menyerahkan selembar kertas, lalu Mb Neri kelanjutan
"Nah bu coba lihat ini tulisannya, bantalnya beneran kan harganya 1,5juta?! Karena ini hadiah, Ibu tahu hadiah kan?! Yang seperti di tivi-tivi itu lho bu, jadi Ibu cuma harus bayar pajaknya aja 10% yaitu 150rb, sedikit thooo bu?"
Widih sadis.. jadi ini maksudnya bagi-bagi subsidi gitu Kali ya ke masyarakat, tapi kok mirip jualan ya.. ah positif positif, gw pengen lulus Tes lapangan ini
"Jadi saya harus bayar Mb?" Tanya si Ibu
"Pajaknya aja bu 150rb, ayo bu saya tunggu, ini subsidi terbatas lho bu, Ibu kan sudah ngisi biodata juga"
Tuh kan bener subsidi, apa kata gw, mungkin gw diuji untuk berpikir positif Dan tahu cara berkomunikasi dengan orang lain, sip sip
Kira-kira subsidi ini harus di ambil gak yah? Trus kalau si Ibu gak mau gimana? Ini kok si Ibu diem aja? Ini subsidi apa jualan sih? Eh iya harus positif, ini subsidi!
Dan kami masih menunggu keputusan si Ibu....
Diubah oleh cgyp 18-02-2017 15:09
weihaofei dan 16 lainnya memberi reputasi
17
48.1K
315
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
cgyp
#111
The 20th
Entah kenapa pikiran gw sekarang selalu terbayang-bayang andaikan gw bisa dekat dengan babeh Dion dan Babeh Candra, pasti asik dan menyenangkan, tapi yah itu masih jauh karena gw gak tahu apa iya mereka juga berpikiran yang sama dengan gw? Bukan hubungan yang special namun ya kedekatan yang bisa memotivasi gw untuk tetap terus semangat di proses ini
Keduanya memiliki pesona yang membuat gw kagum dan semakin kagum dengan sosok lelaki, manurut gw lelaki itu hebat, mampu mengontrol emosi, dan gw gak pernah melihat lelaki itu sebagai sosok yang cengeng seperti wanita, ya gw emang cengeng tapi biasanya kalau gw sedih dan ingin menangis gw sembunyi dulu di kuburan biar gak ada yang tahu, beneran? Enggaklah… intinya gw ini sebenarnya cengeng tapi gw gak ingin orang lain tahu kalau gw cengeng dan penuh drama, thug life
Ngomong-ngomong tentang kepindahan gw ke Madiun, gw sudah persiapkan semuanya, barang-barang sudah dikirim, gw sudah kabarin orang tua dan pacar gw, gw sudah packing, yes gw siap
Akhirnya pada jam yang ditentukan gw dan kru babeh Muklas lainnya berkumpul di terminal Bungurasih untuk naik bis ke Madiun, ternyata istri dan anak-anak babeh Muklas tidak ikut, iya gw ngerti, tentunya nanti akan menjadi beban babeh kalau di bawa sekarang
Gw Cuma bawa 1 koper berisikan semua perlengkapan perang gw, baju, buku, pulpen, alat mandi, sepatu kerja, tas kerja, pokoknya semuanya muat dalam tas koper gw, gw paling anti sama yang namanya ribet, jadi menurut gw cukup bawa 1 tas koper besar yang memuat semuanya sudah cukup
Beda cerita dengan Bunda Atin, bawaannya 3 tas, 1 tas koper 1 tas gendong, dan 1 tas wanita, dengan badan tinggi kurus begitu bunda Atin mampu membawa semuanya, menurut gw hebat
Singkat cerita kamipun naik bus “SUMBER KENCONO”, yeah bus yang sangat fenomenal, dimana ada guyonan bahwa untuk menjadi sopir bus ini harus pernah menyetir bus dan kecelakaan terlebih dahulu, saat itu tentunya gw tidak tahu rumor ini sehingga gw ngikut aja aba-aba dari babeh Muklas
Gw duduk dengan babeh Muklas, Alfred dengan Ical, sedangkan Bunda Atin sendirian dengan penumpang bis lainnya, kru Alfred dan Ical memutuskan untuk tidak ikut dan tetap berproses di paskem karena berbagai macam alasan
Gw : beh kenapa babeh gak temenin bunda?
Babeh Muklas : ah engga ah, gak mau
Gw : kenapa beh? Kasian lho sendirian
Babeh Muklas : Bunda itu waktu SMA naksir babeh, ge er nanti dia kalo babeh duduk dengan dia
Gw : huahahaha… ciyehhhhh cinta bersemi donk beh
Babeh Muklas : hmmm kon iku
Seiring berjalannya waktu gw memutuskan untuk bersikap netral dan akrab lagi dengan babeh Muklas, karena gw ingin terus maju dan sukses di sini, lagipula babeh Muklas tidak seburuk yang gw kira, dia perhatian ke gw dan menganggap gw anaknya
Bus pun melaju, kalau gw punya pilihan antara naik roller coaster 5 kali dan naik bus “SUMBER KENCONO” ini, gw akan pilih naik roller coaster 5 kali meskipun kepala gw kebolak balik di kereta roll coaster, alamak benar-benar spot jantung naik bus ini, dibutuhkan nyali khusus dan kesalahan gw adalah gw duduk paling depan, sehingga gw tahu di depan gw ada apa dan bagaimana sopir bus ini menyetir dengan sangat… entahlah..
Disaat jarak kendaraan Cuma beberapa jengkal, baru bus ini banting stir untuk mendahului, bukannya ambil ancang-ancang dari jauh, dan pada saat tikungan, bisa dibayangkan apa yang terjadi, gw yang biasanya langsung tidur saat perjalanan jauh naik kendaraan apapun itu, untuk pertama kalinya gw gak bisa tidur karena tegang dan badan bolak-balik kebanting kanan kiri, tidak jarang pula hampir menabrak kendaraan yang ada di depannya, Oh God mimpi apa gw naik bus beginian
Mungkin harusnya nama bus ini “SUMBER BENCONO” instead of “SUMBER KENCONO”, experiencenya benar-benar membuat jantung berkibar-kibar, bukan lagi berdegub kencang, tapi berkibar-kibar, tapi gw akuin dengan kecepatan dan keblangsatan gaya setir si sopir, kami sampai di Madiun lebih awal dari yang diperkirakan, dan yang lebih amazing lagi kami diturunkan di pinggir jalan instead of terminal, katanya bus nya tidak masuk terminal, mau langsung pulang, what a life
Kami sampai di Madiun tengah malam sekitar pukul 1 Malam, lelah, letih, lesu, diikuti dengan mata yang sedikit melotot akibat keseringan melihat ke depan dan meringis, dan suara yang parau karena sering teriak, disarankan jika ingin naik bus ini sedia permen hexos dulu biar lancar dan lantang nanti teriakannya
Gw dan seluruh kru babeh Muklas pun berjalan tanpa arah, untuk mencari penginapan, karena sudah jam 1 malam, dan ternyata babeh Muklas pun belum pernah ke Madiun, jadi tidak tahu harus kemana, sampai akhirnya kami menemukan sebuah hotel yang cukup murah, ya bisa dibilang sebenarnya ini hotel XXX, tempat para pemuda dan pemudi ya begitulah…
Sebut saja namanya hotel Mawar, karena kalau melati agak serem nanti kesannya, setelah babeh Muklas nego panjang dengan pemilik hotel mengenai harganya, kamipun menyewa 2 kamar, 1 kamar untuk gw dan bunda Atin, 1 kamar untuk babeh Muklas, Alfred, dan Ical
Untungnya hotel ini menyediakan 1 kamar dengan 2 bedroom, sehingga gw tidak perlu berbagi ranjang dengan Bunda Atin, meski sebenarnya tidak apa-apa, namun mungkin karena dari kecil gw biasa tidur sendiri dengan ranjang sendiri, gw akan merasa aneh jadinya jika gw harus berbagi ranjang dengan orang lain meskipun itu wanita juga
Kamarnya cukup luas, lantai semen, tidak ada TV, tidak ada AC, hanya ada kipas angin atap, 1 kamar mandi kecil, dan 1 lemari, tidak ada handuk dan sabun, untunglah gw tidak lupa perlengkapan mandi gw
Karena kecapekan, gw pun langsung merebahkan diri di kasur gw, sedangkan bunda Atin masih sibuk menata barang-barangnya dan mandi terlebih dahulu sebelum tidur
Bunda Atin : kau tidak mandi kah?
Gw : ah dah malem bun, sekalian besok aja
Bunda Atin : hei jorok sekali kau, jadi wanita harus bersih, nih seperti bunda, lihat kulit bunda masih mulus tho
Gw : yaaa besok aja aku mandinya bun, dingin ah
Bunda Atin : awas kau besok tidak mandi hei, bunda tidak mau dekat-dekat kau
Gw : iyaaa bunda
Pagi…. Dingin sekali Madiun ini, sangat berbeda dengan Surabaya, jam masih menunjukkan pukul 5 pagi dan gw dengan setengah nyawa gw dan sebelah mata gw masih menutup melihat bunda sudah melipat selimut rapi bersiap untuk mandi
Bunda Atin : hei bangun kau, sudah pagi ini
Gw : ngantuk bun
Bunda Atin : heih masak kalah kau sama bunda, kau masih muda, pemalas kau
Gw : … (kembali memejamkan mata)
Bunda Atin : heihh bangun kau, bunda panggil babeh nanti
Gw : iya bun, bunda mandi dulu aja, habis itu aku (mata gw masih terpejam)
Bunda Atin : haishh anak muda jaman sekarang, awas kau tidak bangun hei
Gw : iyaa
Skip.. setelah semua bersih dan wangi kamipun berkumpul di depan kamar untuk meeting kru
Babeh Muklas : kita gak bisa aktivitas pagi disini, tapi babeh harap kalian masih terus semangat untuk pitching, babeh pun akan pitching nanti sama ical
All : juss beh
Babeh Muklas : babeh sudah tanya-tanya itu di depan hotel ada pedesaan yang bisa kalian pitchingin, bunda Atin sama Cindi nanti, babeh sama ical dan Alfred akan coba cari territory lain, sekalian cari tempat untuk kantor nanti
All : juss beh
Babeh Muklas : alat-alat ada di kamar babeh, masing-masing bawa 2 dulu saja, nanti uangnya setor babeh yoo, untuk bayar hotel ini, komisi dikurangi sedikit, sekarang ayok sarapn bareng, di depan ada warung enak dan murah katanya
Singkat cerita selesai sarapan, gw dan bunda Atin pupn pitching berdua, gw penasaran gimana gaya pitching bunda, jadi gw putuskan untuk ikut dengan bunda dulu beberapa rumah, sebenarnya gw masih malas pitching karena badan ini sepertinya masih ingin berbaring dan menikmati kasur, namun apa daya, gw butuh uang untuk survive disini dan membayar hotel
Sesampainya di lokasi, gw dan bunda Atin tidak langsung pitching, melainkan mampir dulu ke warung kopi karena ternyata Bunda memiliki kebiasaan untuk ngopi pagi
Bunda Atin : kau minum apa?
Gw : teh aja bunda
Bunda Atin : ibu kopi 1 teh 1 ya, kopinya gula sedikit saja ibu
Ibu penjual : iya bu
Bunda Atin : ibu sudah lama berjualan disini?
Ibu Penjual : sudah bu, sudah lama sekali, wong saya asli sini, rumah saya di belakang
Bunda Atin : oh begitu..
Pembicaraan basa-basi pun berlanjut hingga akhirnya..
Bunda Atin : ibu kalau boleh tahu ada keluhan penyakit tidak?
Ibu Penjual : iya bu, namanya orang tua, ini kaki saya sering sakit linu-linu
Bunda Atin : kebetulan ibu, saya sedang survey kesehatan disini
Ibu Penjual : oh iya?
Bunda Atin : iya ibu, sini coba ibu duduk dekat saya, saya periksa dulu sekaligus saya mau kasih ibu obatnya
Si Ibu Penjual pun mendekat, dan bisa dibayangkan apa yang dilakukan bunda Atin selanjutnya, yak pitching action started kepada si Ibu Penjual, gw hanya diam mengamati dan belajar dari cara bunda Atin dan keramahannya dalam menyapa si Ibu Penjual, sehingga si Ibu Penjual sangat welcome kepadanya, dari sini gw belajar ternyata pitching bisa dilakukan dimana saja dan kepada siapa saja, selama ini gw menggunakan cara konvensional dari rumah ke rumah, wah sepertinya gw harus banyak belajar dari Bunda Atin
Pagi memang dingin namun menjelang siang, ternyata Madiun sama panasnya dengan Surabaya, pitching kali ini gw dan bunda Atin akhirnya memutuskan untuk pitching berdua saja agar lebih semangat, jadi bergantian siapa yang akan intro, presentasi, dan closing, sampai akhirnya kami berhasil closing 2, bunda Atin 1 dan gw 1
Hari pertama dan semangat prima, itu yang gw rasain, titt titt titt ttiiit, bunyi SMS hp gw
Pengirim : “Cindi gimana di Madiun? Sudah sampai ya?”
Gw : “Siapa ya?”
Pengirim : “Loh nomor babeh gak kamu simpan ya?”
Gw coba mengingat-ingat…
Pada malam terakhir aktivitas di paskem, gw berkumpul dan bercanda-canda dengan beberapa kru di paskem termasuk babeh Dion dan babeh Candra, sebenarnya ini lebih ke arah modus gw aja untuk cari perhatian kedua babeh manager yang keren itu
Babeh Dion : gimana cin? sudah siap expansi ke Madiun?
Gw : siap donk behh, babeh gak ikut??
Babeh Dion : hehehehe,, harus ijin babeh syarief dulu
Gw : babeh kan asli Kediri, kapan-kapan main ke Madiun beh, kan deket
Babeh Dion : oh iya ya, nanti kamu mau temenin babeh? (ahay gayung bersambut)
Gw : iya beh tenang aja, nanti ajarin aku pitching ya beh
Babeh Dion : hahahahah… wah hebat kru nya babeh Muklas ini, pitching aja yang dipikirin, yawda simpen nomer babeh cin
Gw : mana beh?
Babeh Dion : sebentar tak cari kertas dulu, hp ku mati soalnya, tak catat aja, sekalian nomormu ya
Oh iya… pasti ini Babeh Dion, wahhh hari ini wonderful sekali, sudah closing, di SMS lelaki pujaan.. indahnya dunia
Tanpa gw sadari bahwa sebenarnya gw sedang bermain api..
Entah kenapa pikiran gw sekarang selalu terbayang-bayang andaikan gw bisa dekat dengan babeh Dion dan Babeh Candra, pasti asik dan menyenangkan, tapi yah itu masih jauh karena gw gak tahu apa iya mereka juga berpikiran yang sama dengan gw? Bukan hubungan yang special namun ya kedekatan yang bisa memotivasi gw untuk tetap terus semangat di proses ini
Keduanya memiliki pesona yang membuat gw kagum dan semakin kagum dengan sosok lelaki, manurut gw lelaki itu hebat, mampu mengontrol emosi, dan gw gak pernah melihat lelaki itu sebagai sosok yang cengeng seperti wanita, ya gw emang cengeng tapi biasanya kalau gw sedih dan ingin menangis gw sembunyi dulu di kuburan biar gak ada yang tahu, beneran? Enggaklah… intinya gw ini sebenarnya cengeng tapi gw gak ingin orang lain tahu kalau gw cengeng dan penuh drama, thug life
Ngomong-ngomong tentang kepindahan gw ke Madiun, gw sudah persiapkan semuanya, barang-barang sudah dikirim, gw sudah kabarin orang tua dan pacar gw, gw sudah packing, yes gw siap
Akhirnya pada jam yang ditentukan gw dan kru babeh Muklas lainnya berkumpul di terminal Bungurasih untuk naik bis ke Madiun, ternyata istri dan anak-anak babeh Muklas tidak ikut, iya gw ngerti, tentunya nanti akan menjadi beban babeh kalau di bawa sekarang
Gw Cuma bawa 1 koper berisikan semua perlengkapan perang gw, baju, buku, pulpen, alat mandi, sepatu kerja, tas kerja, pokoknya semuanya muat dalam tas koper gw, gw paling anti sama yang namanya ribet, jadi menurut gw cukup bawa 1 tas koper besar yang memuat semuanya sudah cukup
Beda cerita dengan Bunda Atin, bawaannya 3 tas, 1 tas koper 1 tas gendong, dan 1 tas wanita, dengan badan tinggi kurus begitu bunda Atin mampu membawa semuanya, menurut gw hebat
Singkat cerita kamipun naik bus “SUMBER KENCONO”, yeah bus yang sangat fenomenal, dimana ada guyonan bahwa untuk menjadi sopir bus ini harus pernah menyetir bus dan kecelakaan terlebih dahulu, saat itu tentunya gw tidak tahu rumor ini sehingga gw ngikut aja aba-aba dari babeh Muklas
Gw duduk dengan babeh Muklas, Alfred dengan Ical, sedangkan Bunda Atin sendirian dengan penumpang bis lainnya, kru Alfred dan Ical memutuskan untuk tidak ikut dan tetap berproses di paskem karena berbagai macam alasan
Gw : beh kenapa babeh gak temenin bunda?
Babeh Muklas : ah engga ah, gak mau
Gw : kenapa beh? Kasian lho sendirian
Babeh Muklas : Bunda itu waktu SMA naksir babeh, ge er nanti dia kalo babeh duduk dengan dia
Gw : huahahaha… ciyehhhhh cinta bersemi donk beh
Babeh Muklas : hmmm kon iku
Seiring berjalannya waktu gw memutuskan untuk bersikap netral dan akrab lagi dengan babeh Muklas, karena gw ingin terus maju dan sukses di sini, lagipula babeh Muklas tidak seburuk yang gw kira, dia perhatian ke gw dan menganggap gw anaknya
Bus pun melaju, kalau gw punya pilihan antara naik roller coaster 5 kali dan naik bus “SUMBER KENCONO” ini, gw akan pilih naik roller coaster 5 kali meskipun kepala gw kebolak balik di kereta roll coaster, alamak benar-benar spot jantung naik bus ini, dibutuhkan nyali khusus dan kesalahan gw adalah gw duduk paling depan, sehingga gw tahu di depan gw ada apa dan bagaimana sopir bus ini menyetir dengan sangat… entahlah..
Disaat jarak kendaraan Cuma beberapa jengkal, baru bus ini banting stir untuk mendahului, bukannya ambil ancang-ancang dari jauh, dan pada saat tikungan, bisa dibayangkan apa yang terjadi, gw yang biasanya langsung tidur saat perjalanan jauh naik kendaraan apapun itu, untuk pertama kalinya gw gak bisa tidur karena tegang dan badan bolak-balik kebanting kanan kiri, tidak jarang pula hampir menabrak kendaraan yang ada di depannya, Oh God mimpi apa gw naik bus beginian
Mungkin harusnya nama bus ini “SUMBER BENCONO” instead of “SUMBER KENCONO”, experiencenya benar-benar membuat jantung berkibar-kibar, bukan lagi berdegub kencang, tapi berkibar-kibar, tapi gw akuin dengan kecepatan dan keblangsatan gaya setir si sopir, kami sampai di Madiun lebih awal dari yang diperkirakan, dan yang lebih amazing lagi kami diturunkan di pinggir jalan instead of terminal, katanya bus nya tidak masuk terminal, mau langsung pulang, what a life
Kami sampai di Madiun tengah malam sekitar pukul 1 Malam, lelah, letih, lesu, diikuti dengan mata yang sedikit melotot akibat keseringan melihat ke depan dan meringis, dan suara yang parau karena sering teriak, disarankan jika ingin naik bus ini sedia permen hexos dulu biar lancar dan lantang nanti teriakannya
Gw dan seluruh kru babeh Muklas pun berjalan tanpa arah, untuk mencari penginapan, karena sudah jam 1 malam, dan ternyata babeh Muklas pun belum pernah ke Madiun, jadi tidak tahu harus kemana, sampai akhirnya kami menemukan sebuah hotel yang cukup murah, ya bisa dibilang sebenarnya ini hotel XXX, tempat para pemuda dan pemudi ya begitulah…
Sebut saja namanya hotel Mawar, karena kalau melati agak serem nanti kesannya, setelah babeh Muklas nego panjang dengan pemilik hotel mengenai harganya, kamipun menyewa 2 kamar, 1 kamar untuk gw dan bunda Atin, 1 kamar untuk babeh Muklas, Alfred, dan Ical
Untungnya hotel ini menyediakan 1 kamar dengan 2 bedroom, sehingga gw tidak perlu berbagi ranjang dengan Bunda Atin, meski sebenarnya tidak apa-apa, namun mungkin karena dari kecil gw biasa tidur sendiri dengan ranjang sendiri, gw akan merasa aneh jadinya jika gw harus berbagi ranjang dengan orang lain meskipun itu wanita juga
Kamarnya cukup luas, lantai semen, tidak ada TV, tidak ada AC, hanya ada kipas angin atap, 1 kamar mandi kecil, dan 1 lemari, tidak ada handuk dan sabun, untunglah gw tidak lupa perlengkapan mandi gw
Karena kecapekan, gw pun langsung merebahkan diri di kasur gw, sedangkan bunda Atin masih sibuk menata barang-barangnya dan mandi terlebih dahulu sebelum tidur
Bunda Atin : kau tidak mandi kah?
Gw : ah dah malem bun, sekalian besok aja
Bunda Atin : hei jorok sekali kau, jadi wanita harus bersih, nih seperti bunda, lihat kulit bunda masih mulus tho
Gw : yaaa besok aja aku mandinya bun, dingin ah
Bunda Atin : awas kau besok tidak mandi hei, bunda tidak mau dekat-dekat kau
Gw : iyaaa bunda
Pagi…. Dingin sekali Madiun ini, sangat berbeda dengan Surabaya, jam masih menunjukkan pukul 5 pagi dan gw dengan setengah nyawa gw dan sebelah mata gw masih menutup melihat bunda sudah melipat selimut rapi bersiap untuk mandi
Bunda Atin : hei bangun kau, sudah pagi ini
Gw : ngantuk bun
Bunda Atin : heih masak kalah kau sama bunda, kau masih muda, pemalas kau
Gw : … (kembali memejamkan mata)
Bunda Atin : heihh bangun kau, bunda panggil babeh nanti
Gw : iya bun, bunda mandi dulu aja, habis itu aku (mata gw masih terpejam)
Bunda Atin : haishh anak muda jaman sekarang, awas kau tidak bangun hei
Gw : iyaa
Skip.. setelah semua bersih dan wangi kamipun berkumpul di depan kamar untuk meeting kru
Babeh Muklas : kita gak bisa aktivitas pagi disini, tapi babeh harap kalian masih terus semangat untuk pitching, babeh pun akan pitching nanti sama ical
All : juss beh
Babeh Muklas : babeh sudah tanya-tanya itu di depan hotel ada pedesaan yang bisa kalian pitchingin, bunda Atin sama Cindi nanti, babeh sama ical dan Alfred akan coba cari territory lain, sekalian cari tempat untuk kantor nanti
All : juss beh
Babeh Muklas : alat-alat ada di kamar babeh, masing-masing bawa 2 dulu saja, nanti uangnya setor babeh yoo, untuk bayar hotel ini, komisi dikurangi sedikit, sekarang ayok sarapn bareng, di depan ada warung enak dan murah katanya
Singkat cerita selesai sarapan, gw dan bunda Atin pupn pitching berdua, gw penasaran gimana gaya pitching bunda, jadi gw putuskan untuk ikut dengan bunda dulu beberapa rumah, sebenarnya gw masih malas pitching karena badan ini sepertinya masih ingin berbaring dan menikmati kasur, namun apa daya, gw butuh uang untuk survive disini dan membayar hotel
Sesampainya di lokasi, gw dan bunda Atin tidak langsung pitching, melainkan mampir dulu ke warung kopi karena ternyata Bunda memiliki kebiasaan untuk ngopi pagi
Bunda Atin : kau minum apa?
Gw : teh aja bunda
Bunda Atin : ibu kopi 1 teh 1 ya, kopinya gula sedikit saja ibu
Ibu penjual : iya bu
Bunda Atin : ibu sudah lama berjualan disini?
Ibu Penjual : sudah bu, sudah lama sekali, wong saya asli sini, rumah saya di belakang
Bunda Atin : oh begitu..
Pembicaraan basa-basi pun berlanjut hingga akhirnya..
Bunda Atin : ibu kalau boleh tahu ada keluhan penyakit tidak?
Ibu Penjual : iya bu, namanya orang tua, ini kaki saya sering sakit linu-linu
Bunda Atin : kebetulan ibu, saya sedang survey kesehatan disini
Ibu Penjual : oh iya?
Bunda Atin : iya ibu, sini coba ibu duduk dekat saya, saya periksa dulu sekaligus saya mau kasih ibu obatnya
Si Ibu Penjual pun mendekat, dan bisa dibayangkan apa yang dilakukan bunda Atin selanjutnya, yak pitching action started kepada si Ibu Penjual, gw hanya diam mengamati dan belajar dari cara bunda Atin dan keramahannya dalam menyapa si Ibu Penjual, sehingga si Ibu Penjual sangat welcome kepadanya, dari sini gw belajar ternyata pitching bisa dilakukan dimana saja dan kepada siapa saja, selama ini gw menggunakan cara konvensional dari rumah ke rumah, wah sepertinya gw harus banyak belajar dari Bunda Atin
Pagi memang dingin namun menjelang siang, ternyata Madiun sama panasnya dengan Surabaya, pitching kali ini gw dan bunda Atin akhirnya memutuskan untuk pitching berdua saja agar lebih semangat, jadi bergantian siapa yang akan intro, presentasi, dan closing, sampai akhirnya kami berhasil closing 2, bunda Atin 1 dan gw 1
Hari pertama dan semangat prima, itu yang gw rasain, titt titt titt ttiiit, bunyi SMS hp gw
Pengirim : “Cindi gimana di Madiun? Sudah sampai ya?”
Gw : “Siapa ya?”
Pengirim : “Loh nomor babeh gak kamu simpan ya?”
Gw coba mengingat-ingat…
Pada malam terakhir aktivitas di paskem, gw berkumpul dan bercanda-canda dengan beberapa kru di paskem termasuk babeh Dion dan babeh Candra, sebenarnya ini lebih ke arah modus gw aja untuk cari perhatian kedua babeh manager yang keren itu
Babeh Dion : gimana cin? sudah siap expansi ke Madiun?
Gw : siap donk behh, babeh gak ikut??
Babeh Dion : hehehehe,, harus ijin babeh syarief dulu
Gw : babeh kan asli Kediri, kapan-kapan main ke Madiun beh, kan deket
Babeh Dion : oh iya ya, nanti kamu mau temenin babeh? (ahay gayung bersambut)
Gw : iya beh tenang aja, nanti ajarin aku pitching ya beh
Babeh Dion : hahahahah… wah hebat kru nya babeh Muklas ini, pitching aja yang dipikirin, yawda simpen nomer babeh cin
Gw : mana beh?
Babeh Dion : sebentar tak cari kertas dulu, hp ku mati soalnya, tak catat aja, sekalian nomormu ya
Oh iya… pasti ini Babeh Dion, wahhh hari ini wonderful sekali, sudah closing, di SMS lelaki pujaan.. indahnya dunia
Tanpa gw sadari bahwa sebenarnya gw sedang bermain api..
0
