kawmdwarfaAvatar border
TS
kawmdwarfa
Sang Pemburu (Fiksi)
Halo buat semua agan-aganwati di dunia perkaskusan ini. Salam kenal dari saya selaku newbie yang juga ingin ikut meramaikan tulisan-tulisan di forum SFTH. Berhubung masih belajar dan ini juga thread pertama, mohon maaf kalau ada kesalahan di sana-sini. Monggo kalau ada agan-aganwati yang ingin ngasih saran dan juga kritik.

Ini ceritanya murni fiksi, hasil dari ngelamun pas di kamar tidur sama di WC emoticon-Big Grin emoticon-Big Grin. Kalau soal update saya nggak bisa kasih jadwal. Semoga aja amanah buat nerusin ceritanya sampe selesai.
Segitu dulu aja ya, Gan. Maaf kalau terlalu formal bahasanya.

Selamat menikmati.

[SPOILER=Index]
PART 1
PART 2 : Warehouse Tragedy
PART 3
PART 4
PART 5
PART 6
PART 7 : Ikmal 'The Master'
PART 8
PART 9
PART 10
PART 11 : Hendro and the Asses
PART 12
PART 13
PART 14 : Kuterima Suratmu
PART 15
PART 16
PART 17 : Pensi Part I I Pensi Part II
PART 18
PART 19 : Perpisahan
PART 20
PART 21 : A man with Gun
PART 22
PART 23 : Bon Bin
PART 24 : Malam yang Nggak Terlupakan Part I I Part II
PART 25
Part 26 : The Dog
PART 27
PART 28 : Wiwid, Mita dan Yesi
PART 29
PART 30 : Rob 'The Jackal' Part I Part II
PART 31
PART 32 : The Sparrow
PART 33
PART 34 : REUNION
PART 35
PART 36 : THE BARKING DOG
PART 37
PART 38
Diubah oleh kawmdwarfa 03-06-2022 02:00
tet762
sunshii32
anton2019827
anton2019827 dan 20 lainnya memberi reputasi
19
33.6K
115
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread41.7KAnggota
Tampilkan semua post
kawmdwarfaAvatar border
TS
kawmdwarfa
#20
PART 7


Masih di hari yang sama.

Pulang sekolah kami mampir ke rumah Ikmal. Kami nongkrong di bale-bale, dan masing-masing udah pada singletan biar sepoinya angin makin berasa. Seorang ibu bersikap baik terhadap teman-teman anaknya itu wajar. Begitupun dengan ibunya Ikmal. Sebelumnya kami sering dimasakin indomie rebus, atau ubi goreng dan segala cemilan yang bangsanya kriuk-kriuk kalau dikunyah. Dan kali itu, kami dihidang seteko es teh dan sepiring kembang loyang. Pelengkapnya sendiri berupa sebuah gitar Kap#k seri lama. Otomatis ngobrol pun kami lakuin ketika kami lagi jeda bernyanyi.

Choki jadi pengiring pertama. Kami pun langsung nyanyiin dua lagunya D’Masiv. Aku ngikut pas di reff-nya aja. Liriknya aku nggak gitu hapal.

“Chok, gantian Chok,” Ikmal mengulurkan tangannya. Gitar pun berpindah. “Ntar malam pada mau ke luar nggak?” kata Ikmal lagi sambil memetik-metik. Semacam intro tapi aku nggak tahu itu arahnya ke mana.

“Terserah,” Jhon menyahut sambil rokokan.

Quote:


Gitar kembali digilir. Dan kali ini Jhon yang jadi pengiringnya. Sama. Dua lagu. Satu lagu Dewa-19, satunya lagi lagu Tic Band. Setelah itu baru giliranku. Aku mulai memetik part intro. Dan semuanya lebih-lebih Choki langsung berubah malas. Alasan mereka cukup jelas. Sudah hapal mereka kalau lagunya bakal kuplesetkan.

“Ini lagi ini lagi,” Choki nyeletuk.

“Bentarbentar. Pertamanya aja,” kataku sambil menarik badan. Gitarnya mau diambil sama si Choki. Dan aku pun mulai menyanyi. “Mi ta ada lah anugerah yang kuasa yang bi la terasa.....”

“Gantigantiganti!!” Choki merebut lagi gitarnya.

“Sial,” aku tersenyum.

“Orang kalo suka itu ya ngomong,” Choki nyeletuk lagi. “Mitamitamita.”

“Nantilah. Selo aja.”

“Udah dari kapan kamu ngomong gitu? Bukannya ngomong malah diem aja. Takut kamu sama si Hendro?”

“Enggaklah. Orang belum jadi pacar siapa-siapa juga. Sah-sah aja kan?” aku berkelit. Pertanyaannya Choki bisa benar bisa salah juga. Maksudnya, aku sekarang sedang tidak dalam posisi takut sama siapapun. Tapi kalau ditanya jujur apa aku berani sama itu orang, ya sebenarnya enggak juga.

“Sah sah pantatmu belah pinggir. Mbok ngaca nyet. Dianya iya belum punya siapa-siapa. Lha kamu? Yang mau ndeketin?”

Iya juga ya, pikirku. Aku pun nyengir.

“Udahlah. Putusin aja si Wiwid daripada kamu mainin. Dikira aku nggak mau apa,” Choki nyengir lagi.

“Mbok ngaca nyet. Kamunya iya mau sama dia. Lha dia? Mau nggak sama kamu?” Jhon membantuku. Minjam jurus.

Kami pun tertawa.

“Ya ‘Ang. Maju aja udah. Kalau tampang gantengan kamu kok. Dikit. Menanglah pasti,” kata Dani enteng. Entah muji entah ngeledek dia ini.

Choki tiba-tiba serius. “Tapi bener ‘Ang, soal kemaren nggak ada hubungannya sama itu anak?”

“Soal yang mana?”

“Ya yang kamu bonyok itu.”

“Enggaaaak. Lagian kalaupun memang iya, kamu mau ngapain? Mau ngajar dia gitu?”

“Enggaklah. Itukan urusanmu.”

“Ta#k. Gayanya aja yang setia kawan. Trus kamu ngapain nanya-nanya itu terus?”

“Ya mau tau aja.”

“Sial.”

“Denger ya. Aku itu nggak takut sama si Hendro.”

“Kalau sama Abangnya?” Jhon bertanya sambil tersenyum.

“Kalau itu baru.”

Jhon ketawa. “Ya sama aja nyet. Ujung-ujungnya kamu jadi takut juga kan sama si Hendro?”

“Ya Bedalah. Eh, si Hendro juga nggak bakal ada yang takut kalau nggak bawa-bawa Abangnya terus.”

“Ya kamu juga aneh. Secara gitu, geng motor. Temennya aja dibela sampe mati, masa iya adik sendiri dibiarin gitu aja,” kata Ikmal.

“Nah. Itu dia masalahnya. Tapi bener deh, kalau cuma Hendro sama anak-anaknya di sekolah, aku masih beranilah.”

“Iya Chok. Percaya, percaya. Udahlah, jangan mikir yang aneh-aneh. Udah kelas tiga ini,” Dani berpetuah.

“Jhon,” Ikmal mengulurkan tangannya. Minta santingan rokok.

“Nyalain sendiri aja napa sih.”

“Udaaah. Sekali aja,” katanya lagi. Jhon yang dipaksa pun menurut. Ikmal langsung menghisap rokoknya dengan arsikan yang cukup dalam. Dan belum lagi asapnya sempat dihembus, tiba-tiba....

“Kunci motor mana, Mal? Ibu mau keluar sebentar,” ibunya tiba-tiba langsung mendatangi kami.

Ikmal seketika membelalak. Dia menahan asap sedangkan kami langsung nahan ketawa. Secepat mungkin Ikmal langsung meraba kantung celananya. Kemudian ia nampak kaget. Sadar kalau ternyata kuncinya dipegang oleh Choki. Karena malas berada di depan, tadi ke sininya Choki yang disuruh mbonceng.

Ibunya sudah mulai dekat. Sementara Ikmal dan Choki mulai beradu kecepatan tangan.

“Hmmph! Hmpph!”

“Apa? Kamu itu ngomong apa sih?” sambil menepis tangan Ikmal, Choki berkelit dengan cengiran kuda bertanduk setan alas. Asli kami ngakak.

Ikmal melotot. Kalau rautnya boleh diterjemahkan, mungkin jadinya seperti, “Chok, udah Chok. Ampuun. Mulai panas ini.”

“Apa sih? Mana ada samaku,” Choki terus menahan Ikmal yang ingin menggeledahnya.

“Udah buang aja Mal. Pake ditahan-tahan lagi,” kataku.

Ibunya sudah berdiri di depan kami. “Mana sini kuncinya.”

“Hmmm! Hmmm!” Ikmal masih berusaha.

“Mana sini!” ibunya mulai mendesak.

“Hmmph! Hmmmph! Hmpph!” Ikmal benar-benar minta ditolong. Choki nggak perduli. Kami tetap tertawa dan perutku mulai sakit.

“Buruan Ikmal!!”

‘Gulp’

“Ini Bu, sama si Choki kuncinya.”

Lho? Kok ilang?

***
Diubah oleh kawmdwarfa 20-08-2016 15:13
ariefdias
tet762
pulaukapok
pulaukapok dan 2 lainnya memberi reputasi
3
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.