Kaskus

Story

kiayuAvatar border
TS
kiayu
Teror Pencuri (Share Pengalaman Mistis)
Dear Kaskuser se Dunia emoticon-Smilie

disini aku mencoba menuliskan sedikit kisah-kisah mistis ku selama ini, dan yang iseng2 terjadi, yang dimulai dari sebuah kisah yang terjadi setahun yang lalu di sebuah daerah bernama Tegal.

Rules :
- No Kepo ya emoticon-Stick Out Tongue
- bagi yg mengetahui tempat terjadinya peristiwa dimohon utk tidak share, hanya konsumsi pribadi.

diusahakan update sesempetnya disela-sela pas kerja atau ga ada kerjaan emoticon-Big Grin

cerita ? real 100% terjadi, tapi kalau ada beberapa hal yang mungkin terasa lebay, yaa mohon maap, karena sering lupa jadi ta tambahin seingetku, tapi ga melenceng jauh kok emoticon-Stick Out Tongue
nama ? disamarkan. demi kesejahteraan semua pihak yg terlibat emoticon-Stick Out Tongue

thanks udah mau baca~ ^^v

mulustrasi ? di cerita awal ini pengalaman aku dgn sepupuku yg ada di DP kok emoticon-Smilie jadi udah bisa bayangin yaa.

ayok kita mulai~!


Aku sedang asyik membaca Sphere karya Michael Crichton sambil duduk berleha-leha menikmati semilir angin di sebelah sungai kecil di sebelah rumah.
'Yu, kamu lihat orang bawa brankas ga lewat sini ?!'
Omku berteriak keras, keringat bercucuran di dahinya.
Aku terperanjat kaget dari kursi.
'Hah ??? Brankas ? Ga, Om. Kenapa ?'
'Masa ga lihat ? Beneran ga lihat ??'
Omku melihatku dengan rasa tidak percaya.
'Ga beneran, Om. Lagian aku dari tadi disini gak ada yang aneh'.
Tanteku yang tadi sedang berada di belakang rumah bagian samping langsung menghampiri omku yang kelihatan kacau.
'Ada apa, Di ?', dengan suara agak keras kepada adiknya itu.
Omku memandang tanpa kata-kata, hanya dengan tampang putus asa, langsung masuk ke rumah, aku mengikuti karena penasaran.
'Uangku hilang, brankasnya dibawa'.
Kata-kata Omku mengejutkan kami berdua, aku dan tanteku.
'Lah, Om. Dari tadi gak ada yang bawa kayak gitu, yang lewat juga cuma orang-orang kita. Coba cek dulu yang bener'. Aku berusaha menenangkan omku.
'Beneran gak ada, aku udah ngecek berkali-kali'.
Waduh, gawat, pikirku. Pas aku lagi 'jaga depan' malah ada ginian.
Om dan tanteku yang panik langsung masuk ke rumah dan mengecek ke kamar omku yang ada di ruang utama.

Aku yang kebingungan langsung mencari kontak sepupuku, Lina, di bbm.
Ki : Lin, uang Om Budi hilang.
Lina : Hus, beneran ???!!!!!!
Ki : Beneran, ini baru aja kejadian. Makanya aku langsung kasih tahu kamu.

Tanteku, (mamahnya Lina, Tante Ina), memanggilku.
'Yu, kabari Lina, uang Om Budi kecurian'.
'Udah, te. Ini lagi BBM-an sama Lina'
'Iya, kasih tahu, kali aja kudu ke Azmi'.
Dalam hati aku bingung, Azmi siapa ?

Lina : PING!
Lina : Mba, uang Om Budi yang kecurian berapa ?
Ki : Ga tahu, Lin. Ini katanya semua uangnya.
Lina : Huh ! Om dibilangin susah sih suruh nyimpen di bank. Yaudah ntar nunggu aku balik.
Ki : Oke.

Aku, Om dan Tanteku masih cek-cek kamar juga perhatiin orang-orang. Ada satu karyawan, sebut saja Om Yadi, (masih saudara).
'Yang nyuri si Avin kali ? Kemaren aku liat dia sama temen-temennya duduk-duduk di kuburan.'
Om ku memandang Om Yadi, 'masa ??? Lah kamu kemaren ga bilang-bilang, tahu gitu kan aku jaga-jaga', katanya kesal.
'aku juga dari kemaren liatin, tapi cuma sehari itu doang, besoknya dia udah gak ada', Om Yadi membela diri.
Fyi, rumah yang kami tempati ini peninggalan Kakek, dan terletak di depan kuburan keluarga.

'Assalamu'alaikum !'
Aku kaget, dan langsung menuju ruang toko. Lina sudah sampai, dia sedang memarkir motornya di depan garasi.
Dia langsung masuk dan memberondong dengan pertanyaan.
'Mba, udah tahu belum berapa uang Om Budi yang ilang ? Trus tadi kejadiannya jam berapa ? Tadi siapa aja yang keluar masuk?'.
Aku gelagapan.
'Loh kamu dateng-dateng langsung tanya-tanya, istirahat dulu. Kamu juga tahu-tahu balik, udah ijin Om belum ?' (Lina kerja di tempat omku yg satu lagi beliau mempunyai toko variasi mobil di daerah perbatasan T dan Brebes).
'Yah aku mana tenang di toko kalau disini lagi pada ribut ginian. Makanya buru-buru balik.'
'Kejadiannya tadi pas aku bbm kamu itu Om Budi nanyain aku ada orang bawa brankas gak ? Belom nyampe setengah jam. Yang keluar masuk ya cuma orang-orang kita aja'.
Mamanya Lina keluar, menghampiri Lina.
'Ke Azmi aja sana, Lin. Biar cepet ketangkep, mumpung belum lama.'.
'Yaudah, yuh, Mba. Kita ke Azmi. Cepetan ga usah dandan. Diburu waktu ini'.
Aku cuma melongo, dan cepat-cepat ambil tas NG favoritku.

Dan kami berdua melesat ke Banjaran.

Siapa Azmi ???

I N D E X
Diubah oleh kiayu 28-01-2020 22:29
Gimi96Avatar border
tien212700Avatar border
al.galauwiAvatar border
al.galauwi dan 20 lainnya memberi reputasi
17
73.4K
361
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
kiayuAvatar border
TS
kiayu
#102
Part 5
Terawangan Kedua -2

Hari berikutnya, Jum'at.
(Aku baru inget, gara2 ini kejadian udah kedua kalinya, yg pertama juga di hari Kamis).

Aku dan Lina iseng berkeliling daerah sekitar rumah. Mencari rumah yang ditunjukkan Azmi. Dan kami menemukannya. Jaraknya hanya 3 rumah dari rumah kami. Berwarna jingga, di depannya ada pohon kapuk besar yang menjadi trademark desa kami. Masih di sekitar kuburan. Dan memang disebelah rumah tersebut ada gang kecil, apakah rumah itu yang menjadi tempat asal si pencuri ? Kita tidak tahu. Tapi yah kami tidak bisa seenaknya menuduh, karena masih tetangga, dan tidak adanya bukti.

Lina tetap berangkat kerja, dan kami masih meneruskan aktifitas. Hanya bedanya Om Budi keluar untuk mengurus surat kehilangan serta laporan pencurian di polres desa kami.

Sampai sore hari, Lina yang pergi ke tempat Azmi bersama pacarnya, Abdi.

Aku dan Tante Ina sedang di pos nongkrong, kami menonton TV sambil makan Nasi Langgi. Banyak saudara kami yang tengah berkumpul, bercerita dan bercanda di dudukan jembatan sebelah pos kami. Sementara Om Budi sedang bersama tetangga sebelah kami ngobrol di pos bensin.

Om Edi : Yu, itu yang nyuri uangnya Budi udah ketemu belum ?
Aku : ketemu kalau gak ada bukti ya mentah, Om.
Om Edi : mesti si Avin lagi ya yang nyuri ?
Tante : Kata Azmi sih bukan dia.
Om Edi : Selain dia, siapa lagi ? Yadi juga katanya kemarin lihat dia di kuburan kan bareng teman-temannya ?
Aku : Iya, tapi bukan Avin, Om. Kemarin kata Azmi orang lain, ya curiga sih mantan karyawan Om Budi, cuma ga tahu tuh. Tunggu si Lina aja, dia lagi ke tempat Azmi.
Om Edi : Kalau beneran dia, aku usir deh. Udah bikin susah kampung aja. Avin aja ga berani liat aku kalau ketemu
Tante : Ya kalau beneran. Malah ta persilakan dibawa polisi aja. Orang bisanya cuma nyuri, ga mau kerja bener.
Om Edi : Iya tuh. Penjarain aja, enek lama-lama lihat muka dia disini.
Aku : Sabar, Om. Kita kalau mau nangkep orang juga harus ada bukti. Itu Om Budi udah laporan polisi kok tadi pagi. Katanya mau Dateng kapan te polisinya ?
Tante : Ga tau tuh, ga cerita. Besok kali.
Om Edi : Itu Om mu masih ngobrol aja sama hajinya.(tetangga) padahal mau ta ajak ke tempat orang pinter kenalanku.
Aku : banyak amat yang bantuin ya. Kalau ga ketangkep mah kebangetan. Haha
Om Edi : Lah selain Azmi siapa lagi ?
Aku : Itu Mas Awin sih minta tolong gurunya.
Om Edi : Ah belum ketahuan hebatnya. Coba kalau udah kenal temen Om ini, hebat dia.

Aku cengar-cengir aja. Lha, belum lihat gimana hebatnya, gimana bisa tahu, pikirku.

Aku : Ya coba aja dulu Om. Itu Om Budi diajak kesana.
Om Edi : Iya, ini orang hebat, habib dia. Udah pernah bantuin temen Om yang kehilangan uang ratusan juta gara-gara ditipu.
Aku : terus gimana ceritanya ? Ketemu orangnya ?
Om Edi : Ya ketemu, tapi lha orangnya aja udah ga punya apa-apa lagi, yang disita ya cuma perabot rumah tangga. Namanya juga 'uang panas', ga bakal bertahan lama.
Aku : sayang dong, malah ga dapet uangnya balik.
Tante : Ya mau gimana lagi, orang yang kerjanya maling sama nipu, mau uang berapapun yang dicuri dan ditipu, tetep aja kurang buat dia.
Aku : Iya yah.

Lama aku, Tante, Om Edi dan Om Ojan (yang baru ikut nimbrung), membicarakan kelakuan beberapa anak muda yang cukup mencemaskan di desa kami.

Lina baru pulang dari tempat Azmi jam 9 malam. Dia langsung menghampiri aku dan Tante yang masih nonton TV+ngemil siomay di pos.
Dia melempar tasnya ke meja dan ikut memakan siomayku.

Aku : gimana Lin ?
Lina : nanti dulu mba, aku ceritain habis ngladeni Abdi dulu.

Yah, malah pacaran dia emoticon-No Hope
Lina menghampiri Abdi, mereka berdua masuk rumah dan tidak berapa lama keluar dengan membawa mangkok dan minuman.

Lina : aku laper banget ... tadi ga sempet beli makan di luar.

Dia mengeluarkan bakso dan mengajak Abdi makan, sementara aku dan Tante kembali melanjutkan acara nonton Cansu & Hazal XD

Setelah selesai makan, Abdi pamit pulang karena sudah malam. Kami pun beranjak masuk ke rumah, karena nyamuk-nyamuk yang semakin ganas dan suasana yang sudah mulai sepi.

Setelah selesai beres-beres, Lina pun mulai bercerita kepada kami.

-Mulai dari ini cerita dari sudut pandang Lina-

Ketika memasuki daerah rumah Azmi, Abdi memarkirkan mobilnya di depan gang rumah Azmi. Saat itu keadaan sekitar mulai sepi, hanya beberapa anak muda yang nongkrong di depan gang sambil bernyanyi tidak jelas.

Lina : Assalamu'alaikum

Lina mengetok tiga kali, tidak berapa lama ada sahutan dari dalam. Azmi yang membuka pintu.

Azmi : Eh, Mba Lina. Ayo masuk mba, sama pacarnya ya ?

Azmi meledek.

Lina : Haha iya nih. Kenalin ini Abdi, pacarku yang waktu itu aku ceritain. Yang, ini yang namanya Azmi.
Abdi : Oia, Abdi.
Azmi : Azmi.

Mereka saling menjabat tangan. Dan akhirnya duduk, tidak lama kemudian Azmi menghidangkan teh.

Lina : Makasih yah, mi. Maaf loh ganggu.
Azmi : Iya gapapa, mba. Kan aku juga udah bilang kemarin mau bantuin.
Lina : Jadi gimana, mi ? Udah ada titik terang ? Ini sih tadi omku udah ke polres buat laporan, mungkin polisinya baru bisa ke rumah besok.
Azmi : Syukur deh mba kalau kayak gitu. Aku tinggal ngarahin polisinya aja.

Azmi mengambil nafas lumayan lama, dan menghembuskannya pelan-pelan.

Azmi : Gini mba, semalam saya baru 'lihat'. Untuk kepastian mereka ada dimana, aku gak bisa lihat. Karena posisi mereka saat ini tidak jelas. Aku cuma lihat mereka ada di sebuah rumah kecil, sekelilingnya sawah, dan ada hutan-hutan. Buat lihat di daerah mana itu, ga bisa. Ada aura kuat yang membatasi 'penglihatanku'. Tapi aku yakin mereka ada di dalam.

Lina : benar-benar ga bisa lihat dimana, mi ?
Azmi : gak mba, ada batasan tersendiri buat aku. Apalagi daerah seperti itu jangkauan pandangnya luas, dan hutan itu gaibnya juga terlalu kuat menutupi. Aku belum tahu itu apa. Tapi buat pelaku dan kronologisnya, aku udah dapat.
Jadi gini, orang yang pakai pakaian hitam-hitam itu, memang punya ilmu yang cukup kuat. Dia sudah lama merencanakan ini, tapi perencana utamanya masih belum jelas. Mereka belum membicarakannya.
Saat kejadian itu, si Hitam stand by pakai motor di dekat jembatan, dia memakai ilmunya untuk 'menyirep' semua orang yang ada disana, sekaligus menutupi orang kedua yang bertugas mencuri brankas. Yang dipakai itu nenek-nenek. Si nenek itu lah yang menutupi orang kedua sehingga dia bisa jalan dengan tenang, padahal dia pakai sarung buat menutupi brankasnya. Dan kita menganggapnya orang yang kita kenal. Padahal berbeda. Kemarin pas aku terawang, ada kabut yang menutupi, ternyata aku juga 'dikerjai' sama orang itu sehingga ga bisa melihat dengan jelas. Makanya semalem aku bersihin pikiran, baru kelihatan lah semua. Setelah mencuri, si pelaku kedua langsung menghampiri si Hitam yang sudah stand by di motor dan langsung bisa pergi. Termasuk jalur keluarnya, 'dibersihin' sama si Hitam.
Lina : Wah makanya pada ga ada yang lihat ya. Trus udah kelihatan belum siapa yang nyuri mi ?
Azmi : agak berbeda tapi orangnya sama. Hanya pakaiannya yang sebenarnya bukan warna yang kemarin aku bilang.
Lina : Ohh gitu .. terus mereka udah pake duitnya belum mi ?

Azmi tertawa kecil.
Azmi : tadi yang satu mau pake buat beli di warung, tapi pemilik warungnya aku bikin bingung, ga ada uang kembalian, jadi mereka ga bisa pakai uang itu buat beli-beli.
Lina : Syukurin deh.
Azmi : Saat ini mereka lagi kebingungan karena ga bisa pakai uangnya, dan ga bisa kemana-mana. Ada yang kasih tahu pergerakan mba nya ke mereka. Jadi, mereka waspada. Selain itu, sepertinya si Hitam menugaskan 'sesuatu' untuk mengawasi mba Lina loh.
Lina : Ah yang bener mi ?
Azmi : Iya, tapi semalam udah ta bikinin pagaran, jadi 'dia' ga bisa masuk. Cuma berkeliling doang. Kayaknya mereka terusik sama aktifitas Mba Lina.
Lina : Haha ya gapapa tho, mereka yang cari masalah, harusnya mereka itu sadar udah buat salah.
Azmi : Iya sih, yaudah mba. Nanti aku coba 'lihat' lagi. Nanti si Hitam mau coba aku lawan.
Lina : okee ... semangat mi, tenang aja, bonus menanti.
Azmi : haha ga usah segitunya mba, aku niat ikhlas buat bantu kok.

Setelah ngobrol ngalor ngidul, barulah mereka berdua pamit pulang.

NB : sekalian update 2 part hari ini, kalau-kalau besok ga bisa update karena ada keperluan ^^v tengkyuu
buat pemakaian kata supranatural yg salah, mohon diberi kritik yah sesepuh emoticon-Smilie makasih
redbaron
aan1984
JabLai cOY
JabLai cOY dan 5 lainnya memberi reputasi
6
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.