- Beranda
- Stories from the Heart
I Am (NOT) Your Sister
...
TS
natashyaa
I Am (NOT) Your Sister
Dear Warga SFTH.
Sebelumnya ijinkan gue untuk menulis sepenggal kisah hidup gue di SFTH. Cerita ini bersumber dari pengalaman pribadi yang gue modifikasi sedemikian rupa sehingga membentuk cerita karangan gue sendiri. Cerita ini ditulis dengan dua sudut pandang berbeda dari kedua tokohnya.
So... langsung saja.
Sebelumnya ijinkan gue untuk menulis sepenggal kisah hidup gue di SFTH. Cerita ini bersumber dari pengalaman pribadi yang gue modifikasi sedemikian rupa sehingga membentuk cerita karangan gue sendiri. Cerita ini ditulis dengan dua sudut pandang berbeda dari kedua tokohnya.
So... langsung saja.
Quote:
Diubah oleh natashyaa 20-01-2018 23:32
itkgid dan 8 lainnya memberi reputasi
9
464K
3K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
natashyaa
#1916
F Part 71
“Ibu lagi apa di rumah?” Sms gue ke ibu pas di mobil Andrea.
“Biasa lagi di kamar, kalian kapan pulang?”
“Ini lagi di jalan bu. Syukurlah..” Gue tenang ketika mendapat balasan sms dari ibu, setidaknya menenangkan hati.
“Oh kenapa? Ibu ada rencana..”
“Rencana apa?”
“Rencana ngerjain Ani. Ibu nanti di rumah mau pura-pura pingsan, ibu ingin tau reaksi dia kayak gimana.”
“Ihhh.. ibu apa-apaan sih gak lucu tau bu!”
“Gpp sayang, ibu ingin ngetes dia aja. Sekalian kalau tau ibu pingsan biar jadi pelajaran buat dia, supaya gak sering bohong dan gak sering pergi keluar.”
“ Atuh ibu, ibu aya-aya wae lah.”
“Hahaha. Ayolah sayang bantu ibu.”
“Iya, asal ibu senang weh.”
“Sip, kamu harus bisa akting ya, pokoknya kamu harus panik gitu terus marahin dia. Terus cari cara agar bangunin ibu dari pingsan.”
“..ok..”
Gak ada sms lagi dari ibu.
***
“Cepet cari minyak kayu putih atau aromaterapi…” Perintah gue ke Ani.
“BEGO! Bukanya di kamar lo ada kayu putih..”
Aslinya dalam hati gue kepengen ketawa sehabis bentak dan marahin Ani. Apalagi liat mukanya dan ekspresi paniknya. Gue gak tau lagi harus ngomongin apa tentang ibu. Ide nya ini bener-bener sengklek. Anak orang dimainin kayak gini. Sekejam-kejamnya gue ke orang, ngak pernah gue bikin lelucon atau skenario seperti ini. Gue pura-pura harus marah, gue harus pura-pura bangunin ibu dari pingsan padahal dia itu pura-pura tidur, astaga mestinya ibu dulu harusnya jadi artis saja bukan lawyer.
“Ibu bangun ! Aninya udah ke atas..” Cubit gue ke tangan ibu.
“Oh.. udah ya, bantu ibu berdiri..” Ujar ibu tanpa dosa.
Gue pun membantu ibu buat berdiri dan membawana ke sofa.
“Kak..” Kata Ani yang baru aja balik dari kamarnya bawa kayu putih. Pas ibu sudah berbaring di sofa, Ani langsung menghampirinya, memeluknya kemudian mengolesi tubuh ibu dengan kayu putih. Gue yang berdiri dibelakang Ani, dalam hati ketawa sekaligus terharu juga liat Ani yang sangat sayang dan peduli dengan ibu. Si Ani bener-bener sayang sama ibu gue.
Terus Ani ngeliat ke belakang ke arah gue dengan wajahnya yang sudah dibanjiri air mata. Gila sampai nangis si Ani, dia bener-bener berempati banget sama ibu.
“Ani kenapa kamu nangis?” Kata ibu ke Ani.
Bukanya menjawab si Ani malah ngacir lari kembali ke kamarnya. Gue dan ibu malah kaget jadinya melihat ani yang lari ke kamarnya.
“Ibu sih.. tuh kan dia lari...” Kata gue ke ibu.
“Hehehe.. setidaknya dia beneran sayang sama ibu.”
“Kasian bu anak orang, dia kayak bersalah banget sama ibu.”
“Hehe..”
“Eh, kamu tlponin bapaknya dong. Bilang kapan balik ke rumah.”
“Aku gak punya nomornya lah.”
“Minta ke Ani terus suruh sini, ibu mau minta maaf.”
“Ok.”
Gue pun langsung naik ke kamar Ani. Gue mengetuk pintu kamar Ani yang terkunci meminta nomor ayahnya. Namun tidak ada balasan dari dalam. Gue mengetuk pintunya beberapa kali, hanya ada suara rengekan tangis di balik pintu ini.
Teng….
Sms dari Ani. Yang berisi nomor ayahnya. Astaga malah di sms bukannya dibukain pintunya. Ni… Ani..
Gue pun turun ke bawah kembali ke ibu.
“Tuh ibu. Baeud. Ceurik wae.” Omel gue ke ibu.
“Aitih si Ani..” Kini giliran ibu yang bergegas pergi ke kamar Ani.
Gue duduk di sofa lalu menuruti perintah ibu tadi untuk menghubungi si Burhan,- Bapaknya Ani. Menanyakan kapan dia kembali ke rumah.
“Haloo…?” Suara cewek yang gue dengar dari teleponya si Burhan.
Wtf…
…
“Biasa lagi di kamar, kalian kapan pulang?”
“Ini lagi di jalan bu. Syukurlah..” Gue tenang ketika mendapat balasan sms dari ibu, setidaknya menenangkan hati.
“Oh kenapa? Ibu ada rencana..”
“Rencana apa?”
“Rencana ngerjain Ani. Ibu nanti di rumah mau pura-pura pingsan, ibu ingin tau reaksi dia kayak gimana.”
“Ihhh.. ibu apa-apaan sih gak lucu tau bu!”
“Gpp sayang, ibu ingin ngetes dia aja. Sekalian kalau tau ibu pingsan biar jadi pelajaran buat dia, supaya gak sering bohong dan gak sering pergi keluar.”
“ Atuh ibu, ibu aya-aya wae lah.”
“Hahaha. Ayolah sayang bantu ibu.”
“Iya, asal ibu senang weh.”
“Sip, kamu harus bisa akting ya, pokoknya kamu harus panik gitu terus marahin dia. Terus cari cara agar bangunin ibu dari pingsan.”
“..ok..”
Gak ada sms lagi dari ibu.
***
“Cepet cari minyak kayu putih atau aromaterapi…” Perintah gue ke Ani.
“BEGO! Bukanya di kamar lo ada kayu putih..”
Aslinya dalam hati gue kepengen ketawa sehabis bentak dan marahin Ani. Apalagi liat mukanya dan ekspresi paniknya. Gue gak tau lagi harus ngomongin apa tentang ibu. Ide nya ini bener-bener sengklek. Anak orang dimainin kayak gini. Sekejam-kejamnya gue ke orang, ngak pernah gue bikin lelucon atau skenario seperti ini. Gue pura-pura harus marah, gue harus pura-pura bangunin ibu dari pingsan padahal dia itu pura-pura tidur, astaga mestinya ibu dulu harusnya jadi artis saja bukan lawyer.
“Ibu bangun ! Aninya udah ke atas..” Cubit gue ke tangan ibu.
“Oh.. udah ya, bantu ibu berdiri..” Ujar ibu tanpa dosa.
Gue pun membantu ibu buat berdiri dan membawana ke sofa.
“Kak..” Kata Ani yang baru aja balik dari kamarnya bawa kayu putih. Pas ibu sudah berbaring di sofa, Ani langsung menghampirinya, memeluknya kemudian mengolesi tubuh ibu dengan kayu putih. Gue yang berdiri dibelakang Ani, dalam hati ketawa sekaligus terharu juga liat Ani yang sangat sayang dan peduli dengan ibu. Si Ani bener-bener sayang sama ibu gue.
Terus Ani ngeliat ke belakang ke arah gue dengan wajahnya yang sudah dibanjiri air mata. Gila sampai nangis si Ani, dia bener-bener berempati banget sama ibu.
“Ani kenapa kamu nangis?” Kata ibu ke Ani.
Bukanya menjawab si Ani malah ngacir lari kembali ke kamarnya. Gue dan ibu malah kaget jadinya melihat ani yang lari ke kamarnya.
“Ibu sih.. tuh kan dia lari...” Kata gue ke ibu.
“Hehehe.. setidaknya dia beneran sayang sama ibu.”
“Kasian bu anak orang, dia kayak bersalah banget sama ibu.”
“Hehe..”
“Eh, kamu tlponin bapaknya dong. Bilang kapan balik ke rumah.”
“Aku gak punya nomornya lah.”
“Minta ke Ani terus suruh sini, ibu mau minta maaf.”
“Ok.”
Gue pun langsung naik ke kamar Ani. Gue mengetuk pintu kamar Ani yang terkunci meminta nomor ayahnya. Namun tidak ada balasan dari dalam. Gue mengetuk pintunya beberapa kali, hanya ada suara rengekan tangis di balik pintu ini.
Teng….
Sms dari Ani. Yang berisi nomor ayahnya. Astaga malah di sms bukannya dibukain pintunya. Ni… Ani..
Gue pun turun ke bawah kembali ke ibu.
“Tuh ibu. Baeud. Ceurik wae.” Omel gue ke ibu.
“Aitih si Ani..” Kini giliran ibu yang bergegas pergi ke kamar Ani.
Gue duduk di sofa lalu menuruti perintah ibu tadi untuk menghubungi si Burhan,- Bapaknya Ani. Menanyakan kapan dia kembali ke rumah.
“Haloo…?” Suara cewek yang gue dengar dari teleponya si Burhan.
Wtf…
…
itkgid dan khodzimzz memberi reputasi
2
