- Beranda
- Supranatural
Siapa Mereka dan Siapa Aku?? (KISAH NYATA)
...
TS
adelaide.indri
Siapa Mereka dan Siapa Aku?? (KISAH NYATA)
Perkenalan
Perkenalkan, nama saya Indri.
Selama ini di Kaskus saya lebih sering SR (Hehe, maaf ya). Tapi setelah saya banyak membaca cerita-cerita di Kaskus, saya jadi ingin sedikit membagikan cerita mengenai mimpi-mimpi bersambung serta sedikit pengalaman aneh saya selama ini, sekalian mau meminta masukan dari para sesepuh yang ahlinya.
Cerita-cerita mengenai mimpi saya, 100% asli saya alami. Dimohon untuk berkomentar positif, Apabila tidak percaya ataupun tidak suka, cukup menjadi SR saja. Dilarang memancing keributan ya.. Saya juga meminta maaf apabila cerita saya kurang bagus dan kurang menarik karena saya masih newbie..
Oya, sebagai gambaran, saya wanita campuran Australia dan Sunda.Usia saya saat ini menginjak 27 tahun, anak saya 2 laki-laki (hampir 3). Sudah 17tahun saya tinggal dikota Solo, disini pula saya bertemu dengan suami saya karena memang dia asli kota tercinta ini. Namun semua mimpi saya dimulai saat saya kelas 5SD, tak lama setelah kepindahan kami ke Kota Solo..
Saat kami sampai di Solo, selama 5 bulan kami sekeluarga menginap di Hotel. Ya, dihotel!
Anggota keluarga kecil kami hanya terdiri dari Ibu dan Ayah saya, beserta seorang adik laki-laki saya yang usianya terpaut 3 tahun dibawah saya. Sampai akhirnya kami menemukan sebuah rumah model kuno yang sangat disukai ayah saya. Disitulah kami akhirnya mengontrak selama 16tahun! Lokasi rumah tersebut berada di salah 1 perkampungan batik terkenal di Kota Solo, dan memang rumah tua tersebut dulunya adalah rumah dari salah seorang juragan batik. Saat ini beliau jelas sudah meninggal dan sudah ada 3 generasi dibawahnya.
Awal kepindahan kami, tetangga kami sanggatlah heran mengapa kami mau tinggal dirumah tersebut, memang rumah tersebut sudah beberapa tahun kosong dan suasananya (kalau orang jawa bilang singup), seperti lembab dan aura mistisnya sangat terasa. Penyewa sebelumnya menyewa untuk 3 tahun, tapi baru 1 tahun saja, mereka sudah memilih pindah ketempat lain, setelah saya mengetahui rumah tersebut, barulah saya tahu mengapa mereka memilih pindah. Banyak perkenalan yang dilakukan oleh para penghuni rumah tersebut, dari jalan yang diseret menuju kekamar mandi, mbak kunti yang sekilas menampakan diri, hingga suara langkah kaki yang mengejar saya hingga membuat saya lari terbirit-birit. Namun, tentu saja ayah saya tidak percaya, jadi ibu sayalah yang menjadi tempat curhat saya.Jadi, dirumah itu hanya saya dan ibulah yang mengalami pengalaman-pengalaman mistis, tapi tidak dengan ayah dan adik saya.
Rumah tersebut terbagi menjadi 2 bagian, bagian rumah adat jawa, dan bagian rumah seperti bangunan Belanda. Rumah tersebut cukup luas, memiliki halaman depan dan halaman belakang. Dan mimpi pertamapun dimulai...
Saya kelas 5 SD saat itu, ada tugas menggambar yang harus saya selesaikan. Sayapun membawa buku gambar dan pensil warna ke teras depan. Sedang asik-asiknya memulai menggambar, tiba-tiba ada angin berhembus sangat kencang disertai hujan yang sangat cepat hingga membuat dedaunan rontok dari pohonnya. Karena terkejut, sayapun menatap kehalaman ‘Ada apa ini?? Masih siang, cuaca cerah tau2 hujan angin?’ Saya lebih terkejut lagi saat melihat tiba-tiba sudah berdiri sesosok wanita cantik, ya sangat cantiiikkk sekali (namun sayang, setiap saya terbangun saya tidak pernah dapat mengingat wajahnya dengan jelas. Namun, kecantikannya begitu membekas). Wanita tersebut bertubuh langsing, berpakaian adat putri kerajaan Jawa berwarna hijau, rambutnyapun berhiaskan mahkota dan bunga melati. Saya takjub, sangat takjub melihat kecantikannya, saya hanya terdiam, dan beliau hanya tersenyum. Lalu tiba-tiba dia berkata
“Lukislah saya, disitu”
Tiba-tiba sudah ada baskom berwarna hijau didepanku berisi air dan rata dengan melati yang masih kuncup. Sempat terlintas dipikiran saya, bagaimana saya dapat melukis dimedia seperti itu? Namun saya tidak dapat menolak perintahnya. Saya hanya dapat berkata “Baik” sembari menatapnya. Lalu ketika saya melihat isi baskom itu lagi, sudah ada lukisan yang seperti pantulan wajah beliau diatas kuncup-kuncup melati tersebut. Sayapun kaget dan ketika saya melihat kembali kearah beliau, beliau sudah tidak ada, yang ada hanyanya angin kencang dan hujan yang sesaat. Lalu sayapun terbangun dengan berbagai pertanyaan dibenak saya…
Mohon :
ya gan pake komennyaaa
atau
juga boleh kalau berkenan
PART 1
PART 2 - TETUA
PART 3 - ULAR
PART 4 - DUNIA NYATA
PART 5- PANTAI KRAKAL
PART 6 - MARAH??
PART 7 - KISAH SEORANG TEMAN
PART 8 - NENEK TUA
PART 9 - PAGAR
PART 10 - KEHAMILAN DAN KELAHIRAN
PART 11 - AXELLE
PART 12 - YANG TERLEWATKAN
PART 13 - PERTANDA DIA KEMBALI
PART 14 - MENCARI
PART 15 - CERPEN - CERPEN
PART 16 - BELAJAR??
PART 17 - DIHADANG
PART 18 - PINDAHAN
PART 19 - KERAJAAN ULAR
PART 20 - CERPEN-CERPEN PART 2
PART 21 - AKU MEMANGGILNYA IBU
PART 22 - DUA BUAH BATU
PART 23 - BOCAH KESASAR
PART 24 - POHON TALOK
PART 25 - PEMANDIAN PUTRI
Mohon maaf, PART selanjutnya baca di post yaa.. update pakai HP, makasih..
PART 26 - Kepergian Pak Yadi
PART 27 - Gunungan
PART 28 - Perkenalan
PART 29 - Penghuni Rumah
PART 30 - Monyet
PART 31 - Nenek Tua Berambut Putih
PART 32 - Sahabat
PART 33 - Perkampungan
Perkenalkan, nama saya Indri.
Selama ini di Kaskus saya lebih sering SR (Hehe, maaf ya). Tapi setelah saya banyak membaca cerita-cerita di Kaskus, saya jadi ingin sedikit membagikan cerita mengenai mimpi-mimpi bersambung serta sedikit pengalaman aneh saya selama ini, sekalian mau meminta masukan dari para sesepuh yang ahlinya.
Cerita-cerita mengenai mimpi saya, 100% asli saya alami. Dimohon untuk berkomentar positif, Apabila tidak percaya ataupun tidak suka, cukup menjadi SR saja. Dilarang memancing keributan ya.. Saya juga meminta maaf apabila cerita saya kurang bagus dan kurang menarik karena saya masih newbie..

Oya, sebagai gambaran, saya wanita campuran Australia dan Sunda.Usia saya saat ini menginjak 27 tahun, anak saya 2 laki-laki (hampir 3). Sudah 17tahun saya tinggal dikota Solo, disini pula saya bertemu dengan suami saya karena memang dia asli kota tercinta ini. Namun semua mimpi saya dimulai saat saya kelas 5SD, tak lama setelah kepindahan kami ke Kota Solo..
Saat kami sampai di Solo, selama 5 bulan kami sekeluarga menginap di Hotel. Ya, dihotel!
Anggota keluarga kecil kami hanya terdiri dari Ibu dan Ayah saya, beserta seorang adik laki-laki saya yang usianya terpaut 3 tahun dibawah saya. Sampai akhirnya kami menemukan sebuah rumah model kuno yang sangat disukai ayah saya. Disitulah kami akhirnya mengontrak selama 16tahun! Lokasi rumah tersebut berada di salah 1 perkampungan batik terkenal di Kota Solo, dan memang rumah tua tersebut dulunya adalah rumah dari salah seorang juragan batik. Saat ini beliau jelas sudah meninggal dan sudah ada 3 generasi dibawahnya.
Awal kepindahan kami, tetangga kami sanggatlah heran mengapa kami mau tinggal dirumah tersebut, memang rumah tersebut sudah beberapa tahun kosong dan suasananya (kalau orang jawa bilang singup), seperti lembab dan aura mistisnya sangat terasa. Penyewa sebelumnya menyewa untuk 3 tahun, tapi baru 1 tahun saja, mereka sudah memilih pindah ketempat lain, setelah saya mengetahui rumah tersebut, barulah saya tahu mengapa mereka memilih pindah. Banyak perkenalan yang dilakukan oleh para penghuni rumah tersebut, dari jalan yang diseret menuju kekamar mandi, mbak kunti yang sekilas menampakan diri, hingga suara langkah kaki yang mengejar saya hingga membuat saya lari terbirit-birit. Namun, tentu saja ayah saya tidak percaya, jadi ibu sayalah yang menjadi tempat curhat saya.Jadi, dirumah itu hanya saya dan ibulah yang mengalami pengalaman-pengalaman mistis, tapi tidak dengan ayah dan adik saya.
Rumah tersebut terbagi menjadi 2 bagian, bagian rumah adat jawa, dan bagian rumah seperti bangunan Belanda. Rumah tersebut cukup luas, memiliki halaman depan dan halaman belakang. Dan mimpi pertamapun dimulai...

Saya kelas 5 SD saat itu, ada tugas menggambar yang harus saya selesaikan. Sayapun membawa buku gambar dan pensil warna ke teras depan. Sedang asik-asiknya memulai menggambar, tiba-tiba ada angin berhembus sangat kencang disertai hujan yang sangat cepat hingga membuat dedaunan rontok dari pohonnya. Karena terkejut, sayapun menatap kehalaman ‘Ada apa ini?? Masih siang, cuaca cerah tau2 hujan angin?’ Saya lebih terkejut lagi saat melihat tiba-tiba sudah berdiri sesosok wanita cantik, ya sangat cantiiikkk sekali (namun sayang, setiap saya terbangun saya tidak pernah dapat mengingat wajahnya dengan jelas. Namun, kecantikannya begitu membekas). Wanita tersebut bertubuh langsing, berpakaian adat putri kerajaan Jawa berwarna hijau, rambutnyapun berhiaskan mahkota dan bunga melati. Saya takjub, sangat takjub melihat kecantikannya, saya hanya terdiam, dan beliau hanya tersenyum. Lalu tiba-tiba dia berkata
“Lukislah saya, disitu”
Tiba-tiba sudah ada baskom berwarna hijau didepanku berisi air dan rata dengan melati yang masih kuncup. Sempat terlintas dipikiran saya, bagaimana saya dapat melukis dimedia seperti itu? Namun saya tidak dapat menolak perintahnya. Saya hanya dapat berkata “Baik” sembari menatapnya. Lalu ketika saya melihat isi baskom itu lagi, sudah ada lukisan yang seperti pantulan wajah beliau diatas kuncup-kuncup melati tersebut. Sayapun kaget dan ketika saya melihat kembali kearah beliau, beliau sudah tidak ada, yang ada hanyanya angin kencang dan hujan yang sesaat. Lalu sayapun terbangun dengan berbagai pertanyaan dibenak saya…
Mohon :
ya gan pake komennyaaa
atau
juga boleh kalau berkenan
PART 1
PART 2 - TETUA
PART 3 - ULAR
PART 4 - DUNIA NYATA
PART 5- PANTAI KRAKAL
PART 6 - MARAH??
PART 7 - KISAH SEORANG TEMAN
PART 8 - NENEK TUA
PART 9 - PAGAR
PART 10 - KEHAMILAN DAN KELAHIRAN
PART 11 - AXELLE
PART 12 - YANG TERLEWATKAN
PART 13 - PERTANDA DIA KEMBALI
PART 14 - MENCARI
PART 15 - CERPEN - CERPEN
PART 16 - BELAJAR??
PART 17 - DIHADANG
PART 18 - PINDAHAN
PART 19 - KERAJAAN ULAR
PART 20 - CERPEN-CERPEN PART 2
PART 21 - AKU MEMANGGILNYA IBU
PART 22 - DUA BUAH BATU
PART 23 - BOCAH KESASAR
PART 24 - POHON TALOK
PART 25 - PEMANDIAN PUTRI
Mohon maaf, PART selanjutnya baca di post yaa.. update pakai HP, makasih..
PART 26 - Kepergian Pak Yadi
PART 27 - Gunungan
PART 28 - Perkenalan
PART 29 - Penghuni Rumah
PART 30 - Monyet
PART 31 - Nenek Tua Berambut Putih
PART 32 - Sahabat
PART 33 - Perkampungan
Diubah oleh adelaide.indri 05-05-2019 11:26
n3m0 dan ardie.soekamtu memberi reputasi
7
137.9K
719
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Supranatural
15.8KThread•1Anggota
Tampilkan semua post
TS
adelaide.indri
#48
PART 5 – PANTAI KRAKAL
Saat saya kelas 1 / 2 SMA, saya agak lupa tepatnya, kami sekeluarga, beserta keluarga teman ayah saya pergi berlibur ke Pantai Krakal, yang merupakan salah 1 pantai selatan. Waktu sudah siang saat kami sampai di pantai, panas matahari terasa sangat menyengat. Kondisi pantai saat itu masih sepi, karena selain belum banyaknya orang yang datang ke pantai tersebut, juga karena hari itu bukanlah hari libur panjang. Hanya terlihat beberapa warga lokal yang lewat. Karena belum ada hotel didaerah pantai, kamipun tinggal disalah 1 rumah warga yang memang menjadi langganan menginap keluarga teman ayah saya apabila sedang berlibur ke Pantai Krakal. Pemilik rumahnya sebut saja Mbah Mardi, beserta istrinya. Usia mereka sudah diatas 60th, dan anak-anak mereka sudah menikah semua dan tinggal di rumah yang berbeda. Sehingga tinggalah mbah Mardi hanya berdua dengan istrinya dengan 2 kamar kosong yang akhirnya mereka sewakan. Selain itu pula mereka memiliki warung makan kecil-kecilan. Rumah mbah Mardi adalah rumah yang paling ujung, belakangnya terdapat tebing, dan dipucuk tebing terdapat sebuah gazebo yang langsung menghadap ke laut lepas. Rumah mbah Mardi lebih tinggi dari pantai, ada tembok beberapa meter yang dibangun, mungkin untuk menahan tanah agar tidak longsor ke pantai.
Sesampainya disana, kami langsung membereskan barang2 dikamar, dan setelah itu keluar untuk mengobrol diwarung sembari menunggu makan siang kami disiapkan istri mbah Mardi. Setelah selesai makan, keluarga saya dan keluarga teman ayah saya memutuskan untuk berjalan-jalan dan bermain di pantai. Saya yang malas keluar karena cuaca masih terikpun memutuskan untuk tinggal saja diwarung. Tiba-tiba istri mbah Mardi muncul dari ruang tamu :
“Mbak kok sendiri?Mari masuk mengobrol diruang tamu..” tawarnya.
“Oh, nggih bu (iya bu)” jawab saya sembari menghampiri.
Mbah Mardi sudah duduk diruang tamu, beliau tersenyum dan mempersilahkan duduk. Saya dan istrinya ngobrol kesana kemari mengenai berbagai hal, seperti saya kelas berapa, keadaan pantai tersebut, dll. Namun Mbah Mardi lebih banyak tersenyum dan diam sembari memperhatikan. Tiba-tiba istri mbah Mardi menepuk pelan paha Mbah Mardi seraya berkata “Pak, mbak e ayu ya, mirip Nyai…”. Mbah Mardi tetap tersenyum sembari mengangguk-angguk. Lalu mbah Mardipun tiba-tiba mengajak saya menuju kesebuah bilik dibelakang rumahnya bersama istrinya. Biliknya sangat sederhana, dan ketika dibuka hanya terdapat sebuah meja, kursi, serta tempat lilin dan lilin yang besar. Lilin tersebut tinggi sekali, dan seperti tumpukan lelehan-lelehan lilin yang menumpuk selama bertahun-tahun.
“Disini mbak, tempat saya kalau bertemu dengan Kanjeng Ratu” katanya sembari menjelaskan, “Jarang saya ajak orang buat lihat kemari”. Dan sayapun baru tau bahwa Mbah Mardi adalah seorang juru kunci di pantai tersebut. Saya sebenarnya saat itu agak bingung dengan maksud dari Mbah Mardi, namun saya hanya dapat mengangguk-angguk sambil melihat sekeliling. Setelah itu kamipun kembali ke ruang tamu dan mengobrol biasa lagi. Tak lama kemudian saya memutuskan untuk bermain di pantai.
Sebenarnya ada 1 hal yang agak saya takutkan kalau bermain dipantai selatan. Airnya. Setiap kali saya bermain air, airnya selalu terasa langsung membesar dan seperti menarik-narik saya. Pernah saya mencoba menepis ketakutan saya. Saya berdiri didalam air setinggi paha saya, saya hanya berdiam diri, tidak bergerak sama sekali. Dalam waktu 1-2 menit saja, air laut sedah setinggi dada, menghantam dan menarik saya dengan keras. Saya cukup kesulitan untuk menepi saat akhirnya memutuskan untuk tidak bermain air lagi.
Beberapa bulan setelah kunjungan kami ke Pantai Krakal, teman ayah sayapun mengajak kami untuk kembali menginap disana. 3 malam sebelum keberangkatan kami kesana, saya kembali ‘berjalan-jalan’. Tiba-tiba saya sudah kembali berdiri di depan rumah Mbah Mardi, suasananya sudah mulai gelap. Saya melihat kearah gazebo di puncak tebing, ada seorang wanita cantik berdiri disana menatapku, tapi, bukan, itu bukan dia. Saya lalu memanglingkan wajah saya kearah bukit batu yang terletak di pantai, ada sesosok wanita juga disana, tapi bukan, itu juga bukan dia. Lalu sayapun melihat kearah lepas pantai, ‘Ah, itu dia..’ pikirku saat itu. Ya, wanita cantik berbaju hijau dan bermahkotakan melati tersebut telihat sedang berjalah diatas air. Beliau tersenyum dan terus berjalan kearahku. Ketika tiba didepanku, dia berkata :
“Jangan, kamu jangan kesini dulu. Laut sedang marah. Lihatlah”
Tiba-tiba pantai yang begitu tenang dan damai, berubah menjadi bergejolak. Gemuruh airnya sangat menakutkan. Benar-benar seperti laut yang sedang marah dan mengamuk. Saya menoleh kepadanya, namun dia dan 2 wanita tadi, sudah menghilang, saya cukup ketakutan saat melihat kearah air yang seperti berusaha naik. Namun akhirnya sayapun bisa kembali ke dunia nyata.
Keesokan harinya sayapun langsung berbincang-bincang dengan ibu saya, meminta agar rencana untuk ke pantai besok dibatalkan. Saya bercerita mengenai mimpi saya.
“Aduh, gimana caranya bisa kita cancel Indri? Papa uda janji sama temannya. Mana besok berangkatnya, gak mungkin Papamu mau cancel cuman gara-gara mimpimu. Kamu tau sendiri Papa kayak apa kan?”
“Aduh, gimana ya Ma? Usahain dong? Indri takut..” jawab saya.
“Berdoa aja, semoga bisa” jawab ibu saya singkat. Dan ya, setelah itu sayapun banyak berdoa, semoga acara besok batal kalau memang mimpi saya bisa menjadi nyata. Allah pun menjawab doa saya! Ketika makan siang, Ayah saya mengatakan bahwa temannya mendadak men-cancel acara ke pantai karena ada urusan genting yang mendadak. Saya akhirnya bisa bernafas lega walaupun saya belum tau pasti benarkah mimpi saya tersebut. Keesokan harinya, ketika melihat berita bersama ibu saya di TV, saya seperti melihat kembali mimpi saya. Ya, air pantai Krakal mengamuk, persis seperti yang ada di mimpi saya. Ibu saya langsung berkata “Loh kok?” sambil terheran-heran melihat saya. Sayapun hanya bisa mengucap syukur kepada Tuhan didalam hati karena kami tidak jadi kesana.
Silahkan berkomentar tapi yang positif ya atau kasih cendol juga boleh gan..
Saat saya kelas 1 / 2 SMA, saya agak lupa tepatnya, kami sekeluarga, beserta keluarga teman ayah saya pergi berlibur ke Pantai Krakal, yang merupakan salah 1 pantai selatan. Waktu sudah siang saat kami sampai di pantai, panas matahari terasa sangat menyengat. Kondisi pantai saat itu masih sepi, karena selain belum banyaknya orang yang datang ke pantai tersebut, juga karena hari itu bukanlah hari libur panjang. Hanya terlihat beberapa warga lokal yang lewat. Karena belum ada hotel didaerah pantai, kamipun tinggal disalah 1 rumah warga yang memang menjadi langganan menginap keluarga teman ayah saya apabila sedang berlibur ke Pantai Krakal. Pemilik rumahnya sebut saja Mbah Mardi, beserta istrinya. Usia mereka sudah diatas 60th, dan anak-anak mereka sudah menikah semua dan tinggal di rumah yang berbeda. Sehingga tinggalah mbah Mardi hanya berdua dengan istrinya dengan 2 kamar kosong yang akhirnya mereka sewakan. Selain itu pula mereka memiliki warung makan kecil-kecilan. Rumah mbah Mardi adalah rumah yang paling ujung, belakangnya terdapat tebing, dan dipucuk tebing terdapat sebuah gazebo yang langsung menghadap ke laut lepas. Rumah mbah Mardi lebih tinggi dari pantai, ada tembok beberapa meter yang dibangun, mungkin untuk menahan tanah agar tidak longsor ke pantai.
Sesampainya disana, kami langsung membereskan barang2 dikamar, dan setelah itu keluar untuk mengobrol diwarung sembari menunggu makan siang kami disiapkan istri mbah Mardi. Setelah selesai makan, keluarga saya dan keluarga teman ayah saya memutuskan untuk berjalan-jalan dan bermain di pantai. Saya yang malas keluar karena cuaca masih terikpun memutuskan untuk tinggal saja diwarung. Tiba-tiba istri mbah Mardi muncul dari ruang tamu :
“Mbak kok sendiri?Mari masuk mengobrol diruang tamu..” tawarnya.
“Oh, nggih bu (iya bu)” jawab saya sembari menghampiri.
Mbah Mardi sudah duduk diruang tamu, beliau tersenyum dan mempersilahkan duduk. Saya dan istrinya ngobrol kesana kemari mengenai berbagai hal, seperti saya kelas berapa, keadaan pantai tersebut, dll. Namun Mbah Mardi lebih banyak tersenyum dan diam sembari memperhatikan. Tiba-tiba istri mbah Mardi menepuk pelan paha Mbah Mardi seraya berkata “Pak, mbak e ayu ya, mirip Nyai…”. Mbah Mardi tetap tersenyum sembari mengangguk-angguk. Lalu mbah Mardipun tiba-tiba mengajak saya menuju kesebuah bilik dibelakang rumahnya bersama istrinya. Biliknya sangat sederhana, dan ketika dibuka hanya terdapat sebuah meja, kursi, serta tempat lilin dan lilin yang besar. Lilin tersebut tinggi sekali, dan seperti tumpukan lelehan-lelehan lilin yang menumpuk selama bertahun-tahun.
“Disini mbak, tempat saya kalau bertemu dengan Kanjeng Ratu” katanya sembari menjelaskan, “Jarang saya ajak orang buat lihat kemari”. Dan sayapun baru tau bahwa Mbah Mardi adalah seorang juru kunci di pantai tersebut. Saya sebenarnya saat itu agak bingung dengan maksud dari Mbah Mardi, namun saya hanya dapat mengangguk-angguk sambil melihat sekeliling. Setelah itu kamipun kembali ke ruang tamu dan mengobrol biasa lagi. Tak lama kemudian saya memutuskan untuk bermain di pantai.
Sebenarnya ada 1 hal yang agak saya takutkan kalau bermain dipantai selatan. Airnya. Setiap kali saya bermain air, airnya selalu terasa langsung membesar dan seperti menarik-narik saya. Pernah saya mencoba menepis ketakutan saya. Saya berdiri didalam air setinggi paha saya, saya hanya berdiam diri, tidak bergerak sama sekali. Dalam waktu 1-2 menit saja, air laut sedah setinggi dada, menghantam dan menarik saya dengan keras. Saya cukup kesulitan untuk menepi saat akhirnya memutuskan untuk tidak bermain air lagi.
Beberapa bulan setelah kunjungan kami ke Pantai Krakal, teman ayah sayapun mengajak kami untuk kembali menginap disana. 3 malam sebelum keberangkatan kami kesana, saya kembali ‘berjalan-jalan’. Tiba-tiba saya sudah kembali berdiri di depan rumah Mbah Mardi, suasananya sudah mulai gelap. Saya melihat kearah gazebo di puncak tebing, ada seorang wanita cantik berdiri disana menatapku, tapi, bukan, itu bukan dia. Saya lalu memanglingkan wajah saya kearah bukit batu yang terletak di pantai, ada sesosok wanita juga disana, tapi bukan, itu juga bukan dia. Lalu sayapun melihat kearah lepas pantai, ‘Ah, itu dia..’ pikirku saat itu. Ya, wanita cantik berbaju hijau dan bermahkotakan melati tersebut telihat sedang berjalah diatas air. Beliau tersenyum dan terus berjalan kearahku. Ketika tiba didepanku, dia berkata :
“Jangan, kamu jangan kesini dulu. Laut sedang marah. Lihatlah”
Tiba-tiba pantai yang begitu tenang dan damai, berubah menjadi bergejolak. Gemuruh airnya sangat menakutkan. Benar-benar seperti laut yang sedang marah dan mengamuk. Saya menoleh kepadanya, namun dia dan 2 wanita tadi, sudah menghilang, saya cukup ketakutan saat melihat kearah air yang seperti berusaha naik. Namun akhirnya sayapun bisa kembali ke dunia nyata.
Keesokan harinya sayapun langsung berbincang-bincang dengan ibu saya, meminta agar rencana untuk ke pantai besok dibatalkan. Saya bercerita mengenai mimpi saya.
“Aduh, gimana caranya bisa kita cancel Indri? Papa uda janji sama temannya. Mana besok berangkatnya, gak mungkin Papamu mau cancel cuman gara-gara mimpimu. Kamu tau sendiri Papa kayak apa kan?”
“Aduh, gimana ya Ma? Usahain dong? Indri takut..” jawab saya.
“Berdoa aja, semoga bisa” jawab ibu saya singkat. Dan ya, setelah itu sayapun banyak berdoa, semoga acara besok batal kalau memang mimpi saya bisa menjadi nyata. Allah pun menjawab doa saya! Ketika makan siang, Ayah saya mengatakan bahwa temannya mendadak men-cancel acara ke pantai karena ada urusan genting yang mendadak. Saya akhirnya bisa bernafas lega walaupun saya belum tau pasti benarkah mimpi saya tersebut. Keesokan harinya, ketika melihat berita bersama ibu saya di TV, saya seperti melihat kembali mimpi saya. Ya, air pantai Krakal mengamuk, persis seperti yang ada di mimpi saya. Ibu saya langsung berkata “Loh kok?” sambil terheran-heran melihat saya. Sayapun hanya bisa mengucap syukur kepada Tuhan didalam hati karena kami tidak jadi kesana.
Silahkan berkomentar tapi yang positif ya atau kasih cendol juga boleh gan..
ardie.soekamtu memberi reputasi
3