- Beranda
- Stories from the Heart
Tanaka, Aku Padamu!!!
...
TS
Wah Cantiknya
Tanaka, Aku Padamu!!!
Quote:
WARNING!!!Cerita yang ada dalam thread ini adalah fiksi semua. Jadi gue saranin supaya kalian bacanya jangan terlalu baper.

Kalo gag sibuk, cerita bisa TS update setiap hari, kalo sibuk ya minimal seminggu sekali insya Allah update.




RULES :
JANGAN NGEFLAME!
JANGAN NGEFLAME!
Quote:
Quote:
Quote:
Diubah oleh Wah Cantiknya 08-02-2017 21:50
anasabila memberi reputasi
1
16.7K
Kutip
124
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
Wah Cantiknya
#109
Butuh banyak penjelasan
Quote:
Setelah tragedi menangisnya Gladys, anak semata wayang Edrick yang masih kecil. Tanaka dan Ayu duduk bersebelahan tanpa bicara. Ayu masih sebal karena Tanaka membuat Gladys menangis, sedangkan Tanaka juga sebal karena dituduh sebagai biang kerok dari menangisnya Gladys (Padahal memang iya). 
Tak lama kemudian tuan rumah yang ditunggu2 datang. Edrick datang dengan wajah yang lebam dan baju yang berantakan. Melihat sang Ayah datang, Gladys pun berlari menyambut Ayahnya keruang tamu.
“Ayah!” Serunya sambil memeluk sang Ayah.
Edrick balas memeluk putri semata wayangnya itu. “Wah, anak Ayah lagi bantu mama masak ya.” Edrick mencium pipi Gladys.
Gladys mengangguk. “Muka Ayah kenapa lagi?”
“Oh ini. Tadi Ayah jatuh dari motor, sayang.”
“Jatuh lagi.” Kata Gladys
Tak lama kemudian, sang istri menyusul. “Gladys.. Udah sore, mandi dulu sana.”
Gladys pun turun dari pangkuan Ayahnya. Berlari kecil kekamar mandi.
“Kamu kenapa lagi sih, mas?”
“Jangan tanya kenapa, yank. Jawaban aku pasti sama.”
“Heran aku sama kamu. Kamu itu sebenarnya polisi atau petinju sih. Sering banget pulang babak belur.”
Tanaka dan Ayu sama2 terkejut. Edrick seorang polisi? Apa ini. Tanaka sedang berada dirumah seorang polisi?
“Edrick! Apa yang baru saja kudengar? Kau seorang polisi? Benarkah?” Tanya Tanaka ketus.
“Hmm.. B.. Begini ceritanya, Tanaka.. Dengarkan aku..”
Tanaka marah. “Apa semua ini jebakan. Kau membawaku kesini untuk menangkapku begitu?”
Edrick mengusap wajahnya. “Tidak! Bukan seperti itu.”
Ayu mencoba menengahi. “Sudah. Jangan bicara pake emosi semua. Ga akan selesai ini pembicaraan. Bicaralah empat mata dengan kepala dingin. Edrick, tolong jelaskan dengan benar apa tujuanmu sebenarnya. Tanaka, jangan gunakan emosimu untuk menyelesaikan masalah.”
“Baiklah. Ayo bicara diruang kerjaku.” Ajak Edrick.
Tanaka tidak menjawab. Tapi mengikuti langkah Edrick keruang kerjanya.
“Maafin dia, mbak. Dia terlalu terbawa emosi.” Kata Ayu pada Djenar (istri Edrick).
“Ah tidak apa2, santai saja. Pacar kamu mungkin kaget, jadi marah.”
“Iya, saya juga kaget. Karna kita ga tau sama sekali soal pekerjaan Edrick. Dan ngomong2, dia bukan pacar saya.”
“Ah masa sih? Tapi kalian keliatan kayak pasangan loh.”
“Ya mungkin karena saya perempuan dan dia laki2.”
Canda Ayu
“Bisa aja kamu. Oh iya, kamu mau mandi ga?”
“Pengen sih, tapi aku ga bawa baju. Nanti percuma mandi juga, pasti gatel lagi.”
“Ih, santai aja. Pake baju aku. Tapi dress semua, ga apa2 ya?”
Sebenarnya Ayu ingin menolak, karena ia tak biasa memakai dress sehari2. Mungkin nyaris tidak pernah. Ia lebih sering memakai celana jeans. Tapi karna tak enak hati menolaknya, akhirnya Ayu mengangguk saja.
Tanaka dan Edrick duduk berhadapan diruang kerja Edrick. Tanaka kelihatan sekali masih sangat marah dengan kenyataan bahwa Edrick adalah seorang polisi.
“Aku harap kau sudah bisa mengendalikan dirimu.” Kata Edrick memulai pembicaraan
“Bicaralah cepat! Apa maksud dan tujuanmu sebenarnya?”
“Baiklah. Aku akan bicara.” Edrick mengeluarkan sebuah buku yang berisi banyak potongan2 artikel tentang kasus jual beli senjata illegal.
Tanaka menunggu.
“Ya, aku adalah seorang polisi. Tepatnya polsi intel. Saat ini aku sedang diberi tugas mengusut kasus perdagangan senjata illegal. Aku sedang menyamar jadi kawanan preman bersama anak buahku. Mengumpulkan informasi sekecil apapun yang kami dapat dilapangan. Kasus ini sudah melewati belasan tahun, tapi belum juga terselesaikan.” Jelas Edrick sambil menunjukkan salah satu artikel tentang senjata api illegal.
“Apa kau sedang menjebakku dengan menggunakan Ayu? Agar bisa menangkapku dan juga bos besar?” Tanya Tanaka dingin.
“Tidak. Aku justru ingin menyelamatkanmu dari lingkaran setan itu.”
“Kenapa?”
Tanaka, Aku tau kau tidak bersalah. Aku kenal siapa dirimu. Kau begitu setia pada bos besar. Kau menuruti semua perintahnya tanpa kecuali. Dan aku percaya, sebelum kau bertemu denganku tadi siang, kau juga belum tau apa yang sedang kau bawa. Iya kan?”
Tanaka terdiam. Dalam hatinya mengiyakan kata2 Edrick. Ya, dia memang baru tau tadi saat membongkar semua bawaannya ditoilet café.
“Sebelum petugas lain yang menemukanmu, aku harus mendapatkanmu lebih dulu. Karna aku tau yang sebenarnya. Kalau petugas lain? Mereka tidak akan mau tau. Kau tau atau tidak tentang isi paket itu, kau akan tetap ditangkap dan dihukum.”
“Kenapa kau ingin menyelamatkanku?”
“Karna kau adalah sahabatku. Kau bukan orang jahat. Kau hanya orang yang terlalu baik. Dan juga aku butuh bantuanmu, untuk menuntaskan kasus ini.”
“Bantuan apa?”
“Bantuan untuk menangkap orang tua itu. Agar kita bisa menghentikan peredaran senjata illegal dinegara ini.”
Tanaka tertawa sinis. “Apa kau kira yang mempunyai bisnis seperti ini hanya Bapak? Banyak pelaku bisnis senjata illegal lainnya yang berkeliaran di Indonesia, Malaysia, dan lainnya. Kau menangkap satu ikan, tapi ikan lain masih berenang bebas diluar sana.”
“Ya, aku sadar itu. Tapi setidaknya, aku bisa membuang salah satu bandar senjata illegal terbesar disini. Kalau aku membiarkannya, sama saja aku diam saja dengan pelanggaran hukum yang ada disini. Kau juga mantan seorang pasukan, kau pasti paham sedikit banyaknya tentang hukum kan?”
Tanaka kembali diam. Tak tau harus menjawab apa. Pikirannya benar2 sedang kacau saat ini.
“Lalu, tentang kehidupanku sejak kita berpisah sepuluh tahun lalu, dari mana kau mendapatkan informasi?” Tanya Tanaka heran.
“Ada salah seorang pelayan disana yang menjadi mata2ku haha. Dia juga yang jadi informanku untuk segala gerak gerik bisnis bos besar. Seminggu sekali, setiap dia pergi kepasar, dia akan mengirimiku surat untuk memberi tau perkembangan disana.”
“Bagaimana kalau dia tertangkap basah sudah menjadi informan seorang polisi? Bapak pasti menghabisinya.” Kata Tanaka.
“Kuharap tidak akan tertangkap. Selama sepuluh tahun ini tidak pernah ada masalah dengannya.”
“Ya, semoga saja.”
“Lalu bagaimana, Tanaka? Apa kau bersedia membantuku? Kita sama2 benahi suatu kesalahan.”
Tanaka lagi2 terdiam bingung mau menjawab apa.
“Baiklah, aku mengerti ini pasti sulit untuk kau terima. Pikirkan saja dulu.” Kata Edrick sambil beranjak bangun. “Aku lapar. Sepertinya makan malam sudah siap. Ayo turun.” Edrick berjalan keluar ruangan, diikuti Tanaka dibelakangnya.
Sampai diruang makan, makanan sudah siap. Dan gadis2 cantikpun sudah menanti dengan manis dibangkunya masing2. Tanaka melongo melihat penampilan Ayu yang sangat berbeda. Gadis itu mengenakan dress berwarna biru muda dengan motif hati, rambutnya terurai panjang dan wajahnya dibalut make up natural. Ayu terlihat cantic dan anggun memang. Selama ini kan Tanaka lebih sering melihat Ayu dengan kaos oblong dan celana jeans saja.
“Kau habis makan apa, Ayu?” Ledek Tanaka.
Ayu sadar sedang diledek. “Jangan banyak bicara. Duduk dan makanlah.”
Tanaka tertawa kecil. Ia duduk disamping Ayu. Sedangkan Gladys yang tadinya duduk disebelah Edrick yang berdekatan dengan Tanaka, langsung pindah kesamping ibunya karna takut melihat Tanaka.
“Ayo makan semuanya.” Kata Djenar.
Makan malampun berlangsung khidmat, tanpa ada suara sedikitpun. Bahkan Gladys pun tidak bersuara karena takut melihat Tanaka.
Selesai makan dan membantu Djenar mencuci semua piring kotor, Ayu pergi kehalaman rumah Edrick dan duduk ditaman mini yang indah itu.
Ayu mengeluarkan ponselnya dan menghubungi kakek dan neneknya.
“Halo, Nek. Aku mungkin belum bisa pulang. Aku ada dirumah teman diluar kota untuk urusan pekerjaan. Iya, aku pasti jaga diri kok. Nenek dan kakek juga jaga diri ya, jangan terlalu capek. Kalau butuh bantuan panggil saja tetangga ya, Nek. Iya, nenek juga kabar2in kalau ada apa2. Daah, nek. Saying kalian.”
Ayu mengakhiri pembicaraan.
“Ehemm..” Tanaka tiba2 muncul dari balik semak2, mengagetkan Ayu.
“Aihh, Tanaka. Kau mengagetkanku!”
“Jangan melamun makanya.”
“Aku tidak melamun.”
“Bohong.” Tanaka duduk disampng Ayu. “Jelas2 kau melamun.”
“Ah terserah deh.”
“Kau terlihat aneh malam mini, Ayu.” Kata Tanaka memandangi penampilan Ayu. Dalam hati ingin berkata cantik dan berbeda, tapi Tanaka enggan mengutarakannya.
“Meledek terus. Aku tidak bawa baju lagi. Bajuku yang tadi bau, jadi kucuci. Istrinya Edrick tidak punya celana jeans atau kaos oblong, baju yang dia punya, ya baju2 seperti ini.”
“Ya, ya baiklah.”
“Oh iya. Apa yang kalian bicarakan tadi?”
“Kau penasaran ?”
“Ya. Aku sudah terlibat sampai sekarang, wajar kan aku ingin tau?”
Tanaka menghela nafas sejenak. “Dia itu ternyata seorang intel.”
Ayu terperangah. “Apa? Intel? Terus apa dia akan menangkapmu? Dan aku juga?” Tanya Ayu khawatir.
“Tidak. Dia hanya ingin mengeluarkanku dari bisnis ini dan juga memberantas perdagangan senjata api illegal dinegara ini.”
Ayu hendak bertanya lagi, tapi Tanaka sudah keburu berjalan pergi.
“Tanaka. Mau kemana?” Gerutu Ayu.
“Jangan bertanya lagi. Aku sedang malas menjelaskan panjang lebar.”
Akhirnya Ayu ditinggal sendirian ditaman sambil menggerutu tidak karuan. Padahal masih banyak yang ingin ditanyakan, tapi Tanaka sudah pergi lebih dulu.

Tak lama kemudian tuan rumah yang ditunggu2 datang. Edrick datang dengan wajah yang lebam dan baju yang berantakan. Melihat sang Ayah datang, Gladys pun berlari menyambut Ayahnya keruang tamu.
“Ayah!” Serunya sambil memeluk sang Ayah.
Edrick balas memeluk putri semata wayangnya itu. “Wah, anak Ayah lagi bantu mama masak ya.” Edrick mencium pipi Gladys.
Gladys mengangguk. “Muka Ayah kenapa lagi?”
“Oh ini. Tadi Ayah jatuh dari motor, sayang.”
“Jatuh lagi.” Kata Gladys
Tak lama kemudian, sang istri menyusul. “Gladys.. Udah sore, mandi dulu sana.”
Gladys pun turun dari pangkuan Ayahnya. Berlari kecil kekamar mandi.
“Kamu kenapa lagi sih, mas?”
“Jangan tanya kenapa, yank. Jawaban aku pasti sama.”
“Heran aku sama kamu. Kamu itu sebenarnya polisi atau petinju sih. Sering banget pulang babak belur.”
Tanaka dan Ayu sama2 terkejut. Edrick seorang polisi? Apa ini. Tanaka sedang berada dirumah seorang polisi?
“Edrick! Apa yang baru saja kudengar? Kau seorang polisi? Benarkah?” Tanya Tanaka ketus.
“Hmm.. B.. Begini ceritanya, Tanaka.. Dengarkan aku..”
Tanaka marah. “Apa semua ini jebakan. Kau membawaku kesini untuk menangkapku begitu?”
Edrick mengusap wajahnya. “Tidak! Bukan seperti itu.”
Ayu mencoba menengahi. “Sudah. Jangan bicara pake emosi semua. Ga akan selesai ini pembicaraan. Bicaralah empat mata dengan kepala dingin. Edrick, tolong jelaskan dengan benar apa tujuanmu sebenarnya. Tanaka, jangan gunakan emosimu untuk menyelesaikan masalah.”
“Baiklah. Ayo bicara diruang kerjaku.” Ajak Edrick.
Tanaka tidak menjawab. Tapi mengikuti langkah Edrick keruang kerjanya.
“Maafin dia, mbak. Dia terlalu terbawa emosi.” Kata Ayu pada Djenar (istri Edrick).
“Ah tidak apa2, santai saja. Pacar kamu mungkin kaget, jadi marah.”
“Iya, saya juga kaget. Karna kita ga tau sama sekali soal pekerjaan Edrick. Dan ngomong2, dia bukan pacar saya.”

“Ah masa sih? Tapi kalian keliatan kayak pasangan loh.”

“Ya mungkin karena saya perempuan dan dia laki2.”
Canda Ayu“Bisa aja kamu. Oh iya, kamu mau mandi ga?”
“Pengen sih, tapi aku ga bawa baju. Nanti percuma mandi juga, pasti gatel lagi.”

“Ih, santai aja. Pake baju aku. Tapi dress semua, ga apa2 ya?”

Sebenarnya Ayu ingin menolak, karena ia tak biasa memakai dress sehari2. Mungkin nyaris tidak pernah. Ia lebih sering memakai celana jeans. Tapi karna tak enak hati menolaknya, akhirnya Ayu mengangguk saja.
Tanaka dan Edrick duduk berhadapan diruang kerja Edrick. Tanaka kelihatan sekali masih sangat marah dengan kenyataan bahwa Edrick adalah seorang polisi.
“Aku harap kau sudah bisa mengendalikan dirimu.” Kata Edrick memulai pembicaraan
“Bicaralah cepat! Apa maksud dan tujuanmu sebenarnya?”
“Baiklah. Aku akan bicara.” Edrick mengeluarkan sebuah buku yang berisi banyak potongan2 artikel tentang kasus jual beli senjata illegal.
Tanaka menunggu.
“Ya, aku adalah seorang polisi. Tepatnya polsi intel. Saat ini aku sedang diberi tugas mengusut kasus perdagangan senjata illegal. Aku sedang menyamar jadi kawanan preman bersama anak buahku. Mengumpulkan informasi sekecil apapun yang kami dapat dilapangan. Kasus ini sudah melewati belasan tahun, tapi belum juga terselesaikan.” Jelas Edrick sambil menunjukkan salah satu artikel tentang senjata api illegal.
“Apa kau sedang menjebakku dengan menggunakan Ayu? Agar bisa menangkapku dan juga bos besar?” Tanya Tanaka dingin.
“Tidak. Aku justru ingin menyelamatkanmu dari lingkaran setan itu.”
“Kenapa?”
Tanaka, Aku tau kau tidak bersalah. Aku kenal siapa dirimu. Kau begitu setia pada bos besar. Kau menuruti semua perintahnya tanpa kecuali. Dan aku percaya, sebelum kau bertemu denganku tadi siang, kau juga belum tau apa yang sedang kau bawa. Iya kan?”
Tanaka terdiam. Dalam hatinya mengiyakan kata2 Edrick. Ya, dia memang baru tau tadi saat membongkar semua bawaannya ditoilet café.
“Sebelum petugas lain yang menemukanmu, aku harus mendapatkanmu lebih dulu. Karna aku tau yang sebenarnya. Kalau petugas lain? Mereka tidak akan mau tau. Kau tau atau tidak tentang isi paket itu, kau akan tetap ditangkap dan dihukum.”
“Kenapa kau ingin menyelamatkanku?”
“Karna kau adalah sahabatku. Kau bukan orang jahat. Kau hanya orang yang terlalu baik. Dan juga aku butuh bantuanmu, untuk menuntaskan kasus ini.”
“Bantuan apa?”
“Bantuan untuk menangkap orang tua itu. Agar kita bisa menghentikan peredaran senjata illegal dinegara ini.”
Tanaka tertawa sinis. “Apa kau kira yang mempunyai bisnis seperti ini hanya Bapak? Banyak pelaku bisnis senjata illegal lainnya yang berkeliaran di Indonesia, Malaysia, dan lainnya. Kau menangkap satu ikan, tapi ikan lain masih berenang bebas diluar sana.”
“Ya, aku sadar itu. Tapi setidaknya, aku bisa membuang salah satu bandar senjata illegal terbesar disini. Kalau aku membiarkannya, sama saja aku diam saja dengan pelanggaran hukum yang ada disini. Kau juga mantan seorang pasukan, kau pasti paham sedikit banyaknya tentang hukum kan?”
Tanaka kembali diam. Tak tau harus menjawab apa. Pikirannya benar2 sedang kacau saat ini.
“Lalu, tentang kehidupanku sejak kita berpisah sepuluh tahun lalu, dari mana kau mendapatkan informasi?” Tanya Tanaka heran.
“Ada salah seorang pelayan disana yang menjadi mata2ku haha. Dia juga yang jadi informanku untuk segala gerak gerik bisnis bos besar. Seminggu sekali, setiap dia pergi kepasar, dia akan mengirimiku surat untuk memberi tau perkembangan disana.”
“Bagaimana kalau dia tertangkap basah sudah menjadi informan seorang polisi? Bapak pasti menghabisinya.” Kata Tanaka.
“Kuharap tidak akan tertangkap. Selama sepuluh tahun ini tidak pernah ada masalah dengannya.”
“Ya, semoga saja.”
“Lalu bagaimana, Tanaka? Apa kau bersedia membantuku? Kita sama2 benahi suatu kesalahan.”
Tanaka lagi2 terdiam bingung mau menjawab apa.
“Baiklah, aku mengerti ini pasti sulit untuk kau terima. Pikirkan saja dulu.” Kata Edrick sambil beranjak bangun. “Aku lapar. Sepertinya makan malam sudah siap. Ayo turun.” Edrick berjalan keluar ruangan, diikuti Tanaka dibelakangnya.
Sampai diruang makan, makanan sudah siap. Dan gadis2 cantikpun sudah menanti dengan manis dibangkunya masing2. Tanaka melongo melihat penampilan Ayu yang sangat berbeda. Gadis itu mengenakan dress berwarna biru muda dengan motif hati, rambutnya terurai panjang dan wajahnya dibalut make up natural. Ayu terlihat cantic dan anggun memang. Selama ini kan Tanaka lebih sering melihat Ayu dengan kaos oblong dan celana jeans saja.

“Kau habis makan apa, Ayu?” Ledek Tanaka.
Ayu sadar sedang diledek. “Jangan banyak bicara. Duduk dan makanlah.”

Tanaka tertawa kecil. Ia duduk disamping Ayu. Sedangkan Gladys yang tadinya duduk disebelah Edrick yang berdekatan dengan Tanaka, langsung pindah kesamping ibunya karna takut melihat Tanaka.
“Ayo makan semuanya.” Kata Djenar.
Makan malampun berlangsung khidmat, tanpa ada suara sedikitpun. Bahkan Gladys pun tidak bersuara karena takut melihat Tanaka.
Selesai makan dan membantu Djenar mencuci semua piring kotor, Ayu pergi kehalaman rumah Edrick dan duduk ditaman mini yang indah itu.Ayu mengeluarkan ponselnya dan menghubungi kakek dan neneknya.
“Halo, Nek. Aku mungkin belum bisa pulang. Aku ada dirumah teman diluar kota untuk urusan pekerjaan. Iya, aku pasti jaga diri kok. Nenek dan kakek juga jaga diri ya, jangan terlalu capek. Kalau butuh bantuan panggil saja tetangga ya, Nek. Iya, nenek juga kabar2in kalau ada apa2. Daah, nek. Saying kalian.”

Ayu mengakhiri pembicaraan.
“Ehemm..” Tanaka tiba2 muncul dari balik semak2, mengagetkan Ayu.
“Aihh, Tanaka. Kau mengagetkanku!”

“Jangan melamun makanya.”

“Aku tidak melamun.”
“Bohong.” Tanaka duduk disampng Ayu. “Jelas2 kau melamun.”
“Ah terserah deh.”

“Kau terlihat aneh malam mini, Ayu.” Kata Tanaka memandangi penampilan Ayu. Dalam hati ingin berkata cantik dan berbeda, tapi Tanaka enggan mengutarakannya.
“Meledek terus. Aku tidak bawa baju lagi. Bajuku yang tadi bau, jadi kucuci. Istrinya Edrick tidak punya celana jeans atau kaos oblong, baju yang dia punya, ya baju2 seperti ini.”

“Ya, ya baiklah.”

“Oh iya. Apa yang kalian bicarakan tadi?”

“Kau penasaran ?”
“Ya. Aku sudah terlibat sampai sekarang, wajar kan aku ingin tau?”

Tanaka menghela nafas sejenak. “Dia itu ternyata seorang intel.”
Ayu terperangah. “Apa? Intel? Terus apa dia akan menangkapmu? Dan aku juga?” Tanya Ayu khawatir.
“Tidak. Dia hanya ingin mengeluarkanku dari bisnis ini dan juga memberantas perdagangan senjata api illegal dinegara ini.”
Ayu hendak bertanya lagi, tapi Tanaka sudah keburu berjalan pergi.
“Tanaka. Mau kemana?” Gerutu Ayu.
“Jangan bertanya lagi. Aku sedang malas menjelaskan panjang lebar.”
Akhirnya Ayu ditinggal sendirian ditaman sambil menggerutu tidak karuan. Padahal masih banyak yang ingin ditanyakan, tapi Tanaka sudah pergi lebih dulu.
Diubah oleh Wah Cantiknya 20-10-2016 10:20
0
Kutip
Balas