Kaskus

Story

carienneAvatar border
TS
carienne
Dunia Yang Sempurna [TAMAT]
Dunia Yang Sempurna [TAMAT]


Dunia Yang Sempurna [TAMAT]
(credit to : risky.jahatfor the beautiful cover)


PROLOG :


Gue selalu percaya, apapun yang kita alami di dunia ini selalu memiliki alasan tersendiri. Ga terkecuali dengan kehadiran orang-orang di kehidupan kita. Setiap orang, setiap hal, memiliki perannya masing-masing di kehidupan kita ini. Ada yang datang untuk sekedar menguji kesabaran kita, ada yang datang untuk menyadarkan kita akan mimpi dan harapan yang selalu mengiringi kita.

Gue menulis cerita ini, sebagai wujud rasa cinta gue terhadap segala yang pernah terjadi kepada gue. Ada yang ingin gue lupakan, dan ada yang ingin gue kenang selamanya. Tapi pada satu titik gue menyadari, bahwa ga ada yang harus gue lupakan, melainkan gue ambil pelajarannya. Dan untuk segala yang pernah hadir di hidup gue, ataupun yang akan hadir, gue mengucapkan terima kasih dari hati gue yang terdalam.

Cerita ini berawal pada tahun 2006, pada saat gue masih culun-culunnya menjalani kehidupan. Gue baru saja lulus SMA, dan memutuskan untuk merantau, meskipun ga jauh-jauh amat, ke ibukota untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi lagi. Gue masih mengingat dengan jelas momen ketika gue mencium tangan ibu, dan elusan kepala dari bapak, yang mengantarkan gue ke gerbang rumah, sebelum gue menaiki angkutan umum yang akan membawa gue ke ibukota.

Ketika angkutan umum yang membawa gue ke ibukota itu mulai berjalan, gue sama sekali ga bisa membayangkan apa yang akan terjadi di hidup gue selanjutnya. Tentu saja gue ga bisa membayangkan kehadiran seseorang, yang dengan segala keunikan dan keistimewaannya, memberikan warna tersendiri di hati gue.

Nama gue Gilang, dan semoga sekelumit cerita gue ini bisa berkenan bagi kalian semua.


Quote:
Diubah oleh carienne 27-03-2017 21:48
afrizal7209787Avatar border
radoradaAvatar border
elbe94Avatar border
elbe94 dan 51 lainnya memberi reputasi
52
2M
5.4K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
carienneAvatar border
TS
carienne
#2110
PART 52

Keesokan harinya, papanya Ara sudah diperbolehkan untuk pulang karena keadaannya sudah jauh membaik. Hanya saja masih diwajibkan untuk kontrol secara rutin. Gw pun sudah sempat berbicara sedikit-sedikit dengan beliau, meskipun hanya sekedar membicarakan hal-hal yang umum tentang gw. Akhirnya untuk pertama kalinya gw berada di rumah Ara. Rumah itu megah dan sangat besar menurut gw. Ternyata keluarga Ara adalah keluarga berada, meskipun selama hidup bersama gw di Jakarta dia ga pernah memperlihatkan statusnya itu.

Pagi itu gw bangun agak kesiangan karena kelelahan akibat kegiatan kemarin. Buru-buru gw keluar kamar, cuci muka dan berdiri di teras samping mencari udara segar sekaligus mencari Ara. Gw berdiri dengan setengah mengantuk. Gw bermaksud menyalakan sebatang rokok tapi niat itu langsung gw urungkan karena gw merasa segan dengan keluarga Ara. Sepertinya keluarga Ara bukan keluarga perokok, karena gw ga mendapati tanda-tanda keberadaan perokok disana.

“jiah, baru bangun lo?” sebuah suara menyadarkan gw.

Gw menoleh.

“eh, pagi Cha… Iya nih gw semaleman capek banget, tadi gw bahkan ga bangun subuh…”

“dih parah….”

“ya mau gimana lagi, namanya juga ketiduran…”

“iya sih, lo emang belum bisa istirahat yak sejak dari Jakarta...” Ara berdiri disamping gw, memainkan handuk yang dikalungkan di lehernya. “lo mau sarapan apa?” tanyanya.

“ah gampang gw mah, nanti gw beli aja di warung-warung deket sini...” gw menolak dengan halus, karena gw ga enak meminta Ara atau siapapun memasak buat gw. Gw merasa segan.

“gampang-gampang, emang lo kira ada warung disini?” sahutnya sewot. “udah ah ga usah bawel, mau sarapan apa lo? udah untung gw tawarin nih, daripada gw kasi nasi aking...” sungutnya.

“ya udah apa aja deh, Cha. Gw mah ngikut aja....”

“nasi goreng mau yak? nasi goreng buatan mama numero uno loh...”

“mau mau....”

Ara mengangguk-angguk sambil mencium-cium handuk yang sedari tadi dimainkannya. Rambutnya sudah agak panjang, dengan poni yang menutupi sebelah matanya. Kemudian gw baru menyadari kalau dia masih memakai piyama, tapi bercelana pendek, dan bertelanjang kaki.

“Cha, lo bangun jam berapa si?”

“lima menit yang lalu kira-kira...” dia nyengir lebar dengan bibir pucat. Ternyata dia sama-sama telat bangun seperti gw.

“nanti kita nonton yuk...” celetuknya tiba-tiba. “bosen gw dirumah”

“lah mama papa gapapa nih ditinggal sendiri? ga lo jagain?”

“nanti ada om sama tante kesini kok, tenang aja...”

“ya udah kalo gitu, tapi....”

“tapi apa?”

“gw lagi bokek, Cha...”

“udah beres itu mah, gw yang ngajakin kok.”

“engga ah, ga enak gw kalo lo yang nraktir nonton...”

Ara melotot ke gw.

“bawel amat si lo kaya ayam minta dipotong lehernya! tadi malem mimpi apa si kok pagi-pagi udah ngeselin gini...” sewotnya.

“iya iya udah terserah lo, Chaaa....” gw mengangguk pasrah.

Setelah sarapan dan mandi, kemudian gw dan Ara bersiap-siap untuk keluar. Sebelum pergi gw sempatkan ngobrol-ngobrol sebentar dengan mamanya Ara. Ternyata mamanya Ara juga tobat dengan kelakuan putri tunggalnya itu, meskipun beliau juga tertawa-tawa geli kalau mengingat sifat-sifat Ara. Terlihat sekali kalau beliau sangat mencintai dan membanggakan Ara, putri semata wayangnya.

Ketika Ara selesai siap-siap, dia menghampiri gw dan mamanya yang sedang bercakap-cakap di ruang keluarga. Gw menoleh melihat Ara, dan gw terpana. Dia sangat cantik hari itu, sangat berbeda dengan ketika hidup ngekos di Jakarta bersama gw. Kali itu rasanya gw melihat seseorang yang berbeda. Dia memakai sweater berwarna biru tua, dengan celana ketat hitam. Rambutnya tertata dengan indah dan bergelombang. Karena kulitnya yang putih dan kontras dengan pakaiannya itu, dia tampak lebih cantik.

“Mah, pergi dulu ya.” ucap Ara sambil mencium tangan mamanya.

“Hati-hati ya, Cha, jangan kemaleman pulangnya...”

“siap, boss” dia nyengir lebar dan menarik tangan gw keluar.

“eh gw belum pamit mama nih, maen tarik-tarik aja lo!” protes gw, sementara mamanya Ara tertawa-tawa menatap kami berdua. “tante, saya pergi dulu ya...” ucap gw sambil meringis tanpa dosa dan mencium tangan mamanya Ara.

“iya, Mas Gilang, titip Ara ya...” mamanya Ara tersenyum ramah.

“iya tante...”

gw kemudian keluar rumah mengikuti Ara. Dia sudah menunggu di teras rumah yang besar itu.

“naik apa kita?”

“naik mobil lah, kangen gw sama mobil gw...” kata Ara sambil menuruni tangga menuju ke garasi. Dia kemudian membuka pintu sebuah mobil berwarna hitam. “ayo naik lah, gw tinggal ntar!”

“oh iya iya...” gw buru-buru membuka pintu penumpang, sementara Ara sudah masuk ke dalam mobil dan menyalakan mesinnya. Ga lama kemudian kami sudah meluncur ke jalanan Surabaya.

“gw ga tau kalo lo bisa nyetir mobil, Cha...” ucap gw sambil tertawa. Gw malu, karena gw cowok, tapi belum bisa mengendarai mobil. Dari caranya mengendarai mobil, sepertinya dia sudah mahir dan berpengalaman. “udah lama bisa nyetirnya?”

“dari kelas satu SMA hahaha....” dia memakai kacamata hitam, dan benar-benar terlihat berbeda dari Ara yang tinggal di samping kamar gw.

“lo beda banget, Cha...”

“beda apanya?” tanyanya sambil menoleh sesaat ke gw.

“ya beda, lo di Jakarta sama di Surabaya beda aja.”

“di Jakarta gw ga keurus kaya gembel yah?” dia terkikih.

“iya sih...” gw ikut-ikutan terkikih.

“emang kok, di Jakarta gw ga mikirin dandan, cuek banget gw. Tapi malah gw nyaman kaya gitu, gw merasa kaya jadi diri gw sendiri...” jelasnya. “Tapi kalo pulang ke Surabaya ya gw akui, gw juga menikmati jadi diri gw yang dulu...”

“berkepribadian ganda nih ceritanya?” goda gw.

“bukan berkepribadian ganda juga si, cuma berprinsip ganda hahaha. Bilang aja gw bisa beradaptasi gitu kek...”

“iya si, diajak susah oke, diajak seneng juga oke, gitu kan maksud lo?”

“iya, yang fleksibel jadi orang mah...”

Kami tiba di Tunjungan Plaza, yang kata Ara ini salah satu mall terbesar yang ada di Indonesia. Gw baru pertama ini menginjakkan kaki di Surabaya, dan langsung diajak ngemall seperti ini. Gw melirik Ara dan agak salah tingkah. Bukan apa-apa, gw merasa kostum gw jauh berbeda dari Ara yang rapi dan anggun. Ara berdandan cantik, sementara gw cuma mengenakan kaos dan jeans seadanya.

“ngapa lo jalan jauh-jauh dari gw?” tanyanya ketika dia melihat gw berjalan agak jauh disampingnya. “ilang ntar baru rasa...”

“kalo gw jalan disebelah lo mah kaya majikan sama babunya...”

Ara tertawa mendengar alasan gw itu.

“udah sini ah...” ucapnya sambil mengulurkan tangan, memberikan gesture menggandeng gw. Tanpa berkata apapun gw menyambut uluran tangannya itu, dan kami bergandengan menyusuri mall yang amat luas itu.

Selesai nonton, gw dan Ara duduk di sebuah kafe yang ada di mall itu, sambil bercakap-cakap, meskipun suara kami sering kali tertelan oleh hiruk pikuk mall.

“gimana, seneng ga di Surabaya?” tanyanya sambil tersenyum lebar dan menyedot minuman pesanannya yang bergelas tinggi.

“seneng lah, thanks ya gw udah diajak jalan-jalan gini...”

“harusnya gw yang berterima kasih lo udah mau nemenin gw pulang gini...”

“ah bukan apa-apa kok, kan gw udah diajak main disini hahaha, gw anggap ini liburan gratis...” gw tersenyum jahil.

“maaaaunyaaa gratisan!” dia dongkol dan melemparkan kertas bekas pembungkus sedotan ke gw, sementara gw cuma tertawa-tawa. “ini ga gratis tau ga!” ucapnya dengan tampang sok serius. Gw yakin dia ga serius dengan ucapannya ini.

“emang, mau dibayar gimana?” gw tertawa.

Ara terlihat berpikir sebentar, kemudian mengaduk-aduk minumannya sambil menatap gw dengan senyum misterius.

“gimana kalo lo bawa gw main kerumah lo?”

gw terkejut, kemudian tertawa pelan.

“oke deal.” kata gw akhirnya.
khuman
sormin180
jenggalasunyi
jenggalasunyi dan 6 lainnya memberi reputasi
7
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.