- Beranda
- Stories from the Heart
Novel : Kisah Para Keturunan Bajak Laut
...
TS
sun81
Novel : Kisah Para Keturunan Bajak Laut

Sejak dulu suka sekali menulis......membayangkan berbagai petualangan mulai yang manis, dramatis hingga romantis. Ini adalah karya novel pertamaku tentang petualangan. Sudah pernah kutulis di forum Lounge tapi banyak yang pada protes n pembacanya kurang

semoga di forum ini lebih banyak peminatnya
Baiklah, selamat menikmati ya! En bantu doanya supaya bisa diterbitkan dalam bentuk fisik.
Spoiler for :
Bila Petualangan penyihir cilik di belahan dunia Eropa dan kisah romantis manusia dan vampir dari Amerika bisa menembus pasar dunia, maka kisah pirates cilik pun seharusnya bisa juga kan?
Untuk updatenya dipastikan sebulan sekali tapi tergantung kuota ya.......maklum penulis modal pas-pasan

Untuk updatenya dipastikan sebulan sekali tapi tergantung kuota ya.......maklum penulis modal pas-pasan
Spoiler for Prolog:
Selama berabad-abad yang lampau, laut merupakan tempat terkaya di muka bumi. Ketika Laut menjadi jalan untuk mencapai penjuru dunia, menukar sutra dan rempah, menjadikan setiap tetes anggur berubah ke setiap keping emas dan perak, laut adalah surga bagi para penguasanya.
Hingga lahirlah para penguasa yang lebih besar lagi. Para penguasa yang serakah yang ingin menguasai semua kekayaan laut dan mencicipi sedikit banyak kenikmatan daratan. Bajak Laut. Nama-nama mereka dibisikkan dengan ketakutan di setiap deburan ombak dan setiap mendekati pantai, diteriakkan dengan jeritan yang takkan pernah dilupakan oleh semua tempat yang pernah disinggahinya.
Mereka mengambil semua yang dapat disentuh, menenggak semua yang dapat dinikmati lidah dan menghancurkan semua yang dapat diratakan.
Lebih dari tiga abad laut dan darat mereka jadikan sarang. Dan ketika puncaknya dunia semakin terasa sempit, mereka, para bajak laut mulai merasa tidak puas. Mereka mulai melirik bagian dari para bajak laut lainnya. Mereka mulai berperang antar sesama mereka. Mulai saling menghancurkan. Tidak lagi menghormati peraturan yang dulu mereka tegakkan dan mencari kepuasan sendiri dengan lebih serakah lagi.
Hingga terbelahlah laut dan kekuasaannya. Kelompok-kelompok yang merasa ketakutan mencoba berlindung di kubu-kubu yang lebih kuat. Kubu-kubu yang masih memegang prinsip dengan bayaran yang setimpal.
Tapi itu tak berlangsung lama. Ketika bulan pernama datang, di tengah ketenangan laut, terjadilah perang besar memecahkan kesunyian lautan. Dua kubu yang berbeda prinsip, berbeda pemimpin, berbeda tujuan dengan bantuan sekutu masing-masing saling menghancurkan. Pertempuran yang terjadi tujuh belas hari tujuh belas malam itu merusak kehidupan banyak pihak, sehingga pemerintahan beberapa kerajaan memutuskan untuk terlibat.
Son of Sea, kubu penguasa Timur dan Barat, di tengah tekanan kematian dan kekalahan melakukan kesepakatan dengan Kerajaan Inggris yang memiliki armada laut terbesar. Dengan menyerahkan lebih dari seribu peta tempat penyimpanan harta kekayaan miliknya dan para sekutunya, Son Of Sea diselamatkan dan dipulihkan seluruh kekuasaannya sebagai rakyat.
Dark Seas, kubu Utara dan Selatan, yang memiliki armada dua kali lipat daripada Son of Sea, akhirnya takluk di hadapan armada Inggris dan para sekutunya. Lebih dari seribu pengikut Dark Seas dihukum mati, sedangkan ratusan lainnya berhasil melarikan diri dan lenyap di telan kegelapan malam. Yang tertinggal hanyalah kapal induk Dark Starship bersama lebih dari tiga ribu peta harta karun.
Selama berabad-abad lamanya kekayaan-kekayaan yang tersimpan mulai ditemukan. Ujung Utara Selatan, Barat ke Timur, semua tempat diaduk-aduk sekutu pemenang. Tapi, ternyata para sekutu hanya mampu memperoleh sebagian kecil dari seluruh peta yang ada. Dan di luar sana masih menanti kekayaan-kekayaan berlimpah untuk ditemukan. Berpacu dengan waktu dan para keturunan pengikut Dark Seas, Pemerintah, dan sekutunya membentuk kembali kubu Son of Sea.
Hingga lahirlah para penguasa yang lebih besar lagi. Para penguasa yang serakah yang ingin menguasai semua kekayaan laut dan mencicipi sedikit banyak kenikmatan daratan. Bajak Laut. Nama-nama mereka dibisikkan dengan ketakutan di setiap deburan ombak dan setiap mendekati pantai, diteriakkan dengan jeritan yang takkan pernah dilupakan oleh semua tempat yang pernah disinggahinya.
Mereka mengambil semua yang dapat disentuh, menenggak semua yang dapat dinikmati lidah dan menghancurkan semua yang dapat diratakan.
Lebih dari tiga abad laut dan darat mereka jadikan sarang. Dan ketika puncaknya dunia semakin terasa sempit, mereka, para bajak laut mulai merasa tidak puas. Mereka mulai melirik bagian dari para bajak laut lainnya. Mereka mulai berperang antar sesama mereka. Mulai saling menghancurkan. Tidak lagi menghormati peraturan yang dulu mereka tegakkan dan mencari kepuasan sendiri dengan lebih serakah lagi.
Hingga terbelahlah laut dan kekuasaannya. Kelompok-kelompok yang merasa ketakutan mencoba berlindung di kubu-kubu yang lebih kuat. Kubu-kubu yang masih memegang prinsip dengan bayaran yang setimpal.
Tapi itu tak berlangsung lama. Ketika bulan pernama datang, di tengah ketenangan laut, terjadilah perang besar memecahkan kesunyian lautan. Dua kubu yang berbeda prinsip, berbeda pemimpin, berbeda tujuan dengan bantuan sekutu masing-masing saling menghancurkan. Pertempuran yang terjadi tujuh belas hari tujuh belas malam itu merusak kehidupan banyak pihak, sehingga pemerintahan beberapa kerajaan memutuskan untuk terlibat.
Son of Sea, kubu penguasa Timur dan Barat, di tengah tekanan kematian dan kekalahan melakukan kesepakatan dengan Kerajaan Inggris yang memiliki armada laut terbesar. Dengan menyerahkan lebih dari seribu peta tempat penyimpanan harta kekayaan miliknya dan para sekutunya, Son Of Sea diselamatkan dan dipulihkan seluruh kekuasaannya sebagai rakyat.
Dark Seas, kubu Utara dan Selatan, yang memiliki armada dua kali lipat daripada Son of Sea, akhirnya takluk di hadapan armada Inggris dan para sekutunya. Lebih dari seribu pengikut Dark Seas dihukum mati, sedangkan ratusan lainnya berhasil melarikan diri dan lenyap di telan kegelapan malam. Yang tertinggal hanyalah kapal induk Dark Starship bersama lebih dari tiga ribu peta harta karun.
Selama berabad-abad lamanya kekayaan-kekayaan yang tersimpan mulai ditemukan. Ujung Utara Selatan, Barat ke Timur, semua tempat diaduk-aduk sekutu pemenang. Tapi, ternyata para sekutu hanya mampu memperoleh sebagian kecil dari seluruh peta yang ada. Dan di luar sana masih menanti kekayaan-kekayaan berlimpah untuk ditemukan. Berpacu dengan waktu dan para keturunan pengikut Dark Seas, Pemerintah, dan sekutunya membentuk kembali kubu Son of Sea.

❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
Suka dengan petualangan Aramos dkk......silahkan preorder langsung dgn dm ig @littlesun81
**Beberapa bagian dan bab telah saya edit/blur ya.......Mohon maaf untuk yang baru mulai membaca dan belum selesai 🙏🙏
Silahkan hilangkan rasa penasaran dengan memesan bukunya👍👍GBUs
#winddoghss
❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
Bab 1 A - B
Bab 2 A - C
Bab 3 A - B
Bab 3 C
Bab 4 A - C
Bab 5 A - B
Bab 6
Bab 7 A - B
Bab 8 A - B
Bab 9 A - B
Bab 10 A - B
Bab 10 C - D
Bab 10 E - F
Bab 11 A - B
Bab 11 C - D
Bab 12 A - B
Bab 13 A - B
Bab 13 C
Bab 14 A - B
Bab 15 A
Bab 15 B
Bab 15 C
Bab 16 A - B
Bab 16 C
Bab 17
Bab 18 A - B
Bab 18 C
Bab 19 A
Bab 19 B
Bab 20 A - B
Bab 21 A - B
Bab 21 C - D
Bab 21 E - F
Bab 21 G
Ane mau nanya
(Mohon berkenan di jawab)
Bab 22 A - B
Bab 22 C
Bab 23 A
Bab 23 B
Bab 24 A
Bab 24 B
Bab 25 A
Bab 25 B (Tamat)
Spoiler for KaryaQu yang lain...... (mampir ya!):
Diubah oleh sun81 29-06-2025 00:18
2
33.6K
Kutip
216
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
sun81
#16
Spoiler for Bab 9 A:
“Luar biasa. Lihat selembar daun sekecil ini dapat menjadi racun mematikan ketika masuk ke dalam teh-mu.” Andrea menunjukkan dengan bangga sebuah gambar di buku Rahasia Tumbuhan pada Aramos.
Mereka baru saja selesai mengikuti kelas Ramuan, Pengobatan dan Campuran. Andrea adalah satu-satunya yang paling berminat dengan kelas itu dibandingkan siapa pun di kelas tadi. Dia bahkan tak berhenti membicarakan berbagai tumbuhan aneh dengan berbagai nama yang lebih aneh dan memusingkan.
“Kau wanita yang mengerikan……” Julio mendengus dan mempercepat langkahnya.
“Hei, enak saja mengatain orang. Ini adalah hal yang penting tahu”
“Dengan mempelajari racun di usiamu? Wow, betapa menarik dan menakutkan”
“Ini juga ada tentang pengobatan…..Tidak semuanya melulu racun, tau! Daripada kamu….. pikiranmu itu hanya terfokus pada kelas Pertahanan dan Menyerang….. Hanya memikirkan kekerasan melulu”
“Bagiku itu lebih baik. Menyerang orang secara berhadapan daripada diam-diam dengan racun, licik, pengecut dan sangat rendah. Tapi Aku terkejut juga melihat Aramos berhasil meretakkan semangka itu dengan sekali ayunan. Terus terang aku tak menyangka kau cukup kuat juga.”
Aramos tersipu malu. Dia ingat kejadian tadi, pelajaran sebelum kelas Ramuan, Pengobatan dan Campuran, kelas Pertahanan dan Menyerang. Setelah diperkenalkan dengan beberapa alat pertahanan dasar, mereka masing-masing diminta memukul sebuah semangka dengan tongkat toya yang telah disediakan. Hanya enam siswa yang berhasil meretakkan semangka dengan sekali pukul, diantaranya Julio dan Aramos. Tapi Aramos adalah yang termuda dan memiliki badan terkecil di kelompok yang berhasil meretakkan semangka dengan sekali pukulan. Bahkan dia memang memiliki badan terkecil untuk seluruh Nytes laki-laki yang terdaftar The Blue tahun ini.
Aramos tidak menyangka, selama lebih dari setahun dia dipaksa bekerja keras oleh ibu tirinya, mulai dari membersihkan rumah, menimba air hingga membelah kayu ternyata telah melatih tubuhnya. Kini dia tahu bahwa dia memiliki kekuatan lebih dari yang terlihat.
Andrea dan Julio terus bertengkar. Bill dan Aramos hanya saling pandang dan mengangkat bahu. Walaupun mereka ingin melerai, karena banyak Nytes yang memperhatikan mereka, tapi tampaknya justru mereka yang akan kena semprotan berikutnya. Akibatnya perjalanan menuju Cases Hotpan untuk makan siang, kedua orang itu terus saja berdebat.
Aramos melirik jam di salah satu sisi tiang di lantai dua. Pukul sebelas lewat empat puluh menit. Itu artinya dia harus segera menemui Kepala Pemelihara kalau ingin mendapatkan pekerjaan itu. Tapi dia harus melakukannya diam-diam. Bagaimanapun Julio adalah yang paling tidak suka dengan yang akan dilakukannya.
“Bill….. aku harus ke kamar kecil. Kalian duluan saja ke Hotpan. Aku segera kembali”
Aramos tidak menunggu jawaban Bill. Dia segera meninggalkan Bill yang terheran-heran, menuju ke tangga lantai tiga.
“Hei, mau kemana dia?”
Bill memandang Andrea dengan bingung.
“Entahlah, katanya ke kamar kecil”
“Di lantai tiga? Memangnya di lantai dua ini tidak ada kamar mandi”
Mereka bertiga saling berpandangan dengan bingung.
“ini pasti gara-gara kamu. Aramos pasti kesal melihat kamu membicarakan tumbuhan inilah-itulah terus menerus”
“Jangan sembarangan. Aramos itu gentleman. Dia tidak seperti kamu yang cerewet, seperti perawan tua yang tak punya pekerjaan……”
Bill menutup mulut Andrea. Andrea kelabakan, tapi kemudian tenang. Dia baru menyadari Madame Bullets baru saja lewat dan menatapnya dengan kesal. Madame Bullets sampai saat ini belum menikah, dan tentu saja kata-kata Andrea yang cukup keras sampai ke telinganya yang terkenal super tajam.
Setelah Madame Bullets cukup jauh dari mereka, Bill melepaskan Andrea. Dengan kesal Andrea melotot ke Julio yang pura-pura tak tahu yang terjadi sambil mengulum senyum.
***************
Mereka baru saja selesai mengikuti kelas Ramuan, Pengobatan dan Campuran. Andrea adalah satu-satunya yang paling berminat dengan kelas itu dibandingkan siapa pun di kelas tadi. Dia bahkan tak berhenti membicarakan berbagai tumbuhan aneh dengan berbagai nama yang lebih aneh dan memusingkan.
“Kau wanita yang mengerikan……” Julio mendengus dan mempercepat langkahnya.
“Hei, enak saja mengatain orang. Ini adalah hal yang penting tahu”
“Dengan mempelajari racun di usiamu? Wow, betapa menarik dan menakutkan”
“Ini juga ada tentang pengobatan…..Tidak semuanya melulu racun, tau! Daripada kamu….. pikiranmu itu hanya terfokus pada kelas Pertahanan dan Menyerang….. Hanya memikirkan kekerasan melulu”
“Bagiku itu lebih baik. Menyerang orang secara berhadapan daripada diam-diam dengan racun, licik, pengecut dan sangat rendah. Tapi Aku terkejut juga melihat Aramos berhasil meretakkan semangka itu dengan sekali ayunan. Terus terang aku tak menyangka kau cukup kuat juga.”
Aramos tersipu malu. Dia ingat kejadian tadi, pelajaran sebelum kelas Ramuan, Pengobatan dan Campuran, kelas Pertahanan dan Menyerang. Setelah diperkenalkan dengan beberapa alat pertahanan dasar, mereka masing-masing diminta memukul sebuah semangka dengan tongkat toya yang telah disediakan. Hanya enam siswa yang berhasil meretakkan semangka dengan sekali pukul, diantaranya Julio dan Aramos. Tapi Aramos adalah yang termuda dan memiliki badan terkecil di kelompok yang berhasil meretakkan semangka dengan sekali pukulan. Bahkan dia memang memiliki badan terkecil untuk seluruh Nytes laki-laki yang terdaftar The Blue tahun ini.
Aramos tidak menyangka, selama lebih dari setahun dia dipaksa bekerja keras oleh ibu tirinya, mulai dari membersihkan rumah, menimba air hingga membelah kayu ternyata telah melatih tubuhnya. Kini dia tahu bahwa dia memiliki kekuatan lebih dari yang terlihat.
Andrea dan Julio terus bertengkar. Bill dan Aramos hanya saling pandang dan mengangkat bahu. Walaupun mereka ingin melerai, karena banyak Nytes yang memperhatikan mereka, tapi tampaknya justru mereka yang akan kena semprotan berikutnya. Akibatnya perjalanan menuju Cases Hotpan untuk makan siang, kedua orang itu terus saja berdebat.
Aramos melirik jam di salah satu sisi tiang di lantai dua. Pukul sebelas lewat empat puluh menit. Itu artinya dia harus segera menemui Kepala Pemelihara kalau ingin mendapatkan pekerjaan itu. Tapi dia harus melakukannya diam-diam. Bagaimanapun Julio adalah yang paling tidak suka dengan yang akan dilakukannya.
“Bill….. aku harus ke kamar kecil. Kalian duluan saja ke Hotpan. Aku segera kembali”
Aramos tidak menunggu jawaban Bill. Dia segera meninggalkan Bill yang terheran-heran, menuju ke tangga lantai tiga.
“Hei, mau kemana dia?”
Bill memandang Andrea dengan bingung.
“Entahlah, katanya ke kamar kecil”
“Di lantai tiga? Memangnya di lantai dua ini tidak ada kamar mandi”
Mereka bertiga saling berpandangan dengan bingung.
“ini pasti gara-gara kamu. Aramos pasti kesal melihat kamu membicarakan tumbuhan inilah-itulah terus menerus”
“Jangan sembarangan. Aramos itu gentleman. Dia tidak seperti kamu yang cerewet, seperti perawan tua yang tak punya pekerjaan……”
Bill menutup mulut Andrea. Andrea kelabakan, tapi kemudian tenang. Dia baru menyadari Madame Bullets baru saja lewat dan menatapnya dengan kesal. Madame Bullets sampai saat ini belum menikah, dan tentu saja kata-kata Andrea yang cukup keras sampai ke telinganya yang terkenal super tajam.
Setelah Madame Bullets cukup jauh dari mereka, Bill melepaskan Andrea. Dengan kesal Andrea melotot ke Julio yang pura-pura tak tahu yang terjadi sambil mengulum senyum.
***************
Spoiler for Bab 9 B:
“Siapa namamu?”
Aramos mengamati pria pendek di hadapannya. Tingginya mungkin tidak sampai di pundak Aramos. Tapi pria itu terlihat sangat berkuasa. Tapi kalau dipikir-pikir itu wajar. Karena dialah pemimpin semua pemelihara di perpustakaan Eightlyst State Ship ini.
“Eh…..Aramos….Aramos Soammer”
Untuk sesaat Aramos sangat yakin bahwa pria kecil bernama Tuan Lenter itu mengenali nama itu. Entah bagaimana, tapi Aramos yakin Tuan Lenter juga mengenal moyangnya yang sangat kontroversial itu.
“Baiklah. Tapi kau harus tahu pekerjaan ini hanya kelihatannya saja mudah. Tapi sebenarnya sangat sulit. Ingat aku takkan membayar satu koin hijau per jam jika pekerjaanmu itu tidak selesai. Bagaimanapun, akhir pekan memang tidak terlalu sibuk. Sebagian besar penghuni Eighlyst sibuk bersenang-senang. Mereka tidak terlalu berminat pada perpustakaan ini. Tapi aku tetap kekurangan tenaga. Aku hanya memiliki sedikit pemelihara yang mau bekerja di akhir pekan. Jadi kuharap kau bersungguh-sungguh”
Aramos mengangguk. Dia memang dinyatakan lulus sejak pertama kali berhadapan dengan Tuan Lenter. Bukan karena dia sudah melalui berbagai test, tapi tampaknya karena tidak ada pelamar lain selain dirinya. Itu cukup mengherankannya. Tapi juga melegakannya.
Mungkin karena akhir pekan, seperti kata Tuan Lenter, sangat sedikit ada yang mau bekerja pada waktu seperti itu. Apalagi akhir pekan adalah besok, jadi dia tampaknya sudah sangat dibutuhkan.
Tuan Lenter menekan sebuah tombol di telepon mejanya. Beberapa detik kemudian tampak seorang wanita tua berkulit gelap dengan tinggi yang tak jauh beda dengan Aramos memasuki ruangan. Pakaiannya sedikit banyak menyerupai wanita kantoran dibandingkan wanita bajak laut. Sama seperti penampilan Tuan Lenter.
“Madame Roda… ini adalah Aramos. Mulai akhir pekan besok dan di setiap akhir pekan dia akan bekerja disini. Aku akan memberikan kamu kesempatan satu bulan. Pekerjaanmu akan dinilai langsung oleh Madame Roda. Dan percayalah, semua laporannya adalah penting bagiku. Baiklah Madame Roda, tolong urus administrasinya, dan siapkan dia”
Aramos mengucapkan terima kasih dan meninggalkan kantor tuan Lenter yang terletak disalah satu sudut perpustakaan yang super besar, mengikuti Madame Roda. Ternyata meja wanita itu berdampingan dengan pintu masuk keluar perpustakaan. Wanita itu tak banyak bercerita.
Dia hanya meminta kartu pengenal Aramos, dan mencatatnya di salah satu kertas berwarna merah. Dia menyerahkan sebuah buku panduan untuk para pemelihara dan sebuah tanda pengenal lain yang tampaknya khusus untuk para pekerja perpustakaan.
“Baiklah, mulai besok kau kerja di sini mulai pukul Sembilan pagi sampai dengan pukul dua belas siang. Perpustakaan ini hanya buka sampai jam begitu pada akhir pekan. Jangan lupa untuk absen di mesin absen. Koinmu dapat kau ambil setelah selesai, besok di mejaku.”
Aramos tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Dia baru saja mengatur buku panduan dan tanda pengenalnya ketika Andrea, Julio dan Bill muncul di hadapannya. Wajah mereka terlihat kurang senang, tapi yang paling menakutkan justru wajah Julio.
Mereka menariknya keluar perpustakaan, dan setengah menyeretnya ke salah satu lorong sempit di lantai tiga.
“Kamu ngapain sih?” suara Julio terdengar tidak sabar.
Aramos memandang ketiga temannya. Dia mungkin tidak akan dibunuh, tapi dia pasti akan kehilangan teman-teman yang sangat disukainya ini.
“Maafkan aku” Aramos menundukkan kepalanya dengan lesu.
“Kenapa kamu tak mengatakan pada kami kalau kamu mau bekerja di perpustakaan?”
“Iya…. Kenapa menyembunyikannya?” desak Andrea tak sabar.
“aaaahhh…. Itu tak penting” Julio berkacak pinggang dengan kesal “sekarang anak kecil, kembali ke sana dan katakan pada wanita tua itu kau tidak jadi bekerja di sana. Kau tidak akan menjadi pemelihara akhir pekan untuk perpustakaan itu”
“Tidak bisa, Julio….. aku sudah berjanji pada Tuan Lenter. Lagipula tidak mungkin belum masuk kerja saja aku sudah harus mengundurkan diri. Itu sama saja mempermainkan mereka. padahal mereka sudah menerimaku”
“Itu benar juga, sih! Iya kan Bill”
“Dasar bodoh. Mereka menerimamu bukan karena kamu sesuai keinginan mereka. tapi karena kamu satu-satunya Nytes yang mau bekerja di tempat mereka, pada akhir pekan lagi! Sudah jangan banyak bicara. Kamu kembali…..”
“Hei, Julio. Jangan seenaknya saja menyuruh-nyuruh orang. Alasan Aramos tepat, lagipula ini hidupnya.”
“Diam kau, cewek cerewet. Ini urusanku dengan dia”
“ooohhh…. Aku tahu. Ini pasti gara-gara kamu. Makanya Aramos tak mau mengatakan apapapun pada kita. Kamu memang suka seenaknya”
“Lho, apa salahku…..aku hanya mengatakan yang sebenarnya. Aramos tak butuh koin dari bekerja. Dia memiliki tabungan bersama denganku kan?”
“Tapi itu milikmu, Julio. Aku tak mungkin menggunakannya semauku. Aku juga memiliki keinginan. Banyak keinginan”
Julio terdiam. Aramos menghembuskan napasnya dengan tak sabar. Andrea dan Bill juga tak berkata apa-apa. Akhirnya Julio berjalan menjauh meninggalkan mereka.
“Hei…. Mau ke mana? Kita belum makan siang”
“Aku tak lapar”
Julio menghilang di sudut lorong. Tampaknya dia menuju kamar mereka.
“Maafkan aku”
“Sudahlah. Bagaimanapun ini hidupmu. Tapi menurutku Julio bermaksud baik”
“Iya, dia tampak sangat menyukaimu”
Andrea dan Aramos memandangi Bill dengan shock.
“Maksudku dalam arti baik, kalian tahu…..menyayangi….menyayangi seperti teman….teman, saudara mungkin?”
Mereka hanya tersenyum. Sesaat kemudian mereka menuju ke Hotpan walaupun masing-masing dari mereka tak ada yang berminat untuk makan siang saat itu.
Hotpan tampak sedikit sesak. Ternyata banyak juga Nytes yang memilih Hotpan sebagai salah satu tempat melepaskan haus dan lapar.
Dengan sedikit berdesakan, mereka menuju ke salah satu sudut Hotpan. Tempat yang agak menjorok di dekat pintu dapur. Walaupun sebenarnya hanya dikhususkan untuk dua orang, mereka akhirnya menemukan sebuah kursi kosong untuk salah seorang dari mereka.
Sebenarnya posisi tempat duduk mereka cukup menguntungkan. Karena selain dapat mencium berbagai bau masakan, dan tentu saja Bill sangat bersemangat melakukannya, mereka juga dapat melihat leluasa ke koridor luar melalui jendela super besar Hotpan, tanpa terlalu menyolok.
‘Mulai sekarang berjanjilah. Kita akan saling bercerita apapun…..dan tak main rahasia-rahasiaan ya!”
Andrea mengacungkan jari kelingkingnya. Kedua sahabatnya yang lain saling mengangguk dan mengaitkan kelingking mereka. Mereka bertiga tersenyum.
“Sekarang tinggal mengurus si cowok latin keras kepala itu. Yah, tampaknya tidak mudah. Tapi kuyakin dia akan baik-baik saja”
“Iya, kuharap begitu”
Bill menyentuh lengan Aramos dan tersenyum semenarik mungkin. Aramos dan Andrea langsung saja terbahak-bahak.
“Kenapa, sih? Aku kan berniat menghibur”
Bill pura-pura merengut, tapi langsung tersenyum senang. Beberapa menit kemudian mereka masing-masing telah mulai menikmati seporsi mie pangsit dan sepotong pie apel ditemani jus jambu. Sedangkan Bill sendiri menambah makan siangnya dengan sepotong sandwich yang seharga satu koin hitam.
Mereka agak diam, tapi setidaknya suasana sudah lebih mencair dibandingkan tadi. Dan selera makan Bill yang sempat menghilang beberapa menit lalu sudah kembali. Beberapa Nytes telah meninggalkan Hotpan sehingga suasana sedikit lebih tenang.
Aramos memanggil seorang Nytes senior berseragam putih coklat berhidung bengkok dan memesan beberapa potong ayam goreng, sosis dan kentang seharga dua koin hitam.
“Kamu masih lapar?”
“Bukan itu untuk Julio. Bagaimanapun dia pasti lapar”
Andrea tersenyum kecil, dan membiarkan Aramos menyelesaikan makanannya. Sejak kemarin, sejak Julio mendesak Aramos menjadi pihak lainnya yang berhak menarik koin dari Cases B’Coins, dia sudah memiliki banyak pertanyaan. Dan kejadian marah-marah Julio yang terlihat berlebihan ketika Aramos memutuskan bekerja di Perpustakaan lebih memperbanyak pertanyaan di pikirannya. Andrea tahu ada sesuatu yang belum diungkapkan dari hubungan Aramos dan Julio, tapi dia tidak tahu bagaimana cara mengetahuinya tanpa perlu bertanya langsung pada kedua orang temannya itu.
Andrea memainkan tissue di tangannya.
“Aramos, bolehkah aku menanyakan sesuatu padamu?”
Aramos mengangguk dengan sepotong pie apel masih dikunyahnya.
“Sebenarnya hubunganmu dengan Julio itu bagaimana?”
Pandangan Aramos yang sedikit terkejut, membuat Andrea tahu dia harus lebih mendesak lagi, jangan sampai Aramos mundur dan akhirnya dia menjadi lebih penasaran lagi.
“Maksudku……Entah, bagaimana aku menjelaskannya…..Tapi rasanya hubungan kalian lebih dari sekedar sesama Nytes yang baru kenal dan kebetulan sekamar…….”
“Itu bukan kebetulan…….”
Aramos dan Andrea menatap Bill dengan terkejut, tapi tampaknya pemuda itu tidak tahu atau mungkin tidak mempedulikannya ketika melanjutkan kata-katanya.
“Dia bertukar kamar dengan Willem….....Willem mendapatkan tiga koin hijau dan kamar JE41, sekamar dengan Farlon Ronut dan The Red, Sanjay Khan …”
“Darimana kau tahu itu? Willem menceritakannya?”
“Tidak…….Ayahku yang menceritakannya. Willem memberitahukan kakaknya yang kebetulan saat ini bekerja di divisi Defoma, dan kakaknya bercerita kepada Ayahku, karena Willem juga menceritakan bahwa di kamar itu ada aku……”
Aramos dan Andrea bertatapan. Tapi kata-kata selanjutnya yang keluar dari Bill lebih mengejutkan mereka berdua.
“Tentang Aramos dan Julio, aku juga tahu sesuatu berdasarkan cerita ayahku juga……..Dulu Ayahku seangkatan dengan ayah Julio, dan mereka sekamar…….” Kata Bill tersenyum lebar. Sandwich pesanannya telah habis.
Aramos sedikit lega ketika Bill mulai bercerita lebih lanjut tentang kisah hubungan keluarga Bombersfish dan Delegas di masa lampau yang berlanjut hingga sekarang, dan mungkin akan terus berlanjut hingga keturunan-keturunan berikutnya. Sebab dengan demikian dia tidak perlu menjelaskan sesuatu yang justru masih sangat kabur dan sulit dipercayainya itu kepada Andrea. Cerita Bill yang sangat detail dan tidak dilebih-lebihkan membuat Aramos seperti mendengarkan kembali cerita yang disampaikan Julio padanya di malam itu.
Sudah lebih dari lima menit sejak Bill selesai bercerita, Cases Hotpan bahkan telah sepi dari pengunjung, hanya tersisa dua meja yang terisi, satu meja dekat jendela diisi dua pasang Nytes berseragam Putih Coklat, dan satunya meja mereka. Berbeda dengan meja lain yang agak berisik, meja mereka sunyi senyap kecuali suara Bill yang masih mengunyah potongan terakhir pie apelnya.
“Jadi……Cerita ini……Aku……” Pandangan Andrea yang gelisah hanya disambut senyum kecil kaku Aramos.
“Aku mengerti……Cukup mengerti” Akhirnya Andrea yang lama kembali. Tegas dan terlihat bijaksana seperti awal Bill dan Aramos mengenalnya.
Lima menit kemudian mereka sudah tiba di lantai lima, lantai kamar-kamar mereka. Di tangan Aramos terdapat buku-buku pelajaran mereka hari itu, buku panduan untuk pemelihara, dan sebuah kantong kertas berisi ayam goreng dan kentang untuk Julio.
“Kamu yakin bisa mengatasinya, Aramos? Atau aku harus ikut untuk menenangkannya?” Walaupun Bill dan Aramos tahu Andrea serius dengan kata-katanya, tapi mereka berdua terkejut juga mendengar ide Andrea yang beresiko sangat tinggi.
“Tidak apa-apa…….Aku dapat mengatasinya. Lagipula Bill pasti akan sangat membantu” Kata Aramos mencoba meyakinkan Andrea yang terlihat khawatir.
Bill mengangguk gugup. Jelas terlihat dia ketakutan tapi mencoba menguasainya. Bill tahu dia mungkin takkan menang untuk melawan Julio saat mengamuk, tapi dia juga cukup bijaksana menganggap Julio bukanlah binatang buas yang tidak akan menggunakan logika.
“Baiklah, aku akan menunggu sepuluh menit di sini. Berjaga-jaga. Jadi bila ada apa-apa, salah satu atau kalian berdua dapat berteriak sekeras-kerasnya. Setidaknya ketebalan buku Ramuan ini memiliki kegunaan lain selain ilmu di dalamnya…” Kata Andrea serius.
Aramos dan Bill tersenyum geli membayangkan Buku Ramuan yang memiliki ketebalan lebih dari sepuluh senti dan bercover tebal itu membuat Julio pingsan atau setidaknya benjol.
“Kalau tidak ada masalah, aku akan kembali ke kamar dan mulai belajar. Sebaiknya kalian juga jangan lupa, minggu depan kuis Hukum Dasar Bajak Laut, Miss Rynbou. Ingatkan juga si Gondrong itu saat dia sudah agak tenang. Sampai jumpa saat makan malam”
Aramos dan Bill mengangguk mengerti maksud kata-kata Andrea dan tentang siapa si Gondrong yang tidak lain tentu saja Julio.
Andrea duduk di bangku terdekat dengan East Side, sambil memandang Aramos dan Bill berjalan memasuki gang utama East Side dan menghilang ke salah satu gang yang lebih kecil.
Aramos mengamati pria pendek di hadapannya. Tingginya mungkin tidak sampai di pundak Aramos. Tapi pria itu terlihat sangat berkuasa. Tapi kalau dipikir-pikir itu wajar. Karena dialah pemimpin semua pemelihara di perpustakaan Eightlyst State Ship ini.
“Eh…..Aramos….Aramos Soammer”
Untuk sesaat Aramos sangat yakin bahwa pria kecil bernama Tuan Lenter itu mengenali nama itu. Entah bagaimana, tapi Aramos yakin Tuan Lenter juga mengenal moyangnya yang sangat kontroversial itu.
“Baiklah. Tapi kau harus tahu pekerjaan ini hanya kelihatannya saja mudah. Tapi sebenarnya sangat sulit. Ingat aku takkan membayar satu koin hijau per jam jika pekerjaanmu itu tidak selesai. Bagaimanapun, akhir pekan memang tidak terlalu sibuk. Sebagian besar penghuni Eighlyst sibuk bersenang-senang. Mereka tidak terlalu berminat pada perpustakaan ini. Tapi aku tetap kekurangan tenaga. Aku hanya memiliki sedikit pemelihara yang mau bekerja di akhir pekan. Jadi kuharap kau bersungguh-sungguh”
Aramos mengangguk. Dia memang dinyatakan lulus sejak pertama kali berhadapan dengan Tuan Lenter. Bukan karena dia sudah melalui berbagai test, tapi tampaknya karena tidak ada pelamar lain selain dirinya. Itu cukup mengherankannya. Tapi juga melegakannya.
Mungkin karena akhir pekan, seperti kata Tuan Lenter, sangat sedikit ada yang mau bekerja pada waktu seperti itu. Apalagi akhir pekan adalah besok, jadi dia tampaknya sudah sangat dibutuhkan.
Tuan Lenter menekan sebuah tombol di telepon mejanya. Beberapa detik kemudian tampak seorang wanita tua berkulit gelap dengan tinggi yang tak jauh beda dengan Aramos memasuki ruangan. Pakaiannya sedikit banyak menyerupai wanita kantoran dibandingkan wanita bajak laut. Sama seperti penampilan Tuan Lenter.
“Madame Roda… ini adalah Aramos. Mulai akhir pekan besok dan di setiap akhir pekan dia akan bekerja disini. Aku akan memberikan kamu kesempatan satu bulan. Pekerjaanmu akan dinilai langsung oleh Madame Roda. Dan percayalah, semua laporannya adalah penting bagiku. Baiklah Madame Roda, tolong urus administrasinya, dan siapkan dia”
Aramos mengucapkan terima kasih dan meninggalkan kantor tuan Lenter yang terletak disalah satu sudut perpustakaan yang super besar, mengikuti Madame Roda. Ternyata meja wanita itu berdampingan dengan pintu masuk keluar perpustakaan. Wanita itu tak banyak bercerita.
Dia hanya meminta kartu pengenal Aramos, dan mencatatnya di salah satu kertas berwarna merah. Dia menyerahkan sebuah buku panduan untuk para pemelihara dan sebuah tanda pengenal lain yang tampaknya khusus untuk para pekerja perpustakaan.
“Baiklah, mulai besok kau kerja di sini mulai pukul Sembilan pagi sampai dengan pukul dua belas siang. Perpustakaan ini hanya buka sampai jam begitu pada akhir pekan. Jangan lupa untuk absen di mesin absen. Koinmu dapat kau ambil setelah selesai, besok di mejaku.”
Aramos tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Dia baru saja mengatur buku panduan dan tanda pengenalnya ketika Andrea, Julio dan Bill muncul di hadapannya. Wajah mereka terlihat kurang senang, tapi yang paling menakutkan justru wajah Julio.
Mereka menariknya keluar perpustakaan, dan setengah menyeretnya ke salah satu lorong sempit di lantai tiga.
“Kamu ngapain sih?” suara Julio terdengar tidak sabar.
Aramos memandang ketiga temannya. Dia mungkin tidak akan dibunuh, tapi dia pasti akan kehilangan teman-teman yang sangat disukainya ini.
“Maafkan aku” Aramos menundukkan kepalanya dengan lesu.
“Kenapa kamu tak mengatakan pada kami kalau kamu mau bekerja di perpustakaan?”
“Iya…. Kenapa menyembunyikannya?” desak Andrea tak sabar.
“aaaahhh…. Itu tak penting” Julio berkacak pinggang dengan kesal “sekarang anak kecil, kembali ke sana dan katakan pada wanita tua itu kau tidak jadi bekerja di sana. Kau tidak akan menjadi pemelihara akhir pekan untuk perpustakaan itu”
“Tidak bisa, Julio….. aku sudah berjanji pada Tuan Lenter. Lagipula tidak mungkin belum masuk kerja saja aku sudah harus mengundurkan diri. Itu sama saja mempermainkan mereka. padahal mereka sudah menerimaku”
“Itu benar juga, sih! Iya kan Bill”
“Dasar bodoh. Mereka menerimamu bukan karena kamu sesuai keinginan mereka. tapi karena kamu satu-satunya Nytes yang mau bekerja di tempat mereka, pada akhir pekan lagi! Sudah jangan banyak bicara. Kamu kembali…..”
“Hei, Julio. Jangan seenaknya saja menyuruh-nyuruh orang. Alasan Aramos tepat, lagipula ini hidupnya.”
“Diam kau, cewek cerewet. Ini urusanku dengan dia”
“ooohhh…. Aku tahu. Ini pasti gara-gara kamu. Makanya Aramos tak mau mengatakan apapapun pada kita. Kamu memang suka seenaknya”
“Lho, apa salahku…..aku hanya mengatakan yang sebenarnya. Aramos tak butuh koin dari bekerja. Dia memiliki tabungan bersama denganku kan?”
“Tapi itu milikmu, Julio. Aku tak mungkin menggunakannya semauku. Aku juga memiliki keinginan. Banyak keinginan”
Julio terdiam. Aramos menghembuskan napasnya dengan tak sabar. Andrea dan Bill juga tak berkata apa-apa. Akhirnya Julio berjalan menjauh meninggalkan mereka.
“Hei…. Mau ke mana? Kita belum makan siang”
“Aku tak lapar”
Julio menghilang di sudut lorong. Tampaknya dia menuju kamar mereka.
“Maafkan aku”
“Sudahlah. Bagaimanapun ini hidupmu. Tapi menurutku Julio bermaksud baik”
“Iya, dia tampak sangat menyukaimu”
Andrea dan Aramos memandangi Bill dengan shock.
“Maksudku dalam arti baik, kalian tahu…..menyayangi….menyayangi seperti teman….teman, saudara mungkin?”
Mereka hanya tersenyum. Sesaat kemudian mereka menuju ke Hotpan walaupun masing-masing dari mereka tak ada yang berminat untuk makan siang saat itu.
Hotpan tampak sedikit sesak. Ternyata banyak juga Nytes yang memilih Hotpan sebagai salah satu tempat melepaskan haus dan lapar.
Dengan sedikit berdesakan, mereka menuju ke salah satu sudut Hotpan. Tempat yang agak menjorok di dekat pintu dapur. Walaupun sebenarnya hanya dikhususkan untuk dua orang, mereka akhirnya menemukan sebuah kursi kosong untuk salah seorang dari mereka.
Sebenarnya posisi tempat duduk mereka cukup menguntungkan. Karena selain dapat mencium berbagai bau masakan, dan tentu saja Bill sangat bersemangat melakukannya, mereka juga dapat melihat leluasa ke koridor luar melalui jendela super besar Hotpan, tanpa terlalu menyolok.
‘Mulai sekarang berjanjilah. Kita akan saling bercerita apapun…..dan tak main rahasia-rahasiaan ya!”
Andrea mengacungkan jari kelingkingnya. Kedua sahabatnya yang lain saling mengangguk dan mengaitkan kelingking mereka. Mereka bertiga tersenyum.
“Sekarang tinggal mengurus si cowok latin keras kepala itu. Yah, tampaknya tidak mudah. Tapi kuyakin dia akan baik-baik saja”
“Iya, kuharap begitu”
Bill menyentuh lengan Aramos dan tersenyum semenarik mungkin. Aramos dan Andrea langsung saja terbahak-bahak.
“Kenapa, sih? Aku kan berniat menghibur”
Bill pura-pura merengut, tapi langsung tersenyum senang. Beberapa menit kemudian mereka masing-masing telah mulai menikmati seporsi mie pangsit dan sepotong pie apel ditemani jus jambu. Sedangkan Bill sendiri menambah makan siangnya dengan sepotong sandwich yang seharga satu koin hitam.
Mereka agak diam, tapi setidaknya suasana sudah lebih mencair dibandingkan tadi. Dan selera makan Bill yang sempat menghilang beberapa menit lalu sudah kembali. Beberapa Nytes telah meninggalkan Hotpan sehingga suasana sedikit lebih tenang.
Aramos memanggil seorang Nytes senior berseragam putih coklat berhidung bengkok dan memesan beberapa potong ayam goreng, sosis dan kentang seharga dua koin hitam.
“Kamu masih lapar?”
“Bukan itu untuk Julio. Bagaimanapun dia pasti lapar”
Andrea tersenyum kecil, dan membiarkan Aramos menyelesaikan makanannya. Sejak kemarin, sejak Julio mendesak Aramos menjadi pihak lainnya yang berhak menarik koin dari Cases B’Coins, dia sudah memiliki banyak pertanyaan. Dan kejadian marah-marah Julio yang terlihat berlebihan ketika Aramos memutuskan bekerja di Perpustakaan lebih memperbanyak pertanyaan di pikirannya. Andrea tahu ada sesuatu yang belum diungkapkan dari hubungan Aramos dan Julio, tapi dia tidak tahu bagaimana cara mengetahuinya tanpa perlu bertanya langsung pada kedua orang temannya itu.
Andrea memainkan tissue di tangannya.
“Aramos, bolehkah aku menanyakan sesuatu padamu?”
Aramos mengangguk dengan sepotong pie apel masih dikunyahnya.
“Sebenarnya hubunganmu dengan Julio itu bagaimana?”
Pandangan Aramos yang sedikit terkejut, membuat Andrea tahu dia harus lebih mendesak lagi, jangan sampai Aramos mundur dan akhirnya dia menjadi lebih penasaran lagi.
“Maksudku……Entah, bagaimana aku menjelaskannya…..Tapi rasanya hubungan kalian lebih dari sekedar sesama Nytes yang baru kenal dan kebetulan sekamar…….”
“Itu bukan kebetulan…….”
Aramos dan Andrea menatap Bill dengan terkejut, tapi tampaknya pemuda itu tidak tahu atau mungkin tidak mempedulikannya ketika melanjutkan kata-katanya.
“Dia bertukar kamar dengan Willem….....Willem mendapatkan tiga koin hijau dan kamar JE41, sekamar dengan Farlon Ronut dan The Red, Sanjay Khan …”
“Darimana kau tahu itu? Willem menceritakannya?”
“Tidak…….Ayahku yang menceritakannya. Willem memberitahukan kakaknya yang kebetulan saat ini bekerja di divisi Defoma, dan kakaknya bercerita kepada Ayahku, karena Willem juga menceritakan bahwa di kamar itu ada aku……”
Aramos dan Andrea bertatapan. Tapi kata-kata selanjutnya yang keluar dari Bill lebih mengejutkan mereka berdua.
“Tentang Aramos dan Julio, aku juga tahu sesuatu berdasarkan cerita ayahku juga……..Dulu Ayahku seangkatan dengan ayah Julio, dan mereka sekamar…….” Kata Bill tersenyum lebar. Sandwich pesanannya telah habis.
Aramos sedikit lega ketika Bill mulai bercerita lebih lanjut tentang kisah hubungan keluarga Bombersfish dan Delegas di masa lampau yang berlanjut hingga sekarang, dan mungkin akan terus berlanjut hingga keturunan-keturunan berikutnya. Sebab dengan demikian dia tidak perlu menjelaskan sesuatu yang justru masih sangat kabur dan sulit dipercayainya itu kepada Andrea. Cerita Bill yang sangat detail dan tidak dilebih-lebihkan membuat Aramos seperti mendengarkan kembali cerita yang disampaikan Julio padanya di malam itu.
Sudah lebih dari lima menit sejak Bill selesai bercerita, Cases Hotpan bahkan telah sepi dari pengunjung, hanya tersisa dua meja yang terisi, satu meja dekat jendela diisi dua pasang Nytes berseragam Putih Coklat, dan satunya meja mereka. Berbeda dengan meja lain yang agak berisik, meja mereka sunyi senyap kecuali suara Bill yang masih mengunyah potongan terakhir pie apelnya.
“Jadi……Cerita ini……Aku……” Pandangan Andrea yang gelisah hanya disambut senyum kecil kaku Aramos.
“Aku mengerti……Cukup mengerti” Akhirnya Andrea yang lama kembali. Tegas dan terlihat bijaksana seperti awal Bill dan Aramos mengenalnya.
Lima menit kemudian mereka sudah tiba di lantai lima, lantai kamar-kamar mereka. Di tangan Aramos terdapat buku-buku pelajaran mereka hari itu, buku panduan untuk pemelihara, dan sebuah kantong kertas berisi ayam goreng dan kentang untuk Julio.
“Kamu yakin bisa mengatasinya, Aramos? Atau aku harus ikut untuk menenangkannya?” Walaupun Bill dan Aramos tahu Andrea serius dengan kata-katanya, tapi mereka berdua terkejut juga mendengar ide Andrea yang beresiko sangat tinggi.
“Tidak apa-apa…….Aku dapat mengatasinya. Lagipula Bill pasti akan sangat membantu” Kata Aramos mencoba meyakinkan Andrea yang terlihat khawatir.
Bill mengangguk gugup. Jelas terlihat dia ketakutan tapi mencoba menguasainya. Bill tahu dia mungkin takkan menang untuk melawan Julio saat mengamuk, tapi dia juga cukup bijaksana menganggap Julio bukanlah binatang buas yang tidak akan menggunakan logika.
“Baiklah, aku akan menunggu sepuluh menit di sini. Berjaga-jaga. Jadi bila ada apa-apa, salah satu atau kalian berdua dapat berteriak sekeras-kerasnya. Setidaknya ketebalan buku Ramuan ini memiliki kegunaan lain selain ilmu di dalamnya…” Kata Andrea serius.
Aramos dan Bill tersenyum geli membayangkan Buku Ramuan yang memiliki ketebalan lebih dari sepuluh senti dan bercover tebal itu membuat Julio pingsan atau setidaknya benjol.
“Kalau tidak ada masalah, aku akan kembali ke kamar dan mulai belajar. Sebaiknya kalian juga jangan lupa, minggu depan kuis Hukum Dasar Bajak Laut, Miss Rynbou. Ingatkan juga si Gondrong itu saat dia sudah agak tenang. Sampai jumpa saat makan malam”
Aramos dan Bill mengangguk mengerti maksud kata-kata Andrea dan tentang siapa si Gondrong yang tidak lain tentu saja Julio.
Andrea duduk di bangku terdekat dengan East Side, sambil memandang Aramos dan Bill berjalan memasuki gang utama East Side dan menghilang ke salah satu gang yang lebih kecil.
0
Kutip
Balas