- Beranda
- Stories from the Heart
Novel : Kisah Para Keturunan Bajak Laut
...
TS
sun81
Novel : Kisah Para Keturunan Bajak Laut

Sejak dulu suka sekali menulis......membayangkan berbagai petualangan mulai yang manis, dramatis hingga romantis. Ini adalah karya novel pertamaku tentang petualangan. Sudah pernah kutulis di forum Lounge tapi banyak yang pada protes n pembacanya kurang

semoga di forum ini lebih banyak peminatnya
Baiklah, selamat menikmati ya! En bantu doanya supaya bisa diterbitkan dalam bentuk fisik.
Spoiler for :
Bila Petualangan penyihir cilik di belahan dunia Eropa dan kisah romantis manusia dan vampir dari Amerika bisa menembus pasar dunia, maka kisah pirates cilik pun seharusnya bisa juga kan?
Untuk updatenya dipastikan sebulan sekali tapi tergantung kuota ya.......maklum penulis modal pas-pasan

Untuk updatenya dipastikan sebulan sekali tapi tergantung kuota ya.......maklum penulis modal pas-pasan
Spoiler for Prolog:
Selama berabad-abad yang lampau, laut merupakan tempat terkaya di muka bumi. Ketika Laut menjadi jalan untuk mencapai penjuru dunia, menukar sutra dan rempah, menjadikan setiap tetes anggur berubah ke setiap keping emas dan perak, laut adalah surga bagi para penguasanya.
Hingga lahirlah para penguasa yang lebih besar lagi. Para penguasa yang serakah yang ingin menguasai semua kekayaan laut dan mencicipi sedikit banyak kenikmatan daratan. Bajak Laut. Nama-nama mereka dibisikkan dengan ketakutan di setiap deburan ombak dan setiap mendekati pantai, diteriakkan dengan jeritan yang takkan pernah dilupakan oleh semua tempat yang pernah disinggahinya.
Mereka mengambil semua yang dapat disentuh, menenggak semua yang dapat dinikmati lidah dan menghancurkan semua yang dapat diratakan.
Lebih dari tiga abad laut dan darat mereka jadikan sarang. Dan ketika puncaknya dunia semakin terasa sempit, mereka, para bajak laut mulai merasa tidak puas. Mereka mulai melirik bagian dari para bajak laut lainnya. Mereka mulai berperang antar sesama mereka. Mulai saling menghancurkan. Tidak lagi menghormati peraturan yang dulu mereka tegakkan dan mencari kepuasan sendiri dengan lebih serakah lagi.
Hingga terbelahlah laut dan kekuasaannya. Kelompok-kelompok yang merasa ketakutan mencoba berlindung di kubu-kubu yang lebih kuat. Kubu-kubu yang masih memegang prinsip dengan bayaran yang setimpal.
Tapi itu tak berlangsung lama. Ketika bulan pernama datang, di tengah ketenangan laut, terjadilah perang besar memecahkan kesunyian lautan. Dua kubu yang berbeda prinsip, berbeda pemimpin, berbeda tujuan dengan bantuan sekutu masing-masing saling menghancurkan. Pertempuran yang terjadi tujuh belas hari tujuh belas malam itu merusak kehidupan banyak pihak, sehingga pemerintahan beberapa kerajaan memutuskan untuk terlibat.
Son of Sea, kubu penguasa Timur dan Barat, di tengah tekanan kematian dan kekalahan melakukan kesepakatan dengan Kerajaan Inggris yang memiliki armada laut terbesar. Dengan menyerahkan lebih dari seribu peta tempat penyimpanan harta kekayaan miliknya dan para sekutunya, Son Of Sea diselamatkan dan dipulihkan seluruh kekuasaannya sebagai rakyat.
Dark Seas, kubu Utara dan Selatan, yang memiliki armada dua kali lipat daripada Son of Sea, akhirnya takluk di hadapan armada Inggris dan para sekutunya. Lebih dari seribu pengikut Dark Seas dihukum mati, sedangkan ratusan lainnya berhasil melarikan diri dan lenyap di telan kegelapan malam. Yang tertinggal hanyalah kapal induk Dark Starship bersama lebih dari tiga ribu peta harta karun.
Selama berabad-abad lamanya kekayaan-kekayaan yang tersimpan mulai ditemukan. Ujung Utara Selatan, Barat ke Timur, semua tempat diaduk-aduk sekutu pemenang. Tapi, ternyata para sekutu hanya mampu memperoleh sebagian kecil dari seluruh peta yang ada. Dan di luar sana masih menanti kekayaan-kekayaan berlimpah untuk ditemukan. Berpacu dengan waktu dan para keturunan pengikut Dark Seas, Pemerintah, dan sekutunya membentuk kembali kubu Son of Sea.
Hingga lahirlah para penguasa yang lebih besar lagi. Para penguasa yang serakah yang ingin menguasai semua kekayaan laut dan mencicipi sedikit banyak kenikmatan daratan. Bajak Laut. Nama-nama mereka dibisikkan dengan ketakutan di setiap deburan ombak dan setiap mendekati pantai, diteriakkan dengan jeritan yang takkan pernah dilupakan oleh semua tempat yang pernah disinggahinya.
Mereka mengambil semua yang dapat disentuh, menenggak semua yang dapat dinikmati lidah dan menghancurkan semua yang dapat diratakan.
Lebih dari tiga abad laut dan darat mereka jadikan sarang. Dan ketika puncaknya dunia semakin terasa sempit, mereka, para bajak laut mulai merasa tidak puas. Mereka mulai melirik bagian dari para bajak laut lainnya. Mereka mulai berperang antar sesama mereka. Mulai saling menghancurkan. Tidak lagi menghormati peraturan yang dulu mereka tegakkan dan mencari kepuasan sendiri dengan lebih serakah lagi.
Hingga terbelahlah laut dan kekuasaannya. Kelompok-kelompok yang merasa ketakutan mencoba berlindung di kubu-kubu yang lebih kuat. Kubu-kubu yang masih memegang prinsip dengan bayaran yang setimpal.
Tapi itu tak berlangsung lama. Ketika bulan pernama datang, di tengah ketenangan laut, terjadilah perang besar memecahkan kesunyian lautan. Dua kubu yang berbeda prinsip, berbeda pemimpin, berbeda tujuan dengan bantuan sekutu masing-masing saling menghancurkan. Pertempuran yang terjadi tujuh belas hari tujuh belas malam itu merusak kehidupan banyak pihak, sehingga pemerintahan beberapa kerajaan memutuskan untuk terlibat.
Son of Sea, kubu penguasa Timur dan Barat, di tengah tekanan kematian dan kekalahan melakukan kesepakatan dengan Kerajaan Inggris yang memiliki armada laut terbesar. Dengan menyerahkan lebih dari seribu peta tempat penyimpanan harta kekayaan miliknya dan para sekutunya, Son Of Sea diselamatkan dan dipulihkan seluruh kekuasaannya sebagai rakyat.
Dark Seas, kubu Utara dan Selatan, yang memiliki armada dua kali lipat daripada Son of Sea, akhirnya takluk di hadapan armada Inggris dan para sekutunya. Lebih dari seribu pengikut Dark Seas dihukum mati, sedangkan ratusan lainnya berhasil melarikan diri dan lenyap di telan kegelapan malam. Yang tertinggal hanyalah kapal induk Dark Starship bersama lebih dari tiga ribu peta harta karun.
Selama berabad-abad lamanya kekayaan-kekayaan yang tersimpan mulai ditemukan. Ujung Utara Selatan, Barat ke Timur, semua tempat diaduk-aduk sekutu pemenang. Tapi, ternyata para sekutu hanya mampu memperoleh sebagian kecil dari seluruh peta yang ada. Dan di luar sana masih menanti kekayaan-kekayaan berlimpah untuk ditemukan. Berpacu dengan waktu dan para keturunan pengikut Dark Seas, Pemerintah, dan sekutunya membentuk kembali kubu Son of Sea.

❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
Suka dengan petualangan Aramos dkk......silahkan preorder langsung dgn dm ig @littlesun81
**Beberapa bagian dan bab telah saya edit/blur ya.......Mohon maaf untuk yang baru mulai membaca dan belum selesai 🙏🙏
Silahkan hilangkan rasa penasaran dengan memesan bukunya👍👍GBUs
#winddoghss
❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
Bab 1 A - B
Bab 2 A - C
Bab 3 A - B
Bab 3 C
Bab 4 A - C
Bab 5 A - B
Bab 6
Bab 7 A - B
Bab 8 A - B
Bab 9 A - B
Bab 10 A - B
Bab 10 C - D
Bab 10 E - F
Bab 11 A - B
Bab 11 C - D
Bab 12 A - B
Bab 13 A - B
Bab 13 C
Bab 14 A - B
Bab 15 A
Bab 15 B
Bab 15 C
Bab 16 A - B
Bab 16 C
Bab 17
Bab 18 A - B
Bab 18 C
Bab 19 A
Bab 19 B
Bab 20 A - B
Bab 21 A - B
Bab 21 C - D
Bab 21 E - F
Bab 21 G
Ane mau nanya
(Mohon berkenan di jawab)
Bab 22 A - B
Bab 22 C
Bab 23 A
Bab 23 B
Bab 24 A
Bab 24 B
Bab 25 A
Bab 25 B (Tamat)
Spoiler for KaryaQu yang lain...... (mampir ya!):
Diubah oleh sun81 29-06-2025 00:18
2
33.6K
Kutip
216
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
sun81
#5
Spoiler for Bab 3 C:
Aramos melirik ke Andrea yang telah dengan sigap menandatangani lembaran kertas itu. Begitupula dengan Bill yang berada di sebelah kanannya. Aramos melihat ke teman-temannya yang lain. Semuanya tampaknya tidak lagi berpikir panjang. Mereka menandatangani surat itu tanpa terlihat beban apapun. Bahkan Aron Berstard bersama Nick dan Kevin Forwed tampak tersenyum bangga sambil mengangkat tangannya mengikuti gerakan yang lain dan meneriakkan yel-yel mereka.
Aramos memutar kepalanya ke belakang. Matanya bertabrakan dengan Julio yang tampaknya dari tadi mengamatinya. Dengan gugup dia tersenyum.
“Kenapa kamu? Ingin pinjam pena?” kata-kata Julio terdengar tidak sabaran.
Aramos belum sempat menyahut, ketika Andrea mengulurkan penanya sambil tersenyum.
“Nih….. Pakai punyaku saja”
Aramos ragu-ragu mengambilnya. Sekali lagi dia melirik ke kertas yang sudah ditandatangani Andrea.
“Jangan bilang kalau kamu tidak tahu membuat tanda tangan ya!” Julio melipat tangannya. Entah kenapa dia terlihat sedikit kesal.
Bill juga telah bergabung. Dia sejak di ruangan itu tidak lagi mengunyah permen. Dan tampaknya tidak lagi gugup. Bill justru terlihat sangat bersemangat.
“Bukan. Hanya aku…. Aku tidak paham. Maksudku….aku ….aku tidak mengerti sepenuhnya isi surat ini”
“Itu surat perjanjian yang menyatakan kau sepenuhnya akan menjadi anggota SOS. Ketentuan lainnya jangan terlalu dipikirkan. Kita akan menjalaninya satu per satu. Lama kelamaan kita akan paham kok!”
Bill mengangguk, tanda mengiyakan pernyataan Andrea. Julio kini telah mengetuk-ngetukkan sepatunya ke lantai kayu dengan tidak sabar.
“Kamu kenapa sih? Hei…..kamu juga belum menandatangani suratnya. Jangan-jangan kamu yang tidak tahu tanda tangan”
Suara Andrea terdengar sedikit mengejek. Tapi Julio cuma mendengus dan tetap melotot ke Aramos. Aramos tahu waktunya tinggal semenit lagi. Dia berpikir cepat. Satu hal yang pasti dia tak ingin kembali ke rumahnya yang dulu. Dia ingin memulai hidup baru. Itu doanya selama ini. Dan tampaknya Tuhan telah menunjukkan sebuah jalan. Dia takkan menyia-nyiakannya.
Dengan segera Aramos menandatangani surat itu. Suara riuh perlahan-lahan mulai berhenti. Julio merampas pena dari tangan Aramos.
“Aku nggak punya pena.” Katanya sambil menandatangani surat miliknya.
“Kembalikan ya!” desis Andrea dan segera berbalik menghadap ke panggung.
Tampaknya Kapten Silverbond telah siap dengan pidato selanjutnya.
“Baiklah, para Nytes. Kalian telah memutuskan langkah kalian. Untuk selanjutnya, bagi yang belum siap dan ingin mengundurkan diri, silahkan mengikuti Tuan Jack Mini kembali ke kapal. Tuan Jack akan mengantar kalian kembali ke tempat kalian di jemput tadi…… tapi ingatlah, kapanpun kalian ingin kembali, kami bersedia menerima kalian….karena kalian adalah Nytes kebanggaan kami.”
Untuk sesaat seluruh ruangan terdiam. Tapi banyak pasang mata memandang ke arahnya. Aramos menjadi tidak nyaman. Apakah mereka mengharapkannya mengundurkan diri?
“Kenapa kamu?” bisik Bill
Aramos melirik teman barunya itu. Wajah bulatnya tampak polos.
“Mereka menatapku. Tampaknya mereka tak mengharapkanku.”
“Siapa bilang? Mereka bukan menatapmu. Mereka menatap yang dibelakangmu. Julio Delegas. Pemuda latin itu”
“Kenapa?” Aramos kebingungan. Tanpa disadarinya dia ikut-ikutan berpaling untuk menatap Julio. Tapi yang ditatap ternyata berbalik melototinya. Sehingga dengan segera dia memalingkan wajahnya.
Bill tidak sempat menjawab pertanyaannya. Kapten Silverbond langsung membuka suara begitu aula itu mulai terdengar gaduh.
“Baiklah…… kurasa semua telah memutuskan. Selamat!” seru Kapten Silverbond yang segera disambut seluruh ruangan dengan yel-yel khas mereka termasuk para anak baru.
Aramos pun ikut-ikutan. Untuk sesaat dia melupakan semua pertanyaan yang menggelantung dipikirannya. Dia ingin menikmati saat ini juga seperti anak-anak lainnya di ruangan itu.
Kapten Silverbond mengangkat tangannya. Ruangan itu kembali senyap.
“Baiklah. Kini kalian, para Nytes telah resmi menjadi keluarga besar SOS. Apapun yang terjadi nantinya, kalian harus menaati semua peraturan. Baik peraturan tertulis maupun tidak tertulis antar bajak laut. Sebagai awalnya, peraturan yang terutama adalah kalian dilarang untuk merampas harta karun milik Nytes lainnya. Harta karun yang tercecer atau tidak berpemilik dapat kalian miliki tanpa larangan apapun. Kalian adalah SOS. Sekarang dan selamanya. Ingat itu”
“Sebagai langkah awal kalian, serahkanlah surat pernyataan kalian ke Madame Bullets dan ambillah kantong harta karun pertama kalian.”
Aramos melihat ke arah yang di tunjuk kapten Silverbond. Seorang wanita berusia lewat setengah abad dengan badan gendut dan berkostum bajak laut dilengkapi rambut palsu berwarna jingga yang menyolok mengangguk ke mereka. Wajahnya keras dan tegas.
Anak-anak dari barisan paling depan mulai maju menyerahkan surat pernyataan mereka ke Madame Bullets. Setelah itu mereka mengambil kantong-kantong kecil di sebuah kotak besar. Yang laki-laki diharuskan mengambil kantong di kotak biru, sedangkan yang perempuan mengambil kantong di kotak merah.
Aramos berjalan mengikuti barisan. Dia menyerahkan surat kepada Madame Bullets. Untuk sedetik dia merasa wanita tua itu mengamatinya dengan tajam. Bukan untuk menakuti, tapi seakan menyelidikinya. Tapi karena harus segera beranjak menuju kotak, dia tidak lagi memikirkan lebih lanjut arti dari tatapan itu.
Aramos mengambil sebuah kantong di kotak biru. Kantong itu berwarna coklat kusam. Sama seperti kantong uang yang dulu dipakai para koboi atau pengelana. Ukurannya kecil dan tidak terlalu berat. Di kantong itu terbordir huruf dan angka. HE13. Aramos menggoyang sedikit kantong itu di dekat telinganya. Tampaknya terdapat beberapa benda di dalamnya, karena Aramos mendengar beberapa bunyi.
Mereka kemudian kembali ke tengah-tengah ruangan, tempat mereka tadinya berdiri. Bill tersenyum padanya sambil menggenggam kantong yang sama dengan miliknya. Bahkan tulisannya sama. HE13. Andrea di samping kanannya menggenggam kantong yang sama bentuknya, hanya tulisannya berbeda. CW36. Aramos baru saja akan buka mulut menanyakan beda tulisan itu ketika tiba-tiba kepala Julio terjulur diantaranya dan Andrea.
“Hei, kamu kenapa?”
Julio hanya melirik kesal ke Andrea dan melirik ke kantong Aramos. Dia tak mengeluarkan suara apapun. Tapi tampaknya dia puas dengan yang dilihatnya. Karena untuk pertama kalinya Aramos melihat pemuda latin itu tersenyum.
“Nytes sekalian” Kapten Silverbond kini telah tegak berdiri dan mengenakan topinya kembali. “Apa yang tertulis di kantong kalian adalah nomor kamar kalian selama kalian berada di sini. Kalian akan mendapatkan dua teman sekamar. Bersikaplah bijaksana. Belajarlah sebanyak mungkin. Dan Bersenang-senanglah. Ingat…… Kalian, siapa pun itu memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk menduduki berbagai jabatan di SOS. Tak perduli masa lalu kalian, siapa leluhur kalian, dan apa kata orang-orang tentang kalian, yang menentukan keberhasilan dan kesuksesan kalian, adalah kalian sendiri. Ingat itu”
“Sekarang kalian memiliki waktu kurang dari dua puluh empat jam untuk beradaptasi dengan Eightlyst State Ship. Manfaatkanlah. Sebagai langkah awal, kalian akan dipandu Madame Slyce ke lantai lima. Ke kamar kalian. Madame Slyce juga akan menjelaskan beberapa hal yang cukup penting di Eightlyst State Ship. Ingat….. Pelajarilah, kembangkanlah dan bersenang-senanglah…”
Seorang wanita tinggi dengan umur beberapa tahun lebih muda dari Madame Bullets turun dari panggung menuju pintu keluar. Wanita itu memiliki kulit gelap terbakar matahari dan sebuah pedang sangat panjang di kaitkan pada tali pinggangnya. Wajahnya tanpa ekspresi dan terkesan dingin. Beberapa detik dia berhenti menunggu para pendatang baru untuk mengikutinya. Ketika mereka mulai berbaris berjalan menuju pintu, saat yang bersamaan terdengar kembali yel-yel itu.
Aramos memutar kepalanya ke belakang. Matanya bertabrakan dengan Julio yang tampaknya dari tadi mengamatinya. Dengan gugup dia tersenyum.
“Kenapa kamu? Ingin pinjam pena?” kata-kata Julio terdengar tidak sabaran.
Aramos belum sempat menyahut, ketika Andrea mengulurkan penanya sambil tersenyum.
“Nih….. Pakai punyaku saja”
Aramos ragu-ragu mengambilnya. Sekali lagi dia melirik ke kertas yang sudah ditandatangani Andrea.
“Jangan bilang kalau kamu tidak tahu membuat tanda tangan ya!” Julio melipat tangannya. Entah kenapa dia terlihat sedikit kesal.
Bill juga telah bergabung. Dia sejak di ruangan itu tidak lagi mengunyah permen. Dan tampaknya tidak lagi gugup. Bill justru terlihat sangat bersemangat.
“Bukan. Hanya aku…. Aku tidak paham. Maksudku….aku ….aku tidak mengerti sepenuhnya isi surat ini”
“Itu surat perjanjian yang menyatakan kau sepenuhnya akan menjadi anggota SOS. Ketentuan lainnya jangan terlalu dipikirkan. Kita akan menjalaninya satu per satu. Lama kelamaan kita akan paham kok!”
Bill mengangguk, tanda mengiyakan pernyataan Andrea. Julio kini telah mengetuk-ngetukkan sepatunya ke lantai kayu dengan tidak sabar.
“Kamu kenapa sih? Hei…..kamu juga belum menandatangani suratnya. Jangan-jangan kamu yang tidak tahu tanda tangan”
Suara Andrea terdengar sedikit mengejek. Tapi Julio cuma mendengus dan tetap melotot ke Aramos. Aramos tahu waktunya tinggal semenit lagi. Dia berpikir cepat. Satu hal yang pasti dia tak ingin kembali ke rumahnya yang dulu. Dia ingin memulai hidup baru. Itu doanya selama ini. Dan tampaknya Tuhan telah menunjukkan sebuah jalan. Dia takkan menyia-nyiakannya.
Dengan segera Aramos menandatangani surat itu. Suara riuh perlahan-lahan mulai berhenti. Julio merampas pena dari tangan Aramos.
“Aku nggak punya pena.” Katanya sambil menandatangani surat miliknya.
“Kembalikan ya!” desis Andrea dan segera berbalik menghadap ke panggung.
Tampaknya Kapten Silverbond telah siap dengan pidato selanjutnya.
“Baiklah, para Nytes. Kalian telah memutuskan langkah kalian. Untuk selanjutnya, bagi yang belum siap dan ingin mengundurkan diri, silahkan mengikuti Tuan Jack Mini kembali ke kapal. Tuan Jack akan mengantar kalian kembali ke tempat kalian di jemput tadi…… tapi ingatlah, kapanpun kalian ingin kembali, kami bersedia menerima kalian….karena kalian adalah Nytes kebanggaan kami.”
Untuk sesaat seluruh ruangan terdiam. Tapi banyak pasang mata memandang ke arahnya. Aramos menjadi tidak nyaman. Apakah mereka mengharapkannya mengundurkan diri?
“Kenapa kamu?” bisik Bill
Aramos melirik teman barunya itu. Wajah bulatnya tampak polos.
“Mereka menatapku. Tampaknya mereka tak mengharapkanku.”
“Siapa bilang? Mereka bukan menatapmu. Mereka menatap yang dibelakangmu. Julio Delegas. Pemuda latin itu”
“Kenapa?” Aramos kebingungan. Tanpa disadarinya dia ikut-ikutan berpaling untuk menatap Julio. Tapi yang ditatap ternyata berbalik melototinya. Sehingga dengan segera dia memalingkan wajahnya.
Bill tidak sempat menjawab pertanyaannya. Kapten Silverbond langsung membuka suara begitu aula itu mulai terdengar gaduh.
“Baiklah…… kurasa semua telah memutuskan. Selamat!” seru Kapten Silverbond yang segera disambut seluruh ruangan dengan yel-yel khas mereka termasuk para anak baru.
Aramos pun ikut-ikutan. Untuk sesaat dia melupakan semua pertanyaan yang menggelantung dipikirannya. Dia ingin menikmati saat ini juga seperti anak-anak lainnya di ruangan itu.
Kapten Silverbond mengangkat tangannya. Ruangan itu kembali senyap.
“Baiklah. Kini kalian, para Nytes telah resmi menjadi keluarga besar SOS. Apapun yang terjadi nantinya, kalian harus menaati semua peraturan. Baik peraturan tertulis maupun tidak tertulis antar bajak laut. Sebagai awalnya, peraturan yang terutama adalah kalian dilarang untuk merampas harta karun milik Nytes lainnya. Harta karun yang tercecer atau tidak berpemilik dapat kalian miliki tanpa larangan apapun. Kalian adalah SOS. Sekarang dan selamanya. Ingat itu”
“Sebagai langkah awal kalian, serahkanlah surat pernyataan kalian ke Madame Bullets dan ambillah kantong harta karun pertama kalian.”
Aramos melihat ke arah yang di tunjuk kapten Silverbond. Seorang wanita berusia lewat setengah abad dengan badan gendut dan berkostum bajak laut dilengkapi rambut palsu berwarna jingga yang menyolok mengangguk ke mereka. Wajahnya keras dan tegas.
Anak-anak dari barisan paling depan mulai maju menyerahkan surat pernyataan mereka ke Madame Bullets. Setelah itu mereka mengambil kantong-kantong kecil di sebuah kotak besar. Yang laki-laki diharuskan mengambil kantong di kotak biru, sedangkan yang perempuan mengambil kantong di kotak merah.
Aramos berjalan mengikuti barisan. Dia menyerahkan surat kepada Madame Bullets. Untuk sedetik dia merasa wanita tua itu mengamatinya dengan tajam. Bukan untuk menakuti, tapi seakan menyelidikinya. Tapi karena harus segera beranjak menuju kotak, dia tidak lagi memikirkan lebih lanjut arti dari tatapan itu.
Aramos mengambil sebuah kantong di kotak biru. Kantong itu berwarna coklat kusam. Sama seperti kantong uang yang dulu dipakai para koboi atau pengelana. Ukurannya kecil dan tidak terlalu berat. Di kantong itu terbordir huruf dan angka. HE13. Aramos menggoyang sedikit kantong itu di dekat telinganya. Tampaknya terdapat beberapa benda di dalamnya, karena Aramos mendengar beberapa bunyi.
Mereka kemudian kembali ke tengah-tengah ruangan, tempat mereka tadinya berdiri. Bill tersenyum padanya sambil menggenggam kantong yang sama dengan miliknya. Bahkan tulisannya sama. HE13. Andrea di samping kanannya menggenggam kantong yang sama bentuknya, hanya tulisannya berbeda. CW36. Aramos baru saja akan buka mulut menanyakan beda tulisan itu ketika tiba-tiba kepala Julio terjulur diantaranya dan Andrea.
“Hei, kamu kenapa?”
Julio hanya melirik kesal ke Andrea dan melirik ke kantong Aramos. Dia tak mengeluarkan suara apapun. Tapi tampaknya dia puas dengan yang dilihatnya. Karena untuk pertama kalinya Aramos melihat pemuda latin itu tersenyum.
“Nytes sekalian” Kapten Silverbond kini telah tegak berdiri dan mengenakan topinya kembali. “Apa yang tertulis di kantong kalian adalah nomor kamar kalian selama kalian berada di sini. Kalian akan mendapatkan dua teman sekamar. Bersikaplah bijaksana. Belajarlah sebanyak mungkin. Dan Bersenang-senanglah. Ingat…… Kalian, siapa pun itu memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk menduduki berbagai jabatan di SOS. Tak perduli masa lalu kalian, siapa leluhur kalian, dan apa kata orang-orang tentang kalian, yang menentukan keberhasilan dan kesuksesan kalian, adalah kalian sendiri. Ingat itu”
“Sekarang kalian memiliki waktu kurang dari dua puluh empat jam untuk beradaptasi dengan Eightlyst State Ship. Manfaatkanlah. Sebagai langkah awal, kalian akan dipandu Madame Slyce ke lantai lima. Ke kamar kalian. Madame Slyce juga akan menjelaskan beberapa hal yang cukup penting di Eightlyst State Ship. Ingat….. Pelajarilah, kembangkanlah dan bersenang-senanglah…”
Seorang wanita tinggi dengan umur beberapa tahun lebih muda dari Madame Bullets turun dari panggung menuju pintu keluar. Wanita itu memiliki kulit gelap terbakar matahari dan sebuah pedang sangat panjang di kaitkan pada tali pinggangnya. Wajahnya tanpa ekspresi dan terkesan dingin. Beberapa detik dia berhenti menunggu para pendatang baru untuk mengikutinya. Ketika mereka mulai berbaris berjalan menuju pintu, saat yang bersamaan terdengar kembali yel-yel itu.
0
Kutip
Balas