- Beranda
- Stories from the Heart
Novel : Kisah Para Keturunan Bajak Laut
...
TS
sun81
Novel : Kisah Para Keturunan Bajak Laut

Sejak dulu suka sekali menulis......membayangkan berbagai petualangan mulai yang manis, dramatis hingga romantis. Ini adalah karya novel pertamaku tentang petualangan. Sudah pernah kutulis di forum Lounge tapi banyak yang pada protes n pembacanya kurang

semoga di forum ini lebih banyak peminatnya
Baiklah, selamat menikmati ya! En bantu doanya supaya bisa diterbitkan dalam bentuk fisik.
Spoiler for :
Bila Petualangan penyihir cilik di belahan dunia Eropa dan kisah romantis manusia dan vampir dari Amerika bisa menembus pasar dunia, maka kisah pirates cilik pun seharusnya bisa juga kan?
Untuk updatenya dipastikan sebulan sekali tapi tergantung kuota ya.......maklum penulis modal pas-pasan

Untuk updatenya dipastikan sebulan sekali tapi tergantung kuota ya.......maklum penulis modal pas-pasan
Spoiler for Prolog:
Selama berabad-abad yang lampau, laut merupakan tempat terkaya di muka bumi. Ketika Laut menjadi jalan untuk mencapai penjuru dunia, menukar sutra dan rempah, menjadikan setiap tetes anggur berubah ke setiap keping emas dan perak, laut adalah surga bagi para penguasanya.
Hingga lahirlah para penguasa yang lebih besar lagi. Para penguasa yang serakah yang ingin menguasai semua kekayaan laut dan mencicipi sedikit banyak kenikmatan daratan. Bajak Laut. Nama-nama mereka dibisikkan dengan ketakutan di setiap deburan ombak dan setiap mendekati pantai, diteriakkan dengan jeritan yang takkan pernah dilupakan oleh semua tempat yang pernah disinggahinya.
Mereka mengambil semua yang dapat disentuh, menenggak semua yang dapat dinikmati lidah dan menghancurkan semua yang dapat diratakan.
Lebih dari tiga abad laut dan darat mereka jadikan sarang. Dan ketika puncaknya dunia semakin terasa sempit, mereka, para bajak laut mulai merasa tidak puas. Mereka mulai melirik bagian dari para bajak laut lainnya. Mereka mulai berperang antar sesama mereka. Mulai saling menghancurkan. Tidak lagi menghormati peraturan yang dulu mereka tegakkan dan mencari kepuasan sendiri dengan lebih serakah lagi.
Hingga terbelahlah laut dan kekuasaannya. Kelompok-kelompok yang merasa ketakutan mencoba berlindung di kubu-kubu yang lebih kuat. Kubu-kubu yang masih memegang prinsip dengan bayaran yang setimpal.
Tapi itu tak berlangsung lama. Ketika bulan pernama datang, di tengah ketenangan laut, terjadilah perang besar memecahkan kesunyian lautan. Dua kubu yang berbeda prinsip, berbeda pemimpin, berbeda tujuan dengan bantuan sekutu masing-masing saling menghancurkan. Pertempuran yang terjadi tujuh belas hari tujuh belas malam itu merusak kehidupan banyak pihak, sehingga pemerintahan beberapa kerajaan memutuskan untuk terlibat.
Son of Sea, kubu penguasa Timur dan Barat, di tengah tekanan kematian dan kekalahan melakukan kesepakatan dengan Kerajaan Inggris yang memiliki armada laut terbesar. Dengan menyerahkan lebih dari seribu peta tempat penyimpanan harta kekayaan miliknya dan para sekutunya, Son Of Sea diselamatkan dan dipulihkan seluruh kekuasaannya sebagai rakyat.
Dark Seas, kubu Utara dan Selatan, yang memiliki armada dua kali lipat daripada Son of Sea, akhirnya takluk di hadapan armada Inggris dan para sekutunya. Lebih dari seribu pengikut Dark Seas dihukum mati, sedangkan ratusan lainnya berhasil melarikan diri dan lenyap di telan kegelapan malam. Yang tertinggal hanyalah kapal induk Dark Starship bersama lebih dari tiga ribu peta harta karun.
Selama berabad-abad lamanya kekayaan-kekayaan yang tersimpan mulai ditemukan. Ujung Utara Selatan, Barat ke Timur, semua tempat diaduk-aduk sekutu pemenang. Tapi, ternyata para sekutu hanya mampu memperoleh sebagian kecil dari seluruh peta yang ada. Dan di luar sana masih menanti kekayaan-kekayaan berlimpah untuk ditemukan. Berpacu dengan waktu dan para keturunan pengikut Dark Seas, Pemerintah, dan sekutunya membentuk kembali kubu Son of Sea.
Hingga lahirlah para penguasa yang lebih besar lagi. Para penguasa yang serakah yang ingin menguasai semua kekayaan laut dan mencicipi sedikit banyak kenikmatan daratan. Bajak Laut. Nama-nama mereka dibisikkan dengan ketakutan di setiap deburan ombak dan setiap mendekati pantai, diteriakkan dengan jeritan yang takkan pernah dilupakan oleh semua tempat yang pernah disinggahinya.
Mereka mengambil semua yang dapat disentuh, menenggak semua yang dapat dinikmati lidah dan menghancurkan semua yang dapat diratakan.
Lebih dari tiga abad laut dan darat mereka jadikan sarang. Dan ketika puncaknya dunia semakin terasa sempit, mereka, para bajak laut mulai merasa tidak puas. Mereka mulai melirik bagian dari para bajak laut lainnya. Mereka mulai berperang antar sesama mereka. Mulai saling menghancurkan. Tidak lagi menghormati peraturan yang dulu mereka tegakkan dan mencari kepuasan sendiri dengan lebih serakah lagi.
Hingga terbelahlah laut dan kekuasaannya. Kelompok-kelompok yang merasa ketakutan mencoba berlindung di kubu-kubu yang lebih kuat. Kubu-kubu yang masih memegang prinsip dengan bayaran yang setimpal.
Tapi itu tak berlangsung lama. Ketika bulan pernama datang, di tengah ketenangan laut, terjadilah perang besar memecahkan kesunyian lautan. Dua kubu yang berbeda prinsip, berbeda pemimpin, berbeda tujuan dengan bantuan sekutu masing-masing saling menghancurkan. Pertempuran yang terjadi tujuh belas hari tujuh belas malam itu merusak kehidupan banyak pihak, sehingga pemerintahan beberapa kerajaan memutuskan untuk terlibat.
Son of Sea, kubu penguasa Timur dan Barat, di tengah tekanan kematian dan kekalahan melakukan kesepakatan dengan Kerajaan Inggris yang memiliki armada laut terbesar. Dengan menyerahkan lebih dari seribu peta tempat penyimpanan harta kekayaan miliknya dan para sekutunya, Son Of Sea diselamatkan dan dipulihkan seluruh kekuasaannya sebagai rakyat.
Dark Seas, kubu Utara dan Selatan, yang memiliki armada dua kali lipat daripada Son of Sea, akhirnya takluk di hadapan armada Inggris dan para sekutunya. Lebih dari seribu pengikut Dark Seas dihukum mati, sedangkan ratusan lainnya berhasil melarikan diri dan lenyap di telan kegelapan malam. Yang tertinggal hanyalah kapal induk Dark Starship bersama lebih dari tiga ribu peta harta karun.
Selama berabad-abad lamanya kekayaan-kekayaan yang tersimpan mulai ditemukan. Ujung Utara Selatan, Barat ke Timur, semua tempat diaduk-aduk sekutu pemenang. Tapi, ternyata para sekutu hanya mampu memperoleh sebagian kecil dari seluruh peta yang ada. Dan di luar sana masih menanti kekayaan-kekayaan berlimpah untuk ditemukan. Berpacu dengan waktu dan para keturunan pengikut Dark Seas, Pemerintah, dan sekutunya membentuk kembali kubu Son of Sea.

❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
Suka dengan petualangan Aramos dkk......silahkan preorder langsung dgn dm ig @littlesun81
**Beberapa bagian dan bab telah saya edit/blur ya.......Mohon maaf untuk yang baru mulai membaca dan belum selesai 🙏🙏
Silahkan hilangkan rasa penasaran dengan memesan bukunya👍👍GBUs
#winddoghss
❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
Bab 1 A - B
Bab 2 A - C
Bab 3 A - B
Bab 3 C
Bab 4 A - C
Bab 5 A - B
Bab 6
Bab 7 A - B
Bab 8 A - B
Bab 9 A - B
Bab 10 A - B
Bab 10 C - D
Bab 10 E - F
Bab 11 A - B
Bab 11 C - D
Bab 12 A - B
Bab 13 A - B
Bab 13 C
Bab 14 A - B
Bab 15 A
Bab 15 B
Bab 15 C
Bab 16 A - B
Bab 16 C
Bab 17
Bab 18 A - B
Bab 18 C
Bab 19 A
Bab 19 B
Bab 20 A - B
Bab 21 A - B
Bab 21 C - D
Bab 21 E - F
Bab 21 G
Ane mau nanya
(Mohon berkenan di jawab)
Bab 22 A - B
Bab 22 C
Bab 23 A
Bab 23 B
Bab 24 A
Bab 24 B
Bab 25 A
Bab 25 B (Tamat)
Spoiler for KaryaQu yang lain...... (mampir ya!):
Diubah oleh sun81 29-06-2025 00:18
2
33.6K
Kutip
216
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
sun81
#10
Spoiler for Bab 7 A:
“Kebiasaan hidup bebas, membuat seluruh bajak laut tidak tunduk kepada hukum manapun. Tapi bukan berarti mereka tidak memiliki peraturan . di bawah bendera Jolly Roger, mereka menetapkan beberapa peraturan yang lebih cenderung dipahami daripada tertulis.”
Miss Rynbou dengan pakaiannya yang bergaya bajak laut gypsi dengan rok panjangnya yang berwarna warni tampak sangat cantik. Umurnya mungkin tidak lebih dari tiga puluh lima tahun. Dengan kulit coklat terbakar Matahari, dia diberitakan sebagai guru tercantik di Eightlyst State Ship.
Suara bel membuyarkan sebagian besar lamunan remaja laki-laki, dan pandangan kagum dari remaja perempuan.
“Pelajarilah hukum dasar Bajak Laut lebih lanjut di Bendera Hukum Samudra. Kalian dapat meminjamnya di perpustakaan. Pastikan kalian siap minggu depan untuk test singkat. Ingat setiap test di kelas ini bernilai sepuluh poin untuk yang mampu menyelesaikan dengan sempurna.”
Para Nytes segera beranjak. Beberapa langsung keluar, sedangkan lainnya tampak masih bercengkerama. Aron bersama Forwed bersaudara tampak mendekati Miss Rynbou dengan saling dorong-mendorong.
“Ya, ada apa?”
Aron mengusap rambutnya. Aramos, Julio, dan Bill tersenyum kecil ketika melihat Andrea menirukan gaya Aron dengan lucu.
“Apa kabar, Miss Rynbou? Masih ingatkan dengan saya?”
Wanita itu tampak mengerutkan kening, berpikir sebentar, sebelum tersenyum.
“Ahhh…..Aron Berstard. Apa kabar?”
“Baik, Bu…… Senang melihat anda lagi. Anda makin cantik saja”
Miss Rynbou tersenyum kecil. Para Forwed berebutan memperkenalkan diri. Setelah tampak sekali itu hanya basa-basi, untuk menunjukkan kesombongan. Aron dan Forwed pamit keluar ruangan.
Miss Rynbou baru saja mengangkat wajahnya setelah merapikan mejanya ketika melihat mereka. Aramos dan Bill langsung memerah ketika wanita itu tersenyum, dan mengangguk kecil sebelum keluar ruangan.
“Dasar cowok” Andrea mendengus dan keluar meninggalkan ketiga pria itu yang terbengong-bengong.
“Kenapa dia?”
“Itu namanya kecemburuan antar sesama perempuan, Bill. Dimaklumi saja” Julio menepuk bahu Bill, dan keluar ruangan.
Aramos dan Bill segera mengikuti Julio. Mereka harus segera menuju lantai Sembilan, kelas mereka selanjutnya. Hari ini mereka dijadwalkan mengikuti tiga kelas. Kelas Garis Sejarah Penghuni Samudra, Kelas Hukum Dasar Bajak laut, dan yang terakhir adalah Kelas Pengamatan Cakrawala.
Kelas terakhir ini barada di lantai Sembilan, karena mereka akan mengamati beberapa titik, sama seperti para bajak laut mengamati lautan dan daratan tempat mereka berlabuh.
Mereka menaiki tangga dengan nafas terburu-buru. Mereka melewati beberapa lantai yang menampilkan interior seperti kantor berteknologi tinggi, ruangan-ruangan yang besar seperti tempat pesta atau pertemuan, sebuah lantai, seperti lantai lima tempat kamar mereka, yang dipastikan merupakan kamar-kamar para tamu, guru dan petinggi Eightlyst State Ship, dan lantai yang sebagian besar merupakan taman yang cukup luas. Lantai itu cukup terang karena sisi Barat dan Timurnya terdapat jendela-jendela super besar. Tampak beberapa rumah kaca kecil, tanaman dan bunga yang unik di taman itu. Semuanya sangat indah.
“Besok kita di sini” bisik Andrea bersemangat. “Untuk kelas Ramuan, Pengobatan dan Campuran.”
Mereka segera menaiki tangga yang terletak di antara dua kaktus besar. Mereka tiba di sebuah lantai yang sebagian besar dinding sisi-sisinya tidak ada. Ruangan itupun jauh lebih tinggi langit-langitnya di bandingkan ruangan-ruangan sebelumnya yang mereka lewati. Di situ cahaya matahari masuk dengan leluasa. Luar biasa indah. Mereka kini dengan jelas dapat melihat posisi Eightlyst State Ship yang terletak di antara bukit-bukit.
Bukit yang hijau, karang yang hitam, langit dan laut yang biru, serta buih-buih putih ombak merupakan perpaduan keindahan yang sangat sulit diterjemahkan. Samudra yang terbentang luas jauh dibalik bukit pun dapat mereka lihat sedikit diantara lembah. Mereka tiba-tiba merasakan kedamaian.
Miss Rynbou dengan pakaiannya yang bergaya bajak laut gypsi dengan rok panjangnya yang berwarna warni tampak sangat cantik. Umurnya mungkin tidak lebih dari tiga puluh lima tahun. Dengan kulit coklat terbakar Matahari, dia diberitakan sebagai guru tercantik di Eightlyst State Ship.
Suara bel membuyarkan sebagian besar lamunan remaja laki-laki, dan pandangan kagum dari remaja perempuan.
“Pelajarilah hukum dasar Bajak Laut lebih lanjut di Bendera Hukum Samudra. Kalian dapat meminjamnya di perpustakaan. Pastikan kalian siap minggu depan untuk test singkat. Ingat setiap test di kelas ini bernilai sepuluh poin untuk yang mampu menyelesaikan dengan sempurna.”
Para Nytes segera beranjak. Beberapa langsung keluar, sedangkan lainnya tampak masih bercengkerama. Aron bersama Forwed bersaudara tampak mendekati Miss Rynbou dengan saling dorong-mendorong.
“Ya, ada apa?”
Aron mengusap rambutnya. Aramos, Julio, dan Bill tersenyum kecil ketika melihat Andrea menirukan gaya Aron dengan lucu.
“Apa kabar, Miss Rynbou? Masih ingatkan dengan saya?”
Wanita itu tampak mengerutkan kening, berpikir sebentar, sebelum tersenyum.
“Ahhh…..Aron Berstard. Apa kabar?”
“Baik, Bu…… Senang melihat anda lagi. Anda makin cantik saja”
Miss Rynbou tersenyum kecil. Para Forwed berebutan memperkenalkan diri. Setelah tampak sekali itu hanya basa-basi, untuk menunjukkan kesombongan. Aron dan Forwed pamit keluar ruangan.
Miss Rynbou baru saja mengangkat wajahnya setelah merapikan mejanya ketika melihat mereka. Aramos dan Bill langsung memerah ketika wanita itu tersenyum, dan mengangguk kecil sebelum keluar ruangan.
“Dasar cowok” Andrea mendengus dan keluar meninggalkan ketiga pria itu yang terbengong-bengong.
“Kenapa dia?”
“Itu namanya kecemburuan antar sesama perempuan, Bill. Dimaklumi saja” Julio menepuk bahu Bill, dan keluar ruangan.
Aramos dan Bill segera mengikuti Julio. Mereka harus segera menuju lantai Sembilan, kelas mereka selanjutnya. Hari ini mereka dijadwalkan mengikuti tiga kelas. Kelas Garis Sejarah Penghuni Samudra, Kelas Hukum Dasar Bajak laut, dan yang terakhir adalah Kelas Pengamatan Cakrawala.
Kelas terakhir ini barada di lantai Sembilan, karena mereka akan mengamati beberapa titik, sama seperti para bajak laut mengamati lautan dan daratan tempat mereka berlabuh.
Mereka menaiki tangga dengan nafas terburu-buru. Mereka melewati beberapa lantai yang menampilkan interior seperti kantor berteknologi tinggi, ruangan-ruangan yang besar seperti tempat pesta atau pertemuan, sebuah lantai, seperti lantai lima tempat kamar mereka, yang dipastikan merupakan kamar-kamar para tamu, guru dan petinggi Eightlyst State Ship, dan lantai yang sebagian besar merupakan taman yang cukup luas. Lantai itu cukup terang karena sisi Barat dan Timurnya terdapat jendela-jendela super besar. Tampak beberapa rumah kaca kecil, tanaman dan bunga yang unik di taman itu. Semuanya sangat indah.
“Besok kita di sini” bisik Andrea bersemangat. “Untuk kelas Ramuan, Pengobatan dan Campuran.”
Mereka segera menaiki tangga yang terletak di antara dua kaktus besar. Mereka tiba di sebuah lantai yang sebagian besar dinding sisi-sisinya tidak ada. Ruangan itupun jauh lebih tinggi langit-langitnya di bandingkan ruangan-ruangan sebelumnya yang mereka lewati. Di situ cahaya matahari masuk dengan leluasa. Luar biasa indah. Mereka kini dengan jelas dapat melihat posisi Eightlyst State Ship yang terletak di antara bukit-bukit.
Bukit yang hijau, karang yang hitam, langit dan laut yang biru, serta buih-buih putih ombak merupakan perpaduan keindahan yang sangat sulit diterjemahkan. Samudra yang terbentang luas jauh dibalik bukit pun dapat mereka lihat sedikit diantara lembah. Mereka tiba-tiba merasakan kedamaian.
Spoiler for Bab 7 B:
“Selamat datang, Nytes…… Selamat atas terpilihnya kalian untuk bergabung di Son of Seas. Kupastikan langkah kalian adalah langkah besar yang akan sangat menguntungkan untuk masa depan kalian.”
Nytes berkumpul mengelilingi seorang laki-laki tua berjenggot putih tipis. Wajahnya kasar dan terbakar Matahari. Matanya hijau gelap dengan alis yang tebal. Rambut ubannya gondrong dan diikat dengan asal-asalan dengan bendana berwarna hijau. Dia berbicara dengan leluasa walaupun sedang menghisap pipa yang menyala.
“Kelas ini adalah kelas yang menarik. Bagaimana kalian mempelajari berbagai hal besar hanya dari benda-benda kecil ini. Walaupun kapal dan kompas adalah peralatan yang sangat penting bagi para bajak laut, tapi teropong adalah peralatan yang harus….ingat…. harus….harus dimiliki semua bajak laut. Teropong yang baik akan menunjukkan pemandangan baik untuk kalian.”
Pria tua itu mengitari sebuah meja. Dengan tangan yang keriput, dia menunjukkan beberapa teropong yang sudah disiapkannya. Mulai ukuran sebesar korek api, panjang seperti suling, hingga yang sebesar seperti tiang listrik yang terbelah tiga bagian. Ada yang terlihat kuno, dan ada yang terlihat sangat modern. Semuanya kalau dihitung, terdapat enam belas jenis teropong yang berbeda-beda jenis, bentuk dan fungsi.
“Namaku Tuan Foraw Airflow. Kalian cukup memanggilku Tuan Airflow, dan ini adalah pelajaran pertama kalian” Tuan Airflow, guru Pengamatan Cakrawala itu mengangkat sebuah teropong kecil berbentuk pipa sepanjang sepuluh centi. Teropong itu ditariknya, hingga menjadi sepanjang lebih dari tiga puluh centi. Dari lingkaran terkecil ke lingkaran berdiameter terbesar.
“Pergilah ke peti itu, masing-masing silahkan mengambil satu. Itu akan menjadi milik kalian hingga kalian mampu membeli yang lebih baik atau lebih sesuai keinginan kalian. Jangan sampai hilang. Karena aku takkan memberikan gratis lagi. Dan, Oya……Bila kalian mampu membeli yang lain, kalian boleh menjual itu kembali padaku. Aku menghargainya dua koin hitam.”
Anak-anak berebutan mengambil teropong mereka masing-masing. Aramos segera mengambilnya juga, tepat saat bersamaan Aron melemparkan teropong yang diambilnya tadi secara kasar ke kotak. Aramos terkejut dan cemberut memandang pemuda pirang itu.
“Teropong seperti ini, tak ada bagusnya sama sekali. Aku sudah membeli yang lebih bagus kemarin.”
Aron mengeluarkan teropong yang dibelinya. Warnanya hitam mengkilat dan terlihat sangat modern. Berbeda dengan teropong yang dibagikan, teropong itu berbentuk dua tabung berukuran dua puluh senti dengan diameter sepuluh senti yang saling terkait. Beberapa tombol menghiasi bagian atas teropong itu. Tampaknya itu seperti tombol pengatur.
“Hei anak muda” Tuan Airflow merebut teropong Aron dengan kasar. “Berhati-hatilah memperlakukan teropong. Walaupun kau bilang milikmu ini modern, aku yakin kamu bodoh dalam menggunakannya. Jadi pakai dulu yang ini dan akan kuajari kamu agar menjadi tidak bodoh. Mengerti!”
Tuan Airflow mengembalikan teropong Aron dengan kasar dan melirik ke Aramos. Dia mengamati teropong yang dipilih Aramos dan mengangguk puas.
Aramos memandang Bill, Andrea dan Julio dengan bingung. Secara serempak mereka mengamati teropong pilihan mereka dengan lebih saksama. Saat itulah mereka melihat ukiran-ukiran yang aneh di masing-masing teropong itu. Ukiran itu tidak cocok satu sama lain. Teropong mereka memiliki ukiran berbeda satu sama lain.
“Peta harta karun kah?” Bisik Bill ketika mereka berempat membentuk lingkaran kecil sambil mengamati teropong masing-masing.
“Entahlah…..tapi rasanya tak mungkin. Aku tak pernah mendengar ada yang di berikan peta harta karun saat baru saja bergabung bersama Nytes” Kata Andrea bingung.
“Mungkin ada aturan yang diubah. Seperti kata Miss Rynbou, Bajak Laut tidak memiliki aturan yang paten”
Andrea melirik Julio dengan tak yakin. “Iya, guru cantik itu bilang begitu saat mengajarkan sejarah bajak laut, bukan saat kita berada di bawah organisasi SOS”
Mereka segera menyudahi percakapan itu dengan segan, saat suara kasar Tuan Airflow memanggil mereka menuju ke ujung selatan kapal. Mereka perlu berjalan lebih dari dua menit untuk mencapai ujung kapal yang dimaksud, karena kapal itu sangat panjang.
“Perhatikan pohon kelapa yang berjejer sepanjang bukit itu. Ada enam pohon kelapa. Hanya satu pohon kelapa yang memiliki keunikan. Aku ingin kalian mengamatinya selama sepuluh menit untuk mencari tahu pohon kelapa yang mana dan apa keunikannya”
“Ingat, mainkan jarak pandang teropong dengan memaju-mundurkannya. Perhatikan faktor biasan cahaya yang dapat menimbulkan fatamorgana, dan faktor permainan warna. Sudut pandang dapat kalian ubah untuk menemukan jawaban yang tepat. Berjejerlah dan mulai mengamati”
Aron dan Forwed bersaudara mulai mengambil posisi yang paling strategis menurut mereka walaupun itu berarti mendorong beberapa anak secara kasar termasuk Bill.
“Minggir gendut. Kamu menghabiskan tempat saja” Kevin Forwed mendorong Bill dengan kasar.
Untunglah Julio cepat menangkap bahu Bill hingga dia tidak terjatuh, walaupun sempat oleng. Julio sudah hendak maju, ketika Bill menariknya.
“Kita ke sisi kanan saja. Yuk!”
Walaupun Aramos juga kesal dengan kelakuan Aron dan Forwed bersaudara yang hanya cekikikan, dan tidak minta maaf pada Bill, tapi dia tahu juga tak baik jika membiarkan Julio terbakar amarahnya di hari pertama sekolah mereka.
“Kenapa sih kalian selalu mengalah pada mereka? Kita ini sama-sama keturunan bajak laut. Apa kalian tidak memiliki semangatnya?”
Andrea mengangkat teropongnya dan mulai mengamati. “Kita akan membalasnya. Pasti. Tapi dengan gaya Bajak Laut, bukan gaya premanisme.”
Julio mendengus. Dia tidak membantah, tapi terlihat kesal.
Aramos dan Bill tersenyum padanya dan mereka bertiga pun mulai melakukan pengamatan. Selama beberapa menit ke depan mereka mengamati dalam diam.
Aramos melihat ke keenam pohon kelapa dengan jantung berdebar-debar. Ini adalah tantangan pertama dari SOS pada dirinya, walaupun sebenarnya ditujukan bagi semua Nytes pemula, tapi entah mengapa dia merasa dia-lah yang ditantang.
Dia mulai mengamati pohon pertama. Tidak ada yang aneh. Begitu pula pohon kedua, ketiga dan seterusnya. Semuanya normal-norml saja sebagai pohon kelapa. Dia mencoba kembali. Teropongnya dia maju mundurkan untuk menghindari pandangan yang kabur dan tak jelas, tapi sekali lagi…. Tidak ada yang aneh apalagi unik di pohon-pohon kelapa itu.
Dengan sedikit putus asa dia menurunkan teropongnya. Tampaknya ketiga temannya yang lain sudah selesai mengamati juga.
“Bagaimana, ada yang melihat keanehan?”
Semua mereka menggeleng. Julio bahkan menggaruk kepalanya hingga rambutnya acak-acakkan.
“Entah kita semua yang buta, atau tua Bangka itu yang hendak mempermainkan kita”
“Hush, hati-hati kalau bicara Julio…….Tuan Airflow adalah seorang pahlawan. Kakekku pernah menceritakan padaku bagaimana dia berhasil mengetahui jebakan musuh hanya dengan teropong tuanya. Dia berhasil menyelamatkan sepuluh anggota Nytes angkatan pertama dari sergapan DST”
Andrea melirik ke orang yang dibicarakannya. Merasa diamati, pria tua itu balik menatap mereka dengan melotot. Segera saja mereka mengangkat teropong secara serempak dengan sedikit gugup. Bahkan Bill harus memutar-mutar beberapa kali teropongnya karena salah arah.
“Eh…..yang mana yang untuk dekat mata kita ya?”
“Yang kecil, Bill……Putar, yang kecil di sandarkan ke mata”
Aramos mencoba berkonsentrasi walaupun dia, Andrea dan Julio tertawa kecil menanggapi kelucuan aksi si Biil.
Aramos memaju mundurkan teropongnya perlahan seperti intruksi Tuan Airflow. Pada saat itulah tiba-tiba dia melihat sesuatu di balik daun-daun pohon kelapa ke tiga. Saat itu dia pikir dia mengalami fatamorgana, tapi ketika dia mulai memainkan teropongnya maju mundur, dia dapat melihat jelas sekarang.
Sebuah koin kuningan sangat kecil terkait di antara daun kelapa. Tadi dia memang sempat mengganti posisinya agak ke kanan, sehingga bagian belakang kelapa itu terlihat lebih jelas sekarang. Koin itu terlihat kaku. Dia seperti diikat kuat di daun satu dan daun lainnya pohon kelapa.
Dengan tak melepas pendangannya, dia menarik Julio agar ke posisinya. Pemuda itu tak ingin bergerak, tapi setelah dipaksa dengan tarikan kuat akhirnya dia mau juga.
“Lihat, pohon yang ketiga” bisik Aramos. Suaranya bergetar gugup, sama seperti jantungnya yang bedenyut kencang.
Sesaat sunyi. Aramos menurunkan teropongnya mengamati Julio yang terlihat sangat serius. Semenit kemudian Andrea dan Bill juga mengamati Julio.
Beberapa detik berlalu, Julio menurunkan teropongnya.
“Luar biasa. Kamu….. bagaimana?....Kamu…..Kamu berhasil melihatnya. Kalian bagaimana? Kalian melihatnya juga?”
Andrea mengangguk. Bill dengan semangat menganggukkan kepalanya dan tersenyum lebar. Dalam sekejap mereka berempat saling melemparkan senyum rahasia. Dan mereka segera mengambil tempat di sisi paling kanan kapal dengan bersandar pada sebuah tiang.
“Baiklah. Nytes…..waktu telah selesai. Kalian berkumpullah.”
Mengikuti para Nytes lainnya, mereka berempat pun berkumpul di hadapan Tuan Airflow. Beberapa murid terlihat menggerutu, bahkan ada yang bisik-bisik bingung.
“Baiklah. Sekarang waktunya jawaban bagiku. Kuharap diantara kalian ada yang cukup baik menjadi Eagle Eye, pengamat di atas kapal.”
“Untuk apa menjadi Eagle eye jika dapat menjadi Kapten kapal” Suara Aron membahana membelah kesunyian para murid. Cara dia mengucapkannya benar-benar membuat Aramos jengah dan kesal
Tapi tampaknya Tuan Airflow tidak terlalu terpengaruh. Dia mengangkat keningnya sedikit dan kemudian tertawa terbahak-bahak. Tawa orang tua yang serak.
“Keturunan Berstard yang sombong. Kurasa itu memang mengalir secara turun temurun” Tuan Airflow medekatkan wajah keriputnya ke wajah Aron hingga beberapa sentimeter. “Tapi mungkin sebaiknya kau tanyakan ke ayahmu, bagaimana kakekmu yang ceroboh itu hampir saja meninggal, tengelam bersama kapalnya, karena tidak menguasai ilmu ini dan mempercayai anak buahnya yang tidak lebih pandai dari dirinya, hah?…..”
Nytes seketika ribut. Banyak yang berbisik-bisik. Nick dan Kevin justru yang sibuk melotot keseluruh penjuru mata angin dengan pandangan mengancam. Dan saat pandangan mereka tiba ke arah mereka, Julio hanya tersenyum kecil mengancam dengan gaya khasnya, sehingga membuat kedua pemuda Forwed itu kembali ciut dan memalingkan wajah mereka.
Aron tampak geram. Dia membanting teropong pemberian Tuan Airflow dan berkacak pinggang.
“Itu hanya kesalahan kecil. Bahkan tidak sebanding dengan kesuksesan yang dicapai kakekku selama hidupnya.”
“Namanya kegagalan, kebodohan dan kecerobohan, akan selalu tercatat di memori setiap pelaut dan bajak laut. Tidak akan dapat dihapus……”
Melihat pemuda yang dihadapinya hanya terdiam, Tuan Airflow tampak puas. Dia mengangkat tangannya menenangkan semua Nytes.
“Baiklah…..aku butuh jawaban. Berikan aku jawaban memuaskan kalian untuk membuktikan bahwa suatu saat nanti kalian pantas menjadi Kapten kapal dengan kemampuan Eagle Eye”
Nytes terdiam beberapa menit. Tuan Airflow tampak memasukkan beberapa lembar tembakau kering lagi ke dalam pipanya. Dia begitu santai, dan tampak telah terbiasa bila pada awal-awal mata pelajarannya ini, tak ada satupun Nytes yang berhasil menjawab pertanyaannya.
Juulio mendorong bahu Aramos. Matanya melotot kesal. Tampaknya dia sudah tak sabar untuk mengatakan jawaban yang ditanya Tuan Airflow.
“Kau saja yang menjawab” bisik Aramos pelan. Dia gugup.
“”Dasar gila, itu jawaban milikmu…… Aku tak ada hubungannya. Cepat katakan!”
“Tapi…..”
“Aramos, Julio benar. Bagaimanapun jawaban itu kau yang temukan”
Aramos menatap Bill dengan tatapan memelas, tapi tampaknya Bill sangat sepakat dengan Julio. Akhirnya dia menatap Andrea yang diam dari tadi,meminta bantuan, tapi yang ditatap justru mengangkat bahunya dan balik menatapnya dengan tajam.
Sedetik kemudian, dengan mengejutkan, mendadak tangannya diangkat oleh Julio. Dan entah sial atau beruntung, justru pada saat itu pula Tuan Airflow mengangkat kepalanya dari pipa tembakaunya.
“Well….well….well….. tuan muda Aramos Bombersfish…… Baiklah. Berikan kejutan untukku yang sudah tua ini”
Aramos hendak membalikkan badannya meminta dukungan, tapi badannya justru dibalikkan kembali dengan kasar oleh Andrea.
“Katakan saja…..” bisik gadis itu dengan suara mendesis.
Aramos menelan ludah. Matahari yang bersinar terang di atas kapal pasti membantu mempertontonkan kegugupannya saat ini. Setelah menghirup udara beberapa kali, Aramos merasa siap.
“Pohon ketiga….. Pohon yang anda maksudkan adalah pohon ketiga”
Seketika Nytes ribut kembali. Aron, Nick, dan Kevin tersenyum sinis.
“Benarkah? Omong kosong apa itu. Kalau cuma tebak-tebakan semua juga bisa Bombersfish” Teriak Nick sambil diikuti tawa beberapa Nytes.
Aramos mengerutkan mulutnya. Dia merasa tersinggung karena Nick menyebutkan nama moyangnya dengan nada tidak sopan.
“Diam, semua diam……” Tuan Airflow mendekati Aramos. Kepulan asap di pipanya tak dapat menghilangkan ketajaman tatapan menyelidiknya. “Anak muda…… Pemuda pirang bermulut lebar itu benar. Bila hanya tebak-tebakan, semua bisa. Jadi katakan padaku, katakan sejelas-jelasnya keunikan apa yang kau lihat di pohon ke tiga itu. Dan kuharap itu bukan buah kelapa yang berwarna merah muda, anak muda……”
Aramos menggelengkan kepalanya. Dia dengan semangat menjelaskan apa yang dilihatnya, termasuk bagaimana posisi koin kuningan yang terlihat kaku itu.
Tuan Airflow memutar badannya. Beberapa menit suasana begitu tenang. Tuan Airflow, memegang salah satu sisi dinding kapal, dan pandangan matanya begitu jauh ke arah samudra yang kini terlihat jelas dari balik bukit.
Aramos, Julio, Bill dan Andrea saling berpandangan. Mereka tak mengerti apa yang terjadi. Hingga beberapa saat kemudian, Pria tua itu tiba-tiba tertawa terbahak-bahak, mengejutkan semua yang berada di situ.
Nytes berkumpul mengelilingi seorang laki-laki tua berjenggot putih tipis. Wajahnya kasar dan terbakar Matahari. Matanya hijau gelap dengan alis yang tebal. Rambut ubannya gondrong dan diikat dengan asal-asalan dengan bendana berwarna hijau. Dia berbicara dengan leluasa walaupun sedang menghisap pipa yang menyala.
“Kelas ini adalah kelas yang menarik. Bagaimana kalian mempelajari berbagai hal besar hanya dari benda-benda kecil ini. Walaupun kapal dan kompas adalah peralatan yang sangat penting bagi para bajak laut, tapi teropong adalah peralatan yang harus….ingat…. harus….harus dimiliki semua bajak laut. Teropong yang baik akan menunjukkan pemandangan baik untuk kalian.”
Pria tua itu mengitari sebuah meja. Dengan tangan yang keriput, dia menunjukkan beberapa teropong yang sudah disiapkannya. Mulai ukuran sebesar korek api, panjang seperti suling, hingga yang sebesar seperti tiang listrik yang terbelah tiga bagian. Ada yang terlihat kuno, dan ada yang terlihat sangat modern. Semuanya kalau dihitung, terdapat enam belas jenis teropong yang berbeda-beda jenis, bentuk dan fungsi.
“Namaku Tuan Foraw Airflow. Kalian cukup memanggilku Tuan Airflow, dan ini adalah pelajaran pertama kalian” Tuan Airflow, guru Pengamatan Cakrawala itu mengangkat sebuah teropong kecil berbentuk pipa sepanjang sepuluh centi. Teropong itu ditariknya, hingga menjadi sepanjang lebih dari tiga puluh centi. Dari lingkaran terkecil ke lingkaran berdiameter terbesar.
“Pergilah ke peti itu, masing-masing silahkan mengambil satu. Itu akan menjadi milik kalian hingga kalian mampu membeli yang lebih baik atau lebih sesuai keinginan kalian. Jangan sampai hilang. Karena aku takkan memberikan gratis lagi. Dan, Oya……Bila kalian mampu membeli yang lain, kalian boleh menjual itu kembali padaku. Aku menghargainya dua koin hitam.”
Anak-anak berebutan mengambil teropong mereka masing-masing. Aramos segera mengambilnya juga, tepat saat bersamaan Aron melemparkan teropong yang diambilnya tadi secara kasar ke kotak. Aramos terkejut dan cemberut memandang pemuda pirang itu.
“Teropong seperti ini, tak ada bagusnya sama sekali. Aku sudah membeli yang lebih bagus kemarin.”
Aron mengeluarkan teropong yang dibelinya. Warnanya hitam mengkilat dan terlihat sangat modern. Berbeda dengan teropong yang dibagikan, teropong itu berbentuk dua tabung berukuran dua puluh senti dengan diameter sepuluh senti yang saling terkait. Beberapa tombol menghiasi bagian atas teropong itu. Tampaknya itu seperti tombol pengatur.
“Hei anak muda” Tuan Airflow merebut teropong Aron dengan kasar. “Berhati-hatilah memperlakukan teropong. Walaupun kau bilang milikmu ini modern, aku yakin kamu bodoh dalam menggunakannya. Jadi pakai dulu yang ini dan akan kuajari kamu agar menjadi tidak bodoh. Mengerti!”
Tuan Airflow mengembalikan teropong Aron dengan kasar dan melirik ke Aramos. Dia mengamati teropong yang dipilih Aramos dan mengangguk puas.
Aramos memandang Bill, Andrea dan Julio dengan bingung. Secara serempak mereka mengamati teropong pilihan mereka dengan lebih saksama. Saat itulah mereka melihat ukiran-ukiran yang aneh di masing-masing teropong itu. Ukiran itu tidak cocok satu sama lain. Teropong mereka memiliki ukiran berbeda satu sama lain.
“Peta harta karun kah?” Bisik Bill ketika mereka berempat membentuk lingkaran kecil sambil mengamati teropong masing-masing.
“Entahlah…..tapi rasanya tak mungkin. Aku tak pernah mendengar ada yang di berikan peta harta karun saat baru saja bergabung bersama Nytes” Kata Andrea bingung.
“Mungkin ada aturan yang diubah. Seperti kata Miss Rynbou, Bajak Laut tidak memiliki aturan yang paten”
Andrea melirik Julio dengan tak yakin. “Iya, guru cantik itu bilang begitu saat mengajarkan sejarah bajak laut, bukan saat kita berada di bawah organisasi SOS”
Mereka segera menyudahi percakapan itu dengan segan, saat suara kasar Tuan Airflow memanggil mereka menuju ke ujung selatan kapal. Mereka perlu berjalan lebih dari dua menit untuk mencapai ujung kapal yang dimaksud, karena kapal itu sangat panjang.
“Perhatikan pohon kelapa yang berjejer sepanjang bukit itu. Ada enam pohon kelapa. Hanya satu pohon kelapa yang memiliki keunikan. Aku ingin kalian mengamatinya selama sepuluh menit untuk mencari tahu pohon kelapa yang mana dan apa keunikannya”
“Ingat, mainkan jarak pandang teropong dengan memaju-mundurkannya. Perhatikan faktor biasan cahaya yang dapat menimbulkan fatamorgana, dan faktor permainan warna. Sudut pandang dapat kalian ubah untuk menemukan jawaban yang tepat. Berjejerlah dan mulai mengamati”
Aron dan Forwed bersaudara mulai mengambil posisi yang paling strategis menurut mereka walaupun itu berarti mendorong beberapa anak secara kasar termasuk Bill.
“Minggir gendut. Kamu menghabiskan tempat saja” Kevin Forwed mendorong Bill dengan kasar.
Untunglah Julio cepat menangkap bahu Bill hingga dia tidak terjatuh, walaupun sempat oleng. Julio sudah hendak maju, ketika Bill menariknya.
“Kita ke sisi kanan saja. Yuk!”
Walaupun Aramos juga kesal dengan kelakuan Aron dan Forwed bersaudara yang hanya cekikikan, dan tidak minta maaf pada Bill, tapi dia tahu juga tak baik jika membiarkan Julio terbakar amarahnya di hari pertama sekolah mereka.
“Kenapa sih kalian selalu mengalah pada mereka? Kita ini sama-sama keturunan bajak laut. Apa kalian tidak memiliki semangatnya?”
Andrea mengangkat teropongnya dan mulai mengamati. “Kita akan membalasnya. Pasti. Tapi dengan gaya Bajak Laut, bukan gaya premanisme.”
Julio mendengus. Dia tidak membantah, tapi terlihat kesal.
Aramos dan Bill tersenyum padanya dan mereka bertiga pun mulai melakukan pengamatan. Selama beberapa menit ke depan mereka mengamati dalam diam.
Aramos melihat ke keenam pohon kelapa dengan jantung berdebar-debar. Ini adalah tantangan pertama dari SOS pada dirinya, walaupun sebenarnya ditujukan bagi semua Nytes pemula, tapi entah mengapa dia merasa dia-lah yang ditantang.
Dia mulai mengamati pohon pertama. Tidak ada yang aneh. Begitu pula pohon kedua, ketiga dan seterusnya. Semuanya normal-norml saja sebagai pohon kelapa. Dia mencoba kembali. Teropongnya dia maju mundurkan untuk menghindari pandangan yang kabur dan tak jelas, tapi sekali lagi…. Tidak ada yang aneh apalagi unik di pohon-pohon kelapa itu.
Dengan sedikit putus asa dia menurunkan teropongnya. Tampaknya ketiga temannya yang lain sudah selesai mengamati juga.
“Bagaimana, ada yang melihat keanehan?”
Semua mereka menggeleng. Julio bahkan menggaruk kepalanya hingga rambutnya acak-acakkan.
“Entah kita semua yang buta, atau tua Bangka itu yang hendak mempermainkan kita”
“Hush, hati-hati kalau bicara Julio…….Tuan Airflow adalah seorang pahlawan. Kakekku pernah menceritakan padaku bagaimana dia berhasil mengetahui jebakan musuh hanya dengan teropong tuanya. Dia berhasil menyelamatkan sepuluh anggota Nytes angkatan pertama dari sergapan DST”
Andrea melirik ke orang yang dibicarakannya. Merasa diamati, pria tua itu balik menatap mereka dengan melotot. Segera saja mereka mengangkat teropong secara serempak dengan sedikit gugup. Bahkan Bill harus memutar-mutar beberapa kali teropongnya karena salah arah.
“Eh…..yang mana yang untuk dekat mata kita ya?”
“Yang kecil, Bill……Putar, yang kecil di sandarkan ke mata”
Aramos mencoba berkonsentrasi walaupun dia, Andrea dan Julio tertawa kecil menanggapi kelucuan aksi si Biil.
Aramos memaju mundurkan teropongnya perlahan seperti intruksi Tuan Airflow. Pada saat itulah tiba-tiba dia melihat sesuatu di balik daun-daun pohon kelapa ke tiga. Saat itu dia pikir dia mengalami fatamorgana, tapi ketika dia mulai memainkan teropongnya maju mundur, dia dapat melihat jelas sekarang.
Sebuah koin kuningan sangat kecil terkait di antara daun kelapa. Tadi dia memang sempat mengganti posisinya agak ke kanan, sehingga bagian belakang kelapa itu terlihat lebih jelas sekarang. Koin itu terlihat kaku. Dia seperti diikat kuat di daun satu dan daun lainnya pohon kelapa.
Dengan tak melepas pendangannya, dia menarik Julio agar ke posisinya. Pemuda itu tak ingin bergerak, tapi setelah dipaksa dengan tarikan kuat akhirnya dia mau juga.
“Lihat, pohon yang ketiga” bisik Aramos. Suaranya bergetar gugup, sama seperti jantungnya yang bedenyut kencang.
Sesaat sunyi. Aramos menurunkan teropongnya mengamati Julio yang terlihat sangat serius. Semenit kemudian Andrea dan Bill juga mengamati Julio.
Beberapa detik berlalu, Julio menurunkan teropongnya.
“Luar biasa. Kamu….. bagaimana?....Kamu…..Kamu berhasil melihatnya. Kalian bagaimana? Kalian melihatnya juga?”
Andrea mengangguk. Bill dengan semangat menganggukkan kepalanya dan tersenyum lebar. Dalam sekejap mereka berempat saling melemparkan senyum rahasia. Dan mereka segera mengambil tempat di sisi paling kanan kapal dengan bersandar pada sebuah tiang.
“Baiklah. Nytes…..waktu telah selesai. Kalian berkumpullah.”
Mengikuti para Nytes lainnya, mereka berempat pun berkumpul di hadapan Tuan Airflow. Beberapa murid terlihat menggerutu, bahkan ada yang bisik-bisik bingung.
“Baiklah. Sekarang waktunya jawaban bagiku. Kuharap diantara kalian ada yang cukup baik menjadi Eagle Eye, pengamat di atas kapal.”
“Untuk apa menjadi Eagle eye jika dapat menjadi Kapten kapal” Suara Aron membahana membelah kesunyian para murid. Cara dia mengucapkannya benar-benar membuat Aramos jengah dan kesal
Tapi tampaknya Tuan Airflow tidak terlalu terpengaruh. Dia mengangkat keningnya sedikit dan kemudian tertawa terbahak-bahak. Tawa orang tua yang serak.
“Keturunan Berstard yang sombong. Kurasa itu memang mengalir secara turun temurun” Tuan Airflow medekatkan wajah keriputnya ke wajah Aron hingga beberapa sentimeter. “Tapi mungkin sebaiknya kau tanyakan ke ayahmu, bagaimana kakekmu yang ceroboh itu hampir saja meninggal, tengelam bersama kapalnya, karena tidak menguasai ilmu ini dan mempercayai anak buahnya yang tidak lebih pandai dari dirinya, hah?…..”
Nytes seketika ribut. Banyak yang berbisik-bisik. Nick dan Kevin justru yang sibuk melotot keseluruh penjuru mata angin dengan pandangan mengancam. Dan saat pandangan mereka tiba ke arah mereka, Julio hanya tersenyum kecil mengancam dengan gaya khasnya, sehingga membuat kedua pemuda Forwed itu kembali ciut dan memalingkan wajah mereka.
Aron tampak geram. Dia membanting teropong pemberian Tuan Airflow dan berkacak pinggang.
“Itu hanya kesalahan kecil. Bahkan tidak sebanding dengan kesuksesan yang dicapai kakekku selama hidupnya.”
“Namanya kegagalan, kebodohan dan kecerobohan, akan selalu tercatat di memori setiap pelaut dan bajak laut. Tidak akan dapat dihapus……”
Melihat pemuda yang dihadapinya hanya terdiam, Tuan Airflow tampak puas. Dia mengangkat tangannya menenangkan semua Nytes.
“Baiklah…..aku butuh jawaban. Berikan aku jawaban memuaskan kalian untuk membuktikan bahwa suatu saat nanti kalian pantas menjadi Kapten kapal dengan kemampuan Eagle Eye”
Nytes terdiam beberapa menit. Tuan Airflow tampak memasukkan beberapa lembar tembakau kering lagi ke dalam pipanya. Dia begitu santai, dan tampak telah terbiasa bila pada awal-awal mata pelajarannya ini, tak ada satupun Nytes yang berhasil menjawab pertanyaannya.
Juulio mendorong bahu Aramos. Matanya melotot kesal. Tampaknya dia sudah tak sabar untuk mengatakan jawaban yang ditanya Tuan Airflow.
“Kau saja yang menjawab” bisik Aramos pelan. Dia gugup.
“”Dasar gila, itu jawaban milikmu…… Aku tak ada hubungannya. Cepat katakan!”
“Tapi…..”
“Aramos, Julio benar. Bagaimanapun jawaban itu kau yang temukan”
Aramos menatap Bill dengan tatapan memelas, tapi tampaknya Bill sangat sepakat dengan Julio. Akhirnya dia menatap Andrea yang diam dari tadi,meminta bantuan, tapi yang ditatap justru mengangkat bahunya dan balik menatapnya dengan tajam.
Sedetik kemudian, dengan mengejutkan, mendadak tangannya diangkat oleh Julio. Dan entah sial atau beruntung, justru pada saat itu pula Tuan Airflow mengangkat kepalanya dari pipa tembakaunya.
“Well….well….well….. tuan muda Aramos Bombersfish…… Baiklah. Berikan kejutan untukku yang sudah tua ini”
Aramos hendak membalikkan badannya meminta dukungan, tapi badannya justru dibalikkan kembali dengan kasar oleh Andrea.
“Katakan saja…..” bisik gadis itu dengan suara mendesis.
Aramos menelan ludah. Matahari yang bersinar terang di atas kapal pasti membantu mempertontonkan kegugupannya saat ini. Setelah menghirup udara beberapa kali, Aramos merasa siap.
“Pohon ketiga….. Pohon yang anda maksudkan adalah pohon ketiga”
Seketika Nytes ribut kembali. Aron, Nick, dan Kevin tersenyum sinis.
“Benarkah? Omong kosong apa itu. Kalau cuma tebak-tebakan semua juga bisa Bombersfish” Teriak Nick sambil diikuti tawa beberapa Nytes.
Aramos mengerutkan mulutnya. Dia merasa tersinggung karena Nick menyebutkan nama moyangnya dengan nada tidak sopan.
“Diam, semua diam……” Tuan Airflow mendekati Aramos. Kepulan asap di pipanya tak dapat menghilangkan ketajaman tatapan menyelidiknya. “Anak muda…… Pemuda pirang bermulut lebar itu benar. Bila hanya tebak-tebakan, semua bisa. Jadi katakan padaku, katakan sejelas-jelasnya keunikan apa yang kau lihat di pohon ke tiga itu. Dan kuharap itu bukan buah kelapa yang berwarna merah muda, anak muda……”
Aramos menggelengkan kepalanya. Dia dengan semangat menjelaskan apa yang dilihatnya, termasuk bagaimana posisi koin kuningan yang terlihat kaku itu.
Tuan Airflow memutar badannya. Beberapa menit suasana begitu tenang. Tuan Airflow, memegang salah satu sisi dinding kapal, dan pandangan matanya begitu jauh ke arah samudra yang kini terlihat jelas dari balik bukit.
Aramos, Julio, Bill dan Andrea saling berpandangan. Mereka tak mengerti apa yang terjadi. Hingga beberapa saat kemudian, Pria tua itu tiba-tiba tertawa terbahak-bahak, mengejutkan semua yang berada di situ.
0
Kutip
Balas