- Beranda
- Supranatural
Siapa Mereka dan Siapa Aku?? (KISAH NYATA)
...
TS
adelaide.indri
Siapa Mereka dan Siapa Aku?? (KISAH NYATA)
Perkenalan
Perkenalkan, nama saya Indri.
Selama ini di Kaskus saya lebih sering SR (Hehe, maaf ya). Tapi setelah saya banyak membaca cerita-cerita di Kaskus, saya jadi ingin sedikit membagikan cerita mengenai mimpi-mimpi bersambung serta sedikit pengalaman aneh saya selama ini, sekalian mau meminta masukan dari para sesepuh yang ahlinya.
Cerita-cerita mengenai mimpi saya, 100% asli saya alami. Dimohon untuk berkomentar positif, Apabila tidak percaya ataupun tidak suka, cukup menjadi SR saja. Dilarang memancing keributan ya.. Saya juga meminta maaf apabila cerita saya kurang bagus dan kurang menarik karena saya masih newbie..
Oya, sebagai gambaran, saya wanita campuran Australia dan Sunda.Usia saya saat ini menginjak 27 tahun, anak saya 2 laki-laki (hampir 3). Sudah 17tahun saya tinggal dikota Solo, disini pula saya bertemu dengan suami saya karena memang dia asli kota tercinta ini. Namun semua mimpi saya dimulai saat saya kelas 5SD, tak lama setelah kepindahan kami ke Kota Solo..
Saat kami sampai di Solo, selama 5 bulan kami sekeluarga menginap di Hotel. Ya, dihotel!
Anggota keluarga kecil kami hanya terdiri dari Ibu dan Ayah saya, beserta seorang adik laki-laki saya yang usianya terpaut 3 tahun dibawah saya. Sampai akhirnya kami menemukan sebuah rumah model kuno yang sangat disukai ayah saya. Disitulah kami akhirnya mengontrak selama 16tahun! Lokasi rumah tersebut berada di salah 1 perkampungan batik terkenal di Kota Solo, dan memang rumah tua tersebut dulunya adalah rumah dari salah seorang juragan batik. Saat ini beliau jelas sudah meninggal dan sudah ada 3 generasi dibawahnya.
Awal kepindahan kami, tetangga kami sanggatlah heran mengapa kami mau tinggal dirumah tersebut, memang rumah tersebut sudah beberapa tahun kosong dan suasananya (kalau orang jawa bilang singup), seperti lembab dan aura mistisnya sangat terasa. Penyewa sebelumnya menyewa untuk 3 tahun, tapi baru 1 tahun saja, mereka sudah memilih pindah ketempat lain, setelah saya mengetahui rumah tersebut, barulah saya tahu mengapa mereka memilih pindah. Banyak perkenalan yang dilakukan oleh para penghuni rumah tersebut, dari jalan yang diseret menuju kekamar mandi, mbak kunti yang sekilas menampakan diri, hingga suara langkah kaki yang mengejar saya hingga membuat saya lari terbirit-birit. Namun, tentu saja ayah saya tidak percaya, jadi ibu sayalah yang menjadi tempat curhat saya.Jadi, dirumah itu hanya saya dan ibulah yang mengalami pengalaman-pengalaman mistis, tapi tidak dengan ayah dan adik saya.
Rumah tersebut terbagi menjadi 2 bagian, bagian rumah adat jawa, dan bagian rumah seperti bangunan Belanda. Rumah tersebut cukup luas, memiliki halaman depan dan halaman belakang. Dan mimpi pertamapun dimulai...
Saya kelas 5 SD saat itu, ada tugas menggambar yang harus saya selesaikan. Sayapun membawa buku gambar dan pensil warna ke teras depan. Sedang asik-asiknya memulai menggambar, tiba-tiba ada angin berhembus sangat kencang disertai hujan yang sangat cepat hingga membuat dedaunan rontok dari pohonnya. Karena terkejut, sayapun menatap kehalaman ‘Ada apa ini?? Masih siang, cuaca cerah tau2 hujan angin?’ Saya lebih terkejut lagi saat melihat tiba-tiba sudah berdiri sesosok wanita cantik, ya sangat cantiiikkk sekali (namun sayang, setiap saya terbangun saya tidak pernah dapat mengingat wajahnya dengan jelas. Namun, kecantikannya begitu membekas). Wanita tersebut bertubuh langsing, berpakaian adat putri kerajaan Jawa berwarna hijau, rambutnyapun berhiaskan mahkota dan bunga melati. Saya takjub, sangat takjub melihat kecantikannya, saya hanya terdiam, dan beliau hanya tersenyum. Lalu tiba-tiba dia berkata
“Lukislah saya, disitu”
Tiba-tiba sudah ada baskom berwarna hijau didepanku berisi air dan rata dengan melati yang masih kuncup. Sempat terlintas dipikiran saya, bagaimana saya dapat melukis dimedia seperti itu? Namun saya tidak dapat menolak perintahnya. Saya hanya dapat berkata “Baik” sembari menatapnya. Lalu ketika saya melihat isi baskom itu lagi, sudah ada lukisan yang seperti pantulan wajah beliau diatas kuncup-kuncup melati tersebut. Sayapun kaget dan ketika saya melihat kembali kearah beliau, beliau sudah tidak ada, yang ada hanyanya angin kencang dan hujan yang sesaat. Lalu sayapun terbangun dengan berbagai pertanyaan dibenak saya…
Mohon :
ya gan pake komennyaaa
atau
juga boleh kalau berkenan
PART 1
PART 2 - TETUA
PART 3 - ULAR
PART 4 - DUNIA NYATA
PART 5- PANTAI KRAKAL
PART 6 - MARAH??
PART 7 - KISAH SEORANG TEMAN
PART 8 - NENEK TUA
PART 9 - PAGAR
PART 10 - KEHAMILAN DAN KELAHIRAN
PART 11 - AXELLE
PART 12 - YANG TERLEWATKAN
PART 13 - PERTANDA DIA KEMBALI
PART 14 - MENCARI
PART 15 - CERPEN - CERPEN
PART 16 - BELAJAR??
PART 17 - DIHADANG
PART 18 - PINDAHAN
PART 19 - KERAJAAN ULAR
PART 20 - CERPEN-CERPEN PART 2
PART 21 - AKU MEMANGGILNYA IBU
PART 22 - DUA BUAH BATU
PART 23 - BOCAH KESASAR
PART 24 - POHON TALOK
PART 25 - PEMANDIAN PUTRI
Mohon maaf, PART selanjutnya baca di post yaa.. update pakai HP, makasih..
PART 26 - Kepergian Pak Yadi
PART 27 - Gunungan
PART 28 - Perkenalan
PART 29 - Penghuni Rumah
PART 30 - Monyet
PART 31 - Nenek Tua Berambut Putih
PART 32 - Sahabat
PART 33 - Perkampungan
Perkenalkan, nama saya Indri.
Selama ini di Kaskus saya lebih sering SR (Hehe, maaf ya). Tapi setelah saya banyak membaca cerita-cerita di Kaskus, saya jadi ingin sedikit membagikan cerita mengenai mimpi-mimpi bersambung serta sedikit pengalaman aneh saya selama ini, sekalian mau meminta masukan dari para sesepuh yang ahlinya.
Cerita-cerita mengenai mimpi saya, 100% asli saya alami. Dimohon untuk berkomentar positif, Apabila tidak percaya ataupun tidak suka, cukup menjadi SR saja. Dilarang memancing keributan ya.. Saya juga meminta maaf apabila cerita saya kurang bagus dan kurang menarik karena saya masih newbie..

Oya, sebagai gambaran, saya wanita campuran Australia dan Sunda.Usia saya saat ini menginjak 27 tahun, anak saya 2 laki-laki (hampir 3). Sudah 17tahun saya tinggal dikota Solo, disini pula saya bertemu dengan suami saya karena memang dia asli kota tercinta ini. Namun semua mimpi saya dimulai saat saya kelas 5SD, tak lama setelah kepindahan kami ke Kota Solo..
Saat kami sampai di Solo, selama 5 bulan kami sekeluarga menginap di Hotel. Ya, dihotel!
Anggota keluarga kecil kami hanya terdiri dari Ibu dan Ayah saya, beserta seorang adik laki-laki saya yang usianya terpaut 3 tahun dibawah saya. Sampai akhirnya kami menemukan sebuah rumah model kuno yang sangat disukai ayah saya. Disitulah kami akhirnya mengontrak selama 16tahun! Lokasi rumah tersebut berada di salah 1 perkampungan batik terkenal di Kota Solo, dan memang rumah tua tersebut dulunya adalah rumah dari salah seorang juragan batik. Saat ini beliau jelas sudah meninggal dan sudah ada 3 generasi dibawahnya.
Awal kepindahan kami, tetangga kami sanggatlah heran mengapa kami mau tinggal dirumah tersebut, memang rumah tersebut sudah beberapa tahun kosong dan suasananya (kalau orang jawa bilang singup), seperti lembab dan aura mistisnya sangat terasa. Penyewa sebelumnya menyewa untuk 3 tahun, tapi baru 1 tahun saja, mereka sudah memilih pindah ketempat lain, setelah saya mengetahui rumah tersebut, barulah saya tahu mengapa mereka memilih pindah. Banyak perkenalan yang dilakukan oleh para penghuni rumah tersebut, dari jalan yang diseret menuju kekamar mandi, mbak kunti yang sekilas menampakan diri, hingga suara langkah kaki yang mengejar saya hingga membuat saya lari terbirit-birit. Namun, tentu saja ayah saya tidak percaya, jadi ibu sayalah yang menjadi tempat curhat saya.Jadi, dirumah itu hanya saya dan ibulah yang mengalami pengalaman-pengalaman mistis, tapi tidak dengan ayah dan adik saya.
Rumah tersebut terbagi menjadi 2 bagian, bagian rumah adat jawa, dan bagian rumah seperti bangunan Belanda. Rumah tersebut cukup luas, memiliki halaman depan dan halaman belakang. Dan mimpi pertamapun dimulai...

Saya kelas 5 SD saat itu, ada tugas menggambar yang harus saya selesaikan. Sayapun membawa buku gambar dan pensil warna ke teras depan. Sedang asik-asiknya memulai menggambar, tiba-tiba ada angin berhembus sangat kencang disertai hujan yang sangat cepat hingga membuat dedaunan rontok dari pohonnya. Karena terkejut, sayapun menatap kehalaman ‘Ada apa ini?? Masih siang, cuaca cerah tau2 hujan angin?’ Saya lebih terkejut lagi saat melihat tiba-tiba sudah berdiri sesosok wanita cantik, ya sangat cantiiikkk sekali (namun sayang, setiap saya terbangun saya tidak pernah dapat mengingat wajahnya dengan jelas. Namun, kecantikannya begitu membekas). Wanita tersebut bertubuh langsing, berpakaian adat putri kerajaan Jawa berwarna hijau, rambutnyapun berhiaskan mahkota dan bunga melati. Saya takjub, sangat takjub melihat kecantikannya, saya hanya terdiam, dan beliau hanya tersenyum. Lalu tiba-tiba dia berkata
“Lukislah saya, disitu”
Tiba-tiba sudah ada baskom berwarna hijau didepanku berisi air dan rata dengan melati yang masih kuncup. Sempat terlintas dipikiran saya, bagaimana saya dapat melukis dimedia seperti itu? Namun saya tidak dapat menolak perintahnya. Saya hanya dapat berkata “Baik” sembari menatapnya. Lalu ketika saya melihat isi baskom itu lagi, sudah ada lukisan yang seperti pantulan wajah beliau diatas kuncup-kuncup melati tersebut. Sayapun kaget dan ketika saya melihat kembali kearah beliau, beliau sudah tidak ada, yang ada hanyanya angin kencang dan hujan yang sesaat. Lalu sayapun terbangun dengan berbagai pertanyaan dibenak saya…
Mohon :
ya gan pake komennyaaa
atau
juga boleh kalau berkenan
PART 1
PART 2 - TETUA
PART 3 - ULAR
PART 4 - DUNIA NYATA
PART 5- PANTAI KRAKAL
PART 6 - MARAH??
PART 7 - KISAH SEORANG TEMAN
PART 8 - NENEK TUA
PART 9 - PAGAR
PART 10 - KEHAMILAN DAN KELAHIRAN
PART 11 - AXELLE
PART 12 - YANG TERLEWATKAN
PART 13 - PERTANDA DIA KEMBALI
PART 14 - MENCARI
PART 15 - CERPEN - CERPEN
PART 16 - BELAJAR??
PART 17 - DIHADANG
PART 18 - PINDAHAN
PART 19 - KERAJAAN ULAR
PART 20 - CERPEN-CERPEN PART 2
PART 21 - AKU MEMANGGILNYA IBU
PART 22 - DUA BUAH BATU
PART 23 - BOCAH KESASAR
PART 24 - POHON TALOK
PART 25 - PEMANDIAN PUTRI
Mohon maaf, PART selanjutnya baca di post yaa.. update pakai HP, makasih..
PART 26 - Kepergian Pak Yadi
PART 27 - Gunungan
PART 28 - Perkenalan
PART 29 - Penghuni Rumah
PART 30 - Monyet
PART 31 - Nenek Tua Berambut Putih
PART 32 - Sahabat
PART 33 - Perkampungan
Diubah oleh adelaide.indri 05-05-2019 11:26
n3m0 dan ardie.soekamtu memberi reputasi
7
137.9K
719
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Supranatural
15.8KThread•14KAnggota
Tampilkan semua post
TS
adelaide.indri
#134
PART 11 – AX
Ini kumpulan cerita-cerita singkat mengenai Ax.. Sebenernya banyak sih, cuman saya hanya dapat mengingat beberapa.. Mungkin karena yang ini cukup ‘membekas’.
#Cerita 1
Menjadi seorang ibu baru, tidaklah mudah. Banyak hal yang harus segera di pelajari dalam waktu yang sangat singkat. Ax sebetulnya bukan anak yang rewel, tapi ada suatu kondisi dimana dia harus menjadi rewel karena pengobatannya (belum bisa saya ceritakan, namun bukan penyakit berbahaya kok dan sekarang sudah normal semua). Tapi pengobatan tersebut membuat saya mengalami stress yang berat, saya juga jadi kekurangan tidur, dan itu tentunya dikarenakan konsekuensi atas tekad saya yang tidak mau memiliki baby sitter. Akhirnya saya mengalami gejala baby blues ringan.
Pernah suatu ketika, Ax menangis semalaman dan tidak mau berhenti, semua cara untuk membuatnya berhenti menangis sudah saya lakukan, tapi tidak ada yang berhasil. Karena kelelahan, saya meletakannya di atas kasur dan hanya terdiam memandanginya. Saya capek, saya tidak mau menggendongnya. Tangisnya semakin menjadi-jadi, namun belum juga menggerakan hati saya untuk menggendongnya kembali. Di tambah lagi, Mas Mibu sedang tidak dirumah untuk membantu. Entah kenapa, bayi mungil tersebut saya bentak “Diam Ax! Nangis terus, mama capek!” Namun, tak lama kemudian hal tersebut justru membuat saya sangat menyesal dan kembali menggendongnya, menciumnya, dan meminta maaf.
Keesokan siangnya, mas Yanu mampir ke rumah kami (ya, hampir setiap hari mampir, apalagi saat itu rumah dia sangat berdekatan dengan rumah kami). Ax sedang tidur siang di kamar, dan kami bertiga membicarakan berbagai hal di toko (dulu kami punya toko mainan yang bergabung dengan rumah).
“Ndri..”
“Apa mas?”
“Semalam Ax mampir ke rumah..” kata mas Yanu berbicara dengan hati-hati.
“Hah??” Tanya saya bingung.
“Iya, katanya dia ga suka kalau mama marah-marah. Katanya dia abis kamu marahin kan?? Dia bilang mama itu harus sabar ngehadapin ujian soal Ax, dia gak apa-apa. Memang ini ujian kalian dan dia. Bocah ini lagi ‘prihatin’. Kamu harus lebih sabar…” kata Mas Yanu menasehati.
Saya hanya mengangguk dan terdiam. Rasa bersalah itupun kembali merayapi. Suami jadi menanyakan apa yang terjadi (dan ya saya jadi di marahin.. Hahahaha… Gak apa-apa sih, salah saya juga
). Setelah hal itu, saya bisa jadi lebih bersabar. Harusnya saya lebih mengerti, justru Ax yang paling kesakitan, baru terlahir langsng mendapatkan ujian yang sangat besar bagi seorang bayi yang masih merah (Pengobatannya saat itu dimulai saat dia berusia 4 hari sampai 2 tahun). Ternyata dari situ saya baru tau, kalau Ax beberapa kali suka ‘mampir’ ke tempat Mas Yanu dan Pak Yadi. Soalya Pak Yadi juga pernah bercerita Axelle suka tau-tau mampir dan berlari-lari di dalam rumahnya. Memang anak yang agak usil. Saya kurang paham juga apa semua bayi begitu, tapi sepertinya belum terjadi pada anak ke 2 saya hingga saat ini.
#Cerita 2
Saat Ax berusia 3 bulan, terjadi ujian lain. Dia mengalami muntah-muntah hingga 10 kali dalam sehari. Semua susu yang masuk, akan seketika itu juga dia muntahkan semuanya. Pada hari ketiga, kami membawanya ke rumah sakit dan karena takut dehidrasi maka pihak rumah sakit mengharuskan Ax untuk diopname. Ax menangis menjerit-jerit, awalnya 2 perawat mencoba memasukan jarum infuse, tapi usaha pertama gagal, jarumnya bengkok begitu dimasukan te tangan Axelle. Usaha ke dua berhasil dengan 3 perawat yang menahan Ax.
Dokter rumah sakit melakukan pemeriksaan menyeluruh dan mengatakan bahwa Ax baik-baik saja. Dokter malah menyangka saya yang mengalami masuk angin sehingga menularkannya kepada Ax. Sehari semalam di rumah sakit, yang disuruh minum obat malah saya, dan itupun cuma Decolg*n(obat apotik tiba-tiba terasa mahal sekali ). Karena Ax sama sekali tidak muntah di rumah sakit, akhirnya keesokan harinya dokter memperbolehkan kami pulang. Namun baru 1 jam dirumah, Ax sudah muntah-muntah kembali. Dari pagi hingga sore hari, dia muntah-muntah sebanyak 7 kali.
Akhirnya, ya, Pak Yadi menjadi tujuan dan harapan kami. Sore itu juga kami ke rumah Pak Yadi dan menjelaskan duduk perkaranya.
“Baik mbak, sebentar ya, saya masuk sebentar, saya panggil dulu anaknya,” kata Pak Yadi seraya berjalan masuk. Baru beberapa langkah, dia kembali keluar, “Ahahaha.. Mau saya panggil anaknya sudah nongol duluan. Katanya ‘Mbah, tajin mbah’.. Dia minta tajin mbak”
Saya melongo, “Tajin pak?”
“Iya, tajin. Jadi beras di rebus terus nanti pas masih ada airnya disaring. Airnya itu namanya tajin. Jadi sarinya nasi mba.”kata pak Yadi menjelaskan,”Oya mbak, mas, saya mau titip pesan, mumpung masih ingat. Nanti kalau Ax sudah agak besar, usia-usia diatas 3 tahunan lah, kalau-kalau misalnya dia ga mau mandi, ga mau makan nasi, ga mau sekolah, sampai seminggu, dua minggu gitu, jangan dilarang dan dimarahin ya mbak. Biarkan saja.”
“Loh, kok bisa begitu pak?”tanya suami heran.
“Iya mas, biarkan saja. Itu memang pas ‘jatahnya’ dia dari atas,”jawab Pak Yadi tanpa menjelaskan lebih jauh lagi maksudnya.
Sepulangnya dari pak Yadi kami langsung membuatkan tajin, apa yang beliau sampaikan terbukti, baru 2 kali kami suapi dia tajin, muntahnya langsung berhenti. Dan benar saja, belum lama ini Ax tidak mau makan nasi selama 1 minggu dan hanya mau makan kentang yang saya rebus. Yang paling baru, dia tidak mau mandi selama 3 hari 3 malam (Ahahaha.. Bapaknya nih yang paling ribut), jadi saya berinisiatif untuk mengelapinya menggunakan tissue basah dan mengganti bajunya sehari 2X walaupun badannya sama sekali tidak bau sih
#Cerita 3
Saat anak ke 2 saya berusia 1,5 bulan, saya, ibu, Ax dan Al(nama panggilan anak ke 2 saya), ceritanya nih kami pulang kampung ke Subang, Jawa Barat. Keluarga subang pingin ketemu sama anak-anak, maklum jarak yang jauh memisahkan kami. Kami disana selama 4 harian. Di sana saya ketemu dengan sahabat paman saya sejak SMA, sebut saja Mang Imad namanya. Beliau memang orangnya memiliki kelebihan.
“Eeee. Ada si teteh sama si mamah ini dari Solo.. Kapan datangnya??”tanyanya seraya bersalaman.
“Wah, Mang Imad, baru saja kemarin mang sampai disini,”jawab saya.
“Wah, mamah makin makmur aja nih,”katanya seraya menggoda ibu saya yang memang berpostur agak gemuk sekarang., yang lalu di amini
ibu saya sembari tertawa-tawa. Setelah berbasa basi dan mengobrol-ngobrol, saya iseng-iseng tanya soal usaha saya yang memang saat itu agak menurun.
“Memang ini perekonomian dimana-mana lagi agak turun teh.. Ga ada yang ngerjain usaha teteh kok, aman.. Memang bagiannya lagi seperti ini..”jawabnya.
“Oh.. Ya sudah atuh mang, Alhamdulillah kalau memang baik-baik saja.. Syukur..”jawab saya agak tenang.
“Tapi sebenarnya teteh kalau lagi susah,ga perlu nanya siapa-siapa sih teh,”pacingnya.
“Maksudnya Mang?”tanya saya tidak mengerti yang dia maksud.
“Itu, selain teteh tingkatin ibadah teteh lagi, teteh tinggal nyayang2 si Aa aja, terus bilang sama dia supaya doain mamanya, minta dia bantu berdoa meminta kepada Allah untuk kelancaran teteh. Ini anak bukan anak biasa teh, bawaan leluhur,”katanya seraya melihat dan mengelus-ngelus punggung Ax yang memang saat itu duduk di sebelahnya.
“Oh… Begitu mang..”jawab saya sambil mengangguk. Tetapi tetap saja, ketika saya ingin bertanya lebih jauh, Mang Imad menjawab seperti ketika Pak Yadi saya tanyai lebih jauh, “Nanti juga ada waktunya teh, teteh akan tau sendiri. Saya belum bisa menjawab.”
Inilah beberapa sekilas cerita soal Ax. Sekarang misterinya tidak hanya mengenai saya saja, namun juga mengenai Ax. Tapi apakah cerita hanya sampai disini saja??
Mohon maaf saya edit sedikit, ada 1 cerita yg ketinggalan ditulias tadi.. Maaf kurang rapi ya...
#Cerita 4
Saat kelahiran Ax, kami merasa agak bingung perihal siapa yang akan membantu untuk mencuci dan mengubur ari-arinya. Biasanya, Bibi ibu mertua saya, sebut saja Bulik, begitulah kami semua memanggilnya, yang biasa melakukan hal-hal seperti ini. Beliau paham betul mengenai adat istiadat. Namun yang menjadi permasalahan adalah, sudah 1 tahun belakangan beliau agak kurang sehat dan kesusahan berjalan. Namun karena belum ada kandidat lain, akhirnya kami tetap menghubungi beliau. Gayungpun bersambut, beliau bersedia, beliau mengatakan anaknya dapat memapahnya berjalan.
Selama prosesi penguburan ari2, hanya suami dan mertua yang menemani, saya masih dirumah sakit bersama ibu saya. Siang harinya Bulik datang dengan mertua saya untuk menjenguk.
"Ari-arinya anakmu bagus loh, utuh! 30 tahun nyuci ari2 bayi, belum pernah ngalami yang bener-bener utuh kayak tadi,"katanya bercerita.
" Apa iya Bulik? Saya malah ga tau, ga liat tadi, ari-ari kayak apa aja saya ga tau Bulik,"jawab saya.
"Iya, apalagi tadi pas berangkat mau nyuci, aku jalan masih dipapah Mba Sari (anaknya), eh lah kok abis nyuci ari2ne anakmu, aku bisa jalan waras(Sehat) lagi? Masya Allah, bingung mbek bersyukur aku," katanya sembari berdiri dan berjalan kesana-kemari."Tuh, lihat kan?"
"Ah, yang bener Bulik??" tanya saya setengah ga percaya.
"Eh, dikandani.. Akukan uwis setaunan gak bisa jalan sendiri.. kemana2 kudu dipapah nek gak, harus pake bantuan tongkat, Itu aja ga bisa jauh-jauh," dia berusaha meyakinkan saya. Masih dengan keheranannya sendiri.
Ini kumpulan cerita-cerita singkat mengenai Ax.. Sebenernya banyak sih, cuman saya hanya dapat mengingat beberapa.. Mungkin karena yang ini cukup ‘membekas’.
#Cerita 1
Menjadi seorang ibu baru, tidaklah mudah. Banyak hal yang harus segera di pelajari dalam waktu yang sangat singkat. Ax sebetulnya bukan anak yang rewel, tapi ada suatu kondisi dimana dia harus menjadi rewel karena pengobatannya (belum bisa saya ceritakan, namun bukan penyakit berbahaya kok dan sekarang sudah normal semua). Tapi pengobatan tersebut membuat saya mengalami stress yang berat, saya juga jadi kekurangan tidur, dan itu tentunya dikarenakan konsekuensi atas tekad saya yang tidak mau memiliki baby sitter. Akhirnya saya mengalami gejala baby blues ringan.
Pernah suatu ketika, Ax menangis semalaman dan tidak mau berhenti, semua cara untuk membuatnya berhenti menangis sudah saya lakukan, tapi tidak ada yang berhasil. Karena kelelahan, saya meletakannya di atas kasur dan hanya terdiam memandanginya. Saya capek, saya tidak mau menggendongnya. Tangisnya semakin menjadi-jadi, namun belum juga menggerakan hati saya untuk menggendongnya kembali. Di tambah lagi, Mas Mibu sedang tidak dirumah untuk membantu. Entah kenapa, bayi mungil tersebut saya bentak “Diam Ax! Nangis terus, mama capek!” Namun, tak lama kemudian hal tersebut justru membuat saya sangat menyesal dan kembali menggendongnya, menciumnya, dan meminta maaf.
Keesokan siangnya, mas Yanu mampir ke rumah kami (ya, hampir setiap hari mampir, apalagi saat itu rumah dia sangat berdekatan dengan rumah kami). Ax sedang tidur siang di kamar, dan kami bertiga membicarakan berbagai hal di toko (dulu kami punya toko mainan yang bergabung dengan rumah).
“Ndri..”
“Apa mas?”
“Semalam Ax mampir ke rumah..” kata mas Yanu berbicara dengan hati-hati.
“Hah??” Tanya saya bingung.
“Iya, katanya dia ga suka kalau mama marah-marah. Katanya dia abis kamu marahin kan?? Dia bilang mama itu harus sabar ngehadapin ujian soal Ax, dia gak apa-apa. Memang ini ujian kalian dan dia. Bocah ini lagi ‘prihatin’. Kamu harus lebih sabar…” kata Mas Yanu menasehati.
Saya hanya mengangguk dan terdiam. Rasa bersalah itupun kembali merayapi. Suami jadi menanyakan apa yang terjadi (dan ya saya jadi di marahin.. Hahahaha… Gak apa-apa sih, salah saya juga
). Setelah hal itu, saya bisa jadi lebih bersabar. Harusnya saya lebih mengerti, justru Ax yang paling kesakitan, baru terlahir langsng mendapatkan ujian yang sangat besar bagi seorang bayi yang masih merah (Pengobatannya saat itu dimulai saat dia berusia 4 hari sampai 2 tahun). Ternyata dari situ saya baru tau, kalau Ax beberapa kali suka ‘mampir’ ke tempat Mas Yanu dan Pak Yadi. Soalya Pak Yadi juga pernah bercerita Axelle suka tau-tau mampir dan berlari-lari di dalam rumahnya. Memang anak yang agak usil. Saya kurang paham juga apa semua bayi begitu, tapi sepertinya belum terjadi pada anak ke 2 saya hingga saat ini.#Cerita 2
Saat Ax berusia 3 bulan, terjadi ujian lain. Dia mengalami muntah-muntah hingga 10 kali dalam sehari. Semua susu yang masuk, akan seketika itu juga dia muntahkan semuanya. Pada hari ketiga, kami membawanya ke rumah sakit dan karena takut dehidrasi maka pihak rumah sakit mengharuskan Ax untuk diopname. Ax menangis menjerit-jerit, awalnya 2 perawat mencoba memasukan jarum infuse, tapi usaha pertama gagal, jarumnya bengkok begitu dimasukan te tangan Axelle. Usaha ke dua berhasil dengan 3 perawat yang menahan Ax.
Dokter rumah sakit melakukan pemeriksaan menyeluruh dan mengatakan bahwa Ax baik-baik saja. Dokter malah menyangka saya yang mengalami masuk angin sehingga menularkannya kepada Ax. Sehari semalam di rumah sakit, yang disuruh minum obat malah saya, dan itupun cuma Decolg*n(obat apotik tiba-tiba terasa mahal sekali ). Karena Ax sama sekali tidak muntah di rumah sakit, akhirnya keesokan harinya dokter memperbolehkan kami pulang. Namun baru 1 jam dirumah, Ax sudah muntah-muntah kembali. Dari pagi hingga sore hari, dia muntah-muntah sebanyak 7 kali.
Akhirnya, ya, Pak Yadi menjadi tujuan dan harapan kami. Sore itu juga kami ke rumah Pak Yadi dan menjelaskan duduk perkaranya.
“Baik mbak, sebentar ya, saya masuk sebentar, saya panggil dulu anaknya,” kata Pak Yadi seraya berjalan masuk. Baru beberapa langkah, dia kembali keluar, “Ahahaha.. Mau saya panggil anaknya sudah nongol duluan. Katanya ‘Mbah, tajin mbah’.. Dia minta tajin mbak”
Saya melongo, “Tajin pak?”
“Iya, tajin. Jadi beras di rebus terus nanti pas masih ada airnya disaring. Airnya itu namanya tajin. Jadi sarinya nasi mba.”kata pak Yadi menjelaskan,”Oya mbak, mas, saya mau titip pesan, mumpung masih ingat. Nanti kalau Ax sudah agak besar, usia-usia diatas 3 tahunan lah, kalau-kalau misalnya dia ga mau mandi, ga mau makan nasi, ga mau sekolah, sampai seminggu, dua minggu gitu, jangan dilarang dan dimarahin ya mbak. Biarkan saja.”
“Loh, kok bisa begitu pak?”tanya suami heran.
“Iya mas, biarkan saja. Itu memang pas ‘jatahnya’ dia dari atas,”jawab Pak Yadi tanpa menjelaskan lebih jauh lagi maksudnya.
Sepulangnya dari pak Yadi kami langsung membuatkan tajin, apa yang beliau sampaikan terbukti, baru 2 kali kami suapi dia tajin, muntahnya langsung berhenti. Dan benar saja, belum lama ini Ax tidak mau makan nasi selama 1 minggu dan hanya mau makan kentang yang saya rebus. Yang paling baru, dia tidak mau mandi selama 3 hari 3 malam (Ahahaha.. Bapaknya nih yang paling ribut), jadi saya berinisiatif untuk mengelapinya menggunakan tissue basah dan mengganti bajunya sehari 2X walaupun badannya sama sekali tidak bau sih

#Cerita 3
Saat anak ke 2 saya berusia 1,5 bulan, saya, ibu, Ax dan Al(nama panggilan anak ke 2 saya), ceritanya nih kami pulang kampung ke Subang, Jawa Barat. Keluarga subang pingin ketemu sama anak-anak, maklum jarak yang jauh memisahkan kami. Kami disana selama 4 harian. Di sana saya ketemu dengan sahabat paman saya sejak SMA, sebut saja Mang Imad namanya. Beliau memang orangnya memiliki kelebihan.
“Eeee. Ada si teteh sama si mamah ini dari Solo.. Kapan datangnya??”tanyanya seraya bersalaman.
“Wah, Mang Imad, baru saja kemarin mang sampai disini,”jawab saya.
“Wah, mamah makin makmur aja nih,”katanya seraya menggoda ibu saya yang memang berpostur agak gemuk sekarang., yang lalu di amini
ibu saya sembari tertawa-tawa. Setelah berbasa basi dan mengobrol-ngobrol, saya iseng-iseng tanya soal usaha saya yang memang saat itu agak menurun.
“Memang ini perekonomian dimana-mana lagi agak turun teh.. Ga ada yang ngerjain usaha teteh kok, aman.. Memang bagiannya lagi seperti ini..”jawabnya.
“Oh.. Ya sudah atuh mang, Alhamdulillah kalau memang baik-baik saja.. Syukur..”jawab saya agak tenang.
“Tapi sebenarnya teteh kalau lagi susah,ga perlu nanya siapa-siapa sih teh,”pacingnya.
“Maksudnya Mang?”tanya saya tidak mengerti yang dia maksud.
“Itu, selain teteh tingkatin ibadah teteh lagi, teteh tinggal nyayang2 si Aa aja, terus bilang sama dia supaya doain mamanya, minta dia bantu berdoa meminta kepada Allah untuk kelancaran teteh. Ini anak bukan anak biasa teh, bawaan leluhur,”katanya seraya melihat dan mengelus-ngelus punggung Ax yang memang saat itu duduk di sebelahnya.
“Oh… Begitu mang..”jawab saya sambil mengangguk. Tetapi tetap saja, ketika saya ingin bertanya lebih jauh, Mang Imad menjawab seperti ketika Pak Yadi saya tanyai lebih jauh, “Nanti juga ada waktunya teh, teteh akan tau sendiri. Saya belum bisa menjawab.”
Inilah beberapa sekilas cerita soal Ax. Sekarang misterinya tidak hanya mengenai saya saja, namun juga mengenai Ax. Tapi apakah cerita hanya sampai disini saja??
Mohon maaf saya edit sedikit, ada 1 cerita yg ketinggalan ditulias tadi.. Maaf kurang rapi ya...
#Cerita 4
Saat kelahiran Ax, kami merasa agak bingung perihal siapa yang akan membantu untuk mencuci dan mengubur ari-arinya. Biasanya, Bibi ibu mertua saya, sebut saja Bulik, begitulah kami semua memanggilnya, yang biasa melakukan hal-hal seperti ini. Beliau paham betul mengenai adat istiadat. Namun yang menjadi permasalahan adalah, sudah 1 tahun belakangan beliau agak kurang sehat dan kesusahan berjalan. Namun karena belum ada kandidat lain, akhirnya kami tetap menghubungi beliau. Gayungpun bersambut, beliau bersedia, beliau mengatakan anaknya dapat memapahnya berjalan.
Selama prosesi penguburan ari2, hanya suami dan mertua yang menemani, saya masih dirumah sakit bersama ibu saya. Siang harinya Bulik datang dengan mertua saya untuk menjenguk.
"Ari-arinya anakmu bagus loh, utuh! 30 tahun nyuci ari2 bayi, belum pernah ngalami yang bener-bener utuh kayak tadi,"katanya bercerita.
" Apa iya Bulik? Saya malah ga tau, ga liat tadi, ari-ari kayak apa aja saya ga tau Bulik,"jawab saya.
"Iya, apalagi tadi pas berangkat mau nyuci, aku jalan masih dipapah Mba Sari (anaknya), eh lah kok abis nyuci ari2ne anakmu, aku bisa jalan waras(Sehat) lagi? Masya Allah, bingung mbek bersyukur aku," katanya sembari berdiri dan berjalan kesana-kemari."Tuh, lihat kan?"
"Ah, yang bener Bulik??" tanya saya setengah ga percaya.
"Eh, dikandani.. Akukan uwis setaunan gak bisa jalan sendiri.. kemana2 kudu dipapah nek gak, harus pake bantuan tongkat, Itu aja ga bisa jauh-jauh," dia berusaha meyakinkan saya. Masih dengan keheranannya sendiri.
Diubah oleh adelaide.indri 07-03-2019 11:02
0