- Beranda
- Stories from the Heart
Serial Detektif Indigo (SDI): Pembunuhan “dr.Kemala” (bagian 1)
...
TS
shani.andras
Serial Detektif Indigo (SDI): Pembunuhan “dr.Kemala” (bagian 1)
Pembunuhan dr.Kemala
Sore ini adalah kunjungan rutinku bersama ayah ke psikiater di sebuah rumah sakit milik pemerintah daerah, kunjungan rutin setahun tiga kali dan akulah yang si pasien dari psikiater itu. Namaku Alvian, Alvian Chandra Sakti lengkapnya, usiaku 23 tahun dan baru saja lulus kuliah. Kenapa aku perlu kunjungan rutin ke psikiater? Yah karena ayah memaksaku sih sejak setahun kemarin, sedangkan penyebab utamanya adalah………
Sedari kecil aku ini sepertinya memiliki bakat khusus diluar bakat manusia pada umumnya, terlebih lagi bakatku ini membuatku sering membicarakan yang diluar nalar dan membuatku sering berbicara sendiri – kata orang. dimulai sejak masa puber hingga di usiaku yang sekarang aku semakin jelas merasakan dan menguasai bakatku ini, walau pu seringkali ada kalanya aku tidak bisa mengontrolnya hehe. Aku seringkali melihat kejadian-kejadian entah itu dari masa lalu atau masa depan hanya dari mendengar pembicaraan dan cerita orang, dan bisa juga dari sebuah sentuhan sengaja atau tidak disengaja pada sebuah benda atau makhluk hidup. Oh ya dan aku kadang waktu melihat makhluk selain manusia (gaib), mendengar bisikan-bisikan dan suara yang tanpa wujud penyuaranya. Sepertinya bakat ini yang membuat ayahku gerah dan memaksa diriku untuk memeriksakan diri ke klinik kejiwaan.
Psikiater untuk sesi kali ini adalah seorang dokter muda, dia menggantikan dokter terdahulu yang dinas ke daerah lain. Namanya dr. Arina, Sp.Kj usianya empat tahun diatasku, terlihat seperti tante-tante galak walau masih muda
. Aku memasuki ruang prakteknya dan dia menyapa ayah dan diriku dengan ramah, kami duduk lalu mulailah ayah menceritakan tentang diriku kepada dokter baru ini. Seperti biasa pikiranku berada di tempat lain daripada fokus mendengarkan ceramah dokter dan alasan-alasan hiperbola yang diucapkan ayah, entah mengapa mataku tiba-tiba terfokus pada sebuah foto dengan bingkai ukuran 6R yang dihiasi setangkai bunga mawar segar yang ditempelkan di pojok kanan atas, bingkai itu diletakkan di meja pas di belakang dokter Arina. terlihat di foto itu ada gambar dua wanita masih berusia awal 20an, yang disebelah kiri terlihat jelas dari romannya itu adalah dokter Arina sendiri waktu muda dulu, dan yang di sebelah kanan seorang wanita muda berhijab yang menurutku itu adalah teman dekatnya, sekejap aku sedikit pusing setelah menatap foto itu dan tiba-tiba aku menyeletuk “belum mati kenapa fotonya dikasih bunga mbak?”
Mendadak aku dijitak ayahku “ngomong sembarangan lagi, kamu ini sedang berobat, yang fokus dong” omel ayahku (*_*)a…..Sedangkan dokter Arina sedikit kaget dan bengong berucap “Kemala baru semingguan meninggal karena dibunuh susternya sendiri” dia mengucapkan dengan nada agak sinis. Aku hanya melongo sambil mengangguk, ayah dengan jengkel juga melihat kearahku (^o^). Gak terasa satu jam berlalu dans sesi “pengobatan” ini pun berakhir, ayah keluar dari ruangan terlebih dahulu, aku menyusul kemudian dan sebelum itu aku meminta kartu nama dokter Arina, dia memberikannya sambil berucap ketus “kalau mau sembuh berobatnya yang serius”, entah kenapa dengan sikapnya yang “galak” itu aku merasa jatuh hati sama dokter itu, padahal dia gak terlalu cakep dan lebih tua empat tahun dariku hihihi.
Dalam perjalanan pulang ke rumah, di mobil aku mendadak merasakan rasa mual di perutku, pikirku sih paling juga cuma masuk angin, tapi samar-samar terdengar suara yang mengiba di dalam kepalaku. “Jangan……kumohon jangan pakai aku lagi..aaaaaaaaargh” dan diakhiri dengan teriakan yang memilukan. Sesampainya di rumah aku langsung menuju kamarku untuk berbaring karena rasa mual ini masih terasa. Sambil berbaring aku memikirkan celetukanku pada dokter Arina tadi dan suara dari dalam kepalaku barusan di mobil, aku jadi makin tertarik tanpa sebab yang jelas dan mulai memikirkan koneksinya secara logis.
Aku mendapati diriku sedang berada di sebuah ruangan seperti laboratorium yang sudah terbengkalai dan kotor sekali, di lantainya terdapat banyak noda merah kehitaman yang mengeluarkan bau anyir darah. Aku melihat sebuah pintu, kudekati pintu itu dan kubuka…..aku memasuki sebuah lorong yang terlihat jelas bahwa ini adalah sebuah lorong rumah sakit. Ditemani rasa kaget dan ngeri aku melintasi lorong itu dan satu demi satu pintu pada sisi kanan dan kiri lorong itu terbuka, keluarlah satu persatu dari pintu itu…seorang pria dengan kedua kaki terpotong dan mengucurkan banyak darah duduk di kursi roda yang didorong oleh perawat pria tanpa kepala….lalu ada suster yang perutnya bolong dan mengeluarkan ular dan nanah segar….ada bocah-bocah gundul berlarian tanpa pakaian, mereka tidak memiliki wajah…..di dekat pintu yang paling ujung berdiri seorang wanita muda, seorang suster yang terlihat pucat namun kulihat tubuhnya masih utuh tak ada keganjilan sama sekali, tatapan matanya kosong dan terlihat memelas, kepalanya semakin menunduk dengan aku semakin mendekatinya. “Aku hanya sanggup sampai disini kak Kemala” ucapnya dihadapanku, kemudian kami memasuki pintu paling ujung di lorong rumah sakit itu. Suster itu kemudian berbaring di meja operasi dan mulai membuka seluruh pakaiannya, mendadak tanganku mengambil pisau bedah dan secara membabi buta langsung menikam seluruh badan suster itu…ya Tuhan ini sangat mengerikan sekali…..teriakan suster itu sangat mengerikan dan membuat iba namun tanganku tak bisa berhenti menghujamkan pisau bedah ini ke seluruh tubuhnya……dan sekejap kemudian pandanganku menjadi gelap, lalu aku merasakan diriku jatuh tak sadarkan diri……
Aku terbangun pada pukul 09.00 pagi dengan tubuh berkeringat dan tangan ini terasa sangat lemas, dan aku seperti kehabisan nafas karena mimpi buruk tadi. Lalu aku pun mandi dan mengambil sarapan sembari memikirkan mimpi yang sangat mengerikan tadi, sebetulnya aku tidak ingin makan namun tubuh ini lemas dan harus di isi energi. Setelah sarapan hatiku tergerak untuk menyalakan komputer dan iseng mengetik “pembunuhan dokter Kemala” di google, dan sekejap aku menemukan banyak artikel terkait yang berisi rangkuman kejadian, keterangan polisi sampai kesaksian-kesaksian orang terdekat korban. Dokter Kemala ditemukan tewas terbunuh di Kota Z dengan tubuh terbakar dan tulang rahang hancur (sengaja dihancurkan tepatnya) dan semua gigi tercabut , sebagai satu-satunya bukti identitas bahwa dia adalah dokter Kemala ditemukan cincin, kalung dan kartu identitas yang tidak sepenuhnya terbakar.
Mataku tertuju pada dompetku yang terletak di meja, pikiranku langsung fokus pada kartu nama dokter Arina kemarin. Entah mengapa aku jadi tertarik pada kematian dokter Kemala dan aku dengan sedikit harapan menghubungi dokter Arina untuk menanyakan apakah dia ada waktu di luar praktek untuk bisa aku temui, aku ingin mengajak dia kencan, alasanku asal nembak saja, mungkin sebuah kebetulan entah mengapa dokter Arina menerima ajakanku, mungkin karena aku mengajak makan dia di kafetaria rumah sakit tempat dia berkerja (*_*)v
– bersambung –
Aerith D Pus
BAGIAN 2
INDEX
Serial Detektif Indigo
CERMISKU
2016, Aerith D Pus
Sore ini adalah kunjungan rutinku bersama ayah ke psikiater di sebuah rumah sakit milik pemerintah daerah, kunjungan rutin setahun tiga kali dan akulah yang si pasien dari psikiater itu. Namaku Alvian, Alvian Chandra Sakti lengkapnya, usiaku 23 tahun dan baru saja lulus kuliah. Kenapa aku perlu kunjungan rutin ke psikiater? Yah karena ayah memaksaku sih sejak setahun kemarin, sedangkan penyebab utamanya adalah………
Sedari kecil aku ini sepertinya memiliki bakat khusus diluar bakat manusia pada umumnya, terlebih lagi bakatku ini membuatku sering membicarakan yang diluar nalar dan membuatku sering berbicara sendiri – kata orang. dimulai sejak masa puber hingga di usiaku yang sekarang aku semakin jelas merasakan dan menguasai bakatku ini, walau pu seringkali ada kalanya aku tidak bisa mengontrolnya hehe. Aku seringkali melihat kejadian-kejadian entah itu dari masa lalu atau masa depan hanya dari mendengar pembicaraan dan cerita orang, dan bisa juga dari sebuah sentuhan sengaja atau tidak disengaja pada sebuah benda atau makhluk hidup. Oh ya dan aku kadang waktu melihat makhluk selain manusia (gaib), mendengar bisikan-bisikan dan suara yang tanpa wujud penyuaranya. Sepertinya bakat ini yang membuat ayahku gerah dan memaksa diriku untuk memeriksakan diri ke klinik kejiwaan.
Psikiater untuk sesi kali ini adalah seorang dokter muda, dia menggantikan dokter terdahulu yang dinas ke daerah lain. Namanya dr. Arina, Sp.Kj usianya empat tahun diatasku, terlihat seperti tante-tante galak walau masih muda
. Aku memasuki ruang prakteknya dan dia menyapa ayah dan diriku dengan ramah, kami duduk lalu mulailah ayah menceritakan tentang diriku kepada dokter baru ini. Seperti biasa pikiranku berada di tempat lain daripada fokus mendengarkan ceramah dokter dan alasan-alasan hiperbola yang diucapkan ayah, entah mengapa mataku tiba-tiba terfokus pada sebuah foto dengan bingkai ukuran 6R yang dihiasi setangkai bunga mawar segar yang ditempelkan di pojok kanan atas, bingkai itu diletakkan di meja pas di belakang dokter Arina. terlihat di foto itu ada gambar dua wanita masih berusia awal 20an, yang disebelah kiri terlihat jelas dari romannya itu adalah dokter Arina sendiri waktu muda dulu, dan yang di sebelah kanan seorang wanita muda berhijab yang menurutku itu adalah teman dekatnya, sekejap aku sedikit pusing setelah menatap foto itu dan tiba-tiba aku menyeletuk “belum mati kenapa fotonya dikasih bunga mbak?”Mendadak aku dijitak ayahku “ngomong sembarangan lagi, kamu ini sedang berobat, yang fokus dong” omel ayahku (*_*)a…..Sedangkan dokter Arina sedikit kaget dan bengong berucap “Kemala baru semingguan meninggal karena dibunuh susternya sendiri” dia mengucapkan dengan nada agak sinis. Aku hanya melongo sambil mengangguk, ayah dengan jengkel juga melihat kearahku (^o^). Gak terasa satu jam berlalu dans sesi “pengobatan” ini pun berakhir, ayah keluar dari ruangan terlebih dahulu, aku menyusul kemudian dan sebelum itu aku meminta kartu nama dokter Arina, dia memberikannya sambil berucap ketus “kalau mau sembuh berobatnya yang serius”, entah kenapa dengan sikapnya yang “galak” itu aku merasa jatuh hati sama dokter itu, padahal dia gak terlalu cakep dan lebih tua empat tahun dariku hihihi.
Dalam perjalanan pulang ke rumah, di mobil aku mendadak merasakan rasa mual di perutku, pikirku sih paling juga cuma masuk angin, tapi samar-samar terdengar suara yang mengiba di dalam kepalaku. “Jangan……kumohon jangan pakai aku lagi..aaaaaaaaargh” dan diakhiri dengan teriakan yang memilukan. Sesampainya di rumah aku langsung menuju kamarku untuk berbaring karena rasa mual ini masih terasa. Sambil berbaring aku memikirkan celetukanku pada dokter Arina tadi dan suara dari dalam kepalaku barusan di mobil, aku jadi makin tertarik tanpa sebab yang jelas dan mulai memikirkan koneksinya secara logis.
Aku mendapati diriku sedang berada di sebuah ruangan seperti laboratorium yang sudah terbengkalai dan kotor sekali, di lantainya terdapat banyak noda merah kehitaman yang mengeluarkan bau anyir darah. Aku melihat sebuah pintu, kudekati pintu itu dan kubuka…..aku memasuki sebuah lorong yang terlihat jelas bahwa ini adalah sebuah lorong rumah sakit. Ditemani rasa kaget dan ngeri aku melintasi lorong itu dan satu demi satu pintu pada sisi kanan dan kiri lorong itu terbuka, keluarlah satu persatu dari pintu itu…seorang pria dengan kedua kaki terpotong dan mengucurkan banyak darah duduk di kursi roda yang didorong oleh perawat pria tanpa kepala….lalu ada suster yang perutnya bolong dan mengeluarkan ular dan nanah segar….ada bocah-bocah gundul berlarian tanpa pakaian, mereka tidak memiliki wajah…..di dekat pintu yang paling ujung berdiri seorang wanita muda, seorang suster yang terlihat pucat namun kulihat tubuhnya masih utuh tak ada keganjilan sama sekali, tatapan matanya kosong dan terlihat memelas, kepalanya semakin menunduk dengan aku semakin mendekatinya. “Aku hanya sanggup sampai disini kak Kemala” ucapnya dihadapanku, kemudian kami memasuki pintu paling ujung di lorong rumah sakit itu. Suster itu kemudian berbaring di meja operasi dan mulai membuka seluruh pakaiannya, mendadak tanganku mengambil pisau bedah dan secara membabi buta langsung menikam seluruh badan suster itu…ya Tuhan ini sangat mengerikan sekali…..teriakan suster itu sangat mengerikan dan membuat iba namun tanganku tak bisa berhenti menghujamkan pisau bedah ini ke seluruh tubuhnya……dan sekejap kemudian pandanganku menjadi gelap, lalu aku merasakan diriku jatuh tak sadarkan diri……
Aku terbangun pada pukul 09.00 pagi dengan tubuh berkeringat dan tangan ini terasa sangat lemas, dan aku seperti kehabisan nafas karena mimpi buruk tadi. Lalu aku pun mandi dan mengambil sarapan sembari memikirkan mimpi yang sangat mengerikan tadi, sebetulnya aku tidak ingin makan namun tubuh ini lemas dan harus di isi energi. Setelah sarapan hatiku tergerak untuk menyalakan komputer dan iseng mengetik “pembunuhan dokter Kemala” di google, dan sekejap aku menemukan banyak artikel terkait yang berisi rangkuman kejadian, keterangan polisi sampai kesaksian-kesaksian orang terdekat korban. Dokter Kemala ditemukan tewas terbunuh di Kota Z dengan tubuh terbakar dan tulang rahang hancur (sengaja dihancurkan tepatnya) dan semua gigi tercabut , sebagai satu-satunya bukti identitas bahwa dia adalah dokter Kemala ditemukan cincin, kalung dan kartu identitas yang tidak sepenuhnya terbakar.
Mataku tertuju pada dompetku yang terletak di meja, pikiranku langsung fokus pada kartu nama dokter Arina kemarin. Entah mengapa aku jadi tertarik pada kematian dokter Kemala dan aku dengan sedikit harapan menghubungi dokter Arina untuk menanyakan apakah dia ada waktu di luar praktek untuk bisa aku temui, aku ingin mengajak dia kencan, alasanku asal nembak saja, mungkin sebuah kebetulan entah mengapa dokter Arina menerima ajakanku, mungkin karena aku mengajak makan dia di kafetaria rumah sakit tempat dia berkerja (*_*)v
– bersambung –
Aerith D Pus
BAGIAN 2
INDEX
Spoiler for index Pembunuhan "dr.Kemala":
Serial Detektif Indigo
Spoiler for SDI:
CERMISKU
Spoiler for cerita kelana jiwa:
2016, Aerith D Pus
Spoiler for my blog:
Diubah oleh shani.andras 15-10-2019 08:41
bejo.gathel dan 7 lainnya memberi reputasi
8
68.9K
310
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
shani.andras
#36
Pembunuhan “dr.Kemala” Bagian 4:
Chronicles of Nina-1
Kudobrak pintu besi berwarna merah itu dengan sekuat tenaga, BRUAAAK!!, akhirnya aku memasuki ruang utama tempat Nina disekap oleh "Wewe Gombel", kutemukan Nina tergeletak lemah di atas sebuah tikar jerami tepat di depan jendela beruji yang sudah berkarat. Kuangkat tubuhnya yang sangat lemah itu, kugendong dan langsung kakiku bergerak cepat keluar dari kamar dan menuju terowongan cahaya tempatku datang menuju alam jin ini.
Terowongan itu sudah terlihat dan aku berlari bergegas menuju kesana, namun tiba-tiba, "WIHIHIHI!! kau tak akan mampu menghadapiku manusia, ayo lepaskan anak itu maka kuampuni nyawamu" ancam "Wewe Gombel" yang berdiri tepat di depan terowongan cahaya berusaha menghalangiku menyelamatkan Nina. "ucapkanlah Alvian, ayo kau sangat membutuhkan pertolonganku saat ini" ucap Kimi yang mendadak muncul di samping kiriku (entah datang dari mana dia), "tidak akan sampai kapan pun, dan kutegaskan sekali lagi padamu, kau tak berhutang apa pun pada diriku, "kejadian" waktu itu kuanggap tak pernah terjadi, minggirlah Kimi, jin tua itu sudah berhasil membuatku "MARAH" dan aku yakin kau tahu apa yang akan segera terjadi padanya" ujarku pada Kimi dan dia pun sedikit menjauh kebelakangku, "biarkan aku membawa gadis itu "pangeran" (Kimi selalu memanggilku pangeran apabila dia menunjukkan ketakutannya kepadaku) " ucap Kimi berusaha meyakinkanku, "aku percaya padamu untuk itu, lindungilah Nina dan lindungilah dirimu juga" balasku sembari menyerahkan Nina kepada Kimi.
Lalu kuberlari kearah "Wewe Gombel" dengan amarahku yang telah memuncak, "hahahaha kau berani melawanku manusia bodoh" tawa jin tua itu menyambutku, DUAAAK!! tendanganku tepat mengenai kepala "Wewe Gombel" disertai petir-petir kecil yang keluar dari kakiku sedikit membakar kulitnya, "KURANG AJAR KAU" teriaknya kesakitan, sembari jin tua itu mencoba untuk berdiri diriku yang sudah telanjur marah mulai menyiapkan pukulan energi seperti yang dulu pernah Kimi perlihatkan, bola-bola energi berbagai warna yang disertai kilatan-kilatan ledakan energi mulai berkumpul di kepalan tangan kanan dan kiriku dan kuhantamkan semuanya ke tubuh "Wewe Gombel" hingga tercipta sebuah ledakan yang mencabik-cabik seluruh tubuh jin tua yang jahat itu. "tolonglah aku tuan, ampuni aku yang sudah tua ini...." ucap "Wewe Gombel" lemah, kudekati kepalanya yang tergeletak lemah itu "aku sudah memintamu dengan baik-baik bahkan memperingatkanmu, sekarang aku tak akan mengampunimu Khosyii" ucapku padanya, "darimana kau tahu nama itu, mana mungkin seorang manusia bisa mengetahui nama-nama asli bangsa kami, para jin" ujarnya ketakutan dan semakin lemah, "siapa kau manusia, siapakah dirimu yang sebenarnya??.........." teriaknya dengan penasaran, dan Khosyii alias "Wewe Gombel" pun tewas, jin tua itu mati dengan rasa penasaran tentang keingin tahuannya tentang diriku. "Kimi ayo kita kembali ke alamku", Kimi pun mengikutiku ke terowongan cahaya, "seharusnya kau tadi tak perlu semarah itu, Khosyii itu bisa kau kalahkan dengan mudah, aku pun tak ingin melihatmu semarah itu pangeran" ucap Kimi sambil menundukkan wajahnya, lalu dia menyerahkan kembali Nina kepadaku.
Kami bertiga akhirnya kembali ke alam manusia dan terowongan cahaya menghilang dengan sendirinya. Segera aku melangkah menuju tubuh manusia Nina, kemudian kubaringkan "tubuh jiwa" Nina disampingnya, dengan sendirinya "tubuh jiwa" itu menyatu dengan tubuh manusianya. Tak lama kemudian mata Nina terbuka, dengan lirih keluar ucapan dari bibirnya yang lama membisu, "mama.......mama..mamaaaaaa" ucapnya, "Ninaaaa, mama disini nak, Ninaku sayaaang kamu sudah kembali...." balas Arimbi sembari berlinang airmata.
-SATU JAM SEBELUMNYA-
"Vin kenalkan ini kakakku yang kedua, Arimbi" kata Arina mengenalkan diriku pada kakaknya, perempuan itu sepertinya tak banyak bicara dia menyalamiku dengan kebingungan dan dengan raut muka penuh kesedihan. "Kak, aku membawa pasienku ini.....eh anu maksudku Alvian temanku ini untuk menolong Nina" ujar Arina kepada kakaknya, "benarkah itu Rin?" tanya Arimbi dengan penasaran, "tolonglah putriku, dia sudah tiga tahun menjadi seperti sekarang ini" pinta Arimbi kepadaku, diriku sendiri juga kebingungan karena tidak mengetahui masalahnya apa dan bagaimana, "duduklah dulu, buar kujelaskan dari awal" kata Arimbi, aku dan Arina pun duduk sambil mendengarkan cerita Arimbi.
"Semua bermula sejak tiga tahun yang lalu, aku dan suamiku membeli sebuah rumah disebuah perumahan, seminggu pertama kehidupan kami masih normal seperti biasanya. Keanehan mulai terjadi pada minggu kedua, malam hari kami sering mendengar suara seseorang sedang mandi di halaman rumah kami, suamiku seringkali keluar rumah untuk sekedar melihat, namun tidak menemukan apa-apa, siang hari seringkali aku mendengar suara wanita tua bercakap-cakap dari dapur dan kujumpai peralatan memasak kami terjatuh di lantai. Hingga suatu malam aku dan suamiku mendengar suara Nina berteriak ketakutan dari dalam kamarnya, kami bergegas menuju kesana untuk menenangkannya, tapi sungguh aneh sekali, kami menemukan Nina sedang tertidur pulas seperti tidak terjadi apa-apa. Pagi harinya kami menyadari ada keanehan yang terjadi pada Nina, dia tidak memperhatikanku dan suamiku ketika kami menyapanya, bahkan seharian dia tidak membuka mulutnya untuk bersuara sedikitpun, dia juga meminta makan hanya dengan memberi isyarat itu pun hanya di waktu-waktu tertentu, hal yang sama juga dilakukannya di sekolahnya hingga kami mengambil keputusan untuk menghentikan Nina dari segala aktifitas di luar rumah. Sudah puluhan orang pintar dan paranormal kami datangkan namun tidak ada yang mampu menyembuhkan Nina."
"Cukup mbak, bolehkah kulihat Nina sekarang" ucapku memotong cerita Arimbi. Tanpa berkata dia lalu mengantarku ke kamar Nina, Arina yang mengikuti kami juga menunjukkan roman sedih pada wajahnya, "aku takut Vin" ujar Arina sembari memegang tanganku. Lalu sebelum sampai di kamar Nina mendadak kurasakan hawa yang sangat familiar, "Alvian, kau jangan melepaskan kewaspadaanmu, sebentar lagi kau akan bertemu sesuatu yang "jahat" dari bangsaku" suara Kimi dari dalam kepalaku, "aku siap membantumu jika kamu memintaku, makhluk itu sungguh jahat dan membenci manusia dewasa apalagi yang istimewa sepertimu" sambungnya, "kau diam saja, ini urusanku, resikonya aku yang tanggung sendiri, aku masih memiliki Tuhan untuk meminta pertolongan" balasku pada Kimi. Tak seberapa lama diriku tiba di depan pintu kamar Nina, "aku antar masuk ya Vin" ucap Arimbi kepadaku, "Nina sayang, ini mama bawa kak Alvian untuk menolong Nina" ucapnya lagi yang disambut tatapan kosong Nina.
Tubuh gadis 9 tahun itu terlihat biasa saja karena rutin diberi makan dan dibersihkan oleh Arimbi. Keanehan mulai aku rasakan ketika aku memegang tangan "Nina" untuk pertama kalinya, sebuah rasa yang disertai perasaan aneh datang membuka sebuah visi singkat di dalam kepalaku, "ini bukan "Nina" si gadis kecil, di dalam tubuh itu tak sedikit pun ada jiwa manusia" ujarku di dalam hati. PLAK!! dengan reflek kutampar pipi Nina lalu Arina dengan cepat mendorongku dengan keras "apa yang kamu lakukan bodoh!!" ucap Arina dengan keras kepadaku, Arimbi yang kaget hanya membuka mulutnya tanpa berkata apa pun, "aduuh apaan sih Rin, kau lihat saja "Nina" sebentar lagi akan berbicara" jawabku, tiba-tiba semua mata tertuju pada sosok "Nina" yang tiba-tiba berdiri dan mengarah padaku, "KURANG AJAR KAU MANUSIA, BERANINYA KAU MENAMPARKU AKAN KUBALAS KAU KARENA BERANI MENGGANGGU URUSANKU" sebuah suara seperti suara laki-laki keluar dari mulut "Nina" dengan penuh amarah, semua yang ada di kamar terkejut kecuali diriku.
"Jangan banyak omong kau jin lemah, makhluk laknat sepertimu harus kusiksa dengan mengerikan" balasku pada "Nina" lalu dengan cepat aku berlari membelakangi "Nina" dan kupegang erat tengkuknya, dalam hati aku berdoa membaca ayat-ayat suci, "AAAAARGH LEPASKAN AKUUU, PANAS SEKALI INI AMPUUUUN AMPUUUUUN, AKU HANYA SURUHAN, DIA YANG MENYURUHKU, AMPUNI AKUUUU........." teriak "Nina" tak lama kemudian teriakan-teriakan yang meminta ampun itu berhenti, tak kutemukan lagi hawa aneh di dalam tubuh Nina, pertanyaanku sekarang adalah "bagaimana mengembalikan jiwa Nina yang asli"..........
"Aku tahu cara menjemput jiwa gadis itu, tapi......." ujar Kimi, "tapi apa, kau sepertinya mengetahui sesuatu yang berhubungan dengan kejadian ini" balasku, "bukan itu, diriku sama sekali tidak tahu apa pun, aku hanya sedikit mengetahui bagaimana cara bagimu untuk menyelamatkan jiwa gadis ini, tapi resikonya besar sekali karena...." Kimi terdiam, "karena apa Kim, lanjutkan saja aku penasaran" tanyaku, "aku ragu apa kau masih sanggup untuk berkelana ke alamku dengan selamat, mungkin jika kau ingat bagaimana dulu kau pernah menyelamatkan aku, akan terbuka lagi kemampuanmu untuk menembus dimensi, dengan begitu kau bisa memasuki alamku dengan selamat" jawab Kimi. Ucapan Kimi itu memaksaku untuk mengingat-ingat lagi bagaimana dulu aku bisa memasuki alam jin dan menyelamatkannya, padahal kejadiannya saja tak sedikit pun pernah aku ingat, atau bahkan serasa belum pernah kualami sebelumnya, masih terbesit di benakku kalau itu hanya halusinasi yang dia tunjukkan untuk memanipulasi diriku.
"Aku ambil resikonya, ayo beritahu aku" mendengar keputusanku itu Kimi dengan perasaan ragu menyuruhku berbaring. Lalu kutanyakan pada Arimbi yang masih shock untuk menyediakan alas untuk diriku berbaring dan dia bergegas mencarikannya, sementara Arina dengan menatap sedikit takut kearahku dengan setia menjaga serta memegangi tubuh Nina yang terkulai tak berdaya di tempat tidurnya. "Akan kubantu sampai Nina sembuh, kau jaga saja tubuhnya, bantu kami dengan doa dan tetap tenang" ujarku kepada Arina, kemudian Arimbi datang kembali dengan membawa alas tidur untukku berbaring, "kalian berdua jangan hiraukan apabila selama diriku berbaring terjadi gangguan lain, jaga saja Nina dan jangan pedulikan apabila ada suara yang menyerupai suara Nina, tetaplah dikamar ini, oke!" pintaku sebelum aku memulai "kelana dimensi", lalu kubaringkan tubuhku dan mulai menutup mata.......
-BERSAMBUNG-
BAGIAN 5
Kudobrak pintu besi berwarna merah itu dengan sekuat tenaga, BRUAAAK!!, akhirnya aku memasuki ruang utama tempat Nina disekap oleh "Wewe Gombel", kutemukan Nina tergeletak lemah di atas sebuah tikar jerami tepat di depan jendela beruji yang sudah berkarat. Kuangkat tubuhnya yang sangat lemah itu, kugendong dan langsung kakiku bergerak cepat keluar dari kamar dan menuju terowongan cahaya tempatku datang menuju alam jin ini.
Terowongan itu sudah terlihat dan aku berlari bergegas menuju kesana, namun tiba-tiba, "WIHIHIHI!! kau tak akan mampu menghadapiku manusia, ayo lepaskan anak itu maka kuampuni nyawamu" ancam "Wewe Gombel" yang berdiri tepat di depan terowongan cahaya berusaha menghalangiku menyelamatkan Nina. "ucapkanlah Alvian, ayo kau sangat membutuhkan pertolonganku saat ini" ucap Kimi yang mendadak muncul di samping kiriku (entah datang dari mana dia), "tidak akan sampai kapan pun, dan kutegaskan sekali lagi padamu, kau tak berhutang apa pun pada diriku, "kejadian" waktu itu kuanggap tak pernah terjadi, minggirlah Kimi, jin tua itu sudah berhasil membuatku "MARAH" dan aku yakin kau tahu apa yang akan segera terjadi padanya" ujarku pada Kimi dan dia pun sedikit menjauh kebelakangku, "biarkan aku membawa gadis itu "pangeran" (Kimi selalu memanggilku pangeran apabila dia menunjukkan ketakutannya kepadaku) " ucap Kimi berusaha meyakinkanku, "aku percaya padamu untuk itu, lindungilah Nina dan lindungilah dirimu juga" balasku sembari menyerahkan Nina kepada Kimi.
Lalu kuberlari kearah "Wewe Gombel" dengan amarahku yang telah memuncak, "hahahaha kau berani melawanku manusia bodoh" tawa jin tua itu menyambutku, DUAAAK!! tendanganku tepat mengenai kepala "Wewe Gombel" disertai petir-petir kecil yang keluar dari kakiku sedikit membakar kulitnya, "KURANG AJAR KAU" teriaknya kesakitan, sembari jin tua itu mencoba untuk berdiri diriku yang sudah telanjur marah mulai menyiapkan pukulan energi seperti yang dulu pernah Kimi perlihatkan, bola-bola energi berbagai warna yang disertai kilatan-kilatan ledakan energi mulai berkumpul di kepalan tangan kanan dan kiriku dan kuhantamkan semuanya ke tubuh "Wewe Gombel" hingga tercipta sebuah ledakan yang mencabik-cabik seluruh tubuh jin tua yang jahat itu. "tolonglah aku tuan, ampuni aku yang sudah tua ini...." ucap "Wewe Gombel" lemah, kudekati kepalanya yang tergeletak lemah itu "aku sudah memintamu dengan baik-baik bahkan memperingatkanmu, sekarang aku tak akan mengampunimu Khosyii" ucapku padanya, "darimana kau tahu nama itu, mana mungkin seorang manusia bisa mengetahui nama-nama asli bangsa kami, para jin" ujarnya ketakutan dan semakin lemah, "siapa kau manusia, siapakah dirimu yang sebenarnya??.........." teriaknya dengan penasaran, dan Khosyii alias "Wewe Gombel" pun tewas, jin tua itu mati dengan rasa penasaran tentang keingin tahuannya tentang diriku. "Kimi ayo kita kembali ke alamku", Kimi pun mengikutiku ke terowongan cahaya, "seharusnya kau tadi tak perlu semarah itu, Khosyii itu bisa kau kalahkan dengan mudah, aku pun tak ingin melihatmu semarah itu pangeran" ucap Kimi sambil menundukkan wajahnya, lalu dia menyerahkan kembali Nina kepadaku.
Kami bertiga akhirnya kembali ke alam manusia dan terowongan cahaya menghilang dengan sendirinya. Segera aku melangkah menuju tubuh manusia Nina, kemudian kubaringkan "tubuh jiwa" Nina disampingnya, dengan sendirinya "tubuh jiwa" itu menyatu dengan tubuh manusianya. Tak lama kemudian mata Nina terbuka, dengan lirih keluar ucapan dari bibirnya yang lama membisu, "mama.......mama..mamaaaaaa" ucapnya, "Ninaaaa, mama disini nak, Ninaku sayaaang kamu sudah kembali...." balas Arimbi sembari berlinang airmata.
-SATU JAM SEBELUMNYA-
"Vin kenalkan ini kakakku yang kedua, Arimbi" kata Arina mengenalkan diriku pada kakaknya, perempuan itu sepertinya tak banyak bicara dia menyalamiku dengan kebingungan dan dengan raut muka penuh kesedihan. "Kak, aku membawa pasienku ini.....eh anu maksudku Alvian temanku ini untuk menolong Nina" ujar Arina kepada kakaknya, "benarkah itu Rin?" tanya Arimbi dengan penasaran, "tolonglah putriku, dia sudah tiga tahun menjadi seperti sekarang ini" pinta Arimbi kepadaku, diriku sendiri juga kebingungan karena tidak mengetahui masalahnya apa dan bagaimana, "duduklah dulu, buar kujelaskan dari awal" kata Arimbi, aku dan Arina pun duduk sambil mendengarkan cerita Arimbi.
"Semua bermula sejak tiga tahun yang lalu, aku dan suamiku membeli sebuah rumah disebuah perumahan, seminggu pertama kehidupan kami masih normal seperti biasanya. Keanehan mulai terjadi pada minggu kedua, malam hari kami sering mendengar suara seseorang sedang mandi di halaman rumah kami, suamiku seringkali keluar rumah untuk sekedar melihat, namun tidak menemukan apa-apa, siang hari seringkali aku mendengar suara wanita tua bercakap-cakap dari dapur dan kujumpai peralatan memasak kami terjatuh di lantai. Hingga suatu malam aku dan suamiku mendengar suara Nina berteriak ketakutan dari dalam kamarnya, kami bergegas menuju kesana untuk menenangkannya, tapi sungguh aneh sekali, kami menemukan Nina sedang tertidur pulas seperti tidak terjadi apa-apa. Pagi harinya kami menyadari ada keanehan yang terjadi pada Nina, dia tidak memperhatikanku dan suamiku ketika kami menyapanya, bahkan seharian dia tidak membuka mulutnya untuk bersuara sedikitpun, dia juga meminta makan hanya dengan memberi isyarat itu pun hanya di waktu-waktu tertentu, hal yang sama juga dilakukannya di sekolahnya hingga kami mengambil keputusan untuk menghentikan Nina dari segala aktifitas di luar rumah. Sudah puluhan orang pintar dan paranormal kami datangkan namun tidak ada yang mampu menyembuhkan Nina."
"Cukup mbak, bolehkah kulihat Nina sekarang" ucapku memotong cerita Arimbi. Tanpa berkata dia lalu mengantarku ke kamar Nina, Arina yang mengikuti kami juga menunjukkan roman sedih pada wajahnya, "aku takut Vin" ujar Arina sembari memegang tanganku. Lalu sebelum sampai di kamar Nina mendadak kurasakan hawa yang sangat familiar, "Alvian, kau jangan melepaskan kewaspadaanmu, sebentar lagi kau akan bertemu sesuatu yang "jahat" dari bangsaku" suara Kimi dari dalam kepalaku, "aku siap membantumu jika kamu memintaku, makhluk itu sungguh jahat dan membenci manusia dewasa apalagi yang istimewa sepertimu" sambungnya, "kau diam saja, ini urusanku, resikonya aku yang tanggung sendiri, aku masih memiliki Tuhan untuk meminta pertolongan" balasku pada Kimi. Tak seberapa lama diriku tiba di depan pintu kamar Nina, "aku antar masuk ya Vin" ucap Arimbi kepadaku, "Nina sayang, ini mama bawa kak Alvian untuk menolong Nina" ucapnya lagi yang disambut tatapan kosong Nina.
Tubuh gadis 9 tahun itu terlihat biasa saja karena rutin diberi makan dan dibersihkan oleh Arimbi. Keanehan mulai aku rasakan ketika aku memegang tangan "Nina" untuk pertama kalinya, sebuah rasa yang disertai perasaan aneh datang membuka sebuah visi singkat di dalam kepalaku, "ini bukan "Nina" si gadis kecil, di dalam tubuh itu tak sedikit pun ada jiwa manusia" ujarku di dalam hati. PLAK!! dengan reflek kutampar pipi Nina lalu Arina dengan cepat mendorongku dengan keras "apa yang kamu lakukan bodoh!!" ucap Arina dengan keras kepadaku, Arimbi yang kaget hanya membuka mulutnya tanpa berkata apa pun, "aduuh apaan sih Rin, kau lihat saja "Nina" sebentar lagi akan berbicara" jawabku, tiba-tiba semua mata tertuju pada sosok "Nina" yang tiba-tiba berdiri dan mengarah padaku, "KURANG AJAR KAU MANUSIA, BERANINYA KAU MENAMPARKU AKAN KUBALAS KAU KARENA BERANI MENGGANGGU URUSANKU" sebuah suara seperti suara laki-laki keluar dari mulut "Nina" dengan penuh amarah, semua yang ada di kamar terkejut kecuali diriku.
"Jangan banyak omong kau jin lemah, makhluk laknat sepertimu harus kusiksa dengan mengerikan" balasku pada "Nina" lalu dengan cepat aku berlari membelakangi "Nina" dan kupegang erat tengkuknya, dalam hati aku berdoa membaca ayat-ayat suci, "AAAAARGH LEPASKAN AKUUU, PANAS SEKALI INI AMPUUUUN AMPUUUUUN, AKU HANYA SURUHAN, DIA YANG MENYURUHKU, AMPUNI AKUUUU........." teriak "Nina" tak lama kemudian teriakan-teriakan yang meminta ampun itu berhenti, tak kutemukan lagi hawa aneh di dalam tubuh Nina, pertanyaanku sekarang adalah "bagaimana mengembalikan jiwa Nina yang asli"..........
"Aku tahu cara menjemput jiwa gadis itu, tapi......." ujar Kimi, "tapi apa, kau sepertinya mengetahui sesuatu yang berhubungan dengan kejadian ini" balasku, "bukan itu, diriku sama sekali tidak tahu apa pun, aku hanya sedikit mengetahui bagaimana cara bagimu untuk menyelamatkan jiwa gadis ini, tapi resikonya besar sekali karena...." Kimi terdiam, "karena apa Kim, lanjutkan saja aku penasaran" tanyaku, "aku ragu apa kau masih sanggup untuk berkelana ke alamku dengan selamat, mungkin jika kau ingat bagaimana dulu kau pernah menyelamatkan aku, akan terbuka lagi kemampuanmu untuk menembus dimensi, dengan begitu kau bisa memasuki alamku dengan selamat" jawab Kimi. Ucapan Kimi itu memaksaku untuk mengingat-ingat lagi bagaimana dulu aku bisa memasuki alam jin dan menyelamatkannya, padahal kejadiannya saja tak sedikit pun pernah aku ingat, atau bahkan serasa belum pernah kualami sebelumnya, masih terbesit di benakku kalau itu hanya halusinasi yang dia tunjukkan untuk memanipulasi diriku.
"Aku ambil resikonya, ayo beritahu aku" mendengar keputusanku itu Kimi dengan perasaan ragu menyuruhku berbaring. Lalu kutanyakan pada Arimbi yang masih shock untuk menyediakan alas untuk diriku berbaring dan dia bergegas mencarikannya, sementara Arina dengan menatap sedikit takut kearahku dengan setia menjaga serta memegangi tubuh Nina yang terkulai tak berdaya di tempat tidurnya. "Akan kubantu sampai Nina sembuh, kau jaga saja tubuhnya, bantu kami dengan doa dan tetap tenang" ujarku kepada Arina, kemudian Arimbi datang kembali dengan membawa alas tidur untukku berbaring, "kalian berdua jangan hiraukan apabila selama diriku berbaring terjadi gangguan lain, jaga saja Nina dan jangan pedulikan apabila ada suara yang menyerupai suara Nina, tetaplah dikamar ini, oke!" pintaku sebelum aku memulai "kelana dimensi", lalu kubaringkan tubuhku dan mulai menutup mata.......
-BERSAMBUNG-
BAGIAN 5
Diubah oleh shani.andras 18-08-2016 18:28
bejo.gathel dan 3 lainnya memberi reputasi
4