- Beranda
- Stories from the Heart
PENDEKAR SLEBOR
...
TS
ucln
PENDEKAR SLEBOR

Penulis: Pijar El
Penerbit: Cintamedia, Jakarta
Sebenarnya ini adalah cerita silat pertama yang saya gandrungi semasa sekolah dahulu, ditengah boomingnya cerita silat Wiro Sableng karangan Bastian Tito yang terbit setiap bulan pada saat itu.
Jaman itu pun kayaknya Ken-Ken alias pemeran utama diserial Wiro Sableng juga masih dalam masa pencarian jati diri (masa-masa sekolah).
Sebenarnya saya adalah seorang yang hobi membaca sebuah cerita yang berbau non-fiksi dan yang terlebih lagi yang berupa fiksi. Pendekar slebor inilah yang awalnya membawa saya untuk menggemari dunia membaca, dilanjut dengan Wiro Sableng, Tikam Samurai, Pendekar Mabuk, Dewa arak, Pendekar Rajawali, Pendekar Pedang Buntung 131 dan lain sebagainya.
Seiring berjalannya waktu (makin dewasa) tentu saja selera membaca yang saya punya juga merambah keberbagai jenis novel, seperti karya2nya fredi s, zara zetira, tara zagita atau yang beberapa hari yang lalu baru saja saya tamatkan membaca yaitu sebuah novel karyanya Rhein Fathia yang berjudul CoupL(ov)e. Beberapa Fiksi & novel terjemahan pengarang luar juga tak lepas dari santapan sehari-hari. Seperti Lord of The ring, Pasukan Mau Tahu, Lima Sekawan, Harpot, Eragon, bahkan sejenis Enny arrow & Nick Carter pun tak lepas dari santapan
Beberapa bulan yang lalu saya diperkenalkan kepada forum tercinta ini oleh sebuah status diberanda FB yang membagikan cerita dengan judul "Dia Dia Dia Sempurna". Berawal dari sini, hobi membaca sebuah tulisan yang beberapa waktu belakangan sempat hilang tiba-tiba muncul kembali. Kisah2 legendaris yang berstatus tamat atau masih on going/kentang, ataupun cerita2 para sepuh yang masih tersimpan rapi di archive kaskus satu persatu saya lahap. 24 Jam sehari, & 7 hari seminggu dengan sedikit mengabaikan dunia nyata, semua karya2 tersebut saya tamatkan untuk membaca. Mulai kehilangan bacaan saya beralih kepada thread2 baru yang masih berjalan belasan part ataupun masih beberapa part.
Fix.., kira2 sebulan yang lalu mulai kehabisan bahan bacaan... Sifat iseng mulai muncul, mulai deh bikin komentar2 yang rada2 nyindir dibeberapa thread yang berbau mistis (entah kenapa saya kurang suka dengan thread2 mistis, padahal kalau baca novel horor sih saya suka). Cuma tahan berdebat Beberapa saat karena ujung2nya komentar saya cuma diabaikan & mulai tidak ada perlawanan, lagi2 kebosanan melanda..
Sambil bolak-balik kebeberapa thread on going yang saya bookmark, mulai kepikiran nih untuk bikin cerita sendiri. Tapi memang pada dasarnya saya tidak punya kisah perjalan hidup yang "njelimet" seperti para TS diforum ini untuk diangkat sebagai cerita, ya akhirnya pikiran untuk bikin Thread sendiri cuma jadi angan-angan belaka.
Setelah berhari-hari bermeditasi untuk mendapatkan ide, akhirnya sebuah idepun muncul. Kenapa tidak mencoba mengangkat kembali karya lama yang membuat saya jatuh cinta terhadap dunia membaca?? Dan pilihan itupun jatuh terhadap Cerita Silat lawas "Pendekar Slebor". Setelah dari tadi pagi bolak balik beberapa blog yang menyediakan versi pdf cerita ini, akhirnya didapatkanlah bahan untuk beberapa episode kedepan..
And Here We Go.....
I N D E K S
Spoiler for Indeks 1:
TSnya tidak usah dikasih yang ijo-ijo, cukup dilemparin bata saja
Jangan lupa rate & sharenya
GRAZIE..!!!
Diubah oleh ucln 04-01-2017 13:01
regmekujo dan anasabila memberi reputasi
0
99.6K
350
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
ucln
#17
Part 3
Soma langsung menghentikan kerjanya, menatap Andika. Seakan dia meminta jawaban anak belasan tahun itu dengan kedua bola matanya. Dan Andika hanya menggeleng. Sedangkan Soma kembali menggerakkan tangannya, untuk menancapkan kapak pada potongan batang kayu besar.
"Andai aku memiliki kedigdayaan seperti Ki Panji Agung.. Hm..., tentu aku tak akan tinggal diam di tempatini...," gumam Soma, diiringi keluhan yang begitu jadi beban dalam dadanya.
"Ki Panji Agung?" Andika seperti bertanya pada diri sendiri
"Beliau tokoh golongan putih dari keluarga Pendekar Lembah Kutukan. Ilmunya sulit ditandingi tokoh-tokoh golongan hitam puluhan tahun silam," jelas Soma
"Ke mana sekarang beliau?" tanya Andika lagi, ingintahu.
"Entah, beliau menghilang begitu saja seperti angin. Malah kini sudah menjadi dongeng ksatriaan yang dibicarakanrakyat jelata dari mulut ke mulut. Seperti halnya keturunan keluarga Pendekar Lembah Kutukan lain yang juga hanya jadi dongeng untuk mengiringi tidur anak-anak rakyat jelata setiap malam. Mereka memang selalu berharap, keluarga pembela kebenaran itu akanhadir lagi untuk membela yang lemah," desah Soma.
"Sayang..., padahal Ki Panji Agung amat dibutuhkansekarang ini," keluh Andika.
"Ya! Kita hanya dapat berharap seperti rakyat jelata, agar lahir kembali pendekar-pendekar, seperti keluarga Pendekar Lembah Kutukan...," kata Soma, sambil mengacak-acak rambut sebatas bahu Andika.
Dan pemuda tanggung itu hanya diam saja, membayangkan kehebatan keluarga Pendekar Lembah Kutukan. Dalam hati, Andika memang berharap bisa menjadi seperti mereka.
"Siapa tahu kau nanti bisa seperti beliau, An... tutur Soma menambahkan.
"Omong kosong...! Mana mungkin pepesan teri seperti saya bisa jadi pendekar," potong Andika denganmata membelalak.
Keduanya tertawa berbareng.
Malam telah rebah di kaki Gunung Menjangan. Gelap merambat perlahan menyelimuti sekitarnya. Disebelah timur kaki gunung yang berhadapan dengan jurang terjal mengerikan, tampak tiga sosok tubuh berdiri tegang. Dalam gelap yang tak terjangkau cahaya satu benda langit pun, sosok mereka seperti bayangan saja.
"Panji Agung! Panji Agung...! Keluarlah kau, Tua Bangka Keparat! Apa tulang-tulang rapuh dan daging peotmu membuat cepat ngantuk?!"
Teriakan menggelegar yang disertai pengerahan tenaga dalam tingkat tinggi terdengar dari salah seorang diantara mereka. Gemanya menelusup ke sela-sela pohon, dan memantul pada lekuk pegunungan sebelah barat. Bahkan sampai menggugurkan daun-daun pepohonan di sekitar mereka!
"Cepatlah keluar, Pendekar Tua! Apa kau takut menghadapi kematian?!"
Kembali terdengar teriakan menggema, namun tidak ada tanda-tanda sahutan dari orang yang diteriaki. Hanya gema suara teriakan itu yang terdengar di antara desir angin malam yang dingin menusuk.
"Panji Agung!" teriak orang yang mengenakan pakaian serba hitam terbuat dari beberapa lapis sutera.
Wajah orang itu tampan dan kelimis. Namun, berkesan amat dingin. Matanya yang tajam mengedari seluruh kaki gunung. Tak beda dengan mata seekor ular liardi kegelapan yang menanti mangsa.
"Panji Agung, aku Begal Ireng! Aku kembali untuk kematianmu, Tua Keparat!" teriak orang yang mengaku
sebagai Begal Ireng kembali. Suaranya terdengar menggelegar bagai halilintar.
Sementara itu, dua orang lain tetap mematung. Hanya jubah putihnya yang sedikit menggelepar diusik angin.
Keduanya bagai tidak bisa dibedakan, karen sama-sama berkepala gundul dan bermata sipit. Ditambah kulit yang pucat, mudah diduga kalau mereka berasal dari daratan Tiongkok. Di kalangan persilatan, mereka dikenal sebagai siKembar dari Tiongkok. Du tokoh golongan hitam amat dingin dalam menghabisi lawan-lawannya. Kekejaman merekaseperti tergambardari bibirnya yang terlalu tipis dan melekuk sinis.
"Aku tahu, kau ada di dalam pondok di atas sana Panji Agung! Jangan sampai aku menyebutmu sebaga pendekar pengecut!"
Lagi-lagi Begal Ireng berteriak lantang. Kali in suaranya diwarnai tekanan-tekanan marah memuncak.
Dan tak lama kemudian....
"Ada apa, Tua Bangka Begal Ireng?" tiba-tiba terdengar sahutan berwibawa yang amat dekat dengan mereka. Namun, sesungguhnya asal suara itu sendiri amat jauh dari atas pegunungan. Sungguh suatu pengiriman suara dengan tingkat tenaga dalam mempesona. Bahkan hanya bisa dilakukan oleh segelintir tokoh persilatanbertenaga dalam sangat tinggi. Dan salah satunya adala Ki Panji Agung!
"Jangan coba menyebutku tua bangka lagi! Da jangan main sembunyi-sembunyi seperti ini, Peot!" dengus Begal Ireng.
"Ha ha ha..! Apa dipikir kau masih muda, Bega Ireng? Jangan lupa, kau adalah salah satu orang tua yang tak tahu diri di dunia ini. Lantas, kenapa tidak mau menerima kenyataan? Takut tidak bisa 'menggarap' perawanlagi, sehingga merasa perlu menuntut ilmu awet muda?" ejek Ki Panji Agung, masih belum menampakkandiri.
"Diam!" murka Begal Ireng. Tangannya langsung berkelebat, melepaskan pukulan jarak jauh! Sebatang pohon cemara besar saat itu juga tumbang berderak menjadi sasaran kekesalan lewat pukulan jarak jauhnya.
"Ha ha ha...."
Tahu-tahu Ki Panji Agung telah berada di pucuk sebuah pohon cemara di hadapan mereka. Dia memakai ikat kepala merah, berjenggot putih, dan berambut menjuntai sepinggang berwarna putih pula. Tubuhnya yang kurus tidak membuatnya kelihatan loyo. Wajahnya tampak menyimpan kerutan, namun memperlihatkan kewibawaan.
"Apa keperluanmu hingga sudi bertandang ke tempat menyepiku ini, Begal Ireng?" sambut Ki Panji Agung. Bibirnya terus saja tersenyum ringan.
"Hanya ada satu keperluanku. Mengirim kau ke Neraka!" tegas Begal Ireng.
"Ah! Kau pasti tahu, itu bukan tempatku, Begal Ireng"
Tubuh Ki Panji Agung langsung melenting, dan berputaran beberapa kali di udara. Lalu, kakinya ringan bagai sehelai bulu. Dan kini, pada jarak sekitar lima tombak, dia berhadapan dengan Begal Ireng dan si kembar dari Tiongkok.
"Kalau aku tak salah duga, ini pasti urusan lama yang menghangat kembali. Begitu?" tanya Ki Panji Agung, pura-pura bodoh.
Mata Begal Ireng yang nyalang menusuk, langsung bertemu dua bola mata kelabu Ki Panji Agung. Dan mulutnya masih dengan mimik sinis.
"Kau belum begitu pikun untuk mengingat peristiwa empat puluh tiga tahun lalu, bukan?" kata Begal Ireng, dengan wajah meremehkan.
Mendapat pertanyaan ini, Ki Panji Agung hanya tertawa. Dan ini membuat beberapa kerutan di wajahnya meregang. Dia ingat betul kejadian itu. Jadi, benar ini memang urusan lama yang rupanya hendak diperuncing setan belang si Begal Ireng.
"Tentu saja aku ingat. Waktu itu, ada seorang pecundang berjuluk si Pencabut Nyawa yang gagal melaksanakan niat busuknya, untuk menggulingkan Sang Prabu. Pecundang itu adalah kau sendiri, Begal Ireng...,” kata Ki Panji Agung, lantang.
Seketika terdengar gemeletuk gigi-gigi beradu milik Begal Ireng, begitu Ki Panji Agung selesai mengucap kan kata-katanya.
"Bagus kalau masih ingat, Keparat! Dengan begitu aku bisa menjelaskan tekadku yang mungkin belum kau dengar selama memencilkan diri di lubang tikus. Pertama, aku Begal Ireng yang berjuluk si Pencabut Nyawa tidak akan berhenti melaksanakan keinginannya sampaiajal menjemput! Yang jelas, sang Prabu harus menyerahkan kursi istananya kepadaku! Kedua, kau masi punya waktu untuk mengejekku sebagai pecundangsebelum niatku terlaksana..., untuk membunuhmu!" kataBegal Ireng, lantang.
"O, ooo.... Kau takut aku akan menghalangimu lagi untuk merebut kekuasaan kerajaan, hingga merasa perlu menghabisiku?! Kalau itu maumu, silakan," timpal Ki Panji Agung, tenang. Dan kini tidak ada suara terlontar dari mulut mereka.
Suasana jadi hening mencekam. Hanya terdengar bisikan angin yang melaju di sela kaki gunung. Bahkan Binatang malam yang mestinya telah memperdengarkan nyanyiannya, kali ini seperti enggan bersuara. Sepertinya, mereka tahu kalau saat ini ada kekuatan besar yang akan meledak dalam suatu pertempuran maut.
"Hiaaat!"
Keheningan kontan pecah oleh teriakan menusuk angkasa. Begal Ireng segera memulai pertempuran dengan satu serangan mengerikan. Tangannya yang telah terisitenaga dalam, menebas bagian leher Ki Panji Agung. Suatu serangan menggeledek, sehingga menimbulkan bunyi yang mendirikan bulu roma.
Singngng...!
Ki Panji Agung yang telah waspada sejak tadi, sedikitmenggeser tubuhnya ke kiri, menghindari tebasan tangan Begal Ireng. Sehingga serangan tangan yang terbuka milik Begal Ireng hanya lewat sejengkal dari lehernya Namun tak urung, Ki Panji Agung bisa merasakan pedih akibat angin pukulan tadi.
Serangan berikutnya menderu lebih ganas. Sebelah kakiBegal Ireng bagai memiliki mata, mengejar ke mana saja Ki Panji Agung bergerak. Bahkan serangan-serangannya selalu mengarah pada bagian-bagian yang mematikan! Ki Panji Agung sama sekali belum balas menyerang Dengan agak kewalahan, dia berusaha mengelak danmenangkis.
Sungguh, Ki Panji Agung tidak menyangka kalau kepandaian Begal Ireng maju demikian pesat Sehingga untuk beberapa saat tadi, dia sempat terkesiap. Dibanding empat puluh tiga tahun yang lalu, meski Begal Ireng masuk dalam jajaran tokoh atas golongan hitam, namun kemampuannya masih beberapa tingkat dibawah Ki Panji Agung.
Pada saat dia hendak berbuat makar terhadap Prabu Mahesa, Ki Panji Agung yang saat itu menjadi tokoh golongan putih, muncul mematahkan rencana jahatnya. Sengaja nyawa Begal Irengdan komplotannya tidak dihabisi, karena diharapkan di lain waktu dapat bertobat. Namun kenyataannya sekarang?
Biarpun serangan-serangan Begal Ireng sangat merepotkan, namun belum ada satu hantaman pun yang menyentuh tokoh tua digdaya ini. Memang, kecepatan dan tenaga dalam yang dimiliki beberapa keturunan keluarga Pendekar Lembah Kutukan, sulit dicari tandingannya. Seperti juga Ki PanjiAgung, sebagai salah satu keturunan keluarga itu. Dunia persilatan menyebut kecepatan dan kekuatan tenaga dalam yang dimiliki keluarga Pendekar Lembah Kutukan sebagai ilmu 'Siluman' karena apabila di gunakan, hasilnya memang menakjubkan.
Tampaknya, untuk dua hal itu Begal Ireng masih belum mampu menandingi Ki Panji Agung. Sehingga ketika Ki Panji Agung mulai melancarkan serangan balasan, tokoh bengis itu jadi berada di bawah angin. Sampai suatu saat, Ki Panji Agung melancarkan serangan pukulan ke dada kiri Begal Ireng. Dengan agak terkesiap, tokoh hitam ini mengebutkan tangan kirinya dengan gerakan menyilang. Namun sungguh di luar dugaan, Ki Panji Agung memutar tangan kanannya, dan langsung bergerak menggedor dada Begal Ireng. Begitu cepat gerakannya, sehingga....
Desss!
"Aaakh!"
Tubuh Begal Ireng kontan melayang lurus, begitu dadanya terkena hantaman yang disertai tenaga dalam dari tangan kanan Ki Panji Agung. Diiringi keluhan tertahan, tubuhnya terus melayang dan kontan menghantam sebuah pohon besar di belakangnya hingga Iangsung hancur.
Sepuluh tombak di depan Ki Panji Agung, kini Begal Ireng tergeletak memegangi bagian dadanya sambil meringis, dia bangkit. Lagi-lagi Ki Panji Agung terkesiap. Betapa tidak? Pukulannya tadi amat dikenalnya, karena memang milik Keluarga Pendekar Lembah Kutukan. Bahkan pukulan itu dapat menyerpihkan batu karang besar sekalipun. Tapi, nampaknya tidak ada pengaruh besar yang terjadi pada diri Begal Ireng. Ilmu apa yang kini dikuasainya?
"'Pukulan Geledek' tingkat lima milikmu tidak berarti apa-apa buatku, Panji Agung," ledek Begal Ireng dengan wajah amat sinis.
"Kau bahkan tidak akan mampu membinasakanku meski pukulan kotoran kucing itu dikerahkan hingga puncaknya! Ha ha ha...!"
Sehabis berkata demikian, Begal Ireng kembali menyerang. Kali ini, tangannya sudah menggenggam cemeti yang dilepas dari bagian pinggangnya, setelah sejak tadi hanya dililitkan.
Cletarrr!
Bunyi cemeti yang bisa memecahkan gendang telinga seseorang yang berilmu cetek seketika terdenga menggelegar. Tidak itu saja. Gesekan cemeti dengan udarapun menimbulkan percik-percik api yang membuat nyali
setiap orang yang melihat menjadi ciut. Tapi tidak untuk Ki Panji Agung. Asam garam yang ditelannya dalam mengarungi rimba persilatan selama ini, membuatnya tetap tenang menanti serangan. Meski dia tahu, kali ini bias saja nyawanya benar-benar terancam....
Cletarrr!
Cemeti yang terbuat dari satu akar tumbuhan beracun itu melesat menuju wajah Ki Panji Agung. Dengan sigap Ki Panji Agung melenting ke udara. Memangmenghadapi senjata seperti itu, dia tidak boleh bertempur dalam jarak jauh. Karena itu sambil berkelit, tubuhnya berjumpalitan memperkecil jarak dengan Bega Ireng.
Tapi Begal Ireng rupanya juga tidak bodoh. Denganmembarengi gerakan salto Ki Panji Agung, tubuhnyapun melenting menjaga jarak. Bagai dua buah bola mereka berputaran di udara, di antara batang-batang pohon cemara. Dan saat itulah Begal Ireng menjalankanrencana licik yang sebelumnya telah direncanakan matang dengan dua orang botak yang selama pertarungan terjadi hanya diam mematung.
Dengan tubuh masih melayang di udara, Begal ireng melecutkan cemetinya, sebagai isyarat kalau rencana segera dilaksanakan! Maka seketika tubuh si Kembar dari Tiongkok yang tadinya mematung, dalam waktu singkat telah membentuk sebuah gerakan bersama. Sekejap satu tangan mereka mengerahkan dua kekuatan yang tergabung pada masing-masing telapak.
Tiba-tiba, telapak tangan yang bersatu itu memerah. Dan dalam sekejappula, satu tangan yang lain diarahkan pada tubuh Ki Panji Agung yang masih melayang di udara! Sehingga....
Whush...!
Bunyi angin pukulan jarak jauh yang digabung dua orang botak itu melesat memburu tubuh tua Ki Panji Agung. Maka....
Desss!
Memang begitu cepat pukulan jarak jauh itu, sehingga KiPanji Agung tak mampu menghindari. Apalagi tubuhnya saat itu tengah berada di udara. Maka tak beda dengan sebuah durian, tubuh Ki Panji Agung kontan nuluncur jatuh terhantam pukulan jarak jauh licik itu.
Suara berdebum terdengar saat tubuh kurus Ki Panji Agungmenghujam tanah.
"Ha ha ha....”
Begitu mendarat di tanah, Begal Ireng tertawa terbahak-bahak puas, dengan dada membusung. Sementara tangannya sudah menggenggam cemetinya kembali.
"Bagaimana, Ki Panji Agung? Lumayan kan,pukulan jarak jauh dua sobatku itu?" ejek tokoh sesat itu kepada Ki Panji Agung yang mulai bangkit dengan mulut meneteskan darah.Tokoh tua aliran putih itu menatap tajam, lurus-lurus kearah Begal Ireng. Kemarahan pendekar tua ini kini menggejolak sampai ke ubun-ubun.
"Tikus busuk macam kau, memang tidak pernah malu bertindak curang...," dengus Ki Panji Agung sambi menahan sakit yang mendera di bagian belakang tubuh nya.
“Apa kau merasa aneh melihat perbuatanku? Mestinya lebih berhati-hatilah kalau sudah tahu begitu..., “ kembali Begal Ireng meledek. Begal Ireng tawanya yang terbahak, mengusik pelosokkaki gunung.
"Sekarang, bersiaplah menerima kematianmu, Tua Bangka...," lanjut Begal Ireng penuh ancaman.
Soma langsung menghentikan kerjanya, menatap Andika. Seakan dia meminta jawaban anak belasan tahun itu dengan kedua bola matanya. Dan Andika hanya menggeleng. Sedangkan Soma kembali menggerakkan tangannya, untuk menancapkan kapak pada potongan batang kayu besar.
"Andai aku memiliki kedigdayaan seperti Ki Panji Agung.. Hm..., tentu aku tak akan tinggal diam di tempatini...," gumam Soma, diiringi keluhan yang begitu jadi beban dalam dadanya.
"Ki Panji Agung?" Andika seperti bertanya pada diri sendiri
"Beliau tokoh golongan putih dari keluarga Pendekar Lembah Kutukan. Ilmunya sulit ditandingi tokoh-tokoh golongan hitam puluhan tahun silam," jelas Soma
"Ke mana sekarang beliau?" tanya Andika lagi, ingintahu.
"Entah, beliau menghilang begitu saja seperti angin. Malah kini sudah menjadi dongeng ksatriaan yang dibicarakanrakyat jelata dari mulut ke mulut. Seperti halnya keturunan keluarga Pendekar Lembah Kutukan lain yang juga hanya jadi dongeng untuk mengiringi tidur anak-anak rakyat jelata setiap malam. Mereka memang selalu berharap, keluarga pembela kebenaran itu akanhadir lagi untuk membela yang lemah," desah Soma.
"Sayang..., padahal Ki Panji Agung amat dibutuhkansekarang ini," keluh Andika.
"Ya! Kita hanya dapat berharap seperti rakyat jelata, agar lahir kembali pendekar-pendekar, seperti keluarga Pendekar Lembah Kutukan...," kata Soma, sambil mengacak-acak rambut sebatas bahu Andika.
Dan pemuda tanggung itu hanya diam saja, membayangkan kehebatan keluarga Pendekar Lembah Kutukan. Dalam hati, Andika memang berharap bisa menjadi seperti mereka.
"Siapa tahu kau nanti bisa seperti beliau, An... tutur Soma menambahkan.
"Omong kosong...! Mana mungkin pepesan teri seperti saya bisa jadi pendekar," potong Andika denganmata membelalak.
Keduanya tertawa berbareng.
***
Malam telah rebah di kaki Gunung Menjangan. Gelap merambat perlahan menyelimuti sekitarnya. Disebelah timur kaki gunung yang berhadapan dengan jurang terjal mengerikan, tampak tiga sosok tubuh berdiri tegang. Dalam gelap yang tak terjangkau cahaya satu benda langit pun, sosok mereka seperti bayangan saja.
"Panji Agung! Panji Agung...! Keluarlah kau, Tua Bangka Keparat! Apa tulang-tulang rapuh dan daging peotmu membuat cepat ngantuk?!"
Teriakan menggelegar yang disertai pengerahan tenaga dalam tingkat tinggi terdengar dari salah seorang diantara mereka. Gemanya menelusup ke sela-sela pohon, dan memantul pada lekuk pegunungan sebelah barat. Bahkan sampai menggugurkan daun-daun pepohonan di sekitar mereka!
"Cepatlah keluar, Pendekar Tua! Apa kau takut menghadapi kematian?!"
Kembali terdengar teriakan menggema, namun tidak ada tanda-tanda sahutan dari orang yang diteriaki. Hanya gema suara teriakan itu yang terdengar di antara desir angin malam yang dingin menusuk.
"Panji Agung!" teriak orang yang mengenakan pakaian serba hitam terbuat dari beberapa lapis sutera.
Wajah orang itu tampan dan kelimis. Namun, berkesan amat dingin. Matanya yang tajam mengedari seluruh kaki gunung. Tak beda dengan mata seekor ular liardi kegelapan yang menanti mangsa.
"Panji Agung, aku Begal Ireng! Aku kembali untuk kematianmu, Tua Keparat!" teriak orang yang mengaku
sebagai Begal Ireng kembali. Suaranya terdengar menggelegar bagai halilintar.
Sementara itu, dua orang lain tetap mematung. Hanya jubah putihnya yang sedikit menggelepar diusik angin.
Keduanya bagai tidak bisa dibedakan, karen sama-sama berkepala gundul dan bermata sipit. Ditambah kulit yang pucat, mudah diduga kalau mereka berasal dari daratan Tiongkok. Di kalangan persilatan, mereka dikenal sebagai siKembar dari Tiongkok. Du tokoh golongan hitam amat dingin dalam menghabisi lawan-lawannya. Kekejaman merekaseperti tergambardari bibirnya yang terlalu tipis dan melekuk sinis.
"Aku tahu, kau ada di dalam pondok di atas sana Panji Agung! Jangan sampai aku menyebutmu sebaga pendekar pengecut!"
Lagi-lagi Begal Ireng berteriak lantang. Kali in suaranya diwarnai tekanan-tekanan marah memuncak.
Dan tak lama kemudian....
"Ada apa, Tua Bangka Begal Ireng?" tiba-tiba terdengar sahutan berwibawa yang amat dekat dengan mereka. Namun, sesungguhnya asal suara itu sendiri amat jauh dari atas pegunungan. Sungguh suatu pengiriman suara dengan tingkat tenaga dalam mempesona. Bahkan hanya bisa dilakukan oleh segelintir tokoh persilatanbertenaga dalam sangat tinggi. Dan salah satunya adala Ki Panji Agung!
"Jangan coba menyebutku tua bangka lagi! Da jangan main sembunyi-sembunyi seperti ini, Peot!" dengus Begal Ireng.
"Ha ha ha..! Apa dipikir kau masih muda, Bega Ireng? Jangan lupa, kau adalah salah satu orang tua yang tak tahu diri di dunia ini. Lantas, kenapa tidak mau menerima kenyataan? Takut tidak bisa 'menggarap' perawanlagi, sehingga merasa perlu menuntut ilmu awet muda?" ejek Ki Panji Agung, masih belum menampakkandiri.
"Diam!" murka Begal Ireng. Tangannya langsung berkelebat, melepaskan pukulan jarak jauh! Sebatang pohon cemara besar saat itu juga tumbang berderak menjadi sasaran kekesalan lewat pukulan jarak jauhnya.
"Ha ha ha...."
Tahu-tahu Ki Panji Agung telah berada di pucuk sebuah pohon cemara di hadapan mereka. Dia memakai ikat kepala merah, berjenggot putih, dan berambut menjuntai sepinggang berwarna putih pula. Tubuhnya yang kurus tidak membuatnya kelihatan loyo. Wajahnya tampak menyimpan kerutan, namun memperlihatkan kewibawaan.
"Apa keperluanmu hingga sudi bertandang ke tempat menyepiku ini, Begal Ireng?" sambut Ki Panji Agung. Bibirnya terus saja tersenyum ringan.
"Hanya ada satu keperluanku. Mengirim kau ke Neraka!" tegas Begal Ireng.
"Ah! Kau pasti tahu, itu bukan tempatku, Begal Ireng"
Tubuh Ki Panji Agung langsung melenting, dan berputaran beberapa kali di udara. Lalu, kakinya ringan bagai sehelai bulu. Dan kini, pada jarak sekitar lima tombak, dia berhadapan dengan Begal Ireng dan si kembar dari Tiongkok.
"Kalau aku tak salah duga, ini pasti urusan lama yang menghangat kembali. Begitu?" tanya Ki Panji Agung, pura-pura bodoh.
Mata Begal Ireng yang nyalang menusuk, langsung bertemu dua bola mata kelabu Ki Panji Agung. Dan mulutnya masih dengan mimik sinis.
"Kau belum begitu pikun untuk mengingat peristiwa empat puluh tiga tahun lalu, bukan?" kata Begal Ireng, dengan wajah meremehkan.
Mendapat pertanyaan ini, Ki Panji Agung hanya tertawa. Dan ini membuat beberapa kerutan di wajahnya meregang. Dia ingat betul kejadian itu. Jadi, benar ini memang urusan lama yang rupanya hendak diperuncing setan belang si Begal Ireng.
"Tentu saja aku ingat. Waktu itu, ada seorang pecundang berjuluk si Pencabut Nyawa yang gagal melaksanakan niat busuknya, untuk menggulingkan Sang Prabu. Pecundang itu adalah kau sendiri, Begal Ireng...,” kata Ki Panji Agung, lantang.
Seketika terdengar gemeletuk gigi-gigi beradu milik Begal Ireng, begitu Ki Panji Agung selesai mengucap kan kata-katanya.
"Bagus kalau masih ingat, Keparat! Dengan begitu aku bisa menjelaskan tekadku yang mungkin belum kau dengar selama memencilkan diri di lubang tikus. Pertama, aku Begal Ireng yang berjuluk si Pencabut Nyawa tidak akan berhenti melaksanakan keinginannya sampaiajal menjemput! Yang jelas, sang Prabu harus menyerahkan kursi istananya kepadaku! Kedua, kau masi punya waktu untuk mengejekku sebagai pecundangsebelum niatku terlaksana..., untuk membunuhmu!" kataBegal Ireng, lantang.
"O, ooo.... Kau takut aku akan menghalangimu lagi untuk merebut kekuasaan kerajaan, hingga merasa perlu menghabisiku?! Kalau itu maumu, silakan," timpal Ki Panji Agung, tenang. Dan kini tidak ada suara terlontar dari mulut mereka.
Suasana jadi hening mencekam. Hanya terdengar bisikan angin yang melaju di sela kaki gunung. Bahkan Binatang malam yang mestinya telah memperdengarkan nyanyiannya, kali ini seperti enggan bersuara. Sepertinya, mereka tahu kalau saat ini ada kekuatan besar yang akan meledak dalam suatu pertempuran maut.
"Hiaaat!"
Keheningan kontan pecah oleh teriakan menusuk angkasa. Begal Ireng segera memulai pertempuran dengan satu serangan mengerikan. Tangannya yang telah terisitenaga dalam, menebas bagian leher Ki Panji Agung. Suatu serangan menggeledek, sehingga menimbulkan bunyi yang mendirikan bulu roma.
Singngng...!
Ki Panji Agung yang telah waspada sejak tadi, sedikitmenggeser tubuhnya ke kiri, menghindari tebasan tangan Begal Ireng. Sehingga serangan tangan yang terbuka milik Begal Ireng hanya lewat sejengkal dari lehernya Namun tak urung, Ki Panji Agung bisa merasakan pedih akibat angin pukulan tadi.
Serangan berikutnya menderu lebih ganas. Sebelah kakiBegal Ireng bagai memiliki mata, mengejar ke mana saja Ki Panji Agung bergerak. Bahkan serangan-serangannya selalu mengarah pada bagian-bagian yang mematikan! Ki Panji Agung sama sekali belum balas menyerang Dengan agak kewalahan, dia berusaha mengelak danmenangkis.
Sungguh, Ki Panji Agung tidak menyangka kalau kepandaian Begal Ireng maju demikian pesat Sehingga untuk beberapa saat tadi, dia sempat terkesiap. Dibanding empat puluh tiga tahun yang lalu, meski Begal Ireng masuk dalam jajaran tokoh atas golongan hitam, namun kemampuannya masih beberapa tingkat dibawah Ki Panji Agung.
Pada saat dia hendak berbuat makar terhadap Prabu Mahesa, Ki Panji Agung yang saat itu menjadi tokoh golongan putih, muncul mematahkan rencana jahatnya. Sengaja nyawa Begal Irengdan komplotannya tidak dihabisi, karena diharapkan di lain waktu dapat bertobat. Namun kenyataannya sekarang?
Biarpun serangan-serangan Begal Ireng sangat merepotkan, namun belum ada satu hantaman pun yang menyentuh tokoh tua digdaya ini. Memang, kecepatan dan tenaga dalam yang dimiliki beberapa keturunan keluarga Pendekar Lembah Kutukan, sulit dicari tandingannya. Seperti juga Ki PanjiAgung, sebagai salah satu keturunan keluarga itu. Dunia persilatan menyebut kecepatan dan kekuatan tenaga dalam yang dimiliki keluarga Pendekar Lembah Kutukan sebagai ilmu 'Siluman' karena apabila di gunakan, hasilnya memang menakjubkan.
Tampaknya, untuk dua hal itu Begal Ireng masih belum mampu menandingi Ki Panji Agung. Sehingga ketika Ki Panji Agung mulai melancarkan serangan balasan, tokoh bengis itu jadi berada di bawah angin. Sampai suatu saat, Ki Panji Agung melancarkan serangan pukulan ke dada kiri Begal Ireng. Dengan agak terkesiap, tokoh hitam ini mengebutkan tangan kirinya dengan gerakan menyilang. Namun sungguh di luar dugaan, Ki Panji Agung memutar tangan kanannya, dan langsung bergerak menggedor dada Begal Ireng. Begitu cepat gerakannya, sehingga....
Desss!
"Aaakh!"
Tubuh Begal Ireng kontan melayang lurus, begitu dadanya terkena hantaman yang disertai tenaga dalam dari tangan kanan Ki Panji Agung. Diiringi keluhan tertahan, tubuhnya terus melayang dan kontan menghantam sebuah pohon besar di belakangnya hingga Iangsung hancur.
Sepuluh tombak di depan Ki Panji Agung, kini Begal Ireng tergeletak memegangi bagian dadanya sambil meringis, dia bangkit. Lagi-lagi Ki Panji Agung terkesiap. Betapa tidak? Pukulannya tadi amat dikenalnya, karena memang milik Keluarga Pendekar Lembah Kutukan. Bahkan pukulan itu dapat menyerpihkan batu karang besar sekalipun. Tapi, nampaknya tidak ada pengaruh besar yang terjadi pada diri Begal Ireng. Ilmu apa yang kini dikuasainya?
"'Pukulan Geledek' tingkat lima milikmu tidak berarti apa-apa buatku, Panji Agung," ledek Begal Ireng dengan wajah amat sinis.
"Kau bahkan tidak akan mampu membinasakanku meski pukulan kotoran kucing itu dikerahkan hingga puncaknya! Ha ha ha...!"
Sehabis berkata demikian, Begal Ireng kembali menyerang. Kali ini, tangannya sudah menggenggam cemeti yang dilepas dari bagian pinggangnya, setelah sejak tadi hanya dililitkan.
Cletarrr!
Bunyi cemeti yang bisa memecahkan gendang telinga seseorang yang berilmu cetek seketika terdenga menggelegar. Tidak itu saja. Gesekan cemeti dengan udarapun menimbulkan percik-percik api yang membuat nyali
setiap orang yang melihat menjadi ciut. Tapi tidak untuk Ki Panji Agung. Asam garam yang ditelannya dalam mengarungi rimba persilatan selama ini, membuatnya tetap tenang menanti serangan. Meski dia tahu, kali ini bias saja nyawanya benar-benar terancam....
Cletarrr!
Cemeti yang terbuat dari satu akar tumbuhan beracun itu melesat menuju wajah Ki Panji Agung. Dengan sigap Ki Panji Agung melenting ke udara. Memangmenghadapi senjata seperti itu, dia tidak boleh bertempur dalam jarak jauh. Karena itu sambil berkelit, tubuhnya berjumpalitan memperkecil jarak dengan Bega Ireng.
Tapi Begal Ireng rupanya juga tidak bodoh. Denganmembarengi gerakan salto Ki Panji Agung, tubuhnyapun melenting menjaga jarak. Bagai dua buah bola mereka berputaran di udara, di antara batang-batang pohon cemara. Dan saat itulah Begal Ireng menjalankanrencana licik yang sebelumnya telah direncanakan matang dengan dua orang botak yang selama pertarungan terjadi hanya diam mematung.
Dengan tubuh masih melayang di udara, Begal ireng melecutkan cemetinya, sebagai isyarat kalau rencana segera dilaksanakan! Maka seketika tubuh si Kembar dari Tiongkok yang tadinya mematung, dalam waktu singkat telah membentuk sebuah gerakan bersama. Sekejap satu tangan mereka mengerahkan dua kekuatan yang tergabung pada masing-masing telapak.
Tiba-tiba, telapak tangan yang bersatu itu memerah. Dan dalam sekejappula, satu tangan yang lain diarahkan pada tubuh Ki Panji Agung yang masih melayang di udara! Sehingga....
Whush...!
Bunyi angin pukulan jarak jauh yang digabung dua orang botak itu melesat memburu tubuh tua Ki Panji Agung. Maka....
Desss!
Memang begitu cepat pukulan jarak jauh itu, sehingga KiPanji Agung tak mampu menghindari. Apalagi tubuhnya saat itu tengah berada di udara. Maka tak beda dengan sebuah durian, tubuh Ki Panji Agung kontan nuluncur jatuh terhantam pukulan jarak jauh licik itu.
Suara berdebum terdengar saat tubuh kurus Ki Panji Agungmenghujam tanah.
"Ha ha ha....”
Begitu mendarat di tanah, Begal Ireng tertawa terbahak-bahak puas, dengan dada membusung. Sementara tangannya sudah menggenggam cemetinya kembali.
"Bagaimana, Ki Panji Agung? Lumayan kan,pukulan jarak jauh dua sobatku itu?" ejek tokoh sesat itu kepada Ki Panji Agung yang mulai bangkit dengan mulut meneteskan darah.Tokoh tua aliran putih itu menatap tajam, lurus-lurus kearah Begal Ireng. Kemarahan pendekar tua ini kini menggejolak sampai ke ubun-ubun.
"Tikus busuk macam kau, memang tidak pernah malu bertindak curang...," dengus Ki Panji Agung sambi menahan sakit yang mendera di bagian belakang tubuh nya.
“Apa kau merasa aneh melihat perbuatanku? Mestinya lebih berhati-hatilah kalau sudah tahu begitu..., “ kembali Begal Ireng meledek. Begal Ireng tawanya yang terbahak, mengusik pelosokkaki gunung.
"Sekarang, bersiaplah menerima kematianmu, Tua Bangka...," lanjut Begal Ireng penuh ancaman.
regmekujo memberi reputasi
1