- Beranda
- Stories from the Heart
Novel : Kisah Para Keturunan Bajak Laut
...
TS
sun81
Novel : Kisah Para Keturunan Bajak Laut

Sejak dulu suka sekali menulis......membayangkan berbagai petualangan mulai yang manis, dramatis hingga romantis. Ini adalah karya novel pertamaku tentang petualangan. Sudah pernah kutulis di forum Lounge tapi banyak yang pada protes n pembacanya kurang

semoga di forum ini lebih banyak peminatnya
Baiklah, selamat menikmati ya! En bantu doanya supaya bisa diterbitkan dalam bentuk fisik.
Spoiler for :
Bila Petualangan penyihir cilik di belahan dunia Eropa dan kisah romantis manusia dan vampir dari Amerika bisa menembus pasar dunia, maka kisah pirates cilik pun seharusnya bisa juga kan?
Untuk updatenya dipastikan sebulan sekali tapi tergantung kuota ya.......maklum penulis modal pas-pasan

Untuk updatenya dipastikan sebulan sekali tapi tergantung kuota ya.......maklum penulis modal pas-pasan
Spoiler for Prolog:
Selama berabad-abad yang lampau, laut merupakan tempat terkaya di muka bumi. Ketika Laut menjadi jalan untuk mencapai penjuru dunia, menukar sutra dan rempah, menjadikan setiap tetes anggur berubah ke setiap keping emas dan perak, laut adalah surga bagi para penguasanya.
Hingga lahirlah para penguasa yang lebih besar lagi. Para penguasa yang serakah yang ingin menguasai semua kekayaan laut dan mencicipi sedikit banyak kenikmatan daratan. Bajak Laut. Nama-nama mereka dibisikkan dengan ketakutan di setiap deburan ombak dan setiap mendekati pantai, diteriakkan dengan jeritan yang takkan pernah dilupakan oleh semua tempat yang pernah disinggahinya.
Mereka mengambil semua yang dapat disentuh, menenggak semua yang dapat dinikmati lidah dan menghancurkan semua yang dapat diratakan.
Lebih dari tiga abad laut dan darat mereka jadikan sarang. Dan ketika puncaknya dunia semakin terasa sempit, mereka, para bajak laut mulai merasa tidak puas. Mereka mulai melirik bagian dari para bajak laut lainnya. Mereka mulai berperang antar sesama mereka. Mulai saling menghancurkan. Tidak lagi menghormati peraturan yang dulu mereka tegakkan dan mencari kepuasan sendiri dengan lebih serakah lagi.
Hingga terbelahlah laut dan kekuasaannya. Kelompok-kelompok yang merasa ketakutan mencoba berlindung di kubu-kubu yang lebih kuat. Kubu-kubu yang masih memegang prinsip dengan bayaran yang setimpal.
Tapi itu tak berlangsung lama. Ketika bulan pernama datang, di tengah ketenangan laut, terjadilah perang besar memecahkan kesunyian lautan. Dua kubu yang berbeda prinsip, berbeda pemimpin, berbeda tujuan dengan bantuan sekutu masing-masing saling menghancurkan. Pertempuran yang terjadi tujuh belas hari tujuh belas malam itu merusak kehidupan banyak pihak, sehingga pemerintahan beberapa kerajaan memutuskan untuk terlibat.
Son of Sea, kubu penguasa Timur dan Barat, di tengah tekanan kematian dan kekalahan melakukan kesepakatan dengan Kerajaan Inggris yang memiliki armada laut terbesar. Dengan menyerahkan lebih dari seribu peta tempat penyimpanan harta kekayaan miliknya dan para sekutunya, Son Of Sea diselamatkan dan dipulihkan seluruh kekuasaannya sebagai rakyat.
Dark Seas, kubu Utara dan Selatan, yang memiliki armada dua kali lipat daripada Son of Sea, akhirnya takluk di hadapan armada Inggris dan para sekutunya. Lebih dari seribu pengikut Dark Seas dihukum mati, sedangkan ratusan lainnya berhasil melarikan diri dan lenyap di telan kegelapan malam. Yang tertinggal hanyalah kapal induk Dark Starship bersama lebih dari tiga ribu peta harta karun.
Selama berabad-abad lamanya kekayaan-kekayaan yang tersimpan mulai ditemukan. Ujung Utara Selatan, Barat ke Timur, semua tempat diaduk-aduk sekutu pemenang. Tapi, ternyata para sekutu hanya mampu memperoleh sebagian kecil dari seluruh peta yang ada. Dan di luar sana masih menanti kekayaan-kekayaan berlimpah untuk ditemukan. Berpacu dengan waktu dan para keturunan pengikut Dark Seas, Pemerintah, dan sekutunya membentuk kembali kubu Son of Sea.
Hingga lahirlah para penguasa yang lebih besar lagi. Para penguasa yang serakah yang ingin menguasai semua kekayaan laut dan mencicipi sedikit banyak kenikmatan daratan. Bajak Laut. Nama-nama mereka dibisikkan dengan ketakutan di setiap deburan ombak dan setiap mendekati pantai, diteriakkan dengan jeritan yang takkan pernah dilupakan oleh semua tempat yang pernah disinggahinya.
Mereka mengambil semua yang dapat disentuh, menenggak semua yang dapat dinikmati lidah dan menghancurkan semua yang dapat diratakan.
Lebih dari tiga abad laut dan darat mereka jadikan sarang. Dan ketika puncaknya dunia semakin terasa sempit, mereka, para bajak laut mulai merasa tidak puas. Mereka mulai melirik bagian dari para bajak laut lainnya. Mereka mulai berperang antar sesama mereka. Mulai saling menghancurkan. Tidak lagi menghormati peraturan yang dulu mereka tegakkan dan mencari kepuasan sendiri dengan lebih serakah lagi.
Hingga terbelahlah laut dan kekuasaannya. Kelompok-kelompok yang merasa ketakutan mencoba berlindung di kubu-kubu yang lebih kuat. Kubu-kubu yang masih memegang prinsip dengan bayaran yang setimpal.
Tapi itu tak berlangsung lama. Ketika bulan pernama datang, di tengah ketenangan laut, terjadilah perang besar memecahkan kesunyian lautan. Dua kubu yang berbeda prinsip, berbeda pemimpin, berbeda tujuan dengan bantuan sekutu masing-masing saling menghancurkan. Pertempuran yang terjadi tujuh belas hari tujuh belas malam itu merusak kehidupan banyak pihak, sehingga pemerintahan beberapa kerajaan memutuskan untuk terlibat.
Son of Sea, kubu penguasa Timur dan Barat, di tengah tekanan kematian dan kekalahan melakukan kesepakatan dengan Kerajaan Inggris yang memiliki armada laut terbesar. Dengan menyerahkan lebih dari seribu peta tempat penyimpanan harta kekayaan miliknya dan para sekutunya, Son Of Sea diselamatkan dan dipulihkan seluruh kekuasaannya sebagai rakyat.
Dark Seas, kubu Utara dan Selatan, yang memiliki armada dua kali lipat daripada Son of Sea, akhirnya takluk di hadapan armada Inggris dan para sekutunya. Lebih dari seribu pengikut Dark Seas dihukum mati, sedangkan ratusan lainnya berhasil melarikan diri dan lenyap di telan kegelapan malam. Yang tertinggal hanyalah kapal induk Dark Starship bersama lebih dari tiga ribu peta harta karun.
Selama berabad-abad lamanya kekayaan-kekayaan yang tersimpan mulai ditemukan. Ujung Utara Selatan, Barat ke Timur, semua tempat diaduk-aduk sekutu pemenang. Tapi, ternyata para sekutu hanya mampu memperoleh sebagian kecil dari seluruh peta yang ada. Dan di luar sana masih menanti kekayaan-kekayaan berlimpah untuk ditemukan. Berpacu dengan waktu dan para keturunan pengikut Dark Seas, Pemerintah, dan sekutunya membentuk kembali kubu Son of Sea.

❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
Suka dengan petualangan Aramos dkk......silahkan preorder langsung dgn dm ig @littlesun81
**Beberapa bagian dan bab telah saya edit/blur ya.......Mohon maaf untuk yang baru mulai membaca dan belum selesai 🙏🙏
Silahkan hilangkan rasa penasaran dengan memesan bukunya👍👍GBUs
#winddoghss
❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
Bab 1 A - B
Bab 2 A - C
Bab 3 A - B
Bab 3 C
Bab 4 A - C
Bab 5 A - B
Bab 6
Bab 7 A - B
Bab 8 A - B
Bab 9 A - B
Bab 10 A - B
Bab 10 C - D
Bab 10 E - F
Bab 11 A - B
Bab 11 C - D
Bab 12 A - B
Bab 13 A - B
Bab 13 C
Bab 14 A - B
Bab 15 A
Bab 15 B
Bab 15 C
Bab 16 A - B
Bab 16 C
Bab 17
Bab 18 A - B
Bab 18 C
Bab 19 A
Bab 19 B
Bab 20 A - B
Bab 21 A - B
Bab 21 C - D
Bab 21 E - F
Bab 21 G
Ane mau nanya
(Mohon berkenan di jawab)
Bab 22 A - B
Bab 22 C
Bab 23 A
Bab 23 B
Bab 24 A
Bab 24 B
Bab 25 A
Bab 25 B (Tamat)
Spoiler for KaryaQu yang lain...... (mampir ya!):
Diubah oleh sun81 29-06-2025 00:18
2
33.6K
Kutip
216
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
sun81
#2
Spoiler for Bab 2 A:
Aramos mengamati jalanan yang kini ditempuhnya bersama Tuan Luis. Sejam yang lalu dia dijemput oleh Tuan Luis dengan mobil mewahnya. Mereka kali ini tidak menuju ke kota, tapi menuju ke arah selatan, ke daerah perumahan mewah di dekat pesisir pantai.
Tadi malam, ketika Tuan Luis meninggalkan rumahnya, dia segera berlari ke kamar bawah tanahnya. Selain untuk segera bersiap-siap, dia juga ingin menghindari interogasi ibunya. Dia tidak ingin menjelaskan apapun bagi perempuan yang selama ini membuat hidupnya bagaikan di neraka. Lagipula dia sendiri masih kabur dengan semua kejadian yang terjadi malam itu.
Semalaman dia mencoba membayangkan kehidupan yang akan dijalaninya nanti kurang dari dua puluh empat jam. Dengan mengamati nama-nama yang asing di lembaran kertas yang diberikan Tuan Luis, Aramos mencoba membayangkan orang-orang itu. Namun satu-satunya yang dapat diingatnya adalah wajah ibunya yang ayu dan jauh dari kesan kejam dan sadis Bajak laut.
“Kita hampir tiba”
Kata-kata Tuan Luis membuatnya tersadar. Mereka memasuki sebuah halaman pekarangan yang berpagar tinggi. Tak ada penjaga yang membuka gerbang. Gerbang itu terbuka otomatis dengan mulus, dan mobil itu melaju menuju ke bagian dalam yang dipenuhi beratus-ratus pohon besar. Jalanan yang mereka lewati tampak tidak terawat, tapi setelah seratus meter Aramos dapat melihat sebuah rumah berstruktur Eropa dengan warna abu-abu. Rumah itu tidak terlalu besar dan terletak sedikit jauh dari jalanan yang dilalui mobil mewah itu. Sekilas Aramos melihat sebuah jalan menuju rumah itu, namun ternyata mobil itu tidak berbelok ke arah tersebut. Mobil itu terus melaju menuju ke pesisir pantai yang terlihat begitu indah di pagi hari.
Tampak dermaga kecil dan seorang pria tua sedang berdiri di sana sambil memandang lautan. Aramos memandang ke Tuan Luis dengan tanda tanya. Dia tidak melihat satupun bangunan lain di sekitar situ. Apalagi bangunan yang berbentuk sekolah.
Mobil itu berhenti lima belas meter dari garis pantai di bawah salah satu pohon. Tuan Luis seperti biasa langsung turun dari mobil begitu pintu dibukakan oleh sopirnya yang berkulit sangat gelap.
Dengan menenteng ranselnya yang memang hanya berisi sedikit pakaian dan keperluannya serta foto ayah ibunya, dia ikut turun. Tuan Luis menunggunya semeter dari mobil dan dengan anggukan kepala, seperti mengajaknya ikut dengannya menaiki dermaga.
Aramos memandang pantai dengan pasti. Kini dia kembali mengingatkan dirinya sendiri tentang maksud kedatangannya. Sambil setengah berlari dia melewati pantai berpasir putih dan mengikuti Tuan Luis.
“Halo, Harold…….”
Tuan Luis menggenggam erat tangan pria tua itu dengan bersemangat. Aramos yang di belakangnya hanya tersenyum.
Dia melihat pria tua itu memakai penutup mata seperti para bajak laut. Dia jadi teringat sekolah seperti apa yang akan di masukinya ini. Pria tua itu memiliki gigi yang kekuning-kuningan ketika tersenyum. Tapi senyumnya sangat ramah membuat Aramos tidak takut ketika menyambut uluran tangannya.
“Well, Luis…… Inikah anak itu?”
“Ya. Aramos Soammer…… keturunan dari Aramos Bombersfish”
“Hai……” Aramos mengulurkan tangannya dengan senang
Pria tua yang memiliki tubuh tinggi besar itu mengabaikan tangannya dan justru menepuk-nepuk kedua bahunya dengan semangat. Lalu dia memeluk Aramos dan kemudian menatap langsung ke mata Aramos seakan-akan mencari sesuatu.
“Ya, Aramos…..Matamu walaupun belum terlihat jelas, semangat itu ada di sana. Ya, aku dapat melihatnya. Semangat berpetualang”
Aramos tersenyum. Dia merasa sangat nyaman diantara kedua orang yang baru dikenalnya ini. Mereka memperlakukannya sangat baik, seakan-akan dia telah lama menjadi bagian dari kelompok mereka.
“Bagaimana, Harold? Apakah mereka telah tiba?”
Harold mengeluarkan sesuatu dari saku bajunya. Benda itu berbentuk bulat dan hanya sebesar jam saku. Benda itu seperti alat pelacak yang memiliki beberapa titik berkedap kedip. Dia menyodorkannya ke depan Luis yang hanya setinggi dadanya.
“Kurang dari lima menit lagi”
“Begitulah…… Kurasa kita harus berangkat sekarang kan?”
Tuan Luis mengangguk dan berbalik menghadapi Aramos.
“Aramos…… Aku mengantarmu sampai di sini dulu. Ada beberapa hal yang harus kuurus. Jangan khawatir. Tuan Harold Rhumber akan mengantarmu ke kapal yang akan mengantarmu ke sekolahmu dan rumahmu yang baru. Ini adalah kartu namaku. Hubungi aku kapan saja kau mau.”
Aramos mengambil kartu itu dan menyimpannya di kantong ransel terdepan. Dengan ragu- ragu dia memandang kedua pria itu. Tuan Harold kini telah berlutut di salah satu kakinya, sehingga tingginya dapat sejajar dengan Aramos.
“Panggil saja aku Harold, anakku…… Dan jangan khawatir. Aku juga mengenali raut wajah itu seperti raut wajahku dahulu. Tapi aku berjanji padamu, apapun yang menantimu, begitu engkau melangkah ke dalam kapal itu, adalah sesuatu yang luar biasa. Sesuatu yang tak akan bisa dinikmati oleh anak-anak lain di dunia ini. Semuanya itu hanya untuk anak-anak yang terpilih”
Wajah Harold begitu jujur. Aramos tersenyum dan mengangguk. “Ya, aku percaya……”
Setelah menerima jabatan hangat dari Tuan Luis, Aramos mengikuti Harold menuruni dermaga dan sampai ke sebuah speedboat. Dalam semenit speedboat itu telah dinyalakan dan bergerak menuju ke tengah lautan. Aramos memutar kepalanya memandang ke atas dermaga. Tampak Tuan Luis berdiri dengan tenang. Ada raut kepuasan tampak di wajah bundar pucat itu.
“Apakah kamu suka laut, anakku?”
Harold meneriakkan kata-katanya untuk mengalahkan suara bising dari mesin speedboat.
“Iya….. sangat suka. Ayahku seorang nelayan” Teriak Aramos. Dia tersenyum senang. Angin meniup rambutnya. Dia merasakan kebebasan yang selama ini dilupakannya.
Dalam beberapa menit mereka telah tiba di laut lepas. Rumah-rumah mewah dipesisir pantai dan dermaga tempat Tuan Luis berdiri kini terlihat seperti semut kecil yang berjejer. Harold mematikan speedboat itu dan duduk dengan tenang di depan kemudinya.
Aramos kebingungan. Dia tak melihat satupun kapal di lautan lepas itu. Laut terlihat begitu tenang, diterangi sinar mentari. Tapi sebelum sempat berkata apa-apa, tiba-tiba laut yang tenang itu berbuih. Makin lama makin besar buih itu sehingga membuat Aramos ketakutan. Dia takut speedboat itu terbalik.
Sambil berpegangan erat pada pinggiran speedboat, Aramos menyaksikan pemandangan yang sangat luar biasa. Sebuah kapal muncul dari dalam laut. Warnanya abu-abu pekat, bentuknya sangat mirip ikan pari raksasa. Mula-mula kapal itu hanya muncul dengan ketinggian beberapa senti lalu lama kelamaan mencapai lebih dari lima meter. Membuat Aramos terbelalak.
Harold tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi Aramos. Tapi beberapa detik kemudian dia tenang kembali.
“Kamu lumayan juga ya? Aku pernah melihat yang lebih parah dari kamu. Pernah ada yang sampai jatuh ke laut saking terkejutnya.”
Aramos menelan ludahnya. Dengan gugup dia memegang ranselnya.
“Itu….. itu…. Itu kapalnya?”
“Iya. Itu kapalnya. Kapal yang akan mengantarmu ke tempat dunia baru menantimu. Ayo!”
Harold menyalakan kembali kapalnya dan mulai mendekati benda raksasa itu. Tampak di bagian dengan yang menyerupai sayap ikan itu terbuka sebuah pintu. Seorang pria yang lebih kerdil daripada Tuan Luis berdiri disitu dengan muka masam.
“Jangan khawatirkan Jack Mini. Dia memang selalu bermuka masam” Harold tersenyum sambil mengedipkan matanya.
Aramos tersenyum dan segera menggapai bagian sayap yang bergerigi seperti dinding panjat.
“Kamu naiklah, Aramos. Pelajari dan Nikmati semua hal yang ditawarkan oleh SOS. Suatu saat kita akan ketemu lagi dan aku ingin mendengar kisah-kisahmu”
Aramos menelan ludah. Dia melepaskan genggamannya dan memeluk pria tua itu dengan hangat. Setelah menganggukkan kepalanya, dia berbalik dan mulai memanjat sayap kapal itu menuju ke pintu.
“Hei Aramos……”
Aramos berbalik menatap Harold yang tampak berkaca-kaca.
“Ingatlah satu hal. Apapun yang dikatakan orang-orang tentang kamu ataupun tentang semua pendahulumu, satu hal yang pasti. Kamu adalah keturunan Bombersfish. Keturunan bajak laut yang terhormat”
Tadi malam, ketika Tuan Luis meninggalkan rumahnya, dia segera berlari ke kamar bawah tanahnya. Selain untuk segera bersiap-siap, dia juga ingin menghindari interogasi ibunya. Dia tidak ingin menjelaskan apapun bagi perempuan yang selama ini membuat hidupnya bagaikan di neraka. Lagipula dia sendiri masih kabur dengan semua kejadian yang terjadi malam itu.
Semalaman dia mencoba membayangkan kehidupan yang akan dijalaninya nanti kurang dari dua puluh empat jam. Dengan mengamati nama-nama yang asing di lembaran kertas yang diberikan Tuan Luis, Aramos mencoba membayangkan orang-orang itu. Namun satu-satunya yang dapat diingatnya adalah wajah ibunya yang ayu dan jauh dari kesan kejam dan sadis Bajak laut.
“Kita hampir tiba”
Kata-kata Tuan Luis membuatnya tersadar. Mereka memasuki sebuah halaman pekarangan yang berpagar tinggi. Tak ada penjaga yang membuka gerbang. Gerbang itu terbuka otomatis dengan mulus, dan mobil itu melaju menuju ke bagian dalam yang dipenuhi beratus-ratus pohon besar. Jalanan yang mereka lewati tampak tidak terawat, tapi setelah seratus meter Aramos dapat melihat sebuah rumah berstruktur Eropa dengan warna abu-abu. Rumah itu tidak terlalu besar dan terletak sedikit jauh dari jalanan yang dilalui mobil mewah itu. Sekilas Aramos melihat sebuah jalan menuju rumah itu, namun ternyata mobil itu tidak berbelok ke arah tersebut. Mobil itu terus melaju menuju ke pesisir pantai yang terlihat begitu indah di pagi hari.
Tampak dermaga kecil dan seorang pria tua sedang berdiri di sana sambil memandang lautan. Aramos memandang ke Tuan Luis dengan tanda tanya. Dia tidak melihat satupun bangunan lain di sekitar situ. Apalagi bangunan yang berbentuk sekolah.
Mobil itu berhenti lima belas meter dari garis pantai di bawah salah satu pohon. Tuan Luis seperti biasa langsung turun dari mobil begitu pintu dibukakan oleh sopirnya yang berkulit sangat gelap.
Dengan menenteng ranselnya yang memang hanya berisi sedikit pakaian dan keperluannya serta foto ayah ibunya, dia ikut turun. Tuan Luis menunggunya semeter dari mobil dan dengan anggukan kepala, seperti mengajaknya ikut dengannya menaiki dermaga.
Aramos memandang pantai dengan pasti. Kini dia kembali mengingatkan dirinya sendiri tentang maksud kedatangannya. Sambil setengah berlari dia melewati pantai berpasir putih dan mengikuti Tuan Luis.
“Halo, Harold…….”
Tuan Luis menggenggam erat tangan pria tua itu dengan bersemangat. Aramos yang di belakangnya hanya tersenyum.
Dia melihat pria tua itu memakai penutup mata seperti para bajak laut. Dia jadi teringat sekolah seperti apa yang akan di masukinya ini. Pria tua itu memiliki gigi yang kekuning-kuningan ketika tersenyum. Tapi senyumnya sangat ramah membuat Aramos tidak takut ketika menyambut uluran tangannya.
“Well, Luis…… Inikah anak itu?”
“Ya. Aramos Soammer…… keturunan dari Aramos Bombersfish”
“Hai……” Aramos mengulurkan tangannya dengan senang
Pria tua yang memiliki tubuh tinggi besar itu mengabaikan tangannya dan justru menepuk-nepuk kedua bahunya dengan semangat. Lalu dia memeluk Aramos dan kemudian menatap langsung ke mata Aramos seakan-akan mencari sesuatu.
“Ya, Aramos…..Matamu walaupun belum terlihat jelas, semangat itu ada di sana. Ya, aku dapat melihatnya. Semangat berpetualang”
Aramos tersenyum. Dia merasa sangat nyaman diantara kedua orang yang baru dikenalnya ini. Mereka memperlakukannya sangat baik, seakan-akan dia telah lama menjadi bagian dari kelompok mereka.
“Bagaimana, Harold? Apakah mereka telah tiba?”
Harold mengeluarkan sesuatu dari saku bajunya. Benda itu berbentuk bulat dan hanya sebesar jam saku. Benda itu seperti alat pelacak yang memiliki beberapa titik berkedap kedip. Dia menyodorkannya ke depan Luis yang hanya setinggi dadanya.
“Kurang dari lima menit lagi”
“Begitulah…… Kurasa kita harus berangkat sekarang kan?”
Tuan Luis mengangguk dan berbalik menghadapi Aramos.
“Aramos…… Aku mengantarmu sampai di sini dulu. Ada beberapa hal yang harus kuurus. Jangan khawatir. Tuan Harold Rhumber akan mengantarmu ke kapal yang akan mengantarmu ke sekolahmu dan rumahmu yang baru. Ini adalah kartu namaku. Hubungi aku kapan saja kau mau.”
Aramos mengambil kartu itu dan menyimpannya di kantong ransel terdepan. Dengan ragu- ragu dia memandang kedua pria itu. Tuan Harold kini telah berlutut di salah satu kakinya, sehingga tingginya dapat sejajar dengan Aramos.
“Panggil saja aku Harold, anakku…… Dan jangan khawatir. Aku juga mengenali raut wajah itu seperti raut wajahku dahulu. Tapi aku berjanji padamu, apapun yang menantimu, begitu engkau melangkah ke dalam kapal itu, adalah sesuatu yang luar biasa. Sesuatu yang tak akan bisa dinikmati oleh anak-anak lain di dunia ini. Semuanya itu hanya untuk anak-anak yang terpilih”
Wajah Harold begitu jujur. Aramos tersenyum dan mengangguk. “Ya, aku percaya……”
Setelah menerima jabatan hangat dari Tuan Luis, Aramos mengikuti Harold menuruni dermaga dan sampai ke sebuah speedboat. Dalam semenit speedboat itu telah dinyalakan dan bergerak menuju ke tengah lautan. Aramos memutar kepalanya memandang ke atas dermaga. Tampak Tuan Luis berdiri dengan tenang. Ada raut kepuasan tampak di wajah bundar pucat itu.
“Apakah kamu suka laut, anakku?”
Harold meneriakkan kata-katanya untuk mengalahkan suara bising dari mesin speedboat.
“Iya….. sangat suka. Ayahku seorang nelayan” Teriak Aramos. Dia tersenyum senang. Angin meniup rambutnya. Dia merasakan kebebasan yang selama ini dilupakannya.
Dalam beberapa menit mereka telah tiba di laut lepas. Rumah-rumah mewah dipesisir pantai dan dermaga tempat Tuan Luis berdiri kini terlihat seperti semut kecil yang berjejer. Harold mematikan speedboat itu dan duduk dengan tenang di depan kemudinya.
Aramos kebingungan. Dia tak melihat satupun kapal di lautan lepas itu. Laut terlihat begitu tenang, diterangi sinar mentari. Tapi sebelum sempat berkata apa-apa, tiba-tiba laut yang tenang itu berbuih. Makin lama makin besar buih itu sehingga membuat Aramos ketakutan. Dia takut speedboat itu terbalik.
Sambil berpegangan erat pada pinggiran speedboat, Aramos menyaksikan pemandangan yang sangat luar biasa. Sebuah kapal muncul dari dalam laut. Warnanya abu-abu pekat, bentuknya sangat mirip ikan pari raksasa. Mula-mula kapal itu hanya muncul dengan ketinggian beberapa senti lalu lama kelamaan mencapai lebih dari lima meter. Membuat Aramos terbelalak.
Harold tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi Aramos. Tapi beberapa detik kemudian dia tenang kembali.
“Kamu lumayan juga ya? Aku pernah melihat yang lebih parah dari kamu. Pernah ada yang sampai jatuh ke laut saking terkejutnya.”
Aramos menelan ludahnya. Dengan gugup dia memegang ranselnya.
“Itu….. itu…. Itu kapalnya?”
“Iya. Itu kapalnya. Kapal yang akan mengantarmu ke tempat dunia baru menantimu. Ayo!”
Harold menyalakan kembali kapalnya dan mulai mendekati benda raksasa itu. Tampak di bagian dengan yang menyerupai sayap ikan itu terbuka sebuah pintu. Seorang pria yang lebih kerdil daripada Tuan Luis berdiri disitu dengan muka masam.
“Jangan khawatirkan Jack Mini. Dia memang selalu bermuka masam” Harold tersenyum sambil mengedipkan matanya.
Aramos tersenyum dan segera menggapai bagian sayap yang bergerigi seperti dinding panjat.
“Kamu naiklah, Aramos. Pelajari dan Nikmati semua hal yang ditawarkan oleh SOS. Suatu saat kita akan ketemu lagi dan aku ingin mendengar kisah-kisahmu”
Aramos menelan ludah. Dia melepaskan genggamannya dan memeluk pria tua itu dengan hangat. Setelah menganggukkan kepalanya, dia berbalik dan mulai memanjat sayap kapal itu menuju ke pintu.
“Hei Aramos……”
Aramos berbalik menatap Harold yang tampak berkaca-kaca.
“Ingatlah satu hal. Apapun yang dikatakan orang-orang tentang kamu ataupun tentang semua pendahulumu, satu hal yang pasti. Kamu adalah keturunan Bombersfish. Keturunan bajak laut yang terhormat”
Spoiler for Bab 2 B:
Aramos mengangguk dan melanjutkan perjalanannya. Pria kecil yang bernama Jack itu membantunya mengambil ranselnya dan meletakkannya di lantai. Dalam sekejap dia sudah berada di ruangan yang berbentuk tabung besar seperti tong.
Jack menekan dua buah tombol berbentuk bintang dan menarik sebuah tuas. Perlahan pintu kapal itu mulai tertutup. Dalam beberapa detik Aramos menatap Harold, hingga pintu tabung itu tertutup sempurna.
“Apa-apaan tuch….. dasar cengeng”
Aramos menatap Jack Mini dengan gugup. Tampaknya pria kecil yang berumur tak kurang dari setengah abad itu tidak terlalu suka hubungan emosional. Aramos memunggut ranselnya dan sedapat mungkin tidak menimbulkan suara yang dapat membuat Jack Mini lebih kesal padanya.
Tabung itu mengeluarkan suara mendesing ketika perlahan-lahan mulai naik. Tidak sampai semenit pintu tabung itu terbuka menampakkan sebuah dinding berwarna merah bata. Di dinding itu tampak dua ekor kuda laut yang sedang mengapit sebuah kemudi kapal. SOS.
Aramos sadar kini dia terlibat dengan sebuah dunia baru. Dunia yang belum dikenalnya tapi telah dipilihnya untuk menjadi batu pijakannya ke masa depan.
“Ayo keluar…… Pergilah ke sana. Terus, jangan belok-belok, dan sok cari tahu.”
Aramos memandang ke arah kanan yang ditunjuk Jack Mini. Begitu dia keluar Jack Mini langsung menutup pintu tabung. Tampaknya tabung itu turun kembali. Menurut Aramos kapal itu terdiri dari beberapa lantai, dan saat ini dia berada di lantai paling atas dari kapal selam itu.
Aramos baru hendak melangkah ke lorong yang ditunjuk Jack Mini ketika dia merasa pijakannya agak goyah. Tampaknya kapal itu masuk lagi ke dalam lautan. Sambil berpegangan di dinding, Aramos mencoba menjaga keseimbangan.
Setelah ketenangan disusul bunyi mendengung yang halus dari kapal selam, Aramos berjalan menuju ke ujung lorong yang ditunjuk oleh Jack Mini. Lorong yang diterangi cahaya kehijau-hijauan itu terdiri dari beberapa pintu di sisi kirinya. Sedangkan sisi kanannya tampak beberapa foto yang dibingkai dengan bingkai yang terbuat dari magnet.
Aramos mengamati bingkai pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Semua menggambarkan beberapa pemuda pemudi dengan seragam mereka. Tampaknya mereka adalah orang-orang yang berjasa karena di baju mereka tersemat sebuah lencana dengan simbol SOS.
Di ujung lorong, Aramos harus menyesuaikan matanya. Karena cahaya diruangan itu sangat terang. Setelah mengerjapkan matanya beberapa kali, Aramos berhasil melihat isi ruangan itu. Ruangan itu cukup luas, berbentuk seperti gerbong kereta api. Tampak kursi yang saling berhadapan dan membelakangi satu sama lain. Dan kursi-kursi itu sebagian besar telah terisi. Ada lebih dari tiga puluh pasang mata anak-anak seusianya yang sedang memandanginya. Semuanya seperti sedang menilainya.
Dengan sedikit kebingungan, Aramos berjalan menuju salah satu kursi kosong yang terdekat dengan pintu. Kursi itu telah ditempati oleh tiga orang pemuda berambut pirang. Usia mereka sebaya dengannya.
“Kamu tak boleh duduk di sini”
Aramos sedikit terkejut mendengar kata-kata sekasar itu.
“Iya, ini khusus SOS sejati. Bukan tempatmu”
“Tak ada tempat untukmu di sini Dark Seas”
Aramos mengerutkan keningnya. Namun sedetik kemudian dia merasa dirinya ditarik seseorang. Dengan bingung dia mengikuti gadis berambut hitam keturunan campuran Asia Eropa itu. Bahkan saking bingungnya dia tidak sempat merasa tersinggung dengan tawa mengejek dari beberapa orang dibelakangnya.
“Duduklah di sini” gadis itu menunjuk sebuah kursi yang kosong. Aramos memandang kedua kursi lainnya yang telah terisi. Seorang pemuda berambut coklat dengan tubuh gemuk sedang menikmati permen, duduk berhadapan dengan seorang pemuda berwajah latin yang sedang membaca buku dengan serius.
Pria latin itu hanya mengangkat sedikit kepalanya untuk mengamati Aramos dan melanjutkan bacaannya. Sedangkan yang gendut justru dengan senang hati mengangkat jaketnya dari kursi yang tadi ditunjuk oleh gadis berwajah Asia itu. Gadis itu sudah duduk sambil memandangnya.
“Kamu mau berdiri terus?”
Aramos diam dan segera mengatur duduknya. Sambil memangku ranselnya dia memandang ketiga teman seperjalanannya. Karena sudah lama tak bertemu dengan orang-orang seusianya, Aramos merasa kaku dalam menempatkan diri.
“Ammmakah mmaamu amkan teyrus memangu ansel immmtu?”
Aramos mencoba mempertajam telinganya untuk menangkap kata-kata Si Gendut yang sibuk mengunyah permen barunya.
“Oh…… Ini”
“Kamu dapat meletakkannya di atas”
Aramos berdiri kembali, mengatur ranselnya di rak di atas tempat duduk mereka.
“Terima kasih” Aramos tersenyum ke gadis itu.
“Namaku Andrea Sui. Keturunan Kapten Sui.” Gadis itu mengulurkan tangannya disambut Aramos dengan sedikit ragu.
“Aku Bill Reycht. Keturunan Adam Reycht” Pemuda gendut itu telah berhasil berbicara normal kembali. Tampaknya permennya telah habis.
“Aku Aramos. Katanya keturunan Aramos Bombersfish”
“Katanya?”
Aramos menanggapi keterkejutan gadis itu dengan tersenyum.
“Iya….. Aku baru mengetahuinya tadi malam”
Jack menekan dua buah tombol berbentuk bintang dan menarik sebuah tuas. Perlahan pintu kapal itu mulai tertutup. Dalam beberapa detik Aramos menatap Harold, hingga pintu tabung itu tertutup sempurna.
“Apa-apaan tuch….. dasar cengeng”
Aramos menatap Jack Mini dengan gugup. Tampaknya pria kecil yang berumur tak kurang dari setengah abad itu tidak terlalu suka hubungan emosional. Aramos memunggut ranselnya dan sedapat mungkin tidak menimbulkan suara yang dapat membuat Jack Mini lebih kesal padanya.
Tabung itu mengeluarkan suara mendesing ketika perlahan-lahan mulai naik. Tidak sampai semenit pintu tabung itu terbuka menampakkan sebuah dinding berwarna merah bata. Di dinding itu tampak dua ekor kuda laut yang sedang mengapit sebuah kemudi kapal. SOS.
Aramos sadar kini dia terlibat dengan sebuah dunia baru. Dunia yang belum dikenalnya tapi telah dipilihnya untuk menjadi batu pijakannya ke masa depan.
“Ayo keluar…… Pergilah ke sana. Terus, jangan belok-belok, dan sok cari tahu.”
Aramos memandang ke arah kanan yang ditunjuk Jack Mini. Begitu dia keluar Jack Mini langsung menutup pintu tabung. Tampaknya tabung itu turun kembali. Menurut Aramos kapal itu terdiri dari beberapa lantai, dan saat ini dia berada di lantai paling atas dari kapal selam itu.
Aramos baru hendak melangkah ke lorong yang ditunjuk Jack Mini ketika dia merasa pijakannya agak goyah. Tampaknya kapal itu masuk lagi ke dalam lautan. Sambil berpegangan di dinding, Aramos mencoba menjaga keseimbangan.
Setelah ketenangan disusul bunyi mendengung yang halus dari kapal selam, Aramos berjalan menuju ke ujung lorong yang ditunjuk oleh Jack Mini. Lorong yang diterangi cahaya kehijau-hijauan itu terdiri dari beberapa pintu di sisi kirinya. Sedangkan sisi kanannya tampak beberapa foto yang dibingkai dengan bingkai yang terbuat dari magnet.
Aramos mengamati bingkai pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Semua menggambarkan beberapa pemuda pemudi dengan seragam mereka. Tampaknya mereka adalah orang-orang yang berjasa karena di baju mereka tersemat sebuah lencana dengan simbol SOS.
Di ujung lorong, Aramos harus menyesuaikan matanya. Karena cahaya diruangan itu sangat terang. Setelah mengerjapkan matanya beberapa kali, Aramos berhasil melihat isi ruangan itu. Ruangan itu cukup luas, berbentuk seperti gerbong kereta api. Tampak kursi yang saling berhadapan dan membelakangi satu sama lain. Dan kursi-kursi itu sebagian besar telah terisi. Ada lebih dari tiga puluh pasang mata anak-anak seusianya yang sedang memandanginya. Semuanya seperti sedang menilainya.
Dengan sedikit kebingungan, Aramos berjalan menuju salah satu kursi kosong yang terdekat dengan pintu. Kursi itu telah ditempati oleh tiga orang pemuda berambut pirang. Usia mereka sebaya dengannya.
“Kamu tak boleh duduk di sini”
Aramos sedikit terkejut mendengar kata-kata sekasar itu.
“Iya, ini khusus SOS sejati. Bukan tempatmu”
“Tak ada tempat untukmu di sini Dark Seas”
Aramos mengerutkan keningnya. Namun sedetik kemudian dia merasa dirinya ditarik seseorang. Dengan bingung dia mengikuti gadis berambut hitam keturunan campuran Asia Eropa itu. Bahkan saking bingungnya dia tidak sempat merasa tersinggung dengan tawa mengejek dari beberapa orang dibelakangnya.
“Duduklah di sini” gadis itu menunjuk sebuah kursi yang kosong. Aramos memandang kedua kursi lainnya yang telah terisi. Seorang pemuda berambut coklat dengan tubuh gemuk sedang menikmati permen, duduk berhadapan dengan seorang pemuda berwajah latin yang sedang membaca buku dengan serius.
Pria latin itu hanya mengangkat sedikit kepalanya untuk mengamati Aramos dan melanjutkan bacaannya. Sedangkan yang gendut justru dengan senang hati mengangkat jaketnya dari kursi yang tadi ditunjuk oleh gadis berwajah Asia itu. Gadis itu sudah duduk sambil memandangnya.
“Kamu mau berdiri terus?”
Aramos diam dan segera mengatur duduknya. Sambil memangku ranselnya dia memandang ketiga teman seperjalanannya. Karena sudah lama tak bertemu dengan orang-orang seusianya, Aramos merasa kaku dalam menempatkan diri.
“Ammmakah mmaamu amkan teyrus memangu ansel immmtu?”
Aramos mencoba mempertajam telinganya untuk menangkap kata-kata Si Gendut yang sibuk mengunyah permen barunya.
“Oh…… Ini”
“Kamu dapat meletakkannya di atas”
Aramos berdiri kembali, mengatur ranselnya di rak di atas tempat duduk mereka.
“Terima kasih” Aramos tersenyum ke gadis itu.
“Namaku Andrea Sui. Keturunan Kapten Sui.” Gadis itu mengulurkan tangannya disambut Aramos dengan sedikit ragu.
“Aku Bill Reycht. Keturunan Adam Reycht” Pemuda gendut itu telah berhasil berbicara normal kembali. Tampaknya permennya telah habis.
“Aku Aramos. Katanya keturunan Aramos Bombersfish”
“Katanya?”
Aramos menanggapi keterkejutan gadis itu dengan tersenyum.
“Iya….. Aku baru mengetahuinya tadi malam”
Spoiler for Bab 2 C:
Aramos memandang ke arah pemuda berwajah latin itu dengan penasaran. Usia pemuda itu tampaknya lebih tua beberapa tahun dari mereka bertiga.
“Dia Julio Delegas. Keturunan dari kapten Carlos Delegas…..”
“Anak dari keturunan Dark Seas” pemuda itu menutup bukunya dan menatap langsung ke mata Aramos dengan tidak senang.
“Aku juga katanya keturunan Dark Seas…..” suara Aramos pelan sambil melirik ke kiri dan kanan. Banyak yang sibuk berbisik-bisik. Aramos telah dapat mengambil kesimpulan sebenarnya keturunan Dark Seas tidak terlalu disukai di SOS ini.
“Lalu memangnya kenapa? Toh keturunan Dark Seas tetap diakui SOS. Bahkan ada beberapa hal yang dicatat oleh SOS yang hanya dapat dilakukan oleh Dark Seas” Andrea menyahut keras memandang tajam ke beberapa orang yang terdiam.
Tapi tampaknya tidak semua yang diam. Ada yang tidak setuju dengan pembelaan Andrea.
“Mereka hanya beruntung saja. Keturunan Dark Seas hanyalah orang-orang yang serakah yang kebetulan beruntung tidak dimusnahkan seluruhnya oleh SOS dan sekutu”
Aramos mengenali suara itu sebagai suara yang pertama kali mengusirnya dengan kasar. Pemuda itu kini berdiri di atas karpet merah di lorong yang memisahkan dua jalur tempat duduk.
“Benarkah. Bukankah SOS juga hanya beruntung. Karena mereka dengan pengecut bergabung bersama sekutu setelah menderita kekalahan dari Dark Seas”
Pemuda latin itu duduk sambil menegakkan badannya sehingga dia dan si pirang dapat saling memandang dengan bermusuhan.
“Itu bukan beruntung. Tapi cerdas. Karena SOS tahu bagaimana mencari teman sekutu. Tidak seperti Dark Seas yang selamat hanya karena belas kasihan”
“Sudah…..sudah…..sudah…… Hentikan Aron. Kamu itu dengan pikiran picikmu hanya akan merusak SOS saat ini”
“Bukan pikiran picik…..itu adalah kenyataan yang harusnya diakui SOS. SOS tidak membutuhkan keturunan Dark Seas untuk menemukan harta karun. Bisa-bisa kejadian di masa lalu terulang kembali, akibatnya kita-kita yang tidak berdosa kena imbasnya kan?”
“Benar itu….. SOS dapat berdiri tanpa Dark Seas….. SOS akan……”
Aramos memandang ke pemuda pirang lainnya. Pemuda itu tinggi kurus dan sedikit pucat. Beda dengan temannya yang pertama bertubuh kekar dan berkulit coklat layaknya anak pantai. Tapi sebelum Aramos melanjutkan penilainannya, tampak Jack Mini membawa sebuah tongkat dari kumparan karton dan memukul kepala Aron bersama temannya.
“Diam kalian. Cepat duduk….. Kalian semua pakai sabuk pengaman. Kita akan segera melaju. Dalam setengah jam kita akan tiba di Eightlyst. Dan aku tak mau ada kekacauan lagi”
Aron dan temannya didorong dengan kasar oleh Jack Mini ke kursi mereka dan dia segera berjalan menuju lorong dan menghilang di tabung itu lagi.
Anak-anak segera mengencangkan sabuk pengaman di kursi mereka. Aramos membantu Bill yang terlihat kesulitan karena sabuk pengamannya hampir saja tidak cukup. Tepat setelah sabuk pengaman Bill terpasang, mereka semua merasakan dorongan yang sangat kuat. Kapal terasa melaju sangat cepat. Bunyi mesin yang halus berubah sedikit keras.
Setelah lima menit, menyesuaikan dengan kecepatan kapal selam, anak-anak mulai sedikit santai walaupun belum ada satupun yang berani membuka sabuk pengaman mereka.
Aramos melirik ke Julio. Wajah pemuda itu terlihat geram menahan amarah. Aramos meraba dadanya. Dia mungkin karena tidak terlalu mengenal moyangnya, amarah itu hanya terasa seperti amarah ke ibu tirinya.
“Jangan dipikirkan. Aron Berstard memang sombong. Dulu moyangnya adalah salah satu dari tiga pemimpin besar SOS. Sedangkan Nick Forwed dan Kevin Forwed adalah dua sepupu yang tak ada artinya. Hanya karena moyang mereka adalah anak buah dari Kapten Berstard, maka sampai saat ini mereka tetap menjadi anak buahnya.”
“Kamu tak usah bermanis-manis. Kalian SOS sama saja”
Andrea melotot ke Julio. Dengan kesal dia meninju bahu pria itu.
“Jangan sembarangan. Tidak semua SOS seperti yang kamu pikirkan. Lagipula kalau memang SOS sebegitu tidak menyenangkannya, kenapa juga kamu di sini. Kamu memiliki hak untuk menolak berada di sini”
Julio melotot ke Andrea dan segera membuang mukanya. Julio menutup pembicaraan itu dengan tanda tanya yang cukup besar bagi mereka semua.
Bill diam sambil sekali lagi memasukkan permen ke mulutnya. Andrea dan Aramos hanya memandanginya dengan heran.
“Aku…. Aku…. Aku suka gugup bila berada di ruang tertutup” Bill menambah lagi sebutir permen dan tersenyum.
“Dia Julio Delegas. Keturunan dari kapten Carlos Delegas…..”
“Anak dari keturunan Dark Seas” pemuda itu menutup bukunya dan menatap langsung ke mata Aramos dengan tidak senang.
“Aku juga katanya keturunan Dark Seas…..” suara Aramos pelan sambil melirik ke kiri dan kanan. Banyak yang sibuk berbisik-bisik. Aramos telah dapat mengambil kesimpulan sebenarnya keturunan Dark Seas tidak terlalu disukai di SOS ini.
“Lalu memangnya kenapa? Toh keturunan Dark Seas tetap diakui SOS. Bahkan ada beberapa hal yang dicatat oleh SOS yang hanya dapat dilakukan oleh Dark Seas” Andrea menyahut keras memandang tajam ke beberapa orang yang terdiam.
Tapi tampaknya tidak semua yang diam. Ada yang tidak setuju dengan pembelaan Andrea.
“Mereka hanya beruntung saja. Keturunan Dark Seas hanyalah orang-orang yang serakah yang kebetulan beruntung tidak dimusnahkan seluruhnya oleh SOS dan sekutu”
Aramos mengenali suara itu sebagai suara yang pertama kali mengusirnya dengan kasar. Pemuda itu kini berdiri di atas karpet merah di lorong yang memisahkan dua jalur tempat duduk.
“Benarkah. Bukankah SOS juga hanya beruntung. Karena mereka dengan pengecut bergabung bersama sekutu setelah menderita kekalahan dari Dark Seas”
Pemuda latin itu duduk sambil menegakkan badannya sehingga dia dan si pirang dapat saling memandang dengan bermusuhan.
“Itu bukan beruntung. Tapi cerdas. Karena SOS tahu bagaimana mencari teman sekutu. Tidak seperti Dark Seas yang selamat hanya karena belas kasihan”
“Sudah…..sudah…..sudah…… Hentikan Aron. Kamu itu dengan pikiran picikmu hanya akan merusak SOS saat ini”
“Bukan pikiran picik…..itu adalah kenyataan yang harusnya diakui SOS. SOS tidak membutuhkan keturunan Dark Seas untuk menemukan harta karun. Bisa-bisa kejadian di masa lalu terulang kembali, akibatnya kita-kita yang tidak berdosa kena imbasnya kan?”
“Benar itu….. SOS dapat berdiri tanpa Dark Seas….. SOS akan……”
Aramos memandang ke pemuda pirang lainnya. Pemuda itu tinggi kurus dan sedikit pucat. Beda dengan temannya yang pertama bertubuh kekar dan berkulit coklat layaknya anak pantai. Tapi sebelum Aramos melanjutkan penilainannya, tampak Jack Mini membawa sebuah tongkat dari kumparan karton dan memukul kepala Aron bersama temannya.
“Diam kalian. Cepat duduk….. Kalian semua pakai sabuk pengaman. Kita akan segera melaju. Dalam setengah jam kita akan tiba di Eightlyst. Dan aku tak mau ada kekacauan lagi”
Aron dan temannya didorong dengan kasar oleh Jack Mini ke kursi mereka dan dia segera berjalan menuju lorong dan menghilang di tabung itu lagi.
Anak-anak segera mengencangkan sabuk pengaman di kursi mereka. Aramos membantu Bill yang terlihat kesulitan karena sabuk pengamannya hampir saja tidak cukup. Tepat setelah sabuk pengaman Bill terpasang, mereka semua merasakan dorongan yang sangat kuat. Kapal terasa melaju sangat cepat. Bunyi mesin yang halus berubah sedikit keras.
Setelah lima menit, menyesuaikan dengan kecepatan kapal selam, anak-anak mulai sedikit santai walaupun belum ada satupun yang berani membuka sabuk pengaman mereka.
Aramos melirik ke Julio. Wajah pemuda itu terlihat geram menahan amarah. Aramos meraba dadanya. Dia mungkin karena tidak terlalu mengenal moyangnya, amarah itu hanya terasa seperti amarah ke ibu tirinya.
“Jangan dipikirkan. Aron Berstard memang sombong. Dulu moyangnya adalah salah satu dari tiga pemimpin besar SOS. Sedangkan Nick Forwed dan Kevin Forwed adalah dua sepupu yang tak ada artinya. Hanya karena moyang mereka adalah anak buah dari Kapten Berstard, maka sampai saat ini mereka tetap menjadi anak buahnya.”
“Kamu tak usah bermanis-manis. Kalian SOS sama saja”
Andrea melotot ke Julio. Dengan kesal dia meninju bahu pria itu.
“Jangan sembarangan. Tidak semua SOS seperti yang kamu pikirkan. Lagipula kalau memang SOS sebegitu tidak menyenangkannya, kenapa juga kamu di sini. Kamu memiliki hak untuk menolak berada di sini”
Julio melotot ke Andrea dan segera membuang mukanya. Julio menutup pembicaraan itu dengan tanda tanya yang cukup besar bagi mereka semua.
Bill diam sambil sekali lagi memasukkan permen ke mulutnya. Andrea dan Aramos hanya memandanginya dengan heran.
“Aku…. Aku…. Aku suka gugup bila berada di ruang tertutup” Bill menambah lagi sebutir permen dan tersenyum.
0
Kutip
Balas