- Beranda
- Stories from the Heart
(Horror) Diary [TAMAT]
...
TS
ayanokouji
(Horror) Diary [TAMAT]
![(Horror) Diary [TAMAT]](https://s.kaskus.id/images/2016/08/12/8901141_20160812100754.jpg)
Illustration courtesy of Awayaye
Halo, dan salam kenal buat agan-agan semua.
Perkenalkan saya anggota lama kaskus tapi newbie di forum SFTH.
Nah, berhubung saya lihat banyak yang menceritakan pengalamannya terutama untuk yang berbau-bau mistis. kebetulan saya dekat dengan seseorang yang memang punya kemampuan lebih untuk melihat yang semacam itu.
Cerita ini adalah berdasarkan kisah nyata, yang memang diambil langsung dari Diary dia
Langsung saja dimulai lah ya
Untuk Postingan pertama saya langsung Posting 2 part deh, karena prologue blum masuk ke cerita
Spoiler for Rules:
Atas permintaan yang punya Diary, mohon dibaca RULESnya sebelum membaca Diary ini ya :
1. Diary ini adalah hasil convert dari catatan di kertas menjadi bentuk elektronik. Jadi ini adalah benar-benar berasal dari Diary asli, kalau sampai ada yang baca dan tidak percaya, it's OK, tidak masalah tapi mohon jangan coba2 menantang apapun 'mahluk' yang disebutkan di Diary ini. Apabila terjadi sesuatu kami tidak bisa menolong.
2. Ini memang bukan urusan TS, tapi usahakan kalau sampai merasakan sesuatu yang tidak beres setelah baca isi Diary teman saya, harap dekatkan diri ke Tuhan segera. Karena seberapa besar Tuhan menolong itu tergantung dari iman kita ketika meminta. Dan percayalah, meminta saat belum melihat apapun dan ketika 'mereka' ada di depanmu itu akan menyebabkan bedanya besar Iman bagi yang tidak terbiasa.
Terimakasih sebelumnya, dan ingat baik2, jangan bermain-main dengan sesuatu dari dunia lain
Part I - Prologue (tanggal Diary - 3 September 2010)
Spoiler for Part I:
3 September 2010
Hallo Diary..
Mulai hari ini aku akan sedikit merubah apa yang aku tulis di dalam lembarmu yach..
Sebenarnya aku sih berniat tidak pernah berkeinginan untuk mengungkapkan rahasia ini, karena aku pasti akan dicap sebagai orang aneh..
Hanya kamu yang mau mendengarkan semua cerita aku tanpa mengeluh, mulai dari aku menyukai siapapun sampai sendirian seperti sekarang (hiks..hiks.. yahh aku tau, trims anyway)
Okay, jadi aku akan menceritakan pengalaman hari ini.. yaah ini kesekian kalinya sudah terjadi padaku, dan untuk teman sejatiku yaitu kamu my Diary, aku akan menuliskan ini, rahasiakan ini yaah..
Ceritanya aku akan mulai dari pengalaman tadi pagi..
Oh ya, sebelumnya aku akan kasihtau sedikit rahasia kepada kamu..
Kamu tau.. ehm.. aku ini bisa melihat hantu atau semacamnya.. guru Agamaku berkata ini adalah anugrah, menurutku lebih seperti kutukan.
Kamu tau, Diary? Mungkin tidak banyak orang yang tau, tapi hantu itu berbeda dengan setan atau semacamnya. Kalau misalkan diumpamakan, hantu itu lebih ke arwah orang-orang yang meninggal atau dalam Bahasa Inggris disebut dengan Ghost. Sedangkan setan bukan arwah, atau mungkin saja tadinya mereka arwah, yang pasti setan itu sudah lebih melewati tingkat keseraman dari Hantu. Dan diatas itu, masih ada lagi yang aku namakan jejadian. Nah, apabila setan itu bentuknya tidak dapat dikatakan bentuk apakah itu, kalau jejadian ini setidaknya sebagian besar dari bentuknya adalah bagian dari hewan-hewan.
Dan diary, dari kesialanku mendapatkan kutukan kemampuan ini, syukurlah aku hanya bisa melihat hantu saja. Yaah, kadang memang ada sedikit pengecualian, yang membuatku enggak tau kenapa bisa melihat yang lebih aneh daripada hantu.
But I tell you my Diary, melihat hantu saja sudah cukup menakutkan lho. Jangan dikira penampilan mereka itu normal-normal saja.. yahh, memang ada yang normal dan tersamar tapi hampir disetiap kejadian mereka akan menunjukkan wujud asli mereka kalau mereka tau kita bisa melihat mereka, dan mereka selalu tau kalau aku bisa melihat mereka.
Upps… sudah jam 11 ternyata, tadinya aku mau menceritakan kejadian penglihatan yang kulihat hari ini, tapi sudah terlalu malam nih, besok aku janji pasti akan cerita padamu dehhh, jangan ngambek yahh
See you tomorrow my Diary, Mulai hari ini aku akan melaporkannya padamu kalau aku melihat sesuatu yang aneh itu, hehe.. Nite
Part II - Misteri Toilet Wanita di lantai 7 - catatan tanggal 4 September 2010
Spoiler for Part II:
4 September 2010
Hallo friend,
As my promise stated, aku bakal ceritain hal yang kemarin terjadi sama aku. Jangan takut yaah, karena aku sudah cukup takut untuk mengingat-ingat ini, jadi tolong semangati aku (he..he..)
Oookay, cerita ini bermulai waktu aku bersama cindy sedang ada ditoilet di lantai 7 kampus kemarin siang setelah kuliah pak Zainul.
Ingatkan aku untuk memarahi Cindy nanti karena dia meninggalkan aku sendirian di toilet itu..
Kau dengar? Meninggalkan aku!
Berkat dia aku jadi melihat.. yahh, sesuatu yang jauh dari menyenangkan..
Sewaktu aku keluar dari bilik toilet dan mencari-cari Cindy, aku tidak menemukannya dimana-mana, aku rasa sih dia pergi buru-buru menemui pacarnya.. ya Tuhan, persahabatan kita hanya sebatas selama pacar tidak mengganggu.
Lalu aku berpikir, ya sudahlah, aku akan membetulkan make-up sebentar dan akan pergi ke food court, sepertinya #### belum datang menjemputku deh, setidaknya aku harus terlihat cantik kaan (he-he-he)
Tiba-tiba aku merasakan udara menjadi dingin, cukup untuk membuat bibirmu bergetar secara reflek.
Dan itu jelas-jelas tidak benar, toilet ini kan jelas-jelas pengap dan tanpa AC dimanapun. Dan otakku baru saja berpikir kalau ada yang tidak beres nih..
Tiba-tiba sudah berdiri seorang wanita dibelakangku, rambutnya panjang dan menutupi separuh mukanya, dia memakai baju kaus berwarna merah menyala dan celana jeans.
Aku langsung berbalik dan reflek berkata kalau dia membuatku kaget. Dan hal berikutnya yang terjadi membuatku hampir saja mengompol
Dia menempelkan mukanya tepat didepan mukaku, kulitnya benar-benar mengerikan, kau tau karpet yang ada tonjolan-tonjolannya begitu? Mukanya dan seluruh kulitnya penuh dengan seperti itu. Dan warna kulitnya sangat pucat, seperti warna krem kekuningan. Dan yang paling mengerikan dari semuanya adalah bola matanya, warna urat darah dibola matanya berwarna coklat kekuningan dan pupil matanya hitam dan bebercak merah.
Dari situ aku langsung tau kalau aku sedang bertemu dengan hantu, dan kali ini bukan hantu yang baik.
Perlahan-lahan dia mendekati aku, tapi tidak pernah menempel pada badanku, mukanya sangat dekat pada mukaku, dan tangannya yang dipenuhi dengan tonjolan-tonjolan itu juga menggapai tubuhku seakan ingin menyentuhku, tapi sentuhan itu tidak pernah terjadi.
Aku merasakan bahwa sekitar 1 jam dia hanya memandangiku saja, berkali-kali berusaha menempelkan dirinya pada badanku, tapi tidak pernah berhasil. Jujur Diary, aku tidak tau kenapa dia tidak bisa menyentuhku, tapi syukurlah karena disaat itu, aku sama sekali tidak bisa bergerak.
Setelah sekitar 1 jam itu, dia akhirnya mundur, kemudian matanya membelalak. Lebih besar dari lebar mata yang bisa dibuka oleh manusia normal, sepertinya seakan-akan semua kelopak matanya tertelan ke dalam rongga matanya. Kemudian warnanya bola matanya perlahan-lahan menjadi merah tua dan kemudian akhirnya menjadi hitam.
Kemudian dia berteriak sambil melompat kehadapanku, dan menghilang tepat didepan mukaku. Aku yakin aku mengompol sedikit kemarin.
Setelah itu suhu di toilet itu kembali pengap. Kakiku terasa kehilangan tulangnya dan aku terduduk di lantai toilet tanpa tenaga.
Kemudian suara handphoneku berbunyi mengagetkan aku, aku mengangkatnya dan #### ternyata menelponku. Dia mengatakan bahwa sudah 5 menit dia mencoba menelponku dan tidak diangkat-angkat. Aku meminta maaf dan berkata mungkin aku tidak mendengarnya tadi.
Ngomong-ngomong… waktu yang berlalu hanya 15 menit, tapi terasa seperti satu jam saat kejadian tadi..
Lain kali ingatkan aku jangan pernah lagi masuk di toilet lantai 7 sendirian ya.
UPDATED!!! PART XLV - "Serangan yang disengaja - II"
Spoiler for INDEX:
part III- Melayat
Part IV - Siapa yang mengikuti aku?
Part V - Bagaimana kutukan ini dimulai
Part VI - Perkemahan SMP
Part VII - Jurit Malam 1
Part VIII - Jurit Malam 2
Part IX - Penghuni Kampusku
Part X - Wanita dress putih
Part X (Final) - Wanita dress putih (lanjutan)
Part XI - Mereka ada di sekeliling kita
Part XII - Kalau kau jahat
Part XIII - Lauren dan ketiga anaknya
Part XIV- WARNING!! Baca catatan saya sebelum lanjut baca - Si Nenek dan Cucunya 1
Part XV - Si Nenek dan Cucunya 2
Part XVI - Wanita Dress Putih is back
Part XVII - Lift kampusku
Part XVIII - Tiga anak lauren kembali
Part XIX - Mahluk aneh
Part XX - Kampus sarang Kunti
Part XXI - Sang "dewa" jahat
Part XXII - Curiousity Kills the Cat
Part XXII - Bagian 2 - Robert and the Devil 1
Part XXII - Bagian 3 - Robert and the Devil 2
Part XXIII - Kembalinya si mahluk aneh
Part XXIV - Part I - si "dewa" jahat kembali 1
Part XXIV - Part II - si "dewa" jahat kembali 2
Part XXV - Robert
Part XXVI - aku dan kegelapan
part XXVII - Wewe Hitam
Part XXVIII - Wewe Hitam dan Wewe Putih
Part XXIX (bagian pertama) - He and Me (bag 1)
Part XXX (Bagian kedua) - He and Me (bag 2)
Part XXXI - sang pelindung
Part XXXII - Villa di gunung 1
Part XXXIII - Villa di gunung 2
Part XXXIV - Villa di gunung 3
Part XXXV - Villa di gunung (tamat) bag awal
Part XXXV - bagian akhir - Villa di gunung (tamat) bag akhir
Part XXXVI - Kutukan baru
Part XXXVI - Tambahan - Kutukan baru (tambahan)
Part XXXVII - Bagian Pertama - Iblis bag 1 -(Ketika dia terluka)
Part XXXVIII - bagian kedua - Iblis bag 2 - (si pemilik mata)
Part XXXIX - Cermin
Part XL - Ketika Ayano sakit
Part XLI - Goodbye
PART XLII - Mahluk di Jendela
PART XLIII - Akhir si "dewa" jahat
PART XLIII (lanjutan) - Akhir si "dewa" jahat (bag Akhir)
Part XLIV - Serangan yang disengaja - I
PART XLV - Serangan yang disengaja - 2 UPDATE
Bonus Story : Pengalaman TS dan yang punya Diary
Pengalaman bersama dia yang menulis Diary I
Bonus Story II Ketika yang tidak biasa melihat diperlihatkan
BONUS STORY III - Pengalaman Horror ketika main game
BONUS STORY IV : Kejadian di Malam Jumat Kliwon[
*SPECIAL* Bonus Story IV - part 2 - Elisa's POV
Bonus Story V - Part I
Bonus Story V - Part 2
Bonus Story V - part 3
Bonus Story VI
Bonus Story VII #awasbebehplusplus
Bonus Story VIII
Bonus Story IX
Bonus Story X
Bonus Story XI
BONUS PART XII - Bagian ketiga (Elisa POV)
Kiriman cerita dari para pembaca :
Kiriman cerita dari agan Gent4r - 1 (Gent4r, Romi vs Miss K)
Pengalaman agan Gent4r kedua
Kiriman cerita dari pembaca
Thread lainnya tentang saya dan Elisa
Saya dan Gadis bermata Indigo
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 39 suara
Berhubung banyak yang nyaranin Untuk ganti judul Thread, mohon masukan terkait itu :
Judul Thread tetap, soalnya daripada ribet nyari Threadnya lagi
56%
Judul Thread diganti ke judul Thread yang di dalem
33%
Judul Thread kudu diganti ke judul Thread yang beda dan lebih menarik
10%
Diubah oleh ayanokouji 19-11-2016 12:18
radorada dan 23 lainnya memberi reputasi
24
1.1M
Kutip
2.2K
Balasan
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•1Anggota
Tampilkan semua post
TS
ayanokouji
#745
Halo, dengan Elisa di sini. Update kali ini bentuknya lebih seperti ceritaku pada chapter mengenai Robert ya. Berupa saduran ulang dari catatan Diary yang asli.
Untuk lebih memperjelas jalan ceritanya, maka cerita kali ini saya ubah menjadi cara penceritaan langsung dan saya tambahkan detailnya dari ingatan saya. Mudah-mudahan berkenan.
Ini terjadi pada tanggal 18 – 19 Agustus 2012 yaitu saat libur lebaran.
Hari ini aku akan pergi ke Y******** bersama dengan teman-temanku selama 3 hari untuk menikmati pemandangan air terjun. Rencananya kami akan menginap di rumah penduduk di desa yang sebelumnya sudah dikoordinasikan oleh salah satu temanku yang menjadi panitia acara jalan-jalan bersama ini.
Tapi sudah beberapa hari ini aku merasakan firasat buruk yang membuatku ragu untuk pergi. Ditambah lagi dengan Robert yang terang-terangan melarangku untuk pergi.
Namun, aku tidak bisa untuk mengecewakan teman-temanku yang sudah sejak lama merencanakan acara jalan-jalan ini. Terlebih lagi, Aku dibutuhkan supaya Cindy tidak sendirian saat menginap tadi.
Singkat cerita, akhirnya aku ikut berangkat jalan-jalan bersama dengan mereka.
Kira-kira pada siang hari, pesawat kami tiba di kota itu. Dan kemudian kami menyewa kendaraan charter untuk mengantar kami melanjutkan perjalanan ke desa tempat kami akan menginap.
Kurang lebih hari sudah menunjukkan jam 3 sore ketika akhirnya kami tiba di desa itu. Cukup jauh dari kota, namun dengan pemandangan sawah yang mengelilingi desa itu, segala lelah kami terasa hilang. Pemandangan yang kami lihat sore itu sangat indah sekali.
Kamipun segera mencari rumah kepala desa dan segera mensosialisasikan rencana kami. Kepala desa yang sudah kami kontak sebelumnya menyambut kami dengan sangat ramah dan bahkan beliau berkata kalau beliau akan meminta salah satu penduduk desa untuk mengantar kami ke air terjun yang ingin kami datangi itu. Segala sesuatunya berjalan dengan sangat lancar, bahkan bisa dikatakan lebih dari yang kami harapkan.
Bahkan akomodasi berupa rumah tinggal yang dipinjamkan pada kami oleh kepala desa melebihi ekspektasi kami. Beliau meminjamkan rumah kosong yang terletak hampir di tengah-tengah desa. Hanya berjarak 1.5 meter dari rumah beliau sendiri.
Awalnya kami sangat bersyukur atas segala kelancaran yang kami dapatkan di perjalanan ini.
Akhirnya hari berganti malam, dan kamipun berencana untuk bersiap-siap istirahat untuk menyambut acara pertama besok. Yaitu menuju ke air terjun.
Sayangnya, kegembiraan kami sepertinya terlalu cepat kami rayakan.
Aku tidur bersama Cindy di salah satu kamar. Suasana rumah temaram dengan adanya cahaya bulan yang cukup terang dari luar. Mungkin berkat sedikitnya pencemaran di desa ini, sehingga langit masih penuh dengan bintang dan cahaya bulan yang tidak tertutup awan.
Aku dan Cindy sedang mengobrol-ngobrol ringan seperti setiap saat kami tidur bersama saat aku menginap di rumah Cindy atau sebaliknya.
Ketika itu, alarm di HP-ku berbunyi untuk menunjukkan waktu sudah jam 11:55 malam. Sudah saatnya kami tidur.
‘Srekk..srekk…’
Aku dan Cindy saling melihat satu sama lain.
“Lu denger Lis?” bisik Cindy
“Iya” jawabku.
“Enggak mungkin ada orang kan malem-malem begini?” tanya Cindy padaku, masih dengan setengah berbisik. Aku mengangguk menyetujui pendapatnya. Akhirnya kami memutuskan untuk tidak mengacuhkan suara itu dan melanjutkan pergi tidur.
‘Tok…Tok…Tok….’
Suara jendela yang diketuk mengagetkan kami. Rumah yang kami tinggali ini memiliki jendela yang panjang yang berfungsi juga sebagai pintu keluar dari kamar kami langsung ke halaman.
“Lis..Lis…” Cindy menepuk-nepukku sambil menunjuk ke arah jendela panjang itu dengan sebelah tangan lainnya.
Aku mengikuti arah tangannya. Di jendela panjang terlihat bayangan ‘sesuatu’ yang pendek, kurang lebih hanya sekitar seperempat panjang jendela.
Kami berdua menatap bayangan yang ada di luar jendela itu tanpa bergeming. Menunggu ‘sesuatu’ yang ada diluar itu ‘melakukan sesuatu’, atau apapun.
‘Tok…Tok…Tok…’
“Cu…. Misi cu…. Nenek permisi cu….Nenek mau sampaikan pesan….” Ucap suara lirih dari luar jendela itu.
“Hah? Ada orang beneran Lis!” ujar Cindy sambil melompat berdiri dan berjalan ke arah jendela panjang itu untuk membukakannya.
“Ya nek?” Cindy membuka jendela itu dengan sigap.
Tapi sosok nenek-nenek ataupun bayangan yang tadi kami lihat tidak tampak di luar. Tidak ada seorangpun atau sesuatu apapun diluar. Kosong.
“Lis…” Cindy berbisik pelan sambil menutup kembali jendela panjang itu. “Kayaknya gua ngelakuin kesalahan deh…”
Bersamaan dengan Cindy berkata seperti itu….
‘BRAKKKK!!!’
Suara kencang berasal dari jendela panjang itu, aku dan Cindy sama-sama melihat sebuah telapak tangan yang menempel pada jendela itu.
Kemudian kami melihat telapak tangan itu ditarik perlahan dan menghilang..
Sebelum tangan itu kembali pada saat-saat terakhir sebelum bunyi kencang ‘BRAAAKKKK!!!’ kembali terdengar dari jendela yang dipukul itu.
Telapak tangan tanpa terlihat sosok tubuh itu berkali – kali memukul jendela besar itu.
Cindy berlari ke sebelahku, kami berdua saling berpelukan karena takut. Gebrakan-gebrakan jendela itu tidak terlihat tanda-tanda akan berhenti.
Namun, pada akhirnya gebrakan itu berhenti. Tangan itu menempel di jendela besar dan tidak bergeming.
Namun kemudian, sesosok muka berwarna sangat putih, sosok wajah wanita yang sebenarnya bisa dikatakan cantik, dengan bentuk wajah yang sebenarnya sempurna andaikan saja mata wanita itu bukan berupa lubang kosong dengan warna merah di sekeliling matanya.
Wajah itu menatap kami.
“BIARKAN AKU MASUK!!!” tiba-tiba sosok wajah wanita itu berteriak dengan keras. Suaranya bagaikan suara serak yang sangat Cumiik sehingga membuat telinga kami berdua sedikit sakit mendengarnya.
Wanita tanpa mata itu berteriak-teriak dengan suaranya yang luar biasa serak.
Aku dan Cindy hanya bisa meringkuk dan memeluk satu sama lain sementara wanita itu tetap menggedor-gedor jendela dengan ganas.
Kemudian gedoran itu terhenti.
‘KRRIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIITTTTT!!!!’
‘wanita tanpa mata’ itu menghentikan gebrakannya dan menggantinya dengan cakaran-cakaran pada kaca jendela.
“AHHH!!!!!” jeritku dan Cindy bersamaan karena suara yang menyakitkan telinga itu.
‘GUBRAK!!!’
Pintu kamar kami menyentak terbuka, kemudian teman-teman kami satu-persatu bermunculan di pintu kamar.
“Lis!! Cin!!! Kalian berdua kenapa?” seru cowok bernama Arman yang kurang lebih menjadi pemimpin pada perjalanan kali ini.
Rina, teman kami yang juga ikut serta dalam perjalanan kali ini berjalan mendekati kami berdua “Kalian kenapa? Karena mahluk halus ya?”
Aku mengangguk. Cindy juga.
“Masih ada?” tanya Rina.
Aku melihat ke arah jendela panjang. ‘Dia’ masih menempelkan mukanya disitu.
Aku mengangguk.
“Dimana?” tanya Rina lagi.
Aku menunjuk ke jendela panjang itu.
“Man, Fred, tolong liatin diluar jendela ada apaan?” perintah Rina pada Arman dan Freddy. Memang wibawa Rina sebagai ketua perkumpulan mahasiswa tidak bisa dianggap remeh karena dua cowok itu langsung beranjak ke jendela yang aku tunjuk tadi.
“Jangan!!” seruku menghentikan mereka.
Tapi kemudian ‘mahluk’ itu mundur dari jendela dan menghilang.
“Napa Lis?” tanya Arman yang menghentikan langkahnya karena teriakanku.
“Eh… enggak…” aku berkata terbata-bata.
“Hmm.. oke” kata Arman kemudian dia berjalan ke jendela itu dengan Freddy dibelakangnya.
“Hmm?”
‘Klek..Klek..Klekk…’
“Jendelanya gak bisa kebuka nih” keluh Arman sambil memutar-mutar kenop jendela.
“BRAKKKKK!!” “GRAAAAAAAAAAAAHHHRRR!!!”
“Ahhh!!!?” Seru Arman dan Freddy berbarengan, mereka jatuh terduduk di depan jendela. Sedangkan sesosok mahluk yang sangat besar, menyerupai tikus yang hampir sebesar sapi menabrak jendela panjang itu. Tikus besar yang tidak mempunya mata, melainkan lubang kosong menganga pada rongga matanya.
Mahluk besar itu menabrak-nabrakkan dirinya pada jendela kaca itu, namun tidak ada yang terjadi. Jendela kaca itu sama sekali tidak pecah ataupun bergeming. Hanya suara keras berupa dentuman-dentuman yang luar biasa ributnya.
“GRAARRRHHHGRAAAAAAAAAAAAAAAARHHH!!!” suara raungan tikus besar itu bagaikan mengguncang seluruh tubuh kami.
Rina yang sedang berjongkok di samping kami terduduk. Beberapa teman kami yang lain yang tadinya masih berdiri mematung di dekat pintu tiba-tiba jatuh dan ambruk ke lantai. Arman dan Freddy tampak gemetaran luar biasa, hingga getaran tubuh mereka dapat terlihat bahkan dari tempatku duduk.
Aku? Aku sangat ketakutan hingga tidak dapat menggerakkan badanku. Bahkan untuk menutup mataku saja sepertinya aku tidak sanggup karena terlalu takut.
“Humm…Humm…”
Sebuah suara pelan dan bergetar terdengar dari sisiku.
Aku menengok ke arah Cindy, dan aku bisa melihat kaki yang tembus pandang, mengenakan rok selendang melangkah di sampingku. Kaki yang mungil.
Kemudian aku memandang lebih jelas sosok itu. Yaitu sesosok nenek yang seluruh badannya hampir tembus pandang dan mengenakan baju daerah berwarna hitam dan rok selendang sepanjang tumitnya. Sosok nenek itu sedikit membungkuk, besar badannya tidak lebih tinggi dari anak SD.
Nenek itu memandangku. Wajahnya sangat teduh.
“Tenang ya cu…” katanya. Atau lebih tepatnya kata-kata itu langsung merasuk pada pikiranku. Seakan-akan aku mendengar apa yang dikatakan oleh nenek itu langsung di kepalaku “Nenek bantu cucu usir wewe jahat itu” kata nenek itu.
Kemudian nenek itu berjalan ke arah jendela besar itu.
Sepertinya tidak ada seorangpun diantara teman-temanku yang melihat kehadiran nenek itu.
Tapi si ‘mahluk’ itu sepertinya melihat si nenek. ‘Mahluk’ itu mendesis dan tak lama kemudian menghilang dalam gelapnya malam.
Nenek itu menengok ke arahku dan tersenyum. Kemudian menghilang.
“Siapa ya nenek itu Lis?” tanya Cindy.
“Kamu lihat juga ya?” tanyaku. Cindy mengangguk. “Gak tau juga sih aku” kataku.
Setelah itu, tidak terjadi apa-apa sampai pagi. Namun berkat kejadian kemarin kami semua jadi tidak tidur semalaman. Kami mengulang-ulang kisah itu dan bertanya pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan si ‘mahluk’ tikus besar yang kami semua lihat itu tanpa adanya jawaban yang jelas, hanya berupa tebakan-tebakan.
Akhirnya kami semua berencana menanyakan tentang si ‘mahluk’ tikus besar itu lebih jelas pada orang di desa itu pada keesokan hari. Bagaimanapun, rencananya kami akan berada empat hari di sini.
Sedangkan aku dan Cindy, kami berniat menanyakan perihal nenek itu.
Bagaimanapun, hari pertama di desa akhirnya berlalu. Kami semua tidak tidur semalaman sampai dengan saatnya sarapan. Dan akhirnya hampir saja telat untuk berangkat melihat air terjun karena tertidur saat sarapan..
Kisah masih berlanjut di malam kedua menginap di desa ini…
Spoiler for Part XXVII:
Untuk lebih memperjelas jalan ceritanya, maka cerita kali ini saya ubah menjadi cara penceritaan langsung dan saya tambahkan detailnya dari ingatan saya. Mudah-mudahan berkenan.
Ini terjadi pada tanggal 18 – 19 Agustus 2012 yaitu saat libur lebaran.
Hari ini aku akan pergi ke Y******** bersama dengan teman-temanku selama 3 hari untuk menikmati pemandangan air terjun. Rencananya kami akan menginap di rumah penduduk di desa yang sebelumnya sudah dikoordinasikan oleh salah satu temanku yang menjadi panitia acara jalan-jalan bersama ini.
Tapi sudah beberapa hari ini aku merasakan firasat buruk yang membuatku ragu untuk pergi. Ditambah lagi dengan Robert yang terang-terangan melarangku untuk pergi.
Namun, aku tidak bisa untuk mengecewakan teman-temanku yang sudah sejak lama merencanakan acara jalan-jalan ini. Terlebih lagi, Aku dibutuhkan supaya Cindy tidak sendirian saat menginap tadi.
Singkat cerita, akhirnya aku ikut berangkat jalan-jalan bersama dengan mereka.
Kira-kira pada siang hari, pesawat kami tiba di kota itu. Dan kemudian kami menyewa kendaraan charter untuk mengantar kami melanjutkan perjalanan ke desa tempat kami akan menginap.
Kurang lebih hari sudah menunjukkan jam 3 sore ketika akhirnya kami tiba di desa itu. Cukup jauh dari kota, namun dengan pemandangan sawah yang mengelilingi desa itu, segala lelah kami terasa hilang. Pemandangan yang kami lihat sore itu sangat indah sekali.
Kamipun segera mencari rumah kepala desa dan segera mensosialisasikan rencana kami. Kepala desa yang sudah kami kontak sebelumnya menyambut kami dengan sangat ramah dan bahkan beliau berkata kalau beliau akan meminta salah satu penduduk desa untuk mengantar kami ke air terjun yang ingin kami datangi itu. Segala sesuatunya berjalan dengan sangat lancar, bahkan bisa dikatakan lebih dari yang kami harapkan.
Bahkan akomodasi berupa rumah tinggal yang dipinjamkan pada kami oleh kepala desa melebihi ekspektasi kami. Beliau meminjamkan rumah kosong yang terletak hampir di tengah-tengah desa. Hanya berjarak 1.5 meter dari rumah beliau sendiri.
Awalnya kami sangat bersyukur atas segala kelancaran yang kami dapatkan di perjalanan ini.
Akhirnya hari berganti malam, dan kamipun berencana untuk bersiap-siap istirahat untuk menyambut acara pertama besok. Yaitu menuju ke air terjun.
Sayangnya, kegembiraan kami sepertinya terlalu cepat kami rayakan.
Aku tidur bersama Cindy di salah satu kamar. Suasana rumah temaram dengan adanya cahaya bulan yang cukup terang dari luar. Mungkin berkat sedikitnya pencemaran di desa ini, sehingga langit masih penuh dengan bintang dan cahaya bulan yang tidak tertutup awan.
Aku dan Cindy sedang mengobrol-ngobrol ringan seperti setiap saat kami tidur bersama saat aku menginap di rumah Cindy atau sebaliknya.
Ketika itu, alarm di HP-ku berbunyi untuk menunjukkan waktu sudah jam 11:55 malam. Sudah saatnya kami tidur.
‘Srekk..srekk…’
Aku dan Cindy saling melihat satu sama lain.
“Lu denger Lis?” bisik Cindy
“Iya” jawabku.
“Enggak mungkin ada orang kan malem-malem begini?” tanya Cindy padaku, masih dengan setengah berbisik. Aku mengangguk menyetujui pendapatnya. Akhirnya kami memutuskan untuk tidak mengacuhkan suara itu dan melanjutkan pergi tidur.
‘Tok…Tok…Tok….’
Suara jendela yang diketuk mengagetkan kami. Rumah yang kami tinggali ini memiliki jendela yang panjang yang berfungsi juga sebagai pintu keluar dari kamar kami langsung ke halaman.
“Lis..Lis…” Cindy menepuk-nepukku sambil menunjuk ke arah jendela panjang itu dengan sebelah tangan lainnya.
Aku mengikuti arah tangannya. Di jendela panjang terlihat bayangan ‘sesuatu’ yang pendek, kurang lebih hanya sekitar seperempat panjang jendela.
Kami berdua menatap bayangan yang ada di luar jendela itu tanpa bergeming. Menunggu ‘sesuatu’ yang ada diluar itu ‘melakukan sesuatu’, atau apapun.
‘Tok…Tok…Tok…’
“Cu…. Misi cu…. Nenek permisi cu….Nenek mau sampaikan pesan….” Ucap suara lirih dari luar jendela itu.
“Hah? Ada orang beneran Lis!” ujar Cindy sambil melompat berdiri dan berjalan ke arah jendela panjang itu untuk membukakannya.
“Ya nek?” Cindy membuka jendela itu dengan sigap.
Tapi sosok nenek-nenek ataupun bayangan yang tadi kami lihat tidak tampak di luar. Tidak ada seorangpun atau sesuatu apapun diluar. Kosong.
“Lis…” Cindy berbisik pelan sambil menutup kembali jendela panjang itu. “Kayaknya gua ngelakuin kesalahan deh…”
Bersamaan dengan Cindy berkata seperti itu….
‘BRAKKKK!!!’
Suara kencang berasal dari jendela panjang itu, aku dan Cindy sama-sama melihat sebuah telapak tangan yang menempel pada jendela itu.
Kemudian kami melihat telapak tangan itu ditarik perlahan dan menghilang..
Sebelum tangan itu kembali pada saat-saat terakhir sebelum bunyi kencang ‘BRAAAKKKK!!!’ kembali terdengar dari jendela yang dipukul itu.
Telapak tangan tanpa terlihat sosok tubuh itu berkali – kali memukul jendela besar itu.
Cindy berlari ke sebelahku, kami berdua saling berpelukan karena takut. Gebrakan-gebrakan jendela itu tidak terlihat tanda-tanda akan berhenti.
Namun, pada akhirnya gebrakan itu berhenti. Tangan itu menempel di jendela besar dan tidak bergeming.
Namun kemudian, sesosok muka berwarna sangat putih, sosok wajah wanita yang sebenarnya bisa dikatakan cantik, dengan bentuk wajah yang sebenarnya sempurna andaikan saja mata wanita itu bukan berupa lubang kosong dengan warna merah di sekeliling matanya.
Wajah itu menatap kami.
“BIARKAN AKU MASUK!!!” tiba-tiba sosok wajah wanita itu berteriak dengan keras. Suaranya bagaikan suara serak yang sangat Cumiik sehingga membuat telinga kami berdua sedikit sakit mendengarnya.
Wanita tanpa mata itu berteriak-teriak dengan suaranya yang luar biasa serak.
Aku dan Cindy hanya bisa meringkuk dan memeluk satu sama lain sementara wanita itu tetap menggedor-gedor jendela dengan ganas.
Kemudian gedoran itu terhenti.
‘KRRIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIITTTTT!!!!’
‘wanita tanpa mata’ itu menghentikan gebrakannya dan menggantinya dengan cakaran-cakaran pada kaca jendela.
“AHHH!!!!!” jeritku dan Cindy bersamaan karena suara yang menyakitkan telinga itu.
‘GUBRAK!!!’
Pintu kamar kami menyentak terbuka, kemudian teman-teman kami satu-persatu bermunculan di pintu kamar.
“Lis!! Cin!!! Kalian berdua kenapa?” seru cowok bernama Arman yang kurang lebih menjadi pemimpin pada perjalanan kali ini.
Rina, teman kami yang juga ikut serta dalam perjalanan kali ini berjalan mendekati kami berdua “Kalian kenapa? Karena mahluk halus ya?”
Aku mengangguk. Cindy juga.
“Masih ada?” tanya Rina.
Aku melihat ke arah jendela panjang. ‘Dia’ masih menempelkan mukanya disitu.
Aku mengangguk.
“Dimana?” tanya Rina lagi.
Aku menunjuk ke jendela panjang itu.
“Man, Fred, tolong liatin diluar jendela ada apaan?” perintah Rina pada Arman dan Freddy. Memang wibawa Rina sebagai ketua perkumpulan mahasiswa tidak bisa dianggap remeh karena dua cowok itu langsung beranjak ke jendela yang aku tunjuk tadi.
“Jangan!!” seruku menghentikan mereka.
Tapi kemudian ‘mahluk’ itu mundur dari jendela dan menghilang.
“Napa Lis?” tanya Arman yang menghentikan langkahnya karena teriakanku.
“Eh… enggak…” aku berkata terbata-bata.
“Hmm.. oke” kata Arman kemudian dia berjalan ke jendela itu dengan Freddy dibelakangnya.
“Hmm?”
‘Klek..Klek..Klekk…’
“Jendelanya gak bisa kebuka nih” keluh Arman sambil memutar-mutar kenop jendela.
“BRAKKKKK!!” “GRAAAAAAAAAAAAHHHRRR!!!”
“Ahhh!!!?” Seru Arman dan Freddy berbarengan, mereka jatuh terduduk di depan jendela. Sedangkan sesosok mahluk yang sangat besar, menyerupai tikus yang hampir sebesar sapi menabrak jendela panjang itu. Tikus besar yang tidak mempunya mata, melainkan lubang kosong menganga pada rongga matanya.
Mahluk besar itu menabrak-nabrakkan dirinya pada jendela kaca itu, namun tidak ada yang terjadi. Jendela kaca itu sama sekali tidak pecah ataupun bergeming. Hanya suara keras berupa dentuman-dentuman yang luar biasa ributnya.
“GRAARRRHHHGRAAAAAAAAAAAAAAAARHHH!!!” suara raungan tikus besar itu bagaikan mengguncang seluruh tubuh kami.
Rina yang sedang berjongkok di samping kami terduduk. Beberapa teman kami yang lain yang tadinya masih berdiri mematung di dekat pintu tiba-tiba jatuh dan ambruk ke lantai. Arman dan Freddy tampak gemetaran luar biasa, hingga getaran tubuh mereka dapat terlihat bahkan dari tempatku duduk.
Aku? Aku sangat ketakutan hingga tidak dapat menggerakkan badanku. Bahkan untuk menutup mataku saja sepertinya aku tidak sanggup karena terlalu takut.
“Humm…Humm…”
Sebuah suara pelan dan bergetar terdengar dari sisiku.
Aku menengok ke arah Cindy, dan aku bisa melihat kaki yang tembus pandang, mengenakan rok selendang melangkah di sampingku. Kaki yang mungil.
Kemudian aku memandang lebih jelas sosok itu. Yaitu sesosok nenek yang seluruh badannya hampir tembus pandang dan mengenakan baju daerah berwarna hitam dan rok selendang sepanjang tumitnya. Sosok nenek itu sedikit membungkuk, besar badannya tidak lebih tinggi dari anak SD.
Nenek itu memandangku. Wajahnya sangat teduh.
“Tenang ya cu…” katanya. Atau lebih tepatnya kata-kata itu langsung merasuk pada pikiranku. Seakan-akan aku mendengar apa yang dikatakan oleh nenek itu langsung di kepalaku “Nenek bantu cucu usir wewe jahat itu” kata nenek itu.
Kemudian nenek itu berjalan ke arah jendela besar itu.
Sepertinya tidak ada seorangpun diantara teman-temanku yang melihat kehadiran nenek itu.
Tapi si ‘mahluk’ itu sepertinya melihat si nenek. ‘Mahluk’ itu mendesis dan tak lama kemudian menghilang dalam gelapnya malam.
Nenek itu menengok ke arahku dan tersenyum. Kemudian menghilang.
“Siapa ya nenek itu Lis?” tanya Cindy.
“Kamu lihat juga ya?” tanyaku. Cindy mengangguk. “Gak tau juga sih aku” kataku.
Setelah itu, tidak terjadi apa-apa sampai pagi. Namun berkat kejadian kemarin kami semua jadi tidak tidur semalaman. Kami mengulang-ulang kisah itu dan bertanya pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan si ‘mahluk’ tikus besar yang kami semua lihat itu tanpa adanya jawaban yang jelas, hanya berupa tebakan-tebakan.
Akhirnya kami semua berencana menanyakan tentang si ‘mahluk’ tikus besar itu lebih jelas pada orang di desa itu pada keesokan hari. Bagaimanapun, rencananya kami akan berada empat hari di sini.
Sedangkan aku dan Cindy, kami berniat menanyakan perihal nenek itu.
Bagaimanapun, hari pertama di desa akhirnya berlalu. Kami semua tidak tidur semalaman sampai dengan saatnya sarapan. Dan akhirnya hampir saja telat untuk berangkat melihat air terjun karena tertidur saat sarapan..
Kisah masih berlanjut di malam kedua menginap di desa ini…
jenggalasunyi dan 3 lainnya memberi reputasi
4
Kutip
Balas