- Beranda
- Stories from the Heart
Novel : Kisah Para Keturunan Bajak Laut
...
TS
sun81
Novel : Kisah Para Keturunan Bajak Laut

Sejak dulu suka sekali menulis......membayangkan berbagai petualangan mulai yang manis, dramatis hingga romantis. Ini adalah karya novel pertamaku tentang petualangan. Sudah pernah kutulis di forum Lounge tapi banyak yang pada protes n pembacanya kurang

semoga di forum ini lebih banyak peminatnya
Baiklah, selamat menikmati ya! En bantu doanya supaya bisa diterbitkan dalam bentuk fisik.
Spoiler for :
Bila Petualangan penyihir cilik di belahan dunia Eropa dan kisah romantis manusia dan vampir dari Amerika bisa menembus pasar dunia, maka kisah pirates cilik pun seharusnya bisa juga kan?
Untuk updatenya dipastikan sebulan sekali tapi tergantung kuota ya.......maklum penulis modal pas-pasan

Untuk updatenya dipastikan sebulan sekali tapi tergantung kuota ya.......maklum penulis modal pas-pasan
Spoiler for Prolog:
Selama berabad-abad yang lampau, laut merupakan tempat terkaya di muka bumi. Ketika Laut menjadi jalan untuk mencapai penjuru dunia, menukar sutra dan rempah, menjadikan setiap tetes anggur berubah ke setiap keping emas dan perak, laut adalah surga bagi para penguasanya.
Hingga lahirlah para penguasa yang lebih besar lagi. Para penguasa yang serakah yang ingin menguasai semua kekayaan laut dan mencicipi sedikit banyak kenikmatan daratan. Bajak Laut. Nama-nama mereka dibisikkan dengan ketakutan di setiap deburan ombak dan setiap mendekati pantai, diteriakkan dengan jeritan yang takkan pernah dilupakan oleh semua tempat yang pernah disinggahinya.
Mereka mengambil semua yang dapat disentuh, menenggak semua yang dapat dinikmati lidah dan menghancurkan semua yang dapat diratakan.
Lebih dari tiga abad laut dan darat mereka jadikan sarang. Dan ketika puncaknya dunia semakin terasa sempit, mereka, para bajak laut mulai merasa tidak puas. Mereka mulai melirik bagian dari para bajak laut lainnya. Mereka mulai berperang antar sesama mereka. Mulai saling menghancurkan. Tidak lagi menghormati peraturan yang dulu mereka tegakkan dan mencari kepuasan sendiri dengan lebih serakah lagi.
Hingga terbelahlah laut dan kekuasaannya. Kelompok-kelompok yang merasa ketakutan mencoba berlindung di kubu-kubu yang lebih kuat. Kubu-kubu yang masih memegang prinsip dengan bayaran yang setimpal.
Tapi itu tak berlangsung lama. Ketika bulan pernama datang, di tengah ketenangan laut, terjadilah perang besar memecahkan kesunyian lautan. Dua kubu yang berbeda prinsip, berbeda pemimpin, berbeda tujuan dengan bantuan sekutu masing-masing saling menghancurkan. Pertempuran yang terjadi tujuh belas hari tujuh belas malam itu merusak kehidupan banyak pihak, sehingga pemerintahan beberapa kerajaan memutuskan untuk terlibat.
Son of Sea, kubu penguasa Timur dan Barat, di tengah tekanan kematian dan kekalahan melakukan kesepakatan dengan Kerajaan Inggris yang memiliki armada laut terbesar. Dengan menyerahkan lebih dari seribu peta tempat penyimpanan harta kekayaan miliknya dan para sekutunya, Son Of Sea diselamatkan dan dipulihkan seluruh kekuasaannya sebagai rakyat.
Dark Seas, kubu Utara dan Selatan, yang memiliki armada dua kali lipat daripada Son of Sea, akhirnya takluk di hadapan armada Inggris dan para sekutunya. Lebih dari seribu pengikut Dark Seas dihukum mati, sedangkan ratusan lainnya berhasil melarikan diri dan lenyap di telan kegelapan malam. Yang tertinggal hanyalah kapal induk Dark Starship bersama lebih dari tiga ribu peta harta karun.
Selama berabad-abad lamanya kekayaan-kekayaan yang tersimpan mulai ditemukan. Ujung Utara Selatan, Barat ke Timur, semua tempat diaduk-aduk sekutu pemenang. Tapi, ternyata para sekutu hanya mampu memperoleh sebagian kecil dari seluruh peta yang ada. Dan di luar sana masih menanti kekayaan-kekayaan berlimpah untuk ditemukan. Berpacu dengan waktu dan para keturunan pengikut Dark Seas, Pemerintah, dan sekutunya membentuk kembali kubu Son of Sea.
Hingga lahirlah para penguasa yang lebih besar lagi. Para penguasa yang serakah yang ingin menguasai semua kekayaan laut dan mencicipi sedikit banyak kenikmatan daratan. Bajak Laut. Nama-nama mereka dibisikkan dengan ketakutan di setiap deburan ombak dan setiap mendekati pantai, diteriakkan dengan jeritan yang takkan pernah dilupakan oleh semua tempat yang pernah disinggahinya.
Mereka mengambil semua yang dapat disentuh, menenggak semua yang dapat dinikmati lidah dan menghancurkan semua yang dapat diratakan.
Lebih dari tiga abad laut dan darat mereka jadikan sarang. Dan ketika puncaknya dunia semakin terasa sempit, mereka, para bajak laut mulai merasa tidak puas. Mereka mulai melirik bagian dari para bajak laut lainnya. Mereka mulai berperang antar sesama mereka. Mulai saling menghancurkan. Tidak lagi menghormati peraturan yang dulu mereka tegakkan dan mencari kepuasan sendiri dengan lebih serakah lagi.
Hingga terbelahlah laut dan kekuasaannya. Kelompok-kelompok yang merasa ketakutan mencoba berlindung di kubu-kubu yang lebih kuat. Kubu-kubu yang masih memegang prinsip dengan bayaran yang setimpal.
Tapi itu tak berlangsung lama. Ketika bulan pernama datang, di tengah ketenangan laut, terjadilah perang besar memecahkan kesunyian lautan. Dua kubu yang berbeda prinsip, berbeda pemimpin, berbeda tujuan dengan bantuan sekutu masing-masing saling menghancurkan. Pertempuran yang terjadi tujuh belas hari tujuh belas malam itu merusak kehidupan banyak pihak, sehingga pemerintahan beberapa kerajaan memutuskan untuk terlibat.
Son of Sea, kubu penguasa Timur dan Barat, di tengah tekanan kematian dan kekalahan melakukan kesepakatan dengan Kerajaan Inggris yang memiliki armada laut terbesar. Dengan menyerahkan lebih dari seribu peta tempat penyimpanan harta kekayaan miliknya dan para sekutunya, Son Of Sea diselamatkan dan dipulihkan seluruh kekuasaannya sebagai rakyat.
Dark Seas, kubu Utara dan Selatan, yang memiliki armada dua kali lipat daripada Son of Sea, akhirnya takluk di hadapan armada Inggris dan para sekutunya. Lebih dari seribu pengikut Dark Seas dihukum mati, sedangkan ratusan lainnya berhasil melarikan diri dan lenyap di telan kegelapan malam. Yang tertinggal hanyalah kapal induk Dark Starship bersama lebih dari tiga ribu peta harta karun.
Selama berabad-abad lamanya kekayaan-kekayaan yang tersimpan mulai ditemukan. Ujung Utara Selatan, Barat ke Timur, semua tempat diaduk-aduk sekutu pemenang. Tapi, ternyata para sekutu hanya mampu memperoleh sebagian kecil dari seluruh peta yang ada. Dan di luar sana masih menanti kekayaan-kekayaan berlimpah untuk ditemukan. Berpacu dengan waktu dan para keturunan pengikut Dark Seas, Pemerintah, dan sekutunya membentuk kembali kubu Son of Sea.

❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
Suka dengan petualangan Aramos dkk......silahkan preorder langsung dgn dm ig @littlesun81
**Beberapa bagian dan bab telah saya edit/blur ya.......Mohon maaf untuk yang baru mulai membaca dan belum selesai 🙏🙏
Silahkan hilangkan rasa penasaran dengan memesan bukunya👍👍GBUs
#winddoghss
❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
Bab 1 A - B
Bab 2 A - C
Bab 3 A - B
Bab 3 C
Bab 4 A - C
Bab 5 A - B
Bab 6
Bab 7 A - B
Bab 8 A - B
Bab 9 A - B
Bab 10 A - B
Bab 10 C - D
Bab 10 E - F
Bab 11 A - B
Bab 11 C - D
Bab 12 A - B
Bab 13 A - B
Bab 13 C
Bab 14 A - B
Bab 15 A
Bab 15 B
Bab 15 C
Bab 16 A - B
Bab 16 C
Bab 17
Bab 18 A - B
Bab 18 C
Bab 19 A
Bab 19 B
Bab 20 A - B
Bab 21 A - B
Bab 21 C - D
Bab 21 E - F
Bab 21 G
Ane mau nanya
(Mohon berkenan di jawab)
Bab 22 A - B
Bab 22 C
Bab 23 A
Bab 23 B
Bab 24 A
Bab 24 B
Bab 25 A
Bab 25 B (Tamat)
Spoiler for KaryaQu yang lain...... (mampir ya!):
Diubah oleh sun81 29-06-2025 00:18
2
33.6K
Kutip
216
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
sun81
#4
Spoiler for Bab 3 A:
Tepat setengah jam dari kemunculan Jack Mini di ruangan itu, kapal selam mulai melambat. Lampu di dalam ruangan dimatikan sehingga yang terlihat hanya lampu kehijau-hijauan yang berasal dari lorong.
Aramos mendengar napas Bill yang terdengar terburu-buru.
“Bill, kamu tidak apa-apa?”
“Aku akan mati….. aku akan mati….. aku…..”
“Apa maksudmu, Bill….. tenanglah…..” Bisik Aramos khawatir. Teman barunya ini terdengar sangat ketakutan.
“Bill, kamu takut dengan kegelapan ya?” Tanya Andrea mendesis.
Bill diam. Kapal selam itu berhenti. Lampu dinyalakan kembali. Aramos melihat ke Bill. Pemuda itu terlihat pucat pasi. Dengan takut-takut Aramos menjulurkan telunjuknya ke bawah hidung Bill. Sedetik kemudian Bill tersengal-sengal membuat Aramos terkejut dan segera menarik tangannya.
“Kamu tidak apa-apa?”
Bill memandang Aramos dan Andrea bergantian. Ketika pandangannya bertemu dengan Julio yang memandangnya dengan tajam, segera saja Bill kelihatan gugup.
“Kamu itu keturunan bajak laut…. Tapi takut ruangan sempit, takut gelap, jangan-jangan takut ombak dan badai ya?” Suara Julio cukup lantang membuat Bill menunduk malu.
“Apa-apaan sih? Kamu itu jangan sombong. Bagaimanapun Bajak laut juga manusia biasa kan?” Andrea menyodorkan tissue ke Bill yang disambutnya dengan tatapan lega.
Julio mendengus.
Kapal terasa mulai naik ke permukaan. Ketika Kapal selam terdiam beberapa lama, anak-anak mulai ribut. Tampaknya semua gugup menanti apa yang akan terjadi.
Jack Mini datang sambil mengamati satu per satu anak-anak di dalam ruangan.
“Baiklah Kita mulai dari jalur belakang ini keluar. Ingat yang teratur. Jangan ada yang bersikap gegabah dan celaka. Bersiap-siaplah. Dan bawa semua bawaan kalian. Jangan ada yang ketinggalan atau aku akan membuangnya ke laut.”
Semua anak-anak kebingungan. Setelah mengambil barang masing-masing, anak-anak mulai berbaris sesuai perintah Jack Mini. Setelah menunggu beberapa saat, dan melihat bahwa anak-anak telah siap, Jack Mini menekan beberapa tombol dengan sigap.
Bagian belakang ruangan yang tadinya hanya berupa dinding besi, terlihat terbuka. Ternyata mereka menuju ke bagian ekor dari kapal. Ekor yang berupa lempengan besi datar dengan lebar tidak lebih dari lima meter itu memiliki panjang lebih dari dua puluh meter. Di ujung ekor tampak tersambung dengan dinding kayu yang sangat besar. Ekor itu menjadi jembatan.
Jack memberikan kode agar anak-anak maju. Beberapa anak mulai melangkah. Beberapa anak tampak terputar-putar kepalanya begitu sampai di tengah-tengah jembatan. Aramos penasaran apa yang dilihat anak-anak itu sehingga mereka seperti kebingungan bercampur takjub.
Ketika tiba giliran Andrea dan Julio berjalan, Bill menggenggam kedua tangannya dengan erat. Aramos memandang teman gendutnya itu sambil tersenyum.
“Hei kalian berdua. Cepat……” teriakan Jack Mini menyadarkan Aramos. Mereka telah ketinggalan cukup jauh dari Julio dan Andrea yang berdiri di tengah-tengah jembatan bersama beberapa anak-anak lain. Mereka semua berputar-putar seakan-akan melihat sesuatu yang ajaib.
Setelah tiga meter keluar dari badan kapal selam, sadarlah Aramos apa yang dilihat oleh mereka yang lain. Bahkan Bill melepaskan pegangannya hanya untuk berputar-putar melihat pemandangan di sekeliling mereka.
Entah bagaimana, kapal selam itu kini berada di tengah-tengah gugusan pulau. Disekeliling mereka, Aramos dapat melihat delapan pulau yang membentuk lingkaran mengelilingi lautan kecil berwarna biru dan kapal selam yang tadi mereka tumpangi. Semua pulau memiliki bukit hijau yang sangat tinggi. Sehingga mereka tidak dapat melihat laut lepas karena terhalang bukit-bukit. Pemandangan itu begitu menakjubkan sehingga Aramos seakan melihat sepenggal dari surga yang jatuh ke bumi.
“Luar biasa……” Suara Bill yang mendesah hanya diikuti anggukan kepala polos Aramos.
Mereka kembali berjalan perlahan maju mengikuti Julio dan Andrea. Walaupun antrian itu terasa sangat lambat, mereka justru sangat senang. Karena mereka memiliki waktu untuk menikmati pemandangan yang sangat luar biasa itu.
Aramos mendengar napas Bill yang terdengar terburu-buru.
“Bill, kamu tidak apa-apa?”
“Aku akan mati….. aku akan mati….. aku…..”
“Apa maksudmu, Bill….. tenanglah…..” Bisik Aramos khawatir. Teman barunya ini terdengar sangat ketakutan.
“Bill, kamu takut dengan kegelapan ya?” Tanya Andrea mendesis.
Bill diam. Kapal selam itu berhenti. Lampu dinyalakan kembali. Aramos melihat ke Bill. Pemuda itu terlihat pucat pasi. Dengan takut-takut Aramos menjulurkan telunjuknya ke bawah hidung Bill. Sedetik kemudian Bill tersengal-sengal membuat Aramos terkejut dan segera menarik tangannya.
“Kamu tidak apa-apa?”
Bill memandang Aramos dan Andrea bergantian. Ketika pandangannya bertemu dengan Julio yang memandangnya dengan tajam, segera saja Bill kelihatan gugup.
“Kamu itu keturunan bajak laut…. Tapi takut ruangan sempit, takut gelap, jangan-jangan takut ombak dan badai ya?” Suara Julio cukup lantang membuat Bill menunduk malu.
“Apa-apaan sih? Kamu itu jangan sombong. Bagaimanapun Bajak laut juga manusia biasa kan?” Andrea menyodorkan tissue ke Bill yang disambutnya dengan tatapan lega.
Julio mendengus.
Kapal terasa mulai naik ke permukaan. Ketika Kapal selam terdiam beberapa lama, anak-anak mulai ribut. Tampaknya semua gugup menanti apa yang akan terjadi.
Jack Mini datang sambil mengamati satu per satu anak-anak di dalam ruangan.
“Baiklah Kita mulai dari jalur belakang ini keluar. Ingat yang teratur. Jangan ada yang bersikap gegabah dan celaka. Bersiap-siaplah. Dan bawa semua bawaan kalian. Jangan ada yang ketinggalan atau aku akan membuangnya ke laut.”
Semua anak-anak kebingungan. Setelah mengambil barang masing-masing, anak-anak mulai berbaris sesuai perintah Jack Mini. Setelah menunggu beberapa saat, dan melihat bahwa anak-anak telah siap, Jack Mini menekan beberapa tombol dengan sigap.
Bagian belakang ruangan yang tadinya hanya berupa dinding besi, terlihat terbuka. Ternyata mereka menuju ke bagian ekor dari kapal. Ekor yang berupa lempengan besi datar dengan lebar tidak lebih dari lima meter itu memiliki panjang lebih dari dua puluh meter. Di ujung ekor tampak tersambung dengan dinding kayu yang sangat besar. Ekor itu menjadi jembatan.
Jack memberikan kode agar anak-anak maju. Beberapa anak mulai melangkah. Beberapa anak tampak terputar-putar kepalanya begitu sampai di tengah-tengah jembatan. Aramos penasaran apa yang dilihat anak-anak itu sehingga mereka seperti kebingungan bercampur takjub.
Ketika tiba giliran Andrea dan Julio berjalan, Bill menggenggam kedua tangannya dengan erat. Aramos memandang teman gendutnya itu sambil tersenyum.
“Hei kalian berdua. Cepat……” teriakan Jack Mini menyadarkan Aramos. Mereka telah ketinggalan cukup jauh dari Julio dan Andrea yang berdiri di tengah-tengah jembatan bersama beberapa anak-anak lain. Mereka semua berputar-putar seakan-akan melihat sesuatu yang ajaib.
Setelah tiga meter keluar dari badan kapal selam, sadarlah Aramos apa yang dilihat oleh mereka yang lain. Bahkan Bill melepaskan pegangannya hanya untuk berputar-putar melihat pemandangan di sekeliling mereka.
Entah bagaimana, kapal selam itu kini berada di tengah-tengah gugusan pulau. Disekeliling mereka, Aramos dapat melihat delapan pulau yang membentuk lingkaran mengelilingi lautan kecil berwarna biru dan kapal selam yang tadi mereka tumpangi. Semua pulau memiliki bukit hijau yang sangat tinggi. Sehingga mereka tidak dapat melihat laut lepas karena terhalang bukit-bukit. Pemandangan itu begitu menakjubkan sehingga Aramos seakan melihat sepenggal dari surga yang jatuh ke bumi.
“Luar biasa……” Suara Bill yang mendesah hanya diikuti anggukan kepala polos Aramos.
Mereka kembali berjalan perlahan maju mengikuti Julio dan Andrea. Walaupun antrian itu terasa sangat lambat, mereka justru sangat senang. Karena mereka memiliki waktu untuk menikmati pemandangan yang sangat luar biasa itu.
Spoiler for Bab 3 B:
Hal lain yang menakjubkan adalah mereka ternyata akan memasuki sebuah kapal kayu raksasa. Dinding kayu yang tadi dilihatnya ternyata adalah bagian dari salah satu sisi kapal kayu raksasa. Di sisi dinding kayu itu terlihat lima pintu dengan lebar tidak kurang dari tiga meter setiap pintunya dan beratus-ratus jendela dengan berbagai ukuran. Kapal itu memiliki panjang mungkin lebih dari dua ratus meter. Tingginya hampir setengah dari tinggi bukit-bukit yang mengelilinginya. Kapal itu terlihat sangat besar dan megah, walaupun semuanya terbuat dari kayu. Beberapa tiang besar tampak kokoh diatas kapal. Tidak ada layar yang terkibar, tapi beberapa bendera berukuran besar dengan lambang SOS berkibar di tiang-tiang itu.
Dengan pandangan yang masih terkagum-kagum, anak-anak berjalan memasuki kapal raksasa itu melalui pintu kedua dari sebelah kanan kapal. Di pintu tampak beberapa pemuda berseragam putih merah berusia dua tiga tahun lebih tua darinya sedang membagikan tanda pengenal dan sebuah amplop coklat. Mereka mengenakan berbagai aksesoris bajak laut yang “wah”. Mulai dari pengikat kepala, topi, rambut palsu, berbagai rantai di pinggang dan lainnya yang membuat iri siapa saja yang melihatnya. Aksesoris mereka berbeda-beda sehingga menampilkan identitas masing-masing para pemakainya.
Aramos menerima tanda pengenal dan amplop coklat itu sambil terus mengagumi para pemuda yang tampaknya adalah bagian dari panitia penyambutan. Dia hampir saja mengalungkan tanda pengenal itu sama seperti anak-anak lainnya, namun tangannnya terhenti dan dia memandang tanda pengenal itu dengan bingung. Di situ telah tertulis jelas namanya dan foto terbarunya.
“Ada apa?”
Aramos memandangi Andrea yang sudah mengalungi tanda pengenalnya.
“Bagaimana mereka mendapatkan foto terbaruku?”
“Mudah saja. Waktu di kapal, di dalam tabung, mereka memotretmu. Lihat saja latar belakangnya”
Aramos mengangguk.
“Ada lagi?”
Aramos dan Andrea mengikuti arah yang ditunjuk oleh beberapa pemudi lainnya yang tak kalah keren dibandingkan para pemuda tadi. Mereka melewati sebuah lorong panjang yang disamping kiri kanannya tampak beberapa toko. Ada toko makanan, ada toko pakaian, ada toko kebutuhan harian, toko hewan hingga toko buku. Kalau dihitung-hitung mungkin ada lebih dari enam puluh kios yang terlihat dari lorong itu. Belum lagi yang berderet di lorong-lorong kecil lainnya. Mereka seperti memasuki sebuah mall jaman dahulu yang terlihat kuno, unik tapi sangat menarik. Aramos kini mengerti darimana para pemuda-pemudi itu memperoleh berbagai aksesoris yang membuatnya kagum tadi.
Andrea menarik paksa Bill yang berdiri terpaku di depan kaca sebuah toko yang khusus menjual berbagai jenis pastry. Walaupun berat menyeret teman gendutnya itu, Andrea berhasil.
“Tentang aku. Bagaimana anak-anak lain …..”
“Maksudmu para Nytes lain?”
“Nytes?” Aramos kebingungan.
“Iya…..Nytes……Tiny Pirates…..Itu sebutan untuk siswa-siswi SOS.” Ujar Bill menjelaskan sambil matanya masih mempelototi toko coklat yang mereka lewati “Kenapa dengan mereka?”
Aramos mengangguk. Dia melanjutkan kembali pertanyaannya. “Iya….tentang Nytes. Bagaimana mereka mengetahui tentang aku? Sedangkan aku sendiri baru mengetahuinya tadi malam”
Andrea mengeluarkan sebuah buku dari ranselnya. Buku kecil dengan simbol SOS yang khas di depannya.
“Buku tahunan SOS. Buku ini diterbitkan setahun lalu. Sebelum hari ini. Semua anak yang berniat masuk ke sini mendapatkannya. Seluruh asal-usulmu, terpampang jelas di sini. Bahkan Tanggal lahir dan golongan darahmu tercantum di sini.”
“Kenapa aku tak mendapatkannya?”
“Karena ibumu tak bersedia masuk SOS. Ini seperti daftar rahasia yang beredar di setiap generasi. Akan sangat beresiko jatuh ke tangan orang luar yang tak mengetahui SOS. Ini….. bacalah. Aku sudah setahun membacanya, sampai bosan”
Aramos menerima buku itu dan segera memasukkannya ke dalam tas. Mereka kini melewati sebuah lorong yang lebih sempit, sehingga harus berjejer dua-tiga orang. Di sudut lorong mereka dibawa masuk ke salah satu ruangan yang sangat besar. Ruangan itu dihiasi lebih dari selusin lampu ukiran yang terbuat dari besi tumpah, dan berbagai potret kapal-kapal bajak laut jaman dahulu. Di dalam ruangan yang terbuat dari kayu dan besi tempa itu, tampak telah berdiri lebih dari seratus pemuda-pemudi yang seusia dengan yang membagikan tanda pengenal ataupun yang lebih tua. Mereka mengenakan seragam yang sama. Kemeja putih berumbai-rumbai, dan celana ketat selutut berwarna merah. Ada juga pemuda-pemudi lain yang berseragam putih coklat dengan model yang sama.
Ada beberapa orang dewasa berdiri di atas panggung. Ada yang usianya lebih muda, seumuran, bahkan lebih tua dari Tuan Luis dan Harold. Mereka mengenakan busana bajak laut yang lengkap dengan berbagai variasi yang sangat menarik. Lebih dari sepuluh pria berusia awal empat puluhan mengenakan rompi dan sepatu boot kulit. Tiga diantaranya memiliki ular yang melingkar di tangan, dan satu memiliki monyet kecil berbulu keperakan. Semuanya memiliki tato, entah di wajah, leher atau tangan. Ada enam wanita tua yang mengenakan baju bajak laut lengkap dengan topi dan aksesoris-aksesoris rantainya, dua diantaranya memiliki burung-burung cantik yang bertengger tenang di bahu mereka. Ada lagi tiga wanita muda yang cantik dengan pakaian bajak laut. Salah satunya terlihat sangat menonjol karena mengenakan pakaian ala gipsi berwarna-warni ceria dilengkapi sebuah belati perak dipinggangnya. Beberapa pria tua dengan wajah terbakar dan tiga diantaranya memiliki luka menyeramkan memandang mereka dengan sangar. Semua terlihat bersungguh-sungguh, sehingga Aramos merasa seakan berhadapan langsung dengan para bajak laut di jaman lampau.
Seorang pria dengan topi besar dan sebuah pistol dan belati terbuat dari emas yang terselip di bajunya maju menuju ke mikrofon. Dia melepaskan topinya, hingga tampaklah kepalanya yang botak licin. Kini hanya alisnya yang tebal dan kumisnya yang super lebat yang menghiasi wajahnya yang memiliki beberapa bekas luka menyeramkan. Beberapa anak, termasuk Nick dan Kevin Forwed tertawa cekikikan. Tapi Aron Berstard segera menyikut mereka. Tampaknya dia cukup segan dengan pria botak yang bertubuh sangat perkasa itu.
Beberapa menit pria itu menunggu ruangan cukup tenang. Walaupun pria itu terlihat sangat menyeramkan, Aramos yakin dia juga sangat sabar dan bijaksana. Dan tanpa dikatakan oleh siapa pun Aramos sudah menduga itu adalah pimpinan tertinggi dari Kapal SOS yang mereka naiki.
“Selamat Datang para Nytes sekalian. Selamat datang di EightLyst State Ship. Kapal induk SOS. Kedatangan kalian sudah kami nanti sejak lama. Kalian adalah bagian dari keluarga besar kami. Bagi kami, kalian adalah bagian yang takkan pernah kami temukan di tempat lain. Harapan terbesar kami, kalian bersedia menggabungkan mimpi besar kalian bersama kami semua di sini. Bersama SOS.”
Aramos melirik ke Andrea dan Bill. Tampaknya mereka tidak cukup heran dengan apa yang dikatakan pria itu. Tak ada perubahan mimik di wajah mereka.
“Perkenalkan. Namaku adalah Tom Silverbond. Kalian dapat memanggilku dengan sebutan kapten Silverbond” Pria itu meletakkan kedua tangannya di meja dan menopangnya. Matanya memandang tajam mengelilingi seluruh ruangan.
“Tahun ini ada tiga puluh tiga anggota baru yang terpilih. Namun akankah semuanya menjadi bagian keluarga besar ini, hari ini? Semuanya terletak di tangan kalian masing-masing. Sekarang, bukalah amplop yang ada pada kalian dan putuskanlah apa langkah yang akan kalian tempuh. Ingat waktu kalian hanyalah sepuluh menit. Bukalah!”
Seketika seluruh ruangan menjadi ramai. Semua orang diruangan itu, kecuali mereka yang baru saja datang, mengacungkan kepalan tangan kanannya ke atas sambil berteriak ‘HOO….HOOOOHOOOHOOOO…..HOOHOO…’ Sahut menyahut. Berulang-ulang kali.
Tampaknya itu sebagai teriakan penyemangat atau sambutan selamat datang. Aramos tak mengerti, tapi dia tak ingin menanyakannya dulu. Mengikuti teman-tamannya yang lain yang telah sibuk membuka amplop, Aramos pun melakukan hal yang sama.
Selembar kertas berwarna tembaga meluncur keluar. Dengan tulisan yang digoreskan dengan tinta perak, Aramos membaca isi kertas itu.
Dengan pandangan yang masih terkagum-kagum, anak-anak berjalan memasuki kapal raksasa itu melalui pintu kedua dari sebelah kanan kapal. Di pintu tampak beberapa pemuda berseragam putih merah berusia dua tiga tahun lebih tua darinya sedang membagikan tanda pengenal dan sebuah amplop coklat. Mereka mengenakan berbagai aksesoris bajak laut yang “wah”. Mulai dari pengikat kepala, topi, rambut palsu, berbagai rantai di pinggang dan lainnya yang membuat iri siapa saja yang melihatnya. Aksesoris mereka berbeda-beda sehingga menampilkan identitas masing-masing para pemakainya.
Aramos menerima tanda pengenal dan amplop coklat itu sambil terus mengagumi para pemuda yang tampaknya adalah bagian dari panitia penyambutan. Dia hampir saja mengalungkan tanda pengenal itu sama seperti anak-anak lainnya, namun tangannnya terhenti dan dia memandang tanda pengenal itu dengan bingung. Di situ telah tertulis jelas namanya dan foto terbarunya.
“Ada apa?”
Aramos memandangi Andrea yang sudah mengalungi tanda pengenalnya.
“Bagaimana mereka mendapatkan foto terbaruku?”
“Mudah saja. Waktu di kapal, di dalam tabung, mereka memotretmu. Lihat saja latar belakangnya”
Aramos mengangguk.
“Ada lagi?”
Aramos dan Andrea mengikuti arah yang ditunjuk oleh beberapa pemudi lainnya yang tak kalah keren dibandingkan para pemuda tadi. Mereka melewati sebuah lorong panjang yang disamping kiri kanannya tampak beberapa toko. Ada toko makanan, ada toko pakaian, ada toko kebutuhan harian, toko hewan hingga toko buku. Kalau dihitung-hitung mungkin ada lebih dari enam puluh kios yang terlihat dari lorong itu. Belum lagi yang berderet di lorong-lorong kecil lainnya. Mereka seperti memasuki sebuah mall jaman dahulu yang terlihat kuno, unik tapi sangat menarik. Aramos kini mengerti darimana para pemuda-pemudi itu memperoleh berbagai aksesoris yang membuatnya kagum tadi.
Andrea menarik paksa Bill yang berdiri terpaku di depan kaca sebuah toko yang khusus menjual berbagai jenis pastry. Walaupun berat menyeret teman gendutnya itu, Andrea berhasil.
“Tentang aku. Bagaimana anak-anak lain …..”
“Maksudmu para Nytes lain?”
“Nytes?” Aramos kebingungan.
“Iya…..Nytes……Tiny Pirates…..Itu sebutan untuk siswa-siswi SOS.” Ujar Bill menjelaskan sambil matanya masih mempelototi toko coklat yang mereka lewati “Kenapa dengan mereka?”
Aramos mengangguk. Dia melanjutkan kembali pertanyaannya. “Iya….tentang Nytes. Bagaimana mereka mengetahui tentang aku? Sedangkan aku sendiri baru mengetahuinya tadi malam”
Andrea mengeluarkan sebuah buku dari ranselnya. Buku kecil dengan simbol SOS yang khas di depannya.
“Buku tahunan SOS. Buku ini diterbitkan setahun lalu. Sebelum hari ini. Semua anak yang berniat masuk ke sini mendapatkannya. Seluruh asal-usulmu, terpampang jelas di sini. Bahkan Tanggal lahir dan golongan darahmu tercantum di sini.”
“Kenapa aku tak mendapatkannya?”
“Karena ibumu tak bersedia masuk SOS. Ini seperti daftar rahasia yang beredar di setiap generasi. Akan sangat beresiko jatuh ke tangan orang luar yang tak mengetahui SOS. Ini….. bacalah. Aku sudah setahun membacanya, sampai bosan”
Aramos menerima buku itu dan segera memasukkannya ke dalam tas. Mereka kini melewati sebuah lorong yang lebih sempit, sehingga harus berjejer dua-tiga orang. Di sudut lorong mereka dibawa masuk ke salah satu ruangan yang sangat besar. Ruangan itu dihiasi lebih dari selusin lampu ukiran yang terbuat dari besi tumpah, dan berbagai potret kapal-kapal bajak laut jaman dahulu. Di dalam ruangan yang terbuat dari kayu dan besi tempa itu, tampak telah berdiri lebih dari seratus pemuda-pemudi yang seusia dengan yang membagikan tanda pengenal ataupun yang lebih tua. Mereka mengenakan seragam yang sama. Kemeja putih berumbai-rumbai, dan celana ketat selutut berwarna merah. Ada juga pemuda-pemudi lain yang berseragam putih coklat dengan model yang sama.
Ada beberapa orang dewasa berdiri di atas panggung. Ada yang usianya lebih muda, seumuran, bahkan lebih tua dari Tuan Luis dan Harold. Mereka mengenakan busana bajak laut yang lengkap dengan berbagai variasi yang sangat menarik. Lebih dari sepuluh pria berusia awal empat puluhan mengenakan rompi dan sepatu boot kulit. Tiga diantaranya memiliki ular yang melingkar di tangan, dan satu memiliki monyet kecil berbulu keperakan. Semuanya memiliki tato, entah di wajah, leher atau tangan. Ada enam wanita tua yang mengenakan baju bajak laut lengkap dengan topi dan aksesoris-aksesoris rantainya, dua diantaranya memiliki burung-burung cantik yang bertengger tenang di bahu mereka. Ada lagi tiga wanita muda yang cantik dengan pakaian bajak laut. Salah satunya terlihat sangat menonjol karena mengenakan pakaian ala gipsi berwarna-warni ceria dilengkapi sebuah belati perak dipinggangnya. Beberapa pria tua dengan wajah terbakar dan tiga diantaranya memiliki luka menyeramkan memandang mereka dengan sangar. Semua terlihat bersungguh-sungguh, sehingga Aramos merasa seakan berhadapan langsung dengan para bajak laut di jaman lampau.
Seorang pria dengan topi besar dan sebuah pistol dan belati terbuat dari emas yang terselip di bajunya maju menuju ke mikrofon. Dia melepaskan topinya, hingga tampaklah kepalanya yang botak licin. Kini hanya alisnya yang tebal dan kumisnya yang super lebat yang menghiasi wajahnya yang memiliki beberapa bekas luka menyeramkan. Beberapa anak, termasuk Nick dan Kevin Forwed tertawa cekikikan. Tapi Aron Berstard segera menyikut mereka. Tampaknya dia cukup segan dengan pria botak yang bertubuh sangat perkasa itu.
Beberapa menit pria itu menunggu ruangan cukup tenang. Walaupun pria itu terlihat sangat menyeramkan, Aramos yakin dia juga sangat sabar dan bijaksana. Dan tanpa dikatakan oleh siapa pun Aramos sudah menduga itu adalah pimpinan tertinggi dari Kapal SOS yang mereka naiki.
“Selamat Datang para Nytes sekalian. Selamat datang di EightLyst State Ship. Kapal induk SOS. Kedatangan kalian sudah kami nanti sejak lama. Kalian adalah bagian dari keluarga besar kami. Bagi kami, kalian adalah bagian yang takkan pernah kami temukan di tempat lain. Harapan terbesar kami, kalian bersedia menggabungkan mimpi besar kalian bersama kami semua di sini. Bersama SOS.”
Aramos melirik ke Andrea dan Bill. Tampaknya mereka tidak cukup heran dengan apa yang dikatakan pria itu. Tak ada perubahan mimik di wajah mereka.
“Perkenalkan. Namaku adalah Tom Silverbond. Kalian dapat memanggilku dengan sebutan kapten Silverbond” Pria itu meletakkan kedua tangannya di meja dan menopangnya. Matanya memandang tajam mengelilingi seluruh ruangan.
“Tahun ini ada tiga puluh tiga anggota baru yang terpilih. Namun akankah semuanya menjadi bagian keluarga besar ini, hari ini? Semuanya terletak di tangan kalian masing-masing. Sekarang, bukalah amplop yang ada pada kalian dan putuskanlah apa langkah yang akan kalian tempuh. Ingat waktu kalian hanyalah sepuluh menit. Bukalah!”
Seketika seluruh ruangan menjadi ramai. Semua orang diruangan itu, kecuali mereka yang baru saja datang, mengacungkan kepalan tangan kanannya ke atas sambil berteriak ‘HOO….HOOOOHOOOHOOOO…..HOOHOO…’ Sahut menyahut. Berulang-ulang kali.
Tampaknya itu sebagai teriakan penyemangat atau sambutan selamat datang. Aramos tak mengerti, tapi dia tak ingin menanyakannya dulu. Mengikuti teman-tamannya yang lain yang telah sibuk membuka amplop, Aramos pun melakukan hal yang sama.
Selembar kertas berwarna tembaga meluncur keluar. Dengan tulisan yang digoreskan dengan tinta perak, Aramos membaca isi kertas itu.
SURAT PERNYATAAN ARAMOS SOAMMER
Dengan ini, saya, Aramos Soammer menyatakan bersedia bergabung bersama Son Of Seas (SOS) selama dua puluh tahun. Saya bersedia mengikuti semua peraturan yang ditetapkan SOS dan bersedia menerima hukuman atas setiap pelanggaran yang saya lakukan. Saya bersedia menanggung seluruh resiko maupun tantangan yang akan saya hadapi disebabkan bergabung bersama SOS dan takkan mengkhianati SOS dalam kondisi apapun.
Apabila saya keluar dari SOS sebelum tanggal yang disepakati, maka saya bersedia menyerahkan seluruh harta karun yang saya peroleh maupun yang saya temukan menjadi milik SOS tanpa mendapatkan bagian apapun dari seluruh harta karun tersebut.
Dengan ditandatanganinya surat ini, maka saya sejak hari penandatanganan ini resmi menjadi keluarga besar SOS dan akan selalu menjaga dan menjunjung tinggi kehormatan SOS dimanapun saya berada.
July 30, 2011
__________________________
Aramos Soammer
Dengan ini, saya, Aramos Soammer menyatakan bersedia bergabung bersama Son Of Seas (SOS) selama dua puluh tahun. Saya bersedia mengikuti semua peraturan yang ditetapkan SOS dan bersedia menerima hukuman atas setiap pelanggaran yang saya lakukan. Saya bersedia menanggung seluruh resiko maupun tantangan yang akan saya hadapi disebabkan bergabung bersama SOS dan takkan mengkhianati SOS dalam kondisi apapun.
Apabila saya keluar dari SOS sebelum tanggal yang disepakati, maka saya bersedia menyerahkan seluruh harta karun yang saya peroleh maupun yang saya temukan menjadi milik SOS tanpa mendapatkan bagian apapun dari seluruh harta karun tersebut.
Dengan ditandatanganinya surat ini, maka saya sejak hari penandatanganan ini resmi menjadi keluarga besar SOS dan akan selalu menjaga dan menjunjung tinggi kehormatan SOS dimanapun saya berada.
July 30, 2011
__________________________
Aramos Soammer
0
Kutip
Balas